SlideShare a Scribd company logo
1 of 6
MODEL AKADEMI KOMUNITAS (COMMUNITY COLLEGE)
Model community college berkembang pesat di Amerika Serikat, Kanada, dan
Selandia Baru. Karakteristik community college ini antara lain: (1) pendidikan
pada jenjang perguruan tinggi, (2) jangka waktu studi (maksimal) 2 tahun, (3)
melayani mahasiswa dengan berbagai kemampuan akademik, minat dan
kelompok umum, (4) menggunakan kebijakan pintu terbuka (open door policy),
(5) diversifikasi bidang sesuai dengan kebutuhan nyata masayarakat dan (7)
memiliki link yang kuat dengan pemerintah, masyarakat dan industri.
Dengan pesrpektif historis, Deegan dan Tillery (1985) membagi perkembangan
community college di Amerika Serikat menjadi empat tahap. Pertama, pada
mulanya community college masih merupakan perpanjangan dari sistem sekolah
menengah (1900-1930). Perkembangan ini memnuhi gagasan Henry Phillips
Tappan, pada saat itu sebagai rektor the University of Michigan, yang berusaha
menempatkan tahun pertama dan kedua perguruan tinggi pada jenjang skolah
menengah (Palinchak, 1973). Hal ini dimaksudkan untuk mengurangi beban
perguruan tinggi. Dengan demikian, diharapkan proses pendidikan berlangsung
secara efisien dan ekonomis.
Pada tahap kedua, institusi ini menjadi junior college, yang berdiri secara mandiri
dan merupakan pendidikan pada jenjang perguruan tinggi. Berdirinya junior
college ini dilatarbelakangi oleh adanya depresi besar yang melanda Amerika
pada tahun 1930an, yang berakibat berkurangnya dana negara untuk pendidikan
menengah. Keadaan ini mendorong junior college menjadi lebih mandiri, lepas
dari sistem pendidikan menengah. junior college berkembang pesat antara tahun
1930-1950. Lembaga ini hanya menawarkan program transfer, yaitu
mempersiapkan mahasiswa untuk memasuki tingkat yang lebih tinggi pada sistem
pendidikan tinggi empat tahun (universitas).
Selanjutnya, junior college menjadi bentuk community college (1950-1970).
Perkembangan ini didasari atas kebutuhanuntuk menitikberatkan program-
program pendidikan pada pendidikan vokasional, sambil tetap melanjutkan
program pendidikan umum, sebagaimana rekomendasi dari Commission of Higher
Education di bawah Presiden Harry Truman tahun 1947. Dengan demikian,
community college menyelenggarakan dua macam program, yaitu program
vokasional dan program transfer.
Akhirnya community college, berkembang menjadi lebih komprehensif
(comprehensif community college) mulai tahun 1970-an sampai dengan sekarang.
Deegan dan Tillery (1985) menyebutkan dengan generasi keempat community
college. Pada periode ini, community college telah memiliki kurikula yang lebih
komprehensif dan mahasiswa yang lebih komples daripada tahap tiga. Dengan
ditambahkannya program-program non-tradisional, non-kredit, individualistik,
dan pelayanan masyarakat menandai karakteristik community college yang baru,
dengan tetap melanjutkan program vokasional dan program transfer.
Di atas telah dikemukakan bahwa community college di Amerika dilaksnakan
untuk jangka waktu studi 2 tahu. Gelar yang diperoleh bagi lulusan lembaga ini,
misalnya A.A (Associate of Arts), A.S (Associate of Science), A.A.S (Associate of
Applied Science), A.T.S (Associate of Technical Studies). dan sebagainya. Jangka
waktu 2 tahun ini dengan pertimbangan bahwa perkembangan teknologi
berlangsung semakin cepat dan diperkirakan terjadi kurang lebih 2 tahun sekali.
Dengan demikian, mahasiswa baru tahun ini direncanakan masih dapat mengikuti
perkembangan teknologi ketika mereka lulus 2 tahun yang akan datang.
Terdapat tiga fenomena yang menandakan bahwa community college Amerika
memiliki keunikan berkenaan dengan karakteristik mahasiswanya. Disamping
mahasiswa reguler, community college juga memiliki tipe-tipe khusus mahasiswa.
Moore (1983) mengkategorilan mahasiswa khusus menjadi enam kelompok:
mahasiswa yang lemah dalam kemampuan akademiknya, sehingga mereka
membutuhkan program remedial; mahasiswa minoritas, yang jumlahnya sekitar
25% dari seluruh mahasiswa community college di Amerika Serikat; para veteran
yang memerlukan perhatian khusus, para pengunsi yang memiliki kendala dalam
hal bahasa; mahasiswa yang memiliki latar belakang sosio-ekonomi lemah; dan
mahasiswa dengan prestasi akademik masa lalu yang rendah. Kecendrungan
kedua adalah bahwa mahasiswanya banyak yang berasal dari kelompok umur tua.
Hal ini ditandai dengan fakta bahwa antara tahun 1980 sampai dengan 1990,
jumlah mahasiswa community college yang berumur 18-24 tahun cenderung
menurun 15%, sedangkan mahasiswa yang berumur 25-44 tahun cenderung
meningkat 25% (Deegan & Tillery, 1985). Ketiga, the American Association of
Community and junior colleges (Cohen & Brower, 1982) memperlihatkan
penurunan jumlah mahasiswa penuh waktu (fulltime student) antara tahun 1963
sampai 1980, sebaliknya, pada tahun 1980 jumlah mahasiswa paruh waktu
(partime student) naik menjadi 26% dari 53% pada tahun 1963.
Sehubungan dengan aksebilitas sistem community college, konsep kebijakan pintu
terbuka (open door policy) diterapkan, yaitu tiap lulusan SMA/SMK, dan orang
dewasa memiliki akses dan peluang untuk memasuki (Deegan & Tillery, 1985).
Kebijakan ini sejalan dengan asumsi demokratik Thompson (1972) dalam
pendidikan teknologi dan kejuruan, yang menyatakan bahwa setiap orang adalah
penting dan mempunyai sifat mulia; oleh karena itu setiap orang memiliki hak
untuk memperoleh pendidikan.
Di atas telah dikemukakan bahwa community college memiliki program-program
transfer, vokasional, dan pelayanan kepada masyarakat. Ketiga macam program
inii menjadi ciri utama community college. Program transfer (kadang-kadang juga
disebut program transfer akademik) dimaksudkan untuk menyiapkan mahasiswa
memasuki perguruan tinggi empat tahun (universitas). Dengan adanya program
transfer ini, seorang mahasiswa berada di sautu community college ketika ia masih
tingkat 1 dan 2, kemudian pindah ke universitas untuk tingkat 3 dan 4. Sementara
itu, bagi mahasiswa yang menginginkan langsung bekerja setelah tamat dari
community college dapat mengikuti program vokasional, sesuai dengan bakat dan
minat mahasiswa serta kebutuhan masyrakat. Menurut Calhon dan Finch (1982),
perkembangan program vokasional ini dipacu oleh adanya undang-undang yang
mendukung pendidikan vokasional, mulai dari Morril Act tahun 1826. George-
Reed Act tahun 1936, dan George-Ellzey Act tahun 1934. George-Deen Act tahun
1936, dan George-Barden Act tahun 1945. Program pelayanan kepada masyarakat
(community services) juga merupakan program utama community college. jangka
waktunya tidak harus 2 tahun, karena sesuai dengan kredit yang diambil serta
jenis dan tingkat keterampilan yang diinginkan. Pada lulusan SMK yang belum
bekerja, karyawan industri yang ingin meningkatkan keterampilannya, orang yang
ingin pindah profesi, purnawirawan yang kan mencari pekerjaan, para manula
(Senior citizens) yang ingin belajar lagi, dan ibu-ibu rumah tangga dapat
memanfaatkan program ini, baik yang bersifat kredit maupun non-kredit. Salah
satu karakteristik yang cukup menonjol adalah bahwa community college selalu
berusaha memenuhi masyarakat dan perkembangan teknologi yang sedang
berlangsung. Oleh karena itu, diversifikasi bidang studi terjadi dengan pesatnya.
community college memiliki keterkaitan (link) yang kuat dengan pemerintah,
masyarakat, dan industri. Pemerinta baik federal maupun negara bagian menaruh
perhatian yang sangat besar pada lembaga ini. Keterkaitan ini juga didukung oleh
