Dokumen tersebut membahas upaya meningkatkan kemampuan guru dalam menyusun perangkat pembelajaran kurikulum 2013 melalui kegiatan workshop. Calon kepala sekolah akan melakukan observasi dan bimbingan kepada guru untuk meningkatkan kompetensi mereka, khususnya dalam penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran. Tujuannya adalah agar proses pembelajaran di sekolah dapat berjalan secara efektif dan ef
1. BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 13 Tahun 2007 tentang
Standar Kepala Sekolah menegaskan bahwa seorang kepala sekolah harus
memiliki lima dimensi kompetensi minimal yaitu: kompetensi kepribadian,
kompetensi manajerial, kompetensi kewirausahaan, kompetensi supervisi, dan
kompetensi sosial. Lima kompetensi kepala sekolah tersebut perlu dikembangkan
dalam usaha menggerakkan semua potensi yang ada dalam sekolah agar mampu
mengembangkan kemampuan mereka mengelola proses managerial sekolah
untuk mencapai visi, misi dan tujuan sekolah tersebut.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional nomor 28 tahun 2010, tentang
penugasan guru sebagai kepala sekolah, menyatakan bahwa pendidikan dan
pelatihan calon kepala sekolah adalah suatu tahapan dalam proses penyiapan
calon kepala sekolah melalui pemberian pengalaman pembelajaran teoritik
maupun praktik tentang kompetensi kepala sekolah yang diakhiri dengan
penilaian sesuai standar nasional. Melakukan kegiatan tindak kepemimpinan dan
supervisi akademik pada kegiatan on the job learning terhadap guru junior
merupakan implementasi pemberian pengalaman pembelajaran praktik
pengembangan kompetensi supervisi calon kepala sekolah.
Pada bagian pertama laporan OJL ini penulis akan melakukan pemaparan
terhadap tindak kepemimpinan yang dilakukan oleh calon kepala sekolah dengan
topik Upaya Meningkatkan Kemampuan Guru Dalam Menyusun Perangkat
Pembelajaran Kurikulum 2013 Revisi 2017 Melalui Kegiatan Workshop.
Sesuai dengan amanat Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005
tentang Standar Nasional Pendidikan sebagaimana telah diubah dengan peraturan
nomor 32 Tahun 2013, salah satu standar yang harus dikembangkan adalah
standar proses. Standar proses sebagaimana Permendiknas nomor 22 Tahun 2016
Proses Pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif,
1
2. inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk
berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa,
kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik
serta psikologis peserta didik. Untuk itu setiap satuan pendidikan melakukan
perencanaan pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran serta penilaian
proses pembelajaran untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas ketercapaian
kompetensi lulusan, meliputi perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan
proses pembelajaran, penilaian hasil pembelajaran, dan pengawasan proses
pembelajaran untuk terlaksananya proses pembela- jaran yang efektif dan
efisien.
Proses pembelajaran yang efektif dan efesien terletak pada bagaimana
kesiapan guru dalam merencanakannya. Menurut Permendiknas No. 41 tahun
2007 pasal 1 tugas guru profesional adalah menyusun perangkat pembelajaran,
melaksanakan pembelajaran, penilaian proses pemb- elajaran dan pengawasan.
Namun hal itu tidaklah mudah seperti membalikan kedua tangan.
Dari pengamatan penulis hal ini tidak lain disebabkan (1) guru kurang
mendapat pelatihan kurikulum atau pelatihan membuat RPP, (2) guru kurang
mengembangkan pengetahuannya melalui seminar atau workshop, (3) rendahnya
kemampuan guru dalam menerima pelatihan yang sudah dilaksanakan di tingkat
MGMP dan (4) belum adanya pembinaan secara berkelanjutan dari kepala
sekolah atau pihak terkait.
Keempat sebab tersebut, menunjukkan bahwa wawasan guru terhadap
pentingnya persiapan pembelajaran perlu mendapat perhatian. Padahal
persiapan pembelajaran adalah kegiatan perencanaan, yaitu kegiatan awal dari
sebuah manajemen kelas. Bagaimana kelas dikelola, sangat ditentukan pada
kecermatan dalam perencanaannya. Menurut John McWell, keberhasilan suatu
kegiatan, 70%-nya ditentukan oleh kecermatan dalam tahap perencanaannya.
Permasalahan diatas bila dibiarkan dan tidak mendapatkan bimbingan
akan menyebabkan mal praktek guru terhadap siswanya, karena guru dalam
mendidik peserta didik tidak menggunakan aturan dan tugas yang telah
2
3. diamanatkan oleh Mendikbud RI dan bila berlangsung terus menerus akan terjadi
degradasi mutu pendidikan dan moral bangsa Indonesia. Dampak berikutnya
pembelajaran tidak dapat berjalan secara efektif dan efesien. Output yang
dihasilkan tidak sesuai yang diharapkan bersama. Sehingga cita-cita Pendidikan
Nasional tidak terpenuhi yang pada akhirnya guru yang diharapkan menjadi
agen perubahan (agent of change) akan gagal total.
Dari fakta-fakta diatas akan diupayakan peningkatan kompetensi guru
dalam menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran melalui kegiatan workshop.
Dengan workshop tersebut diharapkan semua guru yang berada di SMAN 1 Hu’u
mampu dan dapat membuat rencana pembelajaran yang efektif dan inovatif
sendiri.
Rencana tindakan yang akan diberikan untuk mengatasi masalah guru
dalam pembuatan atau merencanakan pembelajaran sesuai perubahan
kurikulum 2013 edisi 2017adalah Workshop.
Alasan penulis menggunakan workshop adalah pertama workshop sangat efektif
untuk mengatasi permasalahan yang dihadapi guru, dimana peserta langsung
berbuat dan mendapatkan hasil yang diinginkan bersama, ketiga dengan
workshop antara guru dapat saling berbagi ilmu dalam masalah yang
dihadapinya dan yang keempat dengan workshop hasil yang didapat sudah
melalui kajian bersama. Lokakarya atau dalam bahasa inggris disebut workshop
adalah suatu acara di mana beberapa orang berkumpul untuk memecahkan
masalah tertentu dan mencari solusinya. Atau workshop adalah pertemuan ilmiah
yang kecil yang memiliki perhatian yang sama dan berkumpul bersama di bawah
kepemimpinan beberapa orang ahli untuk menggali satu atau beberapa aspek
khusus suatu topik. Sebuah workshop biasanya terdiri dari pimpinan workshop,
anggota, dan manusia. (http://anasaff.blogspot.com/2012/08/workshop-dan-
jenisnya)
Muhaimin (2004) menjelaskan kompetensi adalah seperangkat tindakan
intelegen penuh tanggung jawab yang harus dimiliki seseorang sebagai syarat
untuk dianggap mampu melaksankan tugas-tugas dalam bidang pekerjaan
3
4. tertentu. Sifat intelegen harus ditunjukan sebagai kemahiran, ketetapan, dan
keberhasilan bertindak. Depdiknas (2004) merumuskan definisi kompetensi
sebagai pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai dasar yang direfleksikan
dalam kebiasaan berfikir dan bertindak.
Perencanaan pembelajaran dirancang dalam bentuk Silabus dan Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang mengacu pada Standar Isi. Perencanaan
pembelajaran meliputi penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran dan
penyiapan media dan sumber belajar, perangkat penilaian pembelajaran, dan
skenario pembelajaran. Penyusunan Silabus dan RPP disesuaikan pendekatan
pembelajaran yang digunakan.
RPP dikembangkan dari silabus untuk mengarahkan kegiatan
pembelajaran peserta didik dalam upaya mencapai Kompetensi Dasar (KD).
Setiap pendidik pada satuan pendidikan berkewajiban menyusun RPP secara
lengkap dan sistematis agar pembelajaran berlangsung secara interaktif, inspiratif,
menyenangkan, menantang, efisien, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi
aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan
kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis
peserta didik. RPP disusun berdasarkan KD atau subtema yang dilaksanakan kali
pertemuan atau lebih. (Lampiran Permendikbud No. 22 tahun 2016)
Alasan dilakukannya OJL bagi calon Kepala sekolah adalah sebagai berikut :
1. Calon kepala sekolah harus memiliki dan mengitegrasikan minimal lima
kompetensi kepala sekolah yang diamanatkan oleh Permendiknas nomor 13
tahun 2007 melalui kegiatan rencana tindak kepemimpinan dengan topik Upaya
Meningkatkan Kemampuan Guru Dalam Menyusun Perangkat Pembelajaran
Kurikulum 2013 Revisi 2017 Melalui Kegiatan Workshop.
2. Calon kepala sekolah harus mampu meningkatkan kemampuan supervisi
melalui observasi guru junior.
3. Calon kepala sekolah harus mampu mengkaji delapan standar kependidikan
melalui pengkajian aspek manajerial.
4
5. 4. Calon kepala sekolah harus mampu meningkatkan kompetensi nilai AKPK
mereka yang masih lemah di sekolah magang dua atau sekolah lain.
B. Tujuan dilakukannya On The Job Learning (OJL)
Tujuan dari dilakukannya penulisan makalah ini selain sebagai tugas On the
Job Learning dalam Rencana Tindak Kepemimpinan Calon Kepala Sekolah
Kabupaten Dompu Propinsi NTB Tahun 2017, adalah sebagai berikut
berikut:
1. Calon kepala sekolah mampu meningkatkan kelima kompetensi yang
diamanatkan oleh Permendiknas nomor 13 tahun 2007 melalui kegiatan
tindak kepemimpinan dengan topik tersebut di atas.
2. Calon kepala sekolah khususnya mampu meningkatkan kemampuan
supervisi melalui observasi guru junior.
3. Calon kepala sekolah mampu mengkaji delapan standar kependidikan
melalui pengkajian aspek manajerial.
4. Calon kepala sekolah mampu meningkatkan kompetensi berdasarkan
nilai AKPK yang masih lemah pada sekolah lain.