adanya Undang-undang. Sebagai contoh, menurut Higher Education Facilities Act
tahun 1963, Negara Federal diberi wewenang untuk memberikan dana dalam
bentuk hibah dan pinjaman untuk mengembangkan ruang kelas dan laboratoirum
pada community college, technical college, dan universitas. Begitu pula negara
bagian juga bertanggung jawab atas penyelenggaraan community college , sebagai
contoh, 9 anggota Board of Trustees (semacam Majelis Wali Amanat) yang
membawahi Columbus state Community College diangkat oleh Gubernur Negara
Bagian Ohio. Dukungan masyarakat terhadap community college tercermin dalam
komposisi para anggotanya yang terdiri atas tokoh-tokoh yang mewakili berbagai-
bagai kelompok dalam masyarakat. Badan ini memiliki tiga fungsi utama,
merupakan katalisator antara community college dan masyarakat, mentransfer
permintaan masyarakat ke dalam keputusan-keputusan lembaga, dan melindungi
lembaga dari ancaman luar. Dengan tiga fungsi tersebut, Board of Trustees dapat
melaksanakan tugas, seperti mengangkat, mengevaluasi dan memberhentikan
rektor; merumuskan pernyataan misi community college, menyediakan fasilitas
fisik; melakukan kegiatan hubungan masyarakt; dan membuat perencanaan
(Monroe, 1972; Cohen & Brawer, 1982).
Kerja sama antara community college dan industri sangat kuat. Kerjasama ini
sangat diperlukan karena perkembangan teknologi terjadi hampir pada semua
bidang. Perkembangan teknologi ini menyebabkan pendidikan dan pelatihan
tenaga kerja menjadi kebutuhan yang selalu ada dan tidak pernah berhenti, serta
harus selalu mengacu pada kebutuhan nyata di lapangan kerja (industri).
Perlunya Adopsi Model Akdemi Komunitas di Indonesia
Peningkatan kualitas sumber daya insani dan penguasaan teknologi merupakan
usaha yang harus dilakukan secara simultan. Sehubungan dengan ini, Sistem
pendidikan tinggi diharapkan dapat berperan secara dominan dalam melaksanakan
usaha ini. Karena perkembangan teknologi berjalan secara cepat, struktur
masyarakat semakin kompleks, ditambah dengan adanya proses industrialisasi, di
Indonesia harus diadakan transformasi secara terus-menerus untuk menemukan
model pendidikan tinggi yang lebih tepat dan cepat.
Proses industrialisasi di Indonesi bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan
rakyat. Karena dengan pembangunan industri dan pengembangan sumber daya
manusia diharapkan produktivitas nasional meningkat secara optimal, yang pada
gilirannya dapat mendorong percepatan rata-rata pendapatan nasional. Namun,
apabila proses industrialisasi tidak disertai dengan penguasaan teknologi, maka
ketergantungan terhadap impor teknologi (yang tidak dapat dimanfaatkan secara
efisien) akan terus berlangsung, sehingga dapat mempertahankan “lingkaran
setan” keterbelakangan teknologi. Oleh karena itu, pembangunan infrastruktur
dasar IPTEK dan penyediaan modal manusia teknik yang memadai harus
dilakukan.
Perkembangan teknologi dan industri yang dibutuhkan diatas harus didukung oleh
ketersediaan tenaga kerja yang kompeten. Suatu kenyataan bahwa sebagian besar
yang diperlukan pada industri adalah tenaga kerja tingkat menengah, bukan yang
berkualifikasi sarjana. Jika dikatakan bahwa yang banyak diperlukan adalah
tenaga kerja yang memiliki keterampilan tingkat menengah, tidak berarti semua
dapat diisi oleh para lulusan Sekolah menengah Kejuruan (SMK). Karena tingkat
teknologi yang diperlukan oleh dunia kerja semakin canggih, maka yang
dimaksud keterampilan tingkat menengah juga dapat bergeser ke arahh yang lebih
tinggi. Dalam hal ini dibutuhkan adanya transformasi model pendidikan teknologi
yang dapat memasok lulusan dengan keterampilan di bawah sarjana, tetapi di atas
SMK.
Pertimbangan yang sangat menonjol adalah kebijakan otonomi daerah di tingkat
kabupaten/kota (UU No. 32/2004). Banyak di antara daerah yang diotonomikan
tersebut memiliki wilayah yang luas dan potensi ekonomi dan teknologi yang
besar, namun belum digali dan dikembangkan untuk memnuhi kebutuhan
masyarakat setempat. Di sini perlu adanya suatu lembaga pendidikan yang
diarahkan khusus untuk memnuhi kebutuhan lokal dan mengangkat keunggulan
lokal, dengan penguasaan teknologi yang lebih tinggi daripada tingkat SMK.
Dari uraian diatas, dapat dikemukakan bahwa perlunya transformasi model
pendidikan tinggi Indonesia didasarkan atas kenyataan-kenyataan: (1) kebutuhan
penguasaan teknologi yang memadai dan bervariasi dengan adanya proses
industrialisasi (2) struktur angkatan kerja yang belum menunjang perkembangan
teknologi, (3) kebutuhan tenaga kerja tingkat menengah dengan keterampilan
yang lebih tinggi, dan (4) kebutuhan daerah untuk menggali dan mengembangkan
potensi ekonomi dan teknologinya, untuk kepentingan daerah yang bersangkutan.
Jika dilihat dari kenyataan-kenyataan ini, serta dikaji karakteristiknya, model
akademi komunitas (community college) tepat sekali diterapkan di Indonesi,
sebagai salah satu alternatif model pendidikan tinggi di Indonesia yang
berorientasi pada keunggulan lokal. Sehubungan dengan ini, penerapan model
akademi komunitas telah termaktub dalam undang-undang no. 12 tahun 2012
tentang Pendidikan Tinggi pasal 59, yang menyatakan, akademi komunitas
merupakan perguruan tinggi yang menyelenggarakan pendidikan vokasi setingkat
diploma satu dan ataudiploma dua dalam satu atau beberapa cabang ilmu
pengetahuan dan teknologi tertentu yang berbasis pada keungguan lokal atau
untuk memenuhi kebutuhan khusus.
Implikasi Diterapkannya Model Akdemi Komunitas di Indonesia
Untuk menerapkan model akademi komunitas, pemerintah menghadapi kendala-
kendala yang bersifat yuridis, struktural, teknis-prosedural, dan kultural. Dari segi
yuridis, rumusan tentang akademi komunitas dalam UU No. 12 tahun 2012
tersebut harus didukung oleh peraturann-peraturan yang lebih rendah, misalnya
Peraturan Pemerintah dan peraturan Menteri. Secara struktural barangkli juga
akan menemui kendala,misalnya dalam penyelenggaraan akademi komunitas ini
melibatkan banyak pihak (Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan,
Kementerian Dalam Negeri/Pemda, Kementerian Transmigrasi dan Tenaga Kerja,
Kementerian Perindustrian, dan Perguruan Tinggi setempat). Dan pemerintah
akan mengalami kendala yang bersifat teknis-prosedural dalam diversifikasi
program studi dan relevan dengan kebutuhan lokal, yang merupakan salah satu
ciri khas akademi komunitas di Indonesia. Selanjutnya, dari segi kultural,
sebgaian besar anggota masyarakat Indonesia pada saat ini masih mendambakan
gelar-gelar kesarjanaan dari perguruan tinggi.
Kendala-kendala tersebut dapat diatai apabila terdapat political will dari
pemerintah dan semua yang akan terlibat dalam penyelenggaraan akademi
komunitas. Penulis mengajukan saran-saran sebagai berikut: (1) segera disusun
peraturan-peraturan baru (PP dan Permen) tentang penyelenggaraan akademi
komunitas secara operasional, (2) diadakan kolaborasi-kolaborasi antar
kementerian dan lembaga terkait, untuk menetapkan organisasi, manajemen dan
kurikulumnya, misalnya dalam bentuk SKB beberapa menteri, (3) diadakan
pemetaan (mapping) dan asesmen kebutuhan (needs assessment) secara cermat
tentang potensi yang dimiliki tiap kabupaten/kota, untuk menentukan bidang-
bidang dan keterampilan yang dibutuhkan dan diunggulkan pada setiap
kabupaten/kota, dan (4) dilaksanakan sosialisasi model akademi komunitas
kepada masyarakt, termasuk sosialisasi tentang pentingnya lembaga ini bagi
pembangunan daerah, serta kedudukan lulusan yang mulia karena berperan aktif
dalam membangun daerahnya sendiri.

More Related Content

What's hot

Managemen Dinas Pendidikan
Managemen Dinas PendidikanManagemen Dinas Pendidikan
Managemen Dinas PendidikanIlan Surf ﺕ
 
Masalah pendidikan dan solusinya
Masalah pendidikan dan solusinyaMasalah pendidikan dan solusinya
Masalah pendidikan dan solusinyaMastudiar Daryus
 
Takrifan ketaksamaan peluang pendidikan dalam konteks malaysia
Takrifan ketaksamaan peluang pendidikan dalam konteks malaysiaTakrifan ketaksamaan peluang pendidikan dalam konteks malaysia
Takrifan ketaksamaan peluang pendidikan dalam konteks malaysiaDorma Jn
 
Pendidikan terbaik melahirkan generasi terbaik
Pendidikan terbaik melahirkan generasi terbaikPendidikan terbaik melahirkan generasi terbaik
Pendidikan terbaik melahirkan generasi terbaikLilis Holisah
 
Globalisasi vol31 no1_(91-101)
Globalisasi vol31 no1_(91-101)Globalisasi vol31 no1_(91-101)
Globalisasi vol31 no1_(91-101)Ismail Abdul Wahid
 
perjalanan pendidikan indonesia
perjalanan pendidikan indonesiaperjalanan pendidikan indonesia
perjalanan pendidikan indonesiasaifulalmujab
 
Kepentingan dasar-dasar pendidikan terhadap pembangunan pendidikan yang berja...
Kepentingan dasar-dasar pendidikan terhadap pembangunan pendidikan yang berja...Kepentingan dasar-dasar pendidikan terhadap pembangunan pendidikan yang berja...
Kepentingan dasar-dasar pendidikan terhadap pembangunan pendidikan yang berja...NickyAng45
 
Nampak globlisai terhadap pendidikan
Nampak globlisai terhadap pendidikanNampak globlisai terhadap pendidikan
Nampak globlisai terhadap pendidikanTjoetnyak Izzatie
 
REFORMASI PENDIDIKAN DI NEGARA MAJU; DADANG DJOKO KARYANTO
REFORMASI PENDIDIKAN  DI NEGARA MAJU; DADANG DJOKO KARYANTOREFORMASI PENDIDIKAN  DI NEGARA MAJU; DADANG DJOKO KARYANTO
REFORMASI PENDIDIKAN DI NEGARA MAJU; DADANG DJOKO KARYANTODadang DjokoKaryanto
 
Implikasi pelaksanaan dasar-dasar pendidikan di Malaysia terhadap pembangunan...
Implikasi pelaksanaan dasar-dasar pendidikan di Malaysia terhadap pembangunan...Implikasi pelaksanaan dasar-dasar pendidikan di Malaysia terhadap pembangunan...
Implikasi pelaksanaan dasar-dasar pendidikan di Malaysia terhadap pembangunan...NickyAng45
 
11 sistem-pendidikan-nasional indonesia
11 sistem-pendidikan-nasional indonesia11 sistem-pendidikan-nasional indonesia
11 sistem-pendidikan-nasional indonesiafaizah12
 

What's hot (16)

Managemen Dinas Pendidikan
Managemen Dinas PendidikanManagemen Dinas Pendidikan
Managemen Dinas Pendidikan
 
Masalah pendidikan dan solusinya
Masalah pendidikan dan solusinyaMasalah pendidikan dan solusinya
Masalah pendidikan dan solusinya
 
Takrifan ketaksamaan peluang pendidikan dalam konteks malaysia
Takrifan ketaksamaan peluang pendidikan dalam konteks malaysiaTakrifan ketaksamaan peluang pendidikan dalam konteks malaysia
Takrifan ketaksamaan peluang pendidikan dalam konteks malaysia
 
Pendidikan terbaik melahirkan generasi terbaik
Pendidikan terbaik melahirkan generasi terbaikPendidikan terbaik melahirkan generasi terbaik
Pendidikan terbaik melahirkan generasi terbaik
 
Globalisasi vol31 no1_(91-101)
Globalisasi vol31 no1_(91-101)Globalisasi vol31 no1_(91-101)
Globalisasi vol31 no1_(91-101)
 
Pp bab 5
Pp bab 5Pp bab 5
Pp bab 5
 
perjalanan pendidikan indonesia
perjalanan pendidikan indonesiaperjalanan pendidikan indonesia
perjalanan pendidikan indonesia
 
Pengantar Pendidikan
Pengantar PendidikanPengantar Pendidikan
Pengantar Pendidikan
 
aaaa
aaaaaaaa
aaaa
 
Landasan sosiologis n ekonomi
Landasan sosiologis n ekonomi Landasan sosiologis n ekonomi
Landasan sosiologis n ekonomi
 
Kepentingan dasar-dasar pendidikan terhadap pembangunan pendidikan yang berja...
Kepentingan dasar-dasar pendidikan terhadap pembangunan pendidikan yang berja...Kepentingan dasar-dasar pendidikan terhadap pembangunan pendidikan yang berja...
Kepentingan dasar-dasar pendidikan terhadap pembangunan pendidikan yang berja...
 