C. Hasil yang diharapkan
Setelah selesainya On The Job Learning ini maka hasil yang diharapkan untuk
para calon kepala sekolah adalah sebagai berikut :
1. Calon kepala sekolah memiliki kemampuan untuk mengintegrasikan nilai-
nilai spiritual atau semangat dalam tiap kegiatan OJL, khususnya pada
pelaksanaan rencana tindak kepemimpinan. Pertama calon kepala sekolah
harus memiliki visi misi dan yakin sepenuhnya, sekaligus mampu
meyakinkan semua teman guru dan warga sekolah bahwa rencana tindak
yang diprogramkan bermanfaat bagi semua dan utamanya untuk sekolah
dan dunia pendidikan. Berikutnya calon kepala sekolah mampu memberi
teladan dalam menyebarkan sifat saling menghargai, melayani, serta
mementingkan kepentingan orang banyak dari pada kepentingan sendiri.
Kekompakkan team work serta komitmen untuk kebersamaan dalam
5
6. bekerja adalah modal utama untuk meraih kesuksesan bersama. Calon
kepala sekolah juga dituntut untuk dapat menanamkan perasaan bahagia
apabila teman sejawat bahagia utamanya jika mereka memiliki nasib,
kemampuan atau kompetensi yang baik dan memadai.
2. Calon kepala sekolah mampu mengintegrasikan nilai-nilai kewirausahaan
dalam tiap kegiatan OJL, khususnya dalam rencana tindak kepemimpinan.
Pada masa persiapan rencana tindak misalnya, calon kepala sekolah
mampu melakukan koordinasi yang aktif dengan kepala sekolah serta
mengembangkan kerjasama yang baik dengan teman sejawat yang akan
membantu pelaksanaan tindak kepemimpinan yang telah diprogramkan.
Bekerja keras membuat syntaxis perencanaan tindakan secara rinci dan
sistimatis, mampu membuat dan menyiapkan materi dan panduan
pelaksanaan kegiatan dengan penuh kreativitas dan inovasi.
3. Calon kepala sekolah memiliki kemampuan untuk mengintegrasikan nilai-
nilai kepemimpinan pembelajaran yang selalu menempatkan pembelajaran
pada prioritas utama dalam pengambilan keputusan. Tiap program yang
calon kepala sekolah canangkan adalah utamanya tertuju untuk perbaikan
pembelajaran di sekolah. Tiap keputusan dan tindak kita, harus selalu
peduli dan fokus tertuju pada perbaikan pembelajaran di sekolah. Calon
kepala sekolah harus terlibat aktif pada pengelolaan kurikulum dan
pengembangannya. Calon kepala sekolah harus terus memikirkan
bagaimana nasib, potensi dan kompetensi guru untuk terus ditingkatkan.
4. Calon kepala sekolah mampu meningkatkan kemampuan guru dalam
menyusun RPP kurikulum 2013 sesuai revisi 2017. Dalam merencanakan
rancangan tindak kepemimpinan untuk meningkatkan kemampuan guru
dalam menyusun perangkat pembelajaran kurikulum 2013 revisi 2017
melalui kegiatan workshop, selain penulis sendiri yang menjadi
pendamping.
5. Calon kepala sekolah mampu menyusun perangkat pembelajaran sesuai
standar. Melakukan pemetaan Standar Isi, memahami silabus,
6
7. menganalisis Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar sehingga antar
indikator, tujuan pemebelajaran yang telah ditetapkan memiliki koherensi
dengan program penilaian dan evaluasi atau Standar Kompetensi Lususan.
Ini diharuskan karena suatu saat calon kepala sekolah diharapkan mampu
menjadi pendamping bagi teman guru yang masih lemah pada penyusunan
perangkat pelajaran ini. Selebihnya calon kepala sekolah diharapkan
mampu membimbing sekaligus mengevaluasi perangkat pembelajaran
yang disusun oleh teman guru.
6. Calon kepala sekolah mampu memetakan kesenjangan yang ada pada
kondisi nyata sekolah sendiri dan sekolah magang dua terhadap standar
minimal yang ada pada BNSP dan menentukan alternatif solusi untuk
mengatasi hal tersebut. Sekolah-sekolah yang sudah maju dan mandiri
ynag telah melewati standar minimal dapat dijadikan contoh bagi
pengembangan sekolah kita.
7. Calon kepala sekolah mampu melakukan tiga tahap observasi pada guru
sejawat atau guru junior pada pelaksanaan peogram supervisi. Tiga tahap
observasi dimaksudkan agar hasil supervisi benar-benar optimal, sehingga
dapat dijadikan sebagai pedoman yang akurat bagi perbaikan pembelajaran
dan program tindak lanjutnya.
8. Calon kepala sekolah mampu menaikkan kompetensi yang lemah pada
AKPK, mengelola peserta didik secara kognitif di bidang manajerialnya.
Meskipun sekolah magang dua lebih rendah akreditasinya dari sekolah
kita, tapi sekurang-kurangnya mereka memiliki program khusus yang
cukup berhasil dilakukan di sana sebagai program andalan.
BAB II
KONDISI NYATA SEKOLAH MAGANG
A. Kondisi SMA Negeri 1 Hu’u (Magang I)
SMA Negeri 1 Hu’u berlokasi di Jalan Lintas Lakey Hu’u Dompu NTB
7
8. 84271. Secara geografis berada pada posisi 0080
42’56,6” LU dan 1180
27’18,1”
BT. Berada dilingkungan destinasi wisata surfing dunia pantai Lakey, dan
pertambangan emas PT. STM. Disamping kiri berdiri Sekolah Menengah
Pertama, SMP Daerah Hu’u. Sekolah ini dibangun pada Tahun 1993, didirikan
berdasarkan surat keputusan Bupati Dompu nomor 0313/0/1993 tanggal 23
Agustus 1993, di atas lahan seluas 26,034 M2
, dimana 2,483 M2
berupa bangunan
fisik, sementara 23,551 M2
merupakan lahan kosong.
Sekolah ini merupakan 1 (satu) dari 5 (lima) Sekolah Menengah Atas
tertua di Kabupaten Dompu dan telah dipimpin oleh 8 kepala sekolah. Sementara
dari luas lahan, SMAN 1 Hu’u menempati urutan ke dua terluas setelah SMAN 1
Pekat. Pada usianya yang 24 Tahun SMA Negeri 1 Hu’u telah mengukir prestasi
akademis maupun non akademis tingkat regional maupun daerah.
Sebagai langkah mewujudkan tujuan pendidikan nasional, segenap
warga SMA Negeri 1 Hu’u telah merumuskan arah cita-cita bersama dalam
penyelenggaraan pendidikan yang dituangkan dalam Visi Sekolah sebagai berikut:
”Menciptakan sekolah yang berkualitas dalam prestasi dan layanan,
berwawasan global dengan penguasaan IPTEK, guna mewujudkan manusia
intelektual, santun, dan luhur dalam budi pekerti yang berakar pada nilai
Iman dan taqwa.”
Sebagai langkah-langkah strategis untuk mewujudkan Visi tersebut,
dirumuskan Misi SMAN 1 Hu’u sebagai berikut:
1. Melaksanakan pendidikan, pembelajaran, dan pembimbingan secara
kreatif, inovatif, aktual, melalui guru yang kompeten dan profesional.
2. Membangun dan mengembangkan kompetensi peserta didik secara
akademis dan non akademis sesuai tuntutan dan perkembangan
pendidikan;
3. Membangun dan mengembangkan semangat berprestasi secara
kompetitif dari tingkat sekolah hingga tingkat internasional
4. Mengembangkan budaya ilmu dan tata nilai kehidupan yang religius;
8
9. 5. Membangun jiwa semangat nasionalisme dan kebangsaan dalam
keutuhan NKRI
6. Membangun dan mengembangkan komitmen cinta kehidupan alam,
budaya, dan lingkungan hidup melalui:
a. Pelestarian budaya dan lingkungan hidup
b. Pencegahan pencemaran budaya dan lingkungan hidup
c. Penanggulangan kerusakan budaya dan lingkungan hidup
d. Pemberdayaan budaya dan lingkungan hidup
7. Mengembangkan dan mengelola sarana dan prasarana sekolah yang
mendukung keberhasilan pendidikan dan pembelajaran secara optimal dan
terpadu
8. Mengembangkan layanan pendidikan yang efektif dan efisien berbasis
kekinian dan kepuasan masyarakat.
Bertolak dari tujuan pendidikan nasional dan pendidikan
menengah, serta Visi dan Misi Sekolah, maka tujuan pendidikan SMA Negeri
1 Hu’u dalam jangka waktu hingga tahun pelajaran 2018/2019 adalah sebagai
berikut:
1. Memenuhi ketuntasan dan peningkatan dalam pencapaian 8 Standar
Nasional Pendidikan.
2. Menghasilkan peserta didik yang memiliki kompetensi dan komitmen
keilmuan yang tinggi yang dilandasi tingkat keimanan dan ketaqwaan
yang tinggi kepada Tuhan YME, dengan indikator:
a) Peringkat Hasil Ujian meningkat menjadi 10 besar di tingkat Provinsi
b) Meraih Prestasi OSN Tingkat Provinsi minimal 2 bidang mata
pelajaran.
c) Tidak ada siswa yang dikembalikan kepada orang tua karena
Pelanggaran Nilai-nilai Moral dan Etika.
3. Meningkatkan kemampuan guru dalam proses pembelajaran berbasis TIK
9
10. melalui pengembangan model-model pembelajaran yang relevan dengan
kemajuan untuk mengoptimalkan hasil belajar.
4. Meningkatkan kompetensi dan daya saing pendidik, dan tenaga
kependidikan sehingga mampu meraih prestasi tingkat Nasional
5. Meningkatkan kompetensi dan daya saing peserta didik dengan bekal
kompetensi akademik dan non akademik, serta daya kreativitas dan
inovasi yang teruji di tingkat provinsi, dan nasional.
6. Meningkatkan jumlah peserta didik yang dapat diterima di perguruan
tinggi favorit minimal 50 % lulusan.
7. Meningkatkan jumlah peserta didik yang berprestasi non akademik pada
tingkat lokal, provinsi, minimal bertambah 1 orang setiap tahun.
8. Meningkatkan kompetensi warga sekolah dalam komunikasi berbahasa
inggris
9. Meningkatkan kompetensi dan komitmen yang tinggi bagi warga sekolah
dalam upaya pelestarian budaya, alam dan lingkungan hidup.