Nampak globlisai terhadap pendidikan
Nampak globlisai terhadap pendidikanNampak globlisai terhadap pendidikan
Nampak globlisai terhadap pendidikan
 
Pendidikan luar sekolah di korea
Pendidikan luar sekolah di koreaPendidikan luar sekolah di korea
Pendidikan luar sekolah di korea
 
REFORMASI PENDIDIKAN DI NEGARA MAJU; DADANG DJOKO KARYANTO
REFORMASI PENDIDIKAN  DI NEGARA MAJU; DADANG DJOKO KARYANTOREFORMASI PENDIDIKAN  DI NEGARA MAJU; DADANG DJOKO KARYANTO
REFORMASI PENDIDIKAN DI NEGARA MAJU; DADANG DJOKO KARYANTO
 
Implikasi pelaksanaan dasar-dasar pendidikan di Malaysia terhadap pembangunan...
Implikasi pelaksanaan dasar-dasar pendidikan di Malaysia terhadap pembangunan...Implikasi pelaksanaan dasar-dasar pendidikan di Malaysia terhadap pembangunan...
Implikasi pelaksanaan dasar-dasar pendidikan di Malaysia terhadap pembangunan...
 
11 sistem-pendidikan-nasional indonesia
11 sistem-pendidikan-nasional indonesia11 sistem-pendidikan-nasional indonesia
11 sistem-pendidikan-nasional indonesia
 

Similar to Model Komunitas Perguruan Tinggi

Makalah pengantar pendidikan
Makalah pengantar pendidikanMakalah pengantar pendidikan
Makalah pengantar pendidikanmuhammad anshori
 
Globalisasi dan cabaran_pendidikan_di_ma
Globalisasi dan cabaran_pendidikan_di_maGlobalisasi dan cabaran_pendidikan_di_ma
Globalisasi dan cabaran_pendidikan_di_mamandina
 
Buku Panduan Pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi Pendidikan Tinggi
Buku Panduan Pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi Pendidikan TinggiBuku Panduan Pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi Pendidikan Tinggi
Buku Panduan Pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi Pendidikan Tinggirika yunita sari
 
Tugas kelompok pengantar pendidikan(kel.10)
Tugas kelompok pengantar pendidikan(kel.10)Tugas kelompok pengantar pendidikan(kel.10)
Tugas kelompok pengantar pendidikan(kel.10)Dhiekha Nak Minang
 
Tugas kelompok pengantar pendidikan(kel.10)
Tugas kelompok pengantar pendidikan(kel.10)Tugas kelompok pengantar pendidikan(kel.10)
Tugas kelompok pengantar pendidikan(kel.10)Dhiekha Nak Minang
 
Laporan kkn xviii UGR DEsa TOYA
Laporan kkn xviii UGR DEsa TOYALaporan kkn xviii UGR DEsa TOYA
Laporan kkn xviii UGR DEsa TOYAilmanbakri
 
Contoh Laporan Kuliah Kerja Nyata
Contoh Laporan Kuliah Kerja NyataContoh Laporan Kuliah Kerja Nyata
Contoh Laporan Kuliah Kerja NyataAhmadRifaldhi
 
Tugas kelompok pengantar pendidikan(kel.10)
Tugas kelompok pengantar pendidikan(kel.10)Tugas kelompok pengantar pendidikan(kel.10)
Tugas kelompok pengantar pendidikan(kel.10)nhiiyylhakirei
 
Makalah pendidikan luar sekolah di korea selatan
Makalah pendidikan luar sekolah di korea selatanMakalah pendidikan luar sekolah di korea selatan
Makalah pendidikan luar sekolah di korea selatanOperator Warnet Vast Raha
 
LAPORAN KKN REGULER 2023 DESA WONUA.docx
LAPORAN KKN REGULER 2023 DESA WONUA.docxLAPORAN KKN REGULER 2023 DESA WONUA.docx
LAPORAN KKN REGULER 2023 DESA WONUA.docxZainal90
 
Laporan bantuan sosial
Laporan bantuan sosialLaporan bantuan sosial
Laporan bantuan sosialJoni Candra
 
Proposal bantuan sosial
Proposal bantuan sosialProposal bantuan sosial
Proposal bantuan sosialJoni Candra
 
Hubungan antara-kebiasaan-menonton-acara-informasi-di-televisi-terhadap-peril...
Hubungan antara-kebiasaan-menonton-acara-informasi-di-televisi-terhadap-peril...Hubungan antara-kebiasaan-menonton-acara-informasi-di-televisi-terhadap-peril...
Hubungan antara-kebiasaan-menonton-acara-informasi-di-televisi-terhadap-peril...Melva Amma Kalian
 
Perencanaan Kegiatan Humas (2).pdf
Perencanaan Kegiatan Humas (2).pdfPerencanaan Kegiatan Humas (2).pdf
Perencanaan Kegiatan Humas (2).pdfAHMADSAEFUL2
 
Naskah akademik CC PENS
Naskah akademik CC PENSNaskah akademik CC PENS
Naskah akademik CC PENSPVB Jatim
 
Surip Kurikulum PAI di Era MBKM.ppt
Surip Kurikulum PAI di Era MBKM.pptSurip Kurikulum PAI di Era MBKM.ppt
Surip Kurikulum PAI di Era MBKM.pptAhmadyassin33
 
Model pembelajaran komunitas
Model pembelajaran komunitasModel pembelajaran komunitas
Model pembelajaran komunitasBe Susantyo
 
(Nur Hidayah M PAI 3F/153111186) PPT AP
(Nur Hidayah M PAI 3F/153111186) PPT AP(Nur Hidayah M PAI 3F/153111186) PPT AP
(Nur Hidayah M PAI 3F/153111186) PPT APMasriqa Aslim
 

Similar to Model Komunitas Perguruan Tinggi (20)

Makalah pengantar pendidikan
Makalah pengantar pendidikanMakalah pengantar pendidikan
Makalah pengantar pendidikan
 
Globalisasi dan cabaran_pendidikan_di_ma
Globalisasi dan cabaran_pendidikan_di_maGlobalisasi dan cabaran_pendidikan_di_ma
Globalisasi dan cabaran_pendidikan_di_ma
 
Buku Panduan Pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi Pendidikan Tinggi
Buku Panduan Pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi Pendidikan TinggiBuku Panduan Pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi Pendidikan Tinggi
Buku Panduan Pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi Pendidikan Tinggi
 
Tugas kelompok pengantar pendidikan(kel.10)
Tugas kelompok pengantar pendidikan(kel.10)Tugas kelompok pengantar pendidikan(kel.10)
Tugas kelompok pengantar pendidikan(kel.10)
 
Tugas kelompok pengantar pendidikan(kel.10)
Tugas kelompok pengantar pendidikan(kel.10)Tugas kelompok pengantar pendidikan(kel.10)
Tugas kelompok pengantar pendidikan(kel.10)
 
Laporan kkn xviii UGR DEsa TOYA
Laporan kkn xviii UGR DEsa TOYALaporan kkn xviii UGR DEsa TOYA
Laporan kkn xviii UGR DEsa TOYA
 
Contoh Laporan Kuliah Kerja Nyata
Contoh Laporan Kuliah Kerja NyataContoh Laporan Kuliah Kerja Nyata
Contoh Laporan Kuliah Kerja Nyata
 
Tugas kelompok pengantar pendidikan(kel.10)
Tugas kelompok pengantar pendidikan(kel.10)Tugas kelompok pengantar pendidikan(kel.10)
Tugas kelompok pengantar pendidikan(kel.10)
 
PPT KELOMPOK 6 NEW.pptx
PPT KELOMPOK 6 NEW.pptxPPT KELOMPOK 6 NEW.pptx
PPT KELOMPOK 6 NEW.pptx
 
Pengembangan softskill-mahasiswa
Pengembangan softskill-mahasiswaPengembangan softskill-mahasiswa
Pengembangan softskill-mahasiswa
 
Makalah pendidikan luar sekolah di korea selatan
Makalah pendidikan luar sekolah di korea selatanMakalah pendidikan luar sekolah di korea selatan
Makalah pendidikan luar sekolah di korea selatan
 
LAPORAN KKN REGULER 2023 DESA WONUA.docx
LAPORAN KKN REGULER 2023 DESA WONUA.docxLAPORAN KKN REGULER 2023 DESA WONUA.docx
LAPORAN KKN REGULER 2023 DESA WONUA.docx
 
Laporan bantuan sosial
Laporan bantuan sosialLaporan bantuan sosial
Laporan bantuan sosial
 
Proposal bantuan sosial
Proposal bantuan sosialProposal bantuan sosial
Proposal bantuan sosial
 
Hubungan antara-kebiasaan-menonton-acara-informasi-di-televisi-terhadap-peril...
Hubungan antara-kebiasaan-menonton-acara-informasi-di-televisi-terhadap-peril...Hubungan antara-kebiasaan-menonton-acara-informasi-di-televisi-terhadap-peril...
Hubungan antara-kebiasaan-menonton-acara-informasi-di-televisi-terhadap-peril...
 
Perencanaan Kegiatan Humas (2).pdf
Perencanaan Kegiatan Humas (2).pdfPerencanaan Kegiatan Humas (2).pdf
Perencanaan Kegiatan Humas (2).pdf
 
Naskah akademik CC PENS
Naskah akademik CC PENSNaskah akademik CC PENS
Naskah akademik CC PENS
 
Surip Kurikulum PAI di Era MBKM.ppt
Surip Kurikulum PAI di Era MBKM.pptSurip Kurikulum PAI di Era MBKM.ppt
Surip Kurikulum PAI di Era MBKM.ppt
 
Model pembelajaran komunitas
Model pembelajaran komunitasModel pembelajaran komunitas
Model pembelajaran komunitas
 
(Nur Hidayah M PAI 3F/153111186) PPT AP
(Nur Hidayah M PAI 3F/153111186) PPT AP(Nur Hidayah M PAI 3F/153111186) PPT AP
(Nur Hidayah M PAI 3F/153111186) PPT AP
 

Recently uploaded

1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdfShintaNovianti1
 
MA Kelas XII Bab 1 materi musik mkontemnporerFase F.pdf
MA Kelas XII  Bab 1 materi musik mkontemnporerFase F.pdfMA Kelas XII  Bab 1 materi musik mkontemnporerFase F.pdf
MA Kelas XII Bab 1 materi musik mkontemnporerFase F.pdfcicovendra
 
LATIHAN SOAL SISTEM PENCERNAAN KELAS 11pptx
LATIHAN SOAL SISTEM PENCERNAAN KELAS 11pptxLATIHAN SOAL SISTEM PENCERNAAN KELAS 11pptx
LATIHAN SOAL SISTEM PENCERNAAN KELAS 11pptxnataliadwiasty
 
Teknik Menjawab Kertas P.Moral SPM 2024.pptx
Teknik Menjawab Kertas P.Moral SPM  2024.pptxTeknik Menjawab Kertas P.Moral SPM  2024.pptx
Teknik Menjawab Kertas P.Moral SPM 2024.pptxwongcp2
 
Sejarah Perkembangan Teori Manajemen.ppt
Sejarah Perkembangan Teori Manajemen.pptSejarah Perkembangan Teori Manajemen.ppt
Sejarah Perkembangan Teori Manajemen.pptssuser940815
 
Keberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptx
Keberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptxKeberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptx
Keberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptxLeniMawarti1
 
materi pembelajaran tentang INTERNET.ppt
materi pembelajaran tentang INTERNET.pptmateri pembelajaran tentang INTERNET.ppt
materi pembelajaran tentang INTERNET.pptTaufikFadhilah
 
Pelatihan Asesor 2024_KEBIJAKAN DAN MEKANISME AKREDITASI PAUD TAHUN 2024 .pdf
Pelatihan Asesor 2024_KEBIJAKAN DAN  MEKANISME AKREDITASI PAUD TAHUN 2024 .pdfPelatihan Asesor 2024_KEBIJAKAN DAN  MEKANISME AKREDITASI PAUD TAHUN 2024 .pdf
Pelatihan Asesor 2024_KEBIJAKAN DAN MEKANISME AKREDITASI PAUD TAHUN 2024 .pdfEmeldaSpd
 
Keberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptx
Keberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptxKeberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptx
Keberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptxLeniMawarti1
 
aksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmm
aksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmmaksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmm
aksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmmeunikekambe10
 
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptxTopik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptxsyafnasir
 
1.2.a.6 Dekon modul 1.2. DINI FITRIANI.pdf
1.2.a.6 Dekon modul 1.2. DINI FITRIANI.pdf1.2.a.6 Dekon modul 1.2. DINI FITRIANI.pdf
1.2.a.6 Dekon modul 1.2. DINI FITRIANI.pdfsandi625870
 
PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2
PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2
PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2noviamaiyanti
 
modul 1.2 guru penggerak angkatan x Bintan
modul 1.2 guru penggerak angkatan x Bintanmodul 1.2 guru penggerak angkatan x Bintan
modul 1.2 guru penggerak angkatan x BintanVenyHandayani2
 
PPT PERLINDUNGAN KONSUMEN .Pengertian Transaksi Online
PPT PERLINDUNGAN KONSUMEN .Pengertian Transaksi OnlinePPT PERLINDUNGAN KONSUMEN .Pengertian Transaksi Online
PPT PERLINDUNGAN KONSUMEN .Pengertian Transaksi OnlineMMario4
 
Panduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdf
Panduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdfPanduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdf
Panduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdfandriasyulianto57
 