10. Menghasilkan peserta didik yang memiliki kompetensi dan komitmen
yang tinggi dalam mencegah kerusakan budaya, alam dan lingkungan
hidup dengan indikator lingkungan sekolah yang hijau dan rindang.
11. Menghasilkan peserta didik yang memiliki kompetensi dan komitmen
yang tinggi dalam pemberdayakan potensi budaya, alam dan lingkungan
hidup dengan indikator adanya kelompok aktif asrafal anam guru dan
siswa.
12. Menjadikan peserta didik yang memiliki sikap hidup modern yang berakar
pada nilai budaya dan karakter bangsa serta nilai-nilai keagamaan, dengan
indikator sholat berjamaah tepat waktu.
13. Menghasilkan peserta didik yang memiliki kompetensi dan komitmen
tinggi dalam jiwa dan semangat nasionalisme/kebangsaan dalam
kehidupan NKRI, dengan indikator tidak ada siswa SMAN 1 Hu’u yang
terlibat dalam perkelahian dan narkoba.
14. Membangun kerjasama nyata dengan lembaga berkompeten lain untuk
10
11. mendukung prestasi sekolah.
15. Meningkatkan kualitas layanan bagi warga sekolah, dan
16. Meningkatkan kualitas lingkungan yang dapat dimanfaatkan sebagai
sumber dan media pendidikan maupun pembelajaran secara utuh bagi
segenap warga sekolah dan masyarakat.
Tahun pelajaran 2017/2018 ini SMA Negeri 1 Hu’u membina sebanyak
641 siswa yang terbagi ke dalam 19 rombongan belajar dengan 7 rombongan
belajar pada kelas X, dan masing-masing 6 rombongan belajar pada kelas XI dan
XII. Setiap ruang kelas menampung rata-rata sebanyak 34 siswa.
SMA Negeri 1 Hu’u kini memiliki guru sebagai tenaga pendidik dan
tenaga administrasi sekolah yang memadai. Jumlah guru sebanyak 65 orang
dengan rincian 23 guru PNS dan 42 orang guru non PNS sedang jumlah tenaga
asministrasi sebanyak 12 orang yang terdiri dari 3 orang PNS dan 9 orang non
PNS.
Sekolah ini memiliki sarana dan prasana laboratorium yang memadai yaitu
laboratorium Fisika, Biologi dan Kimia, serta Komputer (dalam proses
pembangunan). Sekolah juga memiliki 19 ruang teori, 1 ruang kepala sekolah, 1
ruang guru, 1 ruang BK, 1 gedung perpustakaan, 1 ruang multimedia, 1 gedung
mushallah, 1 kamar WC guru dan TU, 4 kamar WC siswa, 1 pos keamanan, 1
kantin, 1 gudang, 1 kamar penyimpanan alat olahraga, 1 ruang UKS, dengan luas
masing-masing memadai.
Kinerja SMA Negeri 1 Hu’u dilihat dari pencapaian delapan standar
pendidikan dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Standar Isi
SMA Negeri 1 Hu’u Kabupaten Dompu telah memiliki kurikulum sendiri
yang dikembangkan dengan menggunakan panduan yang disusun BSNP dengan
mempertimbangkan karakter daerah, kebutuhan sosial masyarakat, kondisi
budaya, usia peserta didik, dan kebutuhan pembelajaran. Sejak tahun 2015/2016
telah memberlakukan kurikulum 2013 bersama 3 sekolah lain, dan merupakan 3
11
12. sekolah jenjang SMA yang menerapkan kurikulum 2013.
Kurikulum sekolah memuat 15 mata pelajaran untuk peminatan MIPA, IIS
untuk kelas X. Pola ketentuan kurikulum 2013, mengamanatkan adanya kelompok
mata pelajaran wajib A dan wajib B, Kelompok mata pelajaran peminatan dan
kelompok mata pelajaran lintas minat yang semuanya mengusung pencapaian
Standar Kompetensi Lulusan. Jumlah mata pelajaran di kelas X peminatan MIPA
adalah 15 mata pelajaran dengan rincian 6 pelajaran wajib A, yaitu ; Pendais,
PKn, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, dan matematika. Ada 3 mata pelajaran
wajib B, yakni ; Seni Budaya, Prakarya dan Penjaskes. Ada 4 mata pelajaran
peminatan; Matematika, Fisika, Kimia dan Biologi. Terakhir 2 mata pelajaran
lintas minat; dipilih 2 dari pelajaran sosial atau bahasa.
Demikian juga untuk kelas X peminatan IPS adalah 15 mata pelajaran
dengan rincian 6 pelajaran wajib A, yaitu ; Pendais, PKn, Bahasa Indonesia,
matematika dan Bahasa Inggris. Ada 3 mata pelajaran wajib B, yakni ; Seni
Budaya, Prakarya dan Penjaskes. Ada 4 mata pelajaran peminatan; Matematika ,
Ekonomi, Sosiologi dan Geografi. Terakhir 2 mata pelajaran lintas minat; dipilih
2 dari pelajaran ilmu alam atau bahasa.
Kelas XI dan XII terdiri atas MIA, IIS dan Lintas Minat dengan jumlah
mata pelajaran 14 dengan rincian 6 mata pelajaran wajib A, 3 mata pelajaran
wajib B, 4 mata pelajaran peminatan dan 1 mata pelajaran lintas minat. Alokasi
waktu mata pelajaran adalah 45 menit untuk satu jam pelajaran.
Program pembelajaran remedial dan pengayaan bagi siswa SMAN 1 Hu’u
juga belum berjalan secara sistematis sebagaimana mestinya. Bagi siswa yang
dinyatakan belum mencapai nilai ketuntasan minimal dalam pencapaian
kompetensi hanya diberikan kesempatan belajar sendiri indikator-indikator
kompetensi yang belum dikuasai untuk mempersiapkan diri dalam mengikuti
ulangan perbaikan. Pembelajaran remedial dan pengayaan mestinya dilaksanakan
diluar jam pelajaran secara terjadwal di sore hari. Hal ini dilakukan untuk
memastikan tercapainya pelayanan kepada siswa yang memerlukan penjelasan
ulang tentang kompetensi yang belum dikuasai ataupun yang ingin
12
13. dikembangkan.
Kegiatan ekstra kurikuler yang disediakan mengacu kepada kebutuhan
pengembangan pribadi siswa. Program kegiatan ektra kurikuler yang disediakan
yakni pembinaan kepramukaan, PMR, OSIS, basket, dan bola voli putra putri.
Pemenuhan akan kebutuhan pengembangan pribadi siswa dilakukan
dengan menyediakan layanan bimbingan dan konseling (BK). Jumlah tenaga
konseling yang dimiliki 5 orang dengan rincian 1 guru tetap dan 4 GTT artinya
satu guru melayani 128 orang siswa.
2. Standar Proses
Silabus yang dikembangkan oleh guru-guru berdasarkan Standar Isi (SI),
Standar Kompetensi Lulusan (SKL), dan panduan penyusunan K13. Kegiatan
penyusunan dan pengembangkan silabus dilakukan secara mandiri ataupun
berkelompok dalam pertemuan MGMP sekolah ataupun MGMP mata pelajaran.
Silabus yang dikembangkan oleh guru-guru belum sepenuhnya berasal dari hasil
pemikiran sendiri namun sebahagian masih mencontoh silabus dari sekolah-
sekolah lain dengan beberapa perbaikan-perbaikan.
Kegiatan pembelajaran yang dirancang dalam silabus belum membagi ke
dalam bentuk tatap muka (TM), penugasan terstruktur (PT) dan kegiatan mandiri
tidak terstruktur (KMTT).
Guru-guru memiliki rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang
disusun berdasarkan pada prinsip-prinsip perencanaan pembelajaran baik mata
pelajaran muatan nasional ataupun mata pelajaran muatan lokal. Seperti halnya
dengan silabus, kegiatan penyusunan RPP juga dilakukan oleh guru-guru secara
mandiri ataupun berkelompok dalam pertemuan MGMP sekolah ataupun MGMP
mata pelajaran. RPP yang disusun guru sebahagian masih meng-copy paste RPP
sekolah lain dengan beberapa perubahan-perubahan. Namun tentu ada juga
beberapa guru yang telah menyusun RPP berdasarkan hasil pemikiran sendiri
ataupun kelompok dengan memperhatikan lingkungan sekolah atau siswa, nilai-
nilai, dan norma-norma yang ada dalam masyarakat Dompu.
13
14. Metode pembelajaran yang dirancang guru-guru dalam silabus dan RPP
sudah menggunakan metode yang interaktif, inspiratif, menyenangkan, kreatif,
menantang dan memotivasi siswa.
Jumlah buku referensi yang dimiliki sekolah masih sangat sedikit
mengakibatkan terbatasnya sumber belajar dari buku. Pemerintah daerah yang
mengeluarkan kebijakan pelarangan penjualan buku paket di sekolah memberi
dampak kepada motivasi siswa dan orang tua untuk membeli buku paket sendiri.
Pemenuhan buku paket siswa terbentur pada terbatasnya anggaran pengadaan
buku paket yang dikeluarkan oleh pemerintah pusat ataupun daerah.
Untuk meningkatkan mutu pelaksanaan proses pembelajaran di kelas,
pengawas, kepala SMA Negeri 1 Hu’u dibantu wakil kepala sekolah melakukan
supervisi dan evaluasi proses pembelajaran. Hanya saja kegiatan supervisi belum
dilakukan secara berkala dan berkelanjutan.