P_E_R_I_L_A_K_U__K_O_N_S_E_L_O_R__v.1.ppt
P_E_R_I_L_A_K_U__K_O_N_S_E_L_O_R__v.1.pptP_E_R_I_L_A_K_U__K_O_N_S_E_L_O_R__v.1.ppt
P_E_R_I_L_A_K_U__K_O_N_S_E_L_O_R__v.1.pptAfifFikri11
 
Buku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdf
Buku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdfBuku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdf
Buku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdfWahyudinST
 
rpp bangun-ruang-sisi-datar kelas 8 smp.pdf
rpp bangun-ruang-sisi-datar kelas 8 smp.pdfrpp bangun-ruang-sisi-datar kelas 8 smp.pdf
rpp bangun-ruang-sisi-datar kelas 8 smp.pdfGugunGunawan93
 
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...Kanaidi ken
 

Recently uploaded (20)

1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
 
MA Kelas XII Bab 1 materi musik mkontemnporerFase F.pdf
MA Kelas XII  Bab 1 materi musik mkontemnporerFase F.pdfMA Kelas XII  Bab 1 materi musik mkontemnporerFase F.pdf
MA Kelas XII Bab 1 materi musik mkontemnporerFase F.pdf
 
LATIHAN SOAL SISTEM PENCERNAAN KELAS 11pptx
LATIHAN SOAL SISTEM PENCERNAAN KELAS 11pptxLATIHAN SOAL SISTEM PENCERNAAN KELAS 11pptx
LATIHAN SOAL SISTEM PENCERNAAN KELAS 11pptx
 
Teknik Menjawab Kertas P.Moral SPM 2024.pptx
Teknik Menjawab Kertas P.Moral SPM  2024.pptxTeknik Menjawab Kertas P.Moral SPM  2024.pptx
Teknik Menjawab Kertas P.Moral SPM 2024.pptx
 
Sejarah Perkembangan Teori Manajemen.ppt
Sejarah Perkembangan Teori Manajemen.pptSejarah Perkembangan Teori Manajemen.ppt
Sejarah Perkembangan Teori Manajemen.ppt
 
Keberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptx
Keberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptxKeberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptx
Keberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptx
 
materi pembelajaran tentang INTERNET.ppt
materi pembelajaran tentang INTERNET.pptmateri pembelajaran tentang INTERNET.ppt
materi pembelajaran tentang INTERNET.ppt
 
Pelatihan Asesor 2024_KEBIJAKAN DAN MEKANISME AKREDITASI PAUD TAHUN 2024 .pdf
Pelatihan Asesor 2024_KEBIJAKAN DAN  MEKANISME AKREDITASI PAUD TAHUN 2024 .pdfPelatihan Asesor 2024_KEBIJAKAN DAN  MEKANISME AKREDITASI PAUD TAHUN 2024 .pdf
Pelatihan Asesor 2024_KEBIJAKAN DAN MEKANISME AKREDITASI PAUD TAHUN 2024 .pdf
 
Keberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptx
Keberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptxKeberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptx
Keberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptx
 
aksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmm
aksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmmaksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmm
aksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmm
 
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptxTopik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
 
1.2.a.6 Dekon modul 1.2. DINI FITRIANI.pdf
1.2.a.6 Dekon modul 1.2. DINI FITRIANI.pdf1.2.a.6 Dekon modul 1.2. DINI FITRIANI.pdf
1.2.a.6 Dekon modul 1.2. DINI FITRIANI.pdf
 
PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2
PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2
PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2
 
modul 1.2 guru penggerak angkatan x Bintan
modul 1.2 guru penggerak angkatan x Bintanmodul 1.2 guru penggerak angkatan x Bintan
modul 1.2 guru penggerak angkatan x Bintan
 
PPT PERLINDUNGAN KONSUMEN .Pengertian Transaksi Online
PPT PERLINDUNGAN KONSUMEN .Pengertian Transaksi OnlinePPT PERLINDUNGAN KONSUMEN .Pengertian Transaksi Online
PPT PERLINDUNGAN KONSUMEN .Pengertian Transaksi Online
 
Panduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdf
Panduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdfPanduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdf
Panduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdf
 
P_E_R_I_L_A_K_U__K_O_N_S_E_L_O_R__v.1.ppt
P_E_R_I_L_A_K_U__K_O_N_S_E_L_O_R__v.1.pptP_E_R_I_L_A_K_U__K_O_N_S_E_L_O_R__v.1.ppt
P_E_R_I_L_A_K_U__K_O_N_S_E_L_O_R__v.1.ppt
 
Buku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdf
Buku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdfBuku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdf
Buku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdf
 
rpp bangun-ruang-sisi-datar kelas 8 smp.pdf
rpp bangun-ruang-sisi-datar kelas 8 smp.pdfrpp bangun-ruang-sisi-datar kelas 8 smp.pdf
rpp bangun-ruang-sisi-datar kelas 8 smp.pdf
 
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...
 

Model Komunitas Perguruan Tinggi

  • 1. MODEL AKADEMI KOMUNITAS (COMMUNITY COLLEGE) Model community college berkembang pesat di Amerika Serikat, Kanada, dan Selandia Baru. Karakteristik community college ini antara lain: (1) pendidikan pada jenjang perguruan tinggi, (2) jangka waktu studi (maksimal) 2 tahun, (3) melayani mahasiswa dengan berbagai kemampuan akademik, minat dan kelompok umum, (4) menggunakan kebijakan pintu terbuka (open door policy), (5) diversifikasi bidang sesuai dengan kebutuhan nyata masayarakat dan (7) memiliki link yang kuat dengan pemerintah, masyarakat dan industri. Dengan pesrpektif historis, Deegan dan Tillery (1985) membagi perkembangan community college di Amerika Serikat menjadi empat tahap. Pertama, pada mulanya community college masih merupakan perpanjangan dari sistem sekolah menengah (1900-1930). Perkembangan ini memnuhi gagasan Henry Phillips Tappan, pada saat itu sebagai rektor the University of Michigan, yang berusaha menempatkan tahun pertama dan kedua perguruan tinggi pada jenjang skolah menengah (Palinchak, 1973). Hal ini dimaksudkan untuk mengurangi beban perguruan tinggi. Dengan demikian, diharapkan proses pendidikan berlangsung secara efisien dan ekonomis. Pada tahap kedua, institusi ini menjadi junior college, yang berdiri secara mandiri dan merupakan pendidikan pada jenjang perguruan tinggi. Berdirinya junior college ini dilatarbelakangi oleh adanya depresi besar yang melanda Amerika pada tahun 1930an, yang berakibat berkurangnya dana negara untuk pendidikan menengah. Keadaan ini mendorong junior college menjadi lebih mandiri, lepas dari sistem pendidikan menengah. junior college berkembang pesat antara tahun 1930-1950. Lembaga ini hanya menawarkan program transfer, yaitu mempersiapkan mahasiswa untuk memasuki tingkat yang lebih tinggi pada sistem pendidikan tinggi empat tahun (universitas). Selanjutnya, junior college menjadi bentuk community college (1950-1970). Perkembangan ini didasari atas kebutuhanuntuk menitikberatkan program- program pendidikan pada pendidikan vokasional, sambil tetap melanjutkan program pendidikan umum, sebagaimana rekomendasi dari Commission of Higher Education di bawah Presiden Harry Truman tahun 1947. Dengan demikian, community college menyelenggarakan dua macam program, yaitu program vokasional dan program transfer.
  • 2. Akhirnya community college, berkembang menjadi lebih komprehensif (comprehensif community college) mulai tahun 1970-an sampai dengan sekarang. Deegan dan Tillery (1985) menyebutkan dengan generasi keempat community college. Pada periode ini, community college telah memiliki kurikula yang lebih komprehensif dan mahasiswa yang lebih komples daripada tahap tiga. Dengan ditambahkannya program-program non-tradisional, non-kredit, individualistik, dan pelayanan masyarakat menandai karakteristik community college yang baru, dengan tetap melanjutkan program vokasional dan program transfer. Di atas telah dikemukakan bahwa community college di Amerika dilaksnakan untuk jangka waktu studi 2 tahu. Gelar yang diperoleh bagi lulusan lembaga ini, misalnya A.A (Associate of Arts), A.S (Associate of Science), A.A.S (Associate of Applied Science), A.T.S (Associate of Technical Studies). dan sebagainya. Jangka waktu 2 tahun ini dengan pertimbangan bahwa perkembangan teknologi berlangsung semakin cepat dan diperkirakan terjadi kurang lebih 2 tahun sekali. Dengan demikian, mahasiswa baru tahun ini direncanakan masih dapat mengikuti perkembangan teknologi ketika mereka lulus 2 tahun yang akan datang. Terdapat tiga fenomena yang menandakan bahwa community college Amerika memiliki keunikan berkenaan dengan karakteristik mahasiswanya. Disamping mahasiswa reguler, community college juga memiliki tipe-tipe khusus mahasiswa. Moore (1983) mengkategorilan mahasiswa khusus menjadi enam kelompok: mahasiswa yang lemah dalam kemampuan akademiknya, sehingga mereka membutuhkan program remedial; mahasiswa minoritas, yang jumlahnya sekitar 25% dari seluruh mahasiswa community college di Amerika Serikat; para veteran yang memerlukan perhatian khusus, para pengunsi yang memiliki kendala dalam hal bahasa; mahasiswa yang memiliki latar belakang sosio-ekonomi lemah; dan mahasiswa dengan prestasi akademik masa lalu yang rendah. Kecendrungan kedua adalah bahwa mahasiswanya banyak yang berasal dari kelompok umur tua. Hal ini ditandai dengan fakta bahwa antara tahun 1980 sampai dengan 1990, jumlah mahasiswa community college yang berumur 18-24 tahun cenderung menurun 15%, sedangkan mahasiswa yang berumur 25-44 tahun cenderung meningkat 25% (Deegan & Tillery, 1985). Ketiga, the American Association of Community and junior colleges (Cohen & Brower, 1982) memperlihatkan penurunan jumlah mahasiswa penuh waktu (fulltime student) antara tahun 1963 sampai 1980, sebaliknya, pada tahun 1980 jumlah mahasiswa paruh waktu (partime student) naik menjadi 26% dari 53% pada tahun 1963.
  • 3. Sehubungan dengan aksebilitas sistem community college, konsep kebijakan pintu terbuka (open door policy) diterapkan, yaitu tiap lulusan SMA/SMK, dan orang dewasa memiliki akses dan peluang untuk memasuki (Deegan & Tillery, 1985). Kebijakan ini sejalan dengan asumsi demokratik Thompson (1972) dalam pendidikan teknologi dan kejuruan, yang menyatakan bahwa setiap orang adalah penting dan mempunyai sifat mulia; oleh karena itu setiap orang memiliki hak untuk memperoleh pendidikan. Di atas telah dikemukakan bahwa community college memiliki program-program transfer, vokasional, dan pelayanan kepada masyarakat. Ketiga macam program inii menjadi ciri utama community college. Program transfer (kadang-kadang juga disebut program transfer akademik) dimaksudkan untuk menyiapkan mahasiswa memasuki perguruan tinggi empat tahun (universitas). Dengan adanya program transfer ini, seorang mahasiswa berada di sautu community college ketika ia masih tingkat 1 dan 2, kemudian pindah ke universitas untuk tingkat 3 dan 4. Sementara itu, bagi mahasiswa yang menginginkan langsung bekerja setelah tamat dari community college dapat mengikuti program vokasional, sesuai dengan bakat dan minat mahasiswa serta kebutuhan masyrakat. Menurut Calhon dan Finch (1982), perkembangan program vokasional ini dipacu oleh adanya undang-undang yang mendukung pendidikan vokasional, mulai dari Morril Act tahun 1826. George- Reed Act tahun 1936, dan George-Ellzey Act tahun 1934. George-Deen Act tahun 1936, dan George-Barden Act tahun 1945. Program pelayanan kepada masyarakat (community services) juga merupakan program utama community college. jangka waktunya tidak harus 2 tahun, karena sesuai dengan kredit yang diambil serta jenis dan tingkat keterampilan yang diinginkan. Pada lulusan SMK yang belum bekerja, karyawan industri yang ingin meningkatkan keterampilannya, orang yang ingin pindah profesi, purnawirawan yang kan mencari pekerjaan, para manula (Senior citizens) yang ingin belajar lagi, dan ibu-ibu rumah tangga dapat memanfaatkan program ini, baik yang bersifat kredit maupun non-kredit. Salah satu karakteristik yang cukup menonjol adalah bahwa community college selalu berusaha memenuhi masyarakat dan perkembangan teknologi yang sedang berlangsung. Oleh karena itu, diversifikasi bidang studi terjadi dengan pesatnya. community college memiliki keterkaitan (link) yang kuat dengan pemerintah, masyarakat, dan industri. Pemerinta baik federal maupun negara bagian menaruh perhatian yang sangat besar pada lembaga ini. Keterkaitan ini juga didukung oleh adanya Undang-undang. Sebagai contoh, menurut Higher Education Facilities Act tahun 1963, Negara Federal diberi wewenang untuk memberikan dana dalam bentuk hibah dan pinjaman untuk mengembangkan ruang kelas dan laboratoirum