3. Standar Kompetensi Lulusan
Perolehan rata-rata nilai ujian nasional tahun pelajaran 2015/2016 dan
tahun 2016/2017 untuk masing-masing mata pelajaran berturut-turut Bahasa
Indonesia 60,15 dan 50,15, Bahasa Inggris 5,14 dan 28,99, Matematika 5,10 dan
19,31 serta IPA Fisika 5,99 dan 27.55, Kimia 55.50 dan 23.45, Biologi 45.60 dan
25.74, IPS Ekonomi 56.66 dan 25.38, Sosiologi 62.12 dan 31.32, Geografi 58.85
dan 25.85. Perolehan rata-rata nilai UN memperlihatkan tingginya penurunan
untuk setiap mata pelajaran. Rata-rata nilai UN semua mata pelajaran tahun
2013/2014 adalah 56,67 dan tahun 2014/2015 adalah 38,21. Dapat dikatakan
bahwa hasil ini menggambarkan adanya penurunan pencapaian kompetensi siswa
artinya siswa sudah memperlihatkan kecenderungan kurang mampu dalam
mencapai target yang ditetapkan SKL.
Untuk mengembangkan nilai-nilai agama khusunya Islam dan budaya
masyarakat, SMA Negeri 1 Hu’u juga melaksanakan kegiatan pesantren kilat
setiap bulan ramadhan. Kegiatan pesantren dikelola oleh pengurus OSIS dan
dikoordinir oleh guru agama Islam. Selain itu, sekolah membudayakan saling
14
15. memberi salam setiap bertemu, baik guru ataupun siswa.
4. Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan
Jumlah guru yang dimiliki sebanyak 65 orang dan tenaga administrasi
sekolah sebanyak 12 orang sudah memenuhi standar jumlah pendidik dan tenaga
kependidikan sekolah. Guru yang berkualifikasi S1 sebanyak 100%. Sedangkan
pegawai administrasi berkualifikasi S1 sebanyak 3 orang atau 25%, D3 sebanyak
1 orang atau 8,33% dan SMA sebanyak 8 orang atau 66,67%.
Standar kompetensi pendidik dan tenaga kependidikan SMA Negeri 1
Hu’u Kabupaten Dompu belum terukur karena belum ada hasil penilaian yang
mengukur berapa tingkat pencapaian kompetensi masing-masing.
5. Standar Sarana dan Prasarana
Ruang kelas yang digunakan sebagai tempat proses belajar mengajar
sebanyak 19 ruang kelas dengan luas masing-masing 72 m2
per ruang kelas.
Setiap ruang kelas masing-masing memiliki satu white board, satu meja dan kursi
guru, serta 20 pasang meja dan kursi untuk siswa.
Ruang guru berukuran (9 × 7) m2
memuat 7 pasang meja dan kursi guru, 1
papan white board, 6 lemari buku, dan 1 buah jam dinding.
Ruang perpustakaan yang berukuran (10 × 15) m2
yang dibangun khusus
untuk kegiatan perpustakaan sekolah sebahagiannya dimanfaatkan untuk fungsi
laboratorium komputer. Jumlah buku teks pelajaran ataupun buku bacaan umum
masih sangat kurang. Laboratorium komputer memuat 8 unit komputer tetapi
sebahagiannya sudah ada yang tidak berfungsi. Laboratorium lain yang dimiliki
hanya laboratorium IPA.
Ruang kepala sekolah berukuran (7×5)m2
terdapat 1 kamar kecil (WC), 2
lemari buku, 1 pasang meja dan kursi kepala sekolah, 1 set kursi tamu, 1 set
komputer PC. Sedangkan ruang wakil kepala sekolah bergabung bersama di ruang
guru dengan dua pasang meja panjang dan empat kursi.
Sarana dan prasana sekolah lainnya adalah ruang tata usaha, ruang guru
BK, ruang UKS, mushallah, kantin, jamban (WC) siswa, lapangan olahraga.
15
16. 6. Standar Pengelolaan
Visi dan misi serta tujuan pendidikan SMA Negeri 1 Hu’u Kabupaten
Dompu sudah disosialisasikan kepada warga sekolah, masyarakat ataupun
pemangku kepentingan melalui rapat komite sekolah dan melalui persuratan.
Rencana kerja sekolah (RKS), rencana kerja tahunan (RKT) ataupun
rencana kerja jangka menengah (RKJM) disosialisasikan kepada warga sekolah.
Demikian pula dengan rencana kegiatan dan anggaran sekolah (RKAS). RKAS
yang disusun berdasarkan rekomendasi dari evaluasi diri sekolah (EDS) yang
mengacu pada pengelompokan ke dalam delapan standar pendidikan.
Kegiatan supervisi belum dilaksanakan secara berkala dan berkelanjutan
sehingga masih sulit untuk mengukur dan menilai kinerja untuk melakukan
perbaikan-perbaikan terutama dalam peningkatan hasil belajar siswa.
Pengumpulan dan penggunaan data sudah menggunakan sistem informasi
berbasis ICT program office. Sebagian data dan informasi sekolah dapat diakses
melalui telepon maupun media sosial, ataupun blog SMA Negeri 1 Hu’u
Kabupaten Dompu.
7. Standar Pembiayaan
SMA Negeri 1 Hu’u Kabupaten Dompu mempunyai RKAS yang disusun
oleh kepala sekolah dan wakasek dengan mempertimbangkan masukan-masukan
dari guru dan komite sekolah.
Sumber keuangan sekolah masih tergantung pada bantuan pemerintah
berupa dana BOS APBN dan dana Bantuan Pembiayaan Pendidikan (BPP) yang
bersumber dari siswa yang tergolong mampu. Selain itu ada Dana Bansos
diperuntukkan bagi pembangunan gedung WC dan dana DAK untuk
pembangunan RKB baru. Sekolah belum mampu untuk mencari sumber keuangan
lain misalnya dengan membangun kerja sama yang saling menguntungkan dengan
dunia usaha dan industri.
Penyusunan rencana keuangan sekolah belum dilakukan secara transparan,
efisien dan akuntabel. Laporan keuangan sekolah hanya ditujukan kepada
pemerintah sebagai pemberi dana.
16
17. 8. Standar Penilaian Pendidikan
Sebagian guru mata pelajaran sudah menyusun perencanaan penilaian
berdasarkan standar kompetensi dan kompetensi dasar. KKM yang telah
ditetapkan oleh masing-masing guru mata pelajaran diinformasikan oleh sebagian
guru kepada siswa diawal pertemuan tatap muka dan sebagiannya
menginformasikan KKM sebelum pelaksanaan setiap ulangan harian.
Guru melaksanakan penilaian melalui pelaksanaan ulangan harian,
ulangan tengah semester, ulangan akhir semester, kenaikan kelas, ujian sekolah
dan ujian nasional. Penilaian melalui ulangan harian kadang tidak dilaksanakan
berdasarkan rencana yang telah dibuat oleh sebahagian guru.
Hasil penilaian sebahagian guru pada pelaksanaan ulangan harian ataupun
tugas-tugas pekerjaan rumah ditambahkan informasi berupa komentar dan
masukan untuk perbaikan. Setiap guru menyampaikan hasil penilaian sikap dan
akademik siswa kepada kepala sekolah melalui wakil kepala sekolah urusan
kurikulum. Hasil penilaian dijadikan dasar bagi sebahagian guru sebagai bahan
untuk melakukan perbaikan pembelajaran berikutnya.
B. Profil SMA Negeri 2 Woja Kabupaten Dompu
SMA Negeri 2 Woja Kabupaten Dompu yang berlokasi di jalan Lintas
Sumbawa Desa Nowa Kecamatan Woja Kabupaten Dompu Provinasi NTB Kode
Pos 84251. Didirikan berdasarkan surat keputusan Bupati Dompu nomor 3121/ 0/
2003 tanggal 3 September 2003, telah dipimpin oleh empat orang kepala sekolah
dan kini dijabat oleh Plt. Bapak A. Rasul A. Gani, S.Pd.
Secara geografis SMA Negeri 2 Woja berada pada posisi 0080
54’96” LU
dan 1180
40’74” BT. Berada dilingkungan dengan tingkat keamanan yang baik,
yaitu berada di samping Kantor Desa Nowa, dan hanya berjarak ± 40 meter dari
Kantor Polsek Woja, serta ± 150 M dari Lapas Kelas C Kabupaten Dompu.
Sebagai langkah mewujudkan tujuan pendidikan nasional, segenap warga
SMA Negeri 2 Woja telah merumuskan arah cita-cita bersama dalam
penyelenggaraan pendidikan yang dituangkan dalam Visi Sekolah sebagai berikut:
“Terciptanya SMA Negeri 2 Woja Lulusan yang Berkualitas,
17
18. Beriman dan Bertaqwa, memiliki Ilmu Pengetahuan dan teknologi,
berprestasi dan berbudi pekerti luhur”.
Untuk mencapai VISI tersebut, SMA Negeri 2 Woja mengembangkan misi
sebagai berikut:
a. Mengembangkan Aqhlakul Qarimah yang Istiqamah.
b. Mengembangkan Kualitas Ilmu Pengetahuan dan Teknologi.
c. Mengembangkan Kualitas Kecerdasan.
d. Mengembangkan Kualitas Ketrampilan Kecakapan Hidup (Live Skill) yang
dinamis dan kompleks guna membangun kemandirian hidup.
Bertolak dari tujuan sekolah sebagai bagian dari tujuan pendidikan
nasional yaitu meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia,
serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut,
maka secara lebih rinci tujuan SMA Negeri 2 Woja Kabupaten Dompu Propinsi
Nusa Tenggara Barat adalah sebagai berikut :
1. menyediakan sarana prasarana pendidikan yang memadai;
2. melaksanakan proses belajar mengajar secara efektif dan efisien, berdasarkan
semangat keunggulan lokal dan global;
3. meningkatkan kinerja masing-masing komponen sekolah (Kepala sekolah,
tenaga pendidik, karyawan, peserta didik, dan komite sekolah) untuk bersama-
sama melaksanakan kegiatan yang inovatif sesuai dengan Tugas Pokok dan
Fungsi (TUPOKSI) masing-masing;
4. meningkatkan program ekstrakurikuler dengan mewajibkan pramuka bagi
seluruh warga, agar lebih efektif dan efisien sesuai dengan bakat dan minat
peserta didik sebagai salah satu sarana pengembangan diri peserta didik;
5. mewujudkan peningkatkan kualitas lulusan yang memiliki sikap, pengetahuan,
dan keterampilan yang seimbang, serta meningkatkan jumlah lulusan yang
melanjutkan ke perguruan tinggi;
6. menyusun dan melaksanakan tata tertib dan segala ketentuan yang mengatur
operasional warga sekolah;
7. meningkatkan kualitas semua Sumber Daya Manusia baik tenaga
18
19. pendidik, tenaga kependidikan, dan peserta didik yang dapat berkompetisi baik
lokal maupun global.
Tahun pelajaran 2017/2018 ini SMA Negeri 2 Woja membina sebanyak
549 siswa yang terbagi ke dalam 23 rombongan belajar dengan 8 rombongan
belajar pada kelas X, 7 rombongan belajar pada kelas XI dan 8 rombongan belajar
pada kelas XII. Setiap ruang kelas menampung rata-rata sebanyak 24 siswa.
SMA Negeri 2 Woja kini memiliki guru sebagai tenaga pendidik dan
tenaga administrasi sekolah yang memadai. Jumlah guru sebanyak 77 orang
dengan rincian 36 guru PNS dan 41 orang guru non PNS sedang jumlah tenaga
asministrasi sebanyak 18 orang yang terdiri dari 3 orang PNS dan 9 orang non
PNS.
Sekolah ini memiliki sarana dan prasana laboratorium yang memadai yaitu
laboratorium Fisika, Kimia, serta Komputer. Sekolah juga memiliki 23 ruang
teori, 1 ruang kepala sekolah, 1 ruang guru, 1 ruang BK, 1 gedung perpustakaan, 1
ruang TU, 1 gedung mushallah, 2 kamar WC guru dan TU, 2 kamar WC siswa, 1
pos keamanan, 1 kantin, 1 gudang, 1 kamar penyimapanan alat olahraga, dengan
luas masing-masing memadai.
Kinerja SMA Negeri 2 Woja Kabupaten Dompu dilihat dari pencapaian
delapan standar pendidikan dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Standar Isi
SMA Negeri 2 Woja Kabupaten Dompu telah memiliki kurikulum sendiri
yang dikembangkan dengan menggunakan panduan yang disusun BSNP dengan
mempertimbangkan karakter daerah, kebutuhan sosial masyarakat, kondisi
budaya, usia peserta didik, dan kebutuhan pembelajaran. Saat ini sekolah
melaksanakan 2 (dua) kurikulum yaitu Kurikulum 2006 (KTSP) dan Kurikulum
2013. KTSP dilaksanakan di kelas XI dan XII, sedangkan Kurikulum 2013
diterapkan pada kelas X.
Kurikulum 2013 yang diterapkan pada kelas X memuat 15 mata pelajaran
untuk peminatan MIPA, IIS untuk kelas X. Pola ketentuan kurikulum 2013,
19
20. mengamanatkan adanya kelompok mata pelajaran wajib A dan wajib B,
Kelompok mata pelajaran peminatan dan kelompok mata pelajaran lintas minat
yang semuanya mengusung pencapaian Standar Kompetensi Lulusan. Jumlah
mata pelajaran di kelas X peminatan MIPA adalah 15 mata pelajaran dengan
rincian 6 pelajaran wajib A, yaitu ; Pendais, PKn, Bahasa Indonesia, Bahasa
Inggris, dan matematika. Ada 3 mata pelajaran wajib B, yakni ; Seni Budaya,
Prakarya dan Penjaskes. Ada 4 mata pelajaran peminatan; Matematika , Fisika,
Kimia dan Biologi. Terakhir 2 mata pelajaran lintas minat; dipilih 2 dari pelajaran
sosial atau bahasa.
Demikian juga untuk kelas X peminatan IPS adalah 15 mata pelajaran
dengan rincian 6 pelajaran wajib A, yaitu ; Pendais, PKn, Bahasa Indonesia,
matematika dan Bahasa Inggris. Ada 3 mata pelajaran wajib B, yakni ; Seni
Budaya, Prakarya dan Penjaskes. Ada 4 mata pelajaran peminatan; Matematika ,
Ekonomi, Sosiologi dan Geografi. Terakhir 2 mata pelajaran lintas minat; dipilih
2 dari pelajaran ilmu alam atau bahasa.
Untuk itu, kelas XI dan kelas XII masih mengikuti Peraturan Pemerintah
No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan pasal 6 ayat (1) yang
menyatakan bahwa kurikulum untuk jenis pendidikan umum terdiri atas :
a. Kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia
b. Kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian.
c. Kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi
d. Kelompok mata pelajaran estetika.
e. Kelompok mata pelajaran jasmani, olahraga dan kesehatan.
Program pembelajaran remedial dan pengayaan bagi siswa SMAN 1 Hu’u
juga belum berjalan secara sistematis sebagaimana mestinya. Bagi siswa yang
dinyatakan belum mencapai nilai ketuntasan minimal dalam pencapaian
kompetensi hanya diberikan kesempatan belajar sendiri indikator-indikator
kompetensi yang belum dikuasai untuk mempersiapkan diri dalam mengikuti
ulangan perbaikan. Pembelajaran remedial dan pengayaan mestinya dilaksanakan
diluar jam pelajaran secara terjadual disore hari. Hal ini dilakukan untuk
20
21. memastikan tercapainya pelayanan kepada siswa yang memerlukan penjelasan
ulang tentang kompetensi yang belum dikuasai ataupun yang ingin
dikembangkan.
Kegiatan ekstra kurikuler yang disediakan mengacu kepada kebutuhan
pengembangan pribadi siswa. Program kegiatan ektra kurikuler yang disediakan
yakni pembinaan kepramukaan, PMR, OSIS, basket, dan bola voli putra putri.
Pemenuhan akan kebutuhan pengembangan pribadi siswa dilakukan
dengan menyediakan layanan bimbingan dan konseling (BK). Jumlah tenaga
konseling yang dimiliki 3 orang dengan status Guru Honor Sekolah atau GTT
artinya satu guru melayani 183 orang siswa.
2. Standar Proses
Silabus yang dikembangkan oleh guru-guru berdasarkan Standar Isi (SI),
Standar Kompetensi Lulusan (SKL), dan panduan penyusunan KTSP. Kegiatan
penyusunan dan pengembangkan silabus dilakukan secara mandiri ataupun
berkelompok dalam pertemuan MGMP sekolah ataupun MGMP mata pelajaran.
Silabus yang dikembangkan oleh guru-guru belum sepenuhnya berasal dari hasil
pemikiran sendiri namun sebahagian masih mencontoh silabus dari sekolah-
sekolah lain dengan beberapa perbaikan-perbaikan.
Kegiatan pembelajaran yang dirancang dalam silabus belum membagi ke
dalam bentuk tatap muka (TM), penugasan terstruktur (PT) dan kegiatan mandiri
tidak terstruktur (KMTT).
Guru-guru memiliki rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang
disusun berdasarkan pada prinsip-prinsip perencanaan pembelajaran baik mata
pelajaran muatan nasional ataupun mata pelajaran muatan lokal. Seperti halnya
dengan silabus, kegiatan penyusunan RPP juga dilakukan oleh guru-guru secara
mandiri ataupun berkelompok dalam pertemuan MGMP sekolah ataupun MGMP
mata pelajaran. RPP yang disusun guru sebahagian masih meng-copy paste RPP
21
22. sekolah lain dengan beberapa perubahan-perubahan. Namun tentu ada juga
beberapa guru yang telah menyusun RPP berdasarkan hasil pemikiran sendiri
ataupun kelompok dengan memperhatikan lingkungan sekolah atau siswa, nilai-
nilai, dan norma-norma yang ada dalam masyarakat Woja.
Metode pembelajaran yang dirancang guru-guru dalam silabus dan RPP
sudah menggunakan metode yang interaktif, inspiratif, menyenangkan, kreatif,
menantang dan memotivasi siswa.
Jumlah buku referensi yang dimiliki sekolah masih sangat sedikit
mengakibatkan terbatasnya sumber belajar dari buku. Pemerintah daerah yang
mengeluarkan kebijakan pelarangan penjualan buku paket di sekolah memberi
dampak kepada motivasi siswa dan orang tua untuk membeli buku paket sendiri.
Pemenuhan buku paket siswa terbentur pada terbatasnya anggaran pengadaan
buku paket yang dikeluarkan oleh pemerintah pusat ataupun daerah.
Untuk meningkatkan mutu pelaksanaan proses pembelajaran di kelas,
kepala SMA Negeri 1 Hu’u dibantu wakil kepala sekolah melakukan supervisi
dan evaluasi proses pembelajaran. Hanya saja kegiatan supervisi belum dilakukan
secara berkala dan berkelanjutan.
3. Standar Kompetensi Lulusan
Perolehan rata-rata nilai ujian nasional tahun pelajaran 2015/2016 dan
tahun 2016/2017 untuk masing-masing mata pelajaran berturut-turut Bahasa
Indonesia 60,15 dan 50,15, Bahasa Inggris 5,14 dan 28,99, Matematika 5,10 dan
19,31 serta IPA Fisika 5,99 dan 27.55, Kimia 55.50 dan 23.45, Biologi 45.60 dan
25.74, IPS Ekonomi 56.66 dan 25.38, Sosiologi 62.12 dan 31.32, Geografi 58.85
dan 25.85. Perolehan rata-rata nilai UN memperlihatkan tingginya penurunan
untuk setiap mata pelajaran. Rata-rata nilai UN semua mata pelajaran tahun
2013/2014 adalah 56,67 dan tahun 2014/2015 adalah 38,21. Dapat dikatakan
bahwa hasil ini menggambarkan adanya penurunan pencapaian kompetensi siswa
artinya siswa sudah memperlihatkan kecenderungan kurang mampu dalam
mencapai target yang ditetapkan SKL.
22
23. Untuk mengembangkan nilai-nilai agama khusunya Islam dan budaya
masyarakat, SMA Negeri 2 Woja juga melaksanakan kegiatan pesantren kilat
setiap bulan ramadhan. Kegiatan pesantren dikelola oleh pengurus OSIS dan
dikoordinir oleh guru agama Islam. Selain itu, sekolah membudayakan saling
memberi salam setiap bertemu, baik guru ataupun siswa.
4. Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan
Jumlah guru yang dimiliki sebanyak 85 orang dan tenaga administrasi
sekolah sebanyak 24 orang sudah memenuhi standar jumlah pendidik dan tenaga
kependidikan sekolah. Guru yang berkualifikasi S1 sebanyak 100%. Sedangkan
pegawai administrasi berkualifikasi S1 sebanyak 5 orang atau 20,83%, D3
sebanyak 2 orang atau 8,33%, D1 sebanyak 1 orang atau 4,17% dan SMA
sebanyak 16 orang atau 66,67%.
Standar kompetensi pendidik dan tenaga kependidikan SMA Negeri 2
Woja Kabupaten Dompu belum terukur karena belum ada hasil penilaian yang
mengukur berapa tingkat pencapaian kompetensi masing-masing.
5. Standar Sarana dan Prasarana
Ruang kelas yang digunakan sebagai tempat proses belajar mengajar
sebanyak 23 ruang kelas dengan luas masing-masing 72 m2
per ruang kelas.
Setiap ruang kelas masing-masing memiliki satu white board, satu meja dan kursi
guru, serta 20 pasang meja dan kursi untuk siswa.
Ruang guru berukuran (9 × 7) m2
memuat 7 pasang meja dan kursi guru, 1
papan white board, 6 lemari buku, dan 1 buah jam dinding.
Ruang perpustakaan yang berukuran (10 × 15) m2
yang dibangun khusus
untuk kegiatan perpustakaan sekolah sebahagiannya dimanfaatkan untuk fungsi
laboratorium komputer. Jumlah buku teks pelajaran ataupun buku bacaan umum
masih sangat kurang. Laboratorium komputer memuat 8 unit komputer tetapi
sebahagiannya sudah ada yang tidak berfungsi. Laboratorium lain yang dimiliki
hanya laboratorium IPA.
Ruang kepala sekolah berukuran (7×5)m2
terdapat 1 kamar kecil (WC), 2
23
24. lemari buku, 1 pasang meja dan kursi kepala sekolah, 1 set kursi tamu, 1 set
komputer PC. Sedangkan ruang wakil kepala sekolah bergabung bersama di ruang
guru dengan dua pasang meja panjang dan empat kursi.
Sarana dan prasana sekolah lainnya adalah ruang tata usaha, ruang guru
BK, ruang UKS, mushallah, kantin, jamban (WC) siswa, lapangan olahraga.
6. Standar Pengelolaan
Visi dan misi serta tujuan pendidikan SMA Negeri 2 Woja Kabupaten
Dompu sudah disosialisasikan kepada warga sekolah, masyarakat ataupun
pemangku kepentingan melalui rapat komite sekolah dan melalui persuratan.
Rencana kerja sekolah (RKS), rencana kerja tahunan (RKT) ataupun
rencana kerja jangka menengah (RKJM) disosialisasikan kepada warga sekolah.
Demikian pula dengan rencana kegiatan dan anggaran sekolah (RKAS). RKAS
yang disusun berdasarkan rekomendasi dari evaluasi diri sekolah (EDS) yang
mengacu pada pengelompokan ke dalam delapan standar pendidikan.
Kegiatan supervisi belum dilaksanakan secara berkala dan berkelanjutan
sehingga masih sulit untuk mengukur dan menilai kinerja untuk melakukan
perbaikan-perbaikan terutama dalam peningkatan hasil belajar siswa.
Pengumpulan dan penggunaan data sudah menggunakan sistem informasi
berbasis ICT program office. Sebagian data dan informasi sekolah dapat diakses
melalui telepon, ataupun blog SMA Negeri 2 Woja Kabupaten Dompu.
7. Standar Pembiayaan
SMA Negeri 2 Woja Kabupaten Dompu mempunyai RKAS yang disusun
oleh kepala sekolah dan wakasek dengan mempertimbangkan masukan-masukan
dari guru dan komite sekolah.
Sumber keuangan sekolah masih tergantung pada bantuan pemerintah
berupa dana BOS APBN dan dana Bantuan Penyelengaraan Pendidikan (BPP)
yang berasal dari siswa kategori mampu. Selain itu ada Dana Bansos
diperuntukkan bagi pembangunan gedung WC dan dana DAK untuk
pembangunan RKB baru. Sekolah belum mampu untuk mencari sumber keuangan
24
25. lain misalnya dengan membangun kerja sama yang saling menguntungkan dengan
dunia usaha dan industri.
Penyusunan rencana keuangan sekolah belum dilakukan secara transparan,
efisien dan akuntabel. Laporan keuangan sekolah hanya ditujukan kepada
pemerintah sebagai pemberi dana.
8. Standar Penilaian Pendidikan
Sebagian guru mata pelajaran sudah menyusun perencanaan penilaian
berdasarkan standar kompetensi dan kompetensi dasar. KKM yang telah
ditetapkan oleh masing-masing guru mata pelajaran diinformasikan oleh sebagian
guru kepada siswa diawal pertemuan tatap muka dan sebagiannya
menginformasikan KKM sebelum pelaksanaan setiap ulangan harian.
Guru melaksanakan penilaian melalui pelaksanaan ulangan harian,
ulangan tengah semester, ulangan akhir semester, kenaikan kelas, ujian sekolah
dan ujian nasional. Penilaian melalui ulangan harian kadang tidak dilaksanakan
berdasarkan rencana yang telah dibuat oleh sebahagian guru.
Hasil penilaian sebahagian guru pada pelaksanaan ulangan harian ataupun
tugas-tugas pekerjaan rumah ditambahkan informasi berupa komentar dan
masukan untuk perbaikan. Setiap guru menyampaikan hasil penilaian sikap dan
akademik siswa kepada kepala sekolah melalui wakil kepala sekolah urusan
kurikulum.
Hasil penilaian dijadikan dasar bagi sebahagian guru sebagai bahan untuk
melakukan perbaikan pembelajaran berikutnya.
Permasalahan yang Ditemukan di Lapangan
Pelaksanaan kegiatan on the job learning bagi peserta diklat calon kepala
sekolah di sekolah-sekolah magang merupakan pembelajaran dan arena latihan
dalam melakoni sebagian peran dan fungsi seorang kepala sekolah. Penulis sudah
berusaha beradaptasi dengan warga sekolah tempat magang dan kami
mendapatkan sambutan yang baik dengan komunikasi yang segera cair dan
bersahabat.
Kami hanya menemukan beberapa permasalahan kecil yang menunjang
proses magang kami seperti ; kurang tersedianya data-data atau informasi yang
25
26. penulis butuhkan untuk memenuhi tagihan-tagihan OJL. Masalah lainnya adalah
pelaksanaan OJL di sekolah lain yang kadang mengganggu proses belajar
mengajar di sekolah sendiri karena meninggalkan tugas mengajar di sekolah.
Keadaan ini sulit dihindari karena jarak yang cukup jauh lebih kurang 30 km dari
sekolah induk. Untuk mengatasai permasalahan tersebut, penulis memanfaatkan
interaksi kelas digital menggunakan Edmodo. Terutama pemberian tugas-tugas
sebagai kompensasi tidak mengajar, disamping penggunaan guru pengganti.
BAB III
PELAKSANAAN RENCANA TINDAK LANJUT
A. Pelaksanaan Rencana Tindak Kepemimpinan (RTK)
1. Judul Rencana Tindak
Kepemimpinan
Kegiatan Rencana Tindakan Kepemimpinan mengambil Judul
“Upaya Meningkatkan Kemampuan Guru Dalam Menyusun
Perangkat Pembelajaran Kurikulum 2013 Revisi 2017 Melalui
Kegiatan Workshop” di SMA Negeri 1 Hu’u.
Latar belakang pengambilan judul tersebut diatas disebabkan oleh
2 hal, yaitu (1) Hasil Akreditasi sekolah yang paling rendah adalah pada
standar proses yaitu dalam pengelolaan pembelajaran, terutama dalam
penerapan rencana pelaksanaan pembelajaran, penggunaan pendekatan,
metode pembelajaran yang tidak sesuai dengan materi pembelajaran. Dan
(2) terdapatnya perubahan/perbaikan pada konten dalam penerapan
kurikulum 2013 revisi 2017, sehingga momentum kegiatan OJL ini
dianggap tepat untuk meningkatkan kemampuan menyusun perangkat
pembelajaran guru-guru di SMA Negeri 1 Hu’u.
2. Tujuan
Adapun tujuan yang ingin dicapai melalui Rencana Tindak Kegiatan ini
adalah :
26
27. a) Untuk meningkatkan kompetensi kepribadian, kewirausahaan dan
sosial calon kepala sekolah
b) Untuk meningkatkan kemampuan guru dalam menyusun RPP
Kurikulum 2013 revisi 2017
3. Indikator Keberhasilan
Rencana Tindak kepemimpinan ini dinyatakan berhasil jika memenuhi
beberapa kriteria berikut :
a) Berkaitan dengan Calon Kepala Sekolah (CKS)
a.1 Kompetensi Kepribadian
Meningkatnya kemampuan calon kepala sekolah dalam berbagi
pengetahuan dan pengalaman dalam menyusun RPP K13 edisi
2017 kepada teman-teman sejawat berkaitan dengan tugas sehari-
hari.
a.2 Kompetensi Sosial
Meningkatnya kemampuan calon kepala sekolah dalam melakukan
kerja sama penyusunan K13 edisi 2017 dengan pihak lain, baik
perseorangan maupun institusi dengan baik, untuk mendukung
pelaksanaan kegiatan pendidikan di sekolah.
a.3 Kompetensi Kewirausahaan
Meningkatnya kemampuan calon kepala sekolah dalam menambah
pengalaman dan meningkatkan keingintahuan warga sekolah pada
aspek pengetahuan dan keterampilan melalui penyusunan RPP
K13 edisi 2017 dengan kerja keras dan semangat pantang
menyerah.
a.4 Kompetensi Supervisi
Meningknya kemampuan calon kepala sekolah dalam menambah
pengalaman dalam menyusun perencanaan program supervisi
akademik yang disesuaikan dengan kebutuhan guru yang akan
27
28. disupervisi.
b) Berkaitan dengan kinerja sekolah (peningkatan kompetensi guru)
Guru memiliki kemampuan untuk :
b.1 menganalisis keterkaitan antar SKl, KI, KD
b.2 Menentukan indikator pencapaian Kompentensi
b.3 Menentukan Tujuan Pembelajaran
b.4 menentukan model pembelajaran yang sesuai materi yang
diajarkan
b.5 menentukan tehnik penilaian
4. Program Kegiatan
Untuk meningkatkan kemampuan guru dalam menyusun perangkat
pembelajaran kurikulum 2013 revisi 2017 di SMA Negeri 1 Hu’u, maka
program kegiatan dilaksanakan dalam bentuk workshop.
5. Langkah-Langkah Kegiatan :
Siklus I
a. Persiapan
Adapun kegiatan yang dilakukan dalam tahap perencanaan antara lain
adalah sebagai berikut:
1) Berkoordinasi dengan kepala sekolah, guru senior yang di tugasi
membantu pelaksanaan workshop.
2) Sosialisasi kepada warga sekolah tentang kegiatan workshop.
3) Menyusun panduan kegiatan workshop yang memuat tujuan,
sasaran kegiatan, indikator keberhasilan kegiatan.
4) Menyusun SK panitia kegiatan, daftar hadir peserta.
5) Membuat undangan narasumber dan peserta.
6) Menyiapkan materi dan reverensi.
7) Menyusun instrument monitoring kegiatan.
8) Menyusun instrument evaluasi calon kepala sekolah.
9) Menyusun instrumen evaluasi sasaran (guru).
Untuk mempermudah dan memahami penerapan kurikulum 2013 revisi
28
29. 2017 dalam pembelajaran di SMA Negeri 1 Hu’u maka CKS
merencanakan kerjasama dengan beberapa Instruktur Kabupaten
Dompu (IK) Kurikulum 2013. Mengingat dalam kegiatan OJL ini
terdapat 2 orang guru perserta OJL berasal dari sekolah yang sama,
maka sesuai arahan kepala sekolah agar lebih efektif dan efesiennya
kegiatan disarankan dilakukan penyesuaian pelaksanaan RTK. Di sisi
lain substansi RTK antara penulis dan rekan satu sekolah sesama
peserta OJL bersifat satu kesatuan, dimana CKS menekankan kegiatan
pada aspek RPP perubahan, sementara rekan lain menekankan pada sisi
penilian. Sehingga diputuskan kegiatan dilaksanakan bersamaan
waktunya, dalam bentuk yang sama pula, yaitu workshop.
Rencana kegiatan ini kemudian kami ajukan kepada kepala sekolah
untuk mendapatkan persetujuan, setelah mendapat persetujuan dari
kepala sekolah, maka CKS menghubungi peserta melalui undangan
untuk mengikuti kegiatan workshop.
2. Pelaksanaan
Kegiatan workshop ini dilaksanakan pada tanggal 19 Agustus 2017. Dalam tahap
pelaksanan, calon kepala sekolah mengawali kegiatan dengan melakukan
sharing pengetahuan dasar tentang dinamika kurikulum 2013 dan perubahannya
kepada peserta untuk mengetahui sejauh mana pemahaman para peserta
workshop tentang Penyusunan RPP, kemudian peserta mendapatkan materi
penyusunan RPP yang disampaikan oleh dua orang Narasumber, materi
tersebut berupa: analisis kompetensi, pembelajaran dan penilaian, analisis
dokumen standar kompetensi lulusan, kompetensi inti dan kompetensi dasar,
silabus, integrasi pendidikan karakter, penguatan literasi, kecakapan abad 21
dan penerapan assesment HOTS dalam pembelajaran. Di akhir kegiatan
pelaksanaan calon kepala sekolah juga melakukan penilaian peningkatan
kompetensi guru menggunakan instrument observasi, untuk mengetahui
sejauh mana pemahaman dan keterampilan yang didapat peserta setelah
mengikuti kegiatan workshop siklus 1. Hasil penilaian tersebut dijadikan
29
30. rujukan untuk melakukan kegiatan siklus 2. Selanjutnya di akhir
pelaksanaan kegiatan workshop siklus I calon kepala sekolah membagikan
instrument peningkatan kompetensi CKS sebagai langkah evaluasi, kepada
peserta workshop untuk mengetahui peningkatan kompetensi kepribadian,
kewirausahan dan sosial calon kepala sekolah.
3. Monitoring dan Evaluasi
a. Monitoring
Kegiatan monitoring adalah berupa pemantauan atau pengecekan
terhadap tahapan-tahapan dalam pelaksanaan kegiatan workshop. Apakah
yang dilaksanakan telah sesuai dengan rencana serta menghasilkan
sebagaimana yang diharapkan ataukah sebaliknya. Hasil monitoring
tersebut sekaligus digunakan untuk mengevaluasi keberhasilan dan juga
berbagai kendala atau hambatan yang dialami.
Monitoring dan Evaluasi (monev) dalam kegiatan workshop
menggunakan instrument angket yang diisi oleh responden kepala
sekolah, dan teman sejawat sebagai peserta. Monev kegiatan workshop
dilakukan pada tahapan persiapan, pelaksanaan, analisis dan tindak lanjut,
menggunakan instrumen yang relevan dan Informasi diperoleh secara
lisan atau berdasarkan bukti dan fakta. Hasil monev diinfomasikan
kepada Calon Kepala Sekolah untuk diolah dan dianalisis untuk
mendapatkan gambaran keberhasilan pelaksanaan kegiatan workshop.
Hasil dari pengukuran tersebut adalah sebagai berikut :
1. Perencanaan
Calon kepala sekolah telah memberikan instrument perencanaan
kepada Kepala Sekolah untuk diisi dan sekaligus menilai tingkat
kesiapan kegiatan workshop sesuai dengan kondisi nyata. Pada angket
ini Kepala Sekolah memberikan penilaian yang sangat baik karena
semua perlengkapan yang dibutuhkan tersedia, sehingga perencanaan
30
31. pelaksanaan kegiatan workshop siklus 1 dinilai berhasil dengan tingkat
keberhasilannya 100 % (Lampiran 1.g). Keberhasilan itu berdasarkan
kesiapan calon kepala sekolah dalam menyiapkan, perangkat proposal,
materi, rencana anggaran, ketersediaan tutor, kesiapan akomodasi dan
kehadiran dari peserta serta sosialisasi dengan guru peserta workshop.
2. Pelaksanaan
Sebagaimana tahap perencanaan calon kepala sekolah memberikan
instrument angket pelaksanaan kepada Kepala Sekolah dan guru
sebagai peserta workshop. Berdasarkan hasil angket kepala sekolah
dan guru senior bahwa 75% (Lampiran 1.g). Pelaksanaan workshop
dinilai berhasil
3. Monev
Calon kepala sekolah memberikan instrument angket monev kepada
Kepala Sekolah dan guru sebagai peserta workshop. Berdasarkan hasil
angket kepala sekolah dan guru senior bahwa 100 % pelaksanaan
workshop dinilai berhasil
4. Refleksi
Calon kepala sekolah memberikan instrument angket monev kepada
Kepala Sekolah dan guru sebagai peserta workshop. Berdasarkan hasil
angket kepala sekolah dan guru senior bahwa 75 % (Lampiran 1.g)
pelaksanaan workshop dinilai berhasil
b. Evaluasi kompetensi Calon kepala Sekolah dan guru sasaran
1. Peningkatan Kompetensi
Kepribadian, Sosial dan Kewirausahaan calon kepala sekolah
Berdasarkan data hasil analisis instrument evaluasi peningkatan
kompetensi calon kepala sekolah yang diisi oleh 15 orang peserta
workshop menunjukan bahwa kompetensi kepribadian, sosial dan
kewirausahaan mengalami peningkatan dengan prosentase peningkatan
80,15 % (lampiran 1.h)
2. Peningkatan Kompetensi
31
32. guru dalam menyusun RPP
Berdasarkan analisis hasil pelaksanaan Siklus I Pencapaian hasil
Kemampuan Guru Dalam Menyusun RPP yang diukur dalam RTK ini
berupa nilai rata-rata Kelengkapan RPP yang disusun oleh 15 orang
guru. Hasil yang diperoleh terhadap kelengkapan RPP yang disusun
oleh guru pada siklus I adalah 69,55%, berada pada katagori CUKUP
(Lampiran 1.f). Hal ini menunjukkan adanya hasil jerih payah calon
kepala sekolah sebagai penginisiatif dalam melakukan pembimbingan
dan menjalankan tugasnya mengembangkan kompetensi guru dalam
menyusun RPP.
4. Refleksi
Refleksi dilaksanakan untuk mengevaluasi seluruh rangkaian kegiatan
workshop yang telah dilaksanakan mencakup kemajuan-kemajuan yang
telah dicapai, sekaligus mencarikan solusi-solusi terhadap kendala-kendala
yang dialami selama workshop berlangsung. Dalam kegiatan refleksi ini
juga dilakukan evaluasi terhadap hasil-hasil yang telah dicapai dalam siklus
I. Hasil refleksi dalam siklus I adalah sebagai berikut:
1. Pelaksanaan tindakan sudah sesuai dengan rencana tindakan
2. Dari hasil monitoring dan evaluasi pelaksanaan kegiatan workshop
menunjukkan bahwa pada tahap persiapan kegiatan tidsk ditemukan
hambatan terutama terkait dengan kesiapan perlengkapan kegiatan
seperti microfon, perlengkapan listrik dan penataan ruangan. Hal ini
disebabkan adanya koordinasi aktif dengan kepala sekolah dan rekan
sejawat yang dilibatkan dalam kegiatan dimaksud. Demikian juga pada
tahap pelaksanaan kegiatan tidak ditemukan kendala yang berarti,
karena 75% pelaksanaan dikatagorikan BAIK (Lampiran 1.g).
Walaupun demikian masih perlu perbaikan pada pelaksanaan siklus 2.
3. Peningkatan kompetensi dan pemahaman peserta dalam menyusun RPP
K13 revisi 2017 belum maksimal terutama pada bagian
mengintegrasikan ketrampilan hidup abad 21 atau yang dikenal dengan
32
33. 4C yaitu kemampuan mengintegrasikan kompetensi berpikir kritis,
bertindak kreatif, berkerjasama, dan berkomunikasi dalam kegiatan
pembelajaran. Komponen ini merupakan komponen terlemah dari total
skor perolehan 15 orang guru sasaran, yaitu sebesar 39. Berada pada
katagori KURANG (Lampiran 1.i). demikian juga pada rata-rata total
skor yang diperoleh guru sasaran pada rentang 9 komponen yang dinilai.
Menunjukkan hasil yang kurang. kekurangan ini akan diperbaiki pada
siklus ke 2.
Untuk itu, pada rancangan kegiatan siklus 2 akan difokuskan pada
usaha pembimbingan pada kompetensi-kompetensi tersebut.
Adapun kegiatan yang dilakukan dalam tahap perencanaan tindakan
siklus 2 antara lain adalah sebagai berikut:
1) Meminta kembali kesediaan guru yang memiliki kompetensi lebih untuk
diberdayakan membantu calon kepala sekolah dalam melakukan
pembimbingan terhadap teman guru mata pelajaran berdasarkan
kompetensi yang perlu ditingkatkan.
2) Menyusun instrumen monitoring dan evaluasi pelaksanaan tindakan
siklus 2.
Siklus II
1. Persiapan
Berdasarkan hasil pelaksanaan tindakan siklus 1 diperoleh bahwa
kemampuan guru mata pelajaran masih memiliki kompetensi yang
rendah pada kompetensi-kompetensi tertentu terutama yang berkaitan
dengan pemilihan metode pembelajaran dan penyusunan rancangan
penilaian hasil belajar.
Adapun kegiatan yang dilakukan dalam tahap perencanaan
tindakan siklus 2 antara lain adalah sebagai berikut:
a. Menentukan teman sejawat yang membantu untuk memberikan
bimbingan pada guru yang masih rendah kompetensinya
33
34. b. Menyiapkan materi-materi dan reverensi yang berkaitan dengan
kegiatan RTK yang dilaksanakan
c. Meminta kembali kesediaan guru yang memiliki kompetensi lebih
untuk diberdayakan membantu calon kepala sekolah dalam
melakukan pembimbingan terhadap teman guru mata pelajaran
berdasarkan kompetensi yang perlu ditingkatkan.
d. Menyusun instrumen monitoring dan evaluasi pelaksanaan
tindakan siklus 2
2. Pelaksanaan
Kegiatan yang dilakukan pada pelaksanaan tindakan siklus 2 yaitu
melakukan pembimbingan terhadap rekan guru mata pelajaran
berdasarkan pada kompetensi-kompetensi yang masih kurang atau
rendah berdasarkan analisis hasil kegiatan siklus 1. Pembimbingan
dilakukan bersama dengan teman guru sejawat yang sudah ditunjuk
sebelumnya. Pembimbingan dilakukan paling lama dua minggu atau
dua kali jadwal. Pelaksanaan bimbingan dilakukan di waktu-waktu
lowongnya tenaga pembimbing atau saat jam istirahat siswa yang
berkisar 30 menit.
3. Monitoring dan Evaluasi
a. Monitoring
Pelaksanaan monitoring dilakukan oleh Calon Kepala Sekolah
kepada peserta bimbingan dengan melakukan pengecekan terhadap
RPP yang telah disusun. Dalam monitoring ini Calon kepala
sekolah sekaligus melakukan bimbingan dan memantau
pelaksanaannya. Selain itu juga pada kegiatan monev ini calon
kepala sekolah juga membagikan instrumen peningkatan
kompetensi Calon Kepala sekolah kepada sejumlah guru yang
diberi bimbingan untuk dapat mengetahui peningkatan kompetensi
calon kepala sekolah yang masih rendah pada siklus I
34
35. b. Evaluasi
1. P
eningkatan Kompetensi kepribadian, Sosial dan Kewirausahaan
calon kepala sekolah
Berdasarkan data hasil analisis instrument evaluasi
peningkatan kompetensi calon kepala sekolah yang diisi oleh 15
orang peserta workshop menunjukan bahwa kompetensi
kepribadian, sosial dan kewirausahaan mengalami peningkatan
dengan prosentase peningkatan dari 80,15% menjadi 89,39 %
(Lampiran 1.h) sebagaimana terlihat pada grafik berikut ini;
Grafik 1.1
Prosentase Peningkatan Kompetensi Calon Kepala Sekolah
Sementara terjadi pula peningkatan pada masing-masing
indikator aspek kajian kompetensi calon kepala sekolah yaitu
rata-rata sebesar 18,22 % (Lampiran 1.h). sebagaimana dapat
dilihat pada grafik dibawah ini.
Grafik 1.2
35
36. Peningkatan Kompetensi CKS Berdasarkan Indikator Aspek Kajian
2. P
eningkatan kompetensi guru dalam menyusun RPP
Berdasarkan analisis hasil pelaksanaan Siklus II Pencapaian
hasil Kemampuan Guru Dalam Menyusun RPP yang diukur
dalam RTK ini berupa nilai rata-rata Kelengkapan RPP yang
disusun oleh 15 orang guru. Hasil yang diperoleh terhadap
kelengkapan RPP yang disusun oleh guru pada siklus II adalah
82,88% (Lampiran 1.i).
Berdasarkan analisis hasil pelaksanaan pembimbingan yang
dilakukan pada pelaksanaan tindakan siklus 2 melalui pengisian
instrumen monev 2 diperoleh hasil sebagai berikut:
Tabel 1.1
Rata-rata peningkatan kemampuan tindakan siklus 2
Siklus 1
(%)
Siklus 2
(%)
Peningkatan
kemampuan
(%)
69,55 82,88 13,33
Tabel 2 menunjukkan tingkat kemampuan guru mata
pelajaran dalam menyusun RPP setelah mengikuti bimbingan
pada siklus 2 naik dari 69,55 % menjadi 82,88 %. Kompetensi
36
37. 82,88 % termasuk kategori kompetensi baik.
Grafik 1.3
Peningkatan Kemampuan guru dalam Menyusun RPP
Peningkatan kompetensi guru mata pelajaran menunjukkan
adanya peningkatan yang signifikan yaitu sebesar 13,33 %.
Sedangkan kelengkapan komponen RPP yang disusun oleh guru
yang terlihat pada siklus 2 rata-rata mengalami peningkatan
sebesar 7,33% (Lampiran 1.i). Dal ini dapat dilihat pada grafik
berikut ini :
Grafik 1.4
Perbandingan Peningkatan Kompetensi Guru Pada Siklus 1 dan Siklus 2
Peningkatan tersebut merupakan hasil dari usaha
pembimbingan yang diberikan kepada guru mata pelajaran.
37
38. Pembimbingan tersebut adalah tugas seorang kepala sekolah
yaitu membina dan mengembangkan kompetensi guru dalam
perannya sebagai leader di sekolah
4. Refleksi
Refleksi dilaksanakan untuk mengevaluasi seluruh rangkaian
kegiatan pembimbingan yang telah dilaksanakan mencakup kemajuan-
kemajuan yang telah dicapai, sekaligus mencarikan solusi-solusi
terhadap kendala-kendala yang dialami selama pembimbingan
berlangsung. Dalam kegiatan refleksi ini juga dilakukan evaluasi
terhadap hasil-hasil yang telah dicapai dalam siklus II. Hasil refleksi
dalam siklus II adalah sebagai berikut:
1. Pelaksanaan tindakan sudah sesuai dengan rencana tindakan
2. Dari hasil monitoring dan evaluasi pelaksanaan kegiatan
bimbingan teman sejawat berdasarkan hasil monev menunjukkan
bahwa pada tahap persiapan kegiatan tidak mengalami hambatan
karena semuanya sudah dipersiapkan secara lengkap. Demikian
juga pada tahap pelaksanaan kegiatan berdasarkan angket peserta
tidak ditemukan kendala, semuanya sesuai dengan perencanaan.
3. Peningkatan kompetensi dan pemahaman peserta dalam menyusun
RPP sudah maksimal.
4. Sumber daya
Sumber daya yang mendukung pelaksanaan kegiatan workshop adalah
sebagai berikut:
a. Sumber daya manusia
Kegiatan workshop penyusunan perangkat pembelajaran
didukung oleh Narasumber yang telah lulus menjadi Instruktur
Nasional Kurikulum 2013 yaitu, Muhamad Iksan, S.Pd dan
Amar Hadi, S.Pd, sedang yang membantu menjadi panitia
pelaksana kegiatan adalah: 1. Drs. Sahman, 2 Titi Sumantri,
S.S, 3. Yasin, SE, 4. Nuraini, 5. Syarjan, S.Pd, 6 Arifudin,
38
39. S.Pd, 7. Endang Puji Astuti, 8. Juhari
b. Keuangan
Sumber pendanaan kegiatan workshop Penyusunan perangkat
penilaian pembelajaran adalah bersumber dari dana bantuan
sekolah, mengingat sekolah juga sangat membutuhkan
kegiatan semacam itu.
c. Alat yang mendukung kegiatan RTK adalah: Lektop, LCD
Proyektor, Kertas HVS serta ATK lainnya
B. SUPERVISI GURU JUNIOR
Kepala Sekolah dituntut memiliki kemampuan dalam melakukan penilaian
dan pembinaan kepada guru untuk secara terus menerus meningkatkan kualitas
proses pembelajaran yang dilaksanakan di kelas agar berdampak pada kualitas
hasil belajar siswa. Untuk dapat mencapai kompetensi tersebut kepala sekolah
diharapkan dapat melakukan penilaian akademik yang didasarkan pada metode
dan teknik supervisi yang tepat sesuai dengan kebutuhan guru.
Supervisi akademik merupakan serangkaian kegiatan untuk membantu
guru mengembangkan kemampuannya mengelola proses pembelajaran demi
pencapaian tujuan pembelajaran. Jadi supervisi akademik merupakan upaya
membantu guru-guru mengembangkan kemampuannya mencapai tujuan
pembelajaran. Dengan demikian, esensi supervisi akademik itu sama sekali bukan
menilai unjuk kerja guru dalam mengelola proses pembelajaran, melainkan
membantu guru mengembangkan kemampuan profesionalnya.
Kegiatan Supervisi Akademik secara