  • 4. pada community college, technical college, dan universitas. Begitu pula negara bagian juga bertanggung jawab atas penyelenggaraan community college , sebagai contoh, 9 anggota Board of Trustees (semacam Majelis Wali Amanat) yang membawahi Columbus state Community College diangkat oleh Gubernur Negara Bagian Ohio. Dukungan masyarakat terhadap community college tercermin dalam komposisi para anggotanya yang terdiri atas tokoh-tokoh yang mewakili berbagai- bagai kelompok dalam masyarakat. Badan ini memiliki tiga fungsi utama, merupakan katalisator antara community college dan masyarakat, mentransfer permintaan masyarakat ke dalam keputusan-keputusan lembaga, dan melindungi lembaga dari ancaman luar. Dengan tiga fungsi tersebut, Board of Trustees dapat melaksanakan tugas, seperti mengangkat, mengevaluasi dan memberhentikan rektor; merumuskan pernyataan misi community college, menyediakan fasilitas fisik; melakukan kegiatan hubungan masyarakt; dan membuat perencanaan (Monroe, 1972; Cohen & Brawer, 1982). Kerja sama antara community college dan industri sangat kuat. Kerjasama ini sangat diperlukan karena perkembangan teknologi terjadi hampir pada semua bidang. Perkembangan teknologi ini menyebabkan pendidikan dan pelatihan tenaga kerja menjadi kebutuhan yang selalu ada dan tidak pernah berhenti, serta harus selalu mengacu pada kebutuhan nyata di lapangan kerja (industri). Perlunya Adopsi Model Akdemi Komunitas di Indonesia Peningkatan kualitas sumber daya insani dan penguasaan teknologi merupakan usaha yang harus dilakukan secara simultan. Sehubungan dengan ini, Sistem pendidikan tinggi diharapkan dapat berperan secara dominan dalam melaksanakan usaha ini. Karena perkembangan teknologi berjalan secara cepat, struktur masyarakat semakin kompleks, ditambah dengan adanya proses industrialisasi, di Indonesia harus diadakan transformasi secara terus-menerus untuk menemukan model pendidikan tinggi yang lebih tepat dan cepat. Proses industrialisasi di Indonesi bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat. Karena dengan pembangunan industri dan pengembangan sumber daya manusia diharapkan produktivitas nasional meningkat secara optimal, yang pada gilirannya dapat mendorong percepatan rata-rata pendapatan nasional. Namun, apabila proses industrialisasi tidak disertai dengan penguasaan teknologi, maka ketergantungan terhadap impor teknologi (yang tidak dapat dimanfaatkan secara efisien) akan terus berlangsung, sehingga dapat mempertahankan “lingkaran
  • 5. setan” keterbelakangan teknologi. Oleh karena itu, pembangunan infrastruktur dasar IPTEK dan penyediaan modal manusia teknik yang memadai harus dilakukan. Perkembangan teknologi dan industri yang dibutuhkan diatas harus didukung oleh ketersediaan tenaga kerja yang kompeten. Suatu kenyataan bahwa sebagian besar yang diperlukan pada industri adalah tenaga kerja tingkat menengah, bukan yang berkualifikasi sarjana. Jika dikatakan bahwa yang banyak diperlukan adalah tenaga kerja yang memiliki keterampilan tingkat menengah, tidak berarti semua dapat diisi oleh para lulusan Sekolah menengah Kejuruan (SMK). Karena tingkat teknologi yang diperlukan oleh dunia kerja semakin canggih, maka yang dimaksud keterampilan tingkat menengah juga dapat bergeser ke arahh yang lebih tinggi. Dalam hal ini dibutuhkan adanya transformasi model pendidikan teknologi yang dapat memasok lulusan dengan keterampilan di bawah sarjana, tetapi di atas SMK. Pertimbangan yang sangat menonjol adalah kebijakan otonomi daerah di tingkat kabupaten/kota (UU No. 32/2004). Banyak di antara daerah yang diotonomikan tersebut memiliki wilayah yang luas dan potensi ekonomi dan teknologi yang besar, namun belum digali dan dikembangkan untuk memnuhi kebutuhan masyarakat setempat. Di sini perlu adanya suatu lembaga pendidikan yang diarahkan khusus untuk memnuhi kebutuhan lokal dan mengangkat keunggulan lokal, dengan penguasaan teknologi yang lebih tinggi daripada tingkat SMK. Dari uraian diatas, dapat dikemukakan bahwa perlunya transformasi model pendidikan tinggi Indonesia didasarkan atas kenyataan-kenyataan: (1) kebutuhan penguasaan teknologi yang memadai dan bervariasi dengan adanya proses industrialisasi (2) struktur angkatan kerja yang belum menunjang perkembangan teknologi, (3) kebutuhan tenaga kerja tingkat menengah dengan keterampilan yang lebih tinggi, dan (4) kebutuhan daerah untuk menggali dan mengembangkan potensi ekonomi dan teknologinya, untuk kepentingan daerah yang bersangkutan. Jika dilihat dari kenyataan-kenyataan ini, serta dikaji karakteristiknya, model akademi komunitas (community college) tepat sekali diterapkan di Indonesi, sebagai salah satu alternatif model pendidikan tinggi di Indonesia yang berorientasi pada keunggulan lokal. Sehubungan dengan ini, penerapan model akademi komunitas telah termaktub dalam undang-undang no. 12 tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi pasal 59, yang menyatakan, akademi komunitas merupakan perguruan tinggi yang menyelenggarakan pendidikan vokasi setingkat diploma satu dan ataudiploma dua dalam satu atau beberapa cabang ilmu
  • 6. pengetahuan dan teknologi tertentu yang berbasis pada keungguan lokal atau untuk memenuhi kebutuhan khusus. Implikasi Diterapkannya Model Akdemi Komunitas di Indonesia Untuk menerapkan model akademi komunitas, pemerintah menghadapi kendala- kendala yang bersifat yuridis, struktural, teknis-prosedural, dan kultural. Dari segi yuridis, rumusan tentang akademi komunitas dalam UU No. 12 tahun 2012 tersebut harus didukung oleh peraturann-peraturan yang lebih rendah, misalnya Peraturan Pemerintah dan peraturan Menteri. Secara struktural barangkli juga akan menemui kendala,misalnya dalam penyelenggaraan akademi komunitas ini melibatkan banyak pihak (Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Kementerian Dalam Negeri/Pemda, Kementerian Transmigrasi dan Tenaga Kerja, Kementerian Perindustrian, dan Perguruan Tinggi setempat). Dan pemerintah akan mengalami kendala yang bersifat teknis-prosedural dalam diversifikasi program studi dan relevan dengan kebutuhan lokal, yang merupakan salah satu ciri khas akademi komunitas di Indonesia. Selanjutnya, dari segi kultural, sebgaian besar anggota masyarakat Indonesia pada saat ini masih mendambakan gelar-gelar kesarjanaan dari perguruan tinggi. Kendala-kendala tersebut dapat diatai apabila terdapat political will dari pemerintah dan semua yang akan terlibat dalam penyelenggaraan akademi komunitas. Penulis mengajukan saran-saran sebagai berikut: (1) segera disusun peraturan-peraturan baru (PP dan Permen) tentang penyelenggaraan akademi komunitas secara operasional, (2) diadakan kolaborasi-kolaborasi antar kementerian dan lembaga terkait, untuk menetapkan organisasi, manajemen dan kurikulumnya, misalnya dalam bentuk SKB beberapa menteri, (3) diadakan pemetaan (mapping) dan asesmen kebutuhan (needs assessment) secara cermat tentang potensi yang dimiliki tiap kabupaten/kota, untuk menentukan bidang- bidang dan keterampilan yang dibutuhkan dan diunggulkan pada setiap kabupaten/kota, dan (4) dilaksanakan sosialisasi model akademi komunitas kepada masyarakt, termasuk sosialisasi tentang pentingnya lembaga ini bagi pembangunan daerah, serta kedudukan lulusan yang mulia karena berperan aktif dalam membangun daerahnya sendiri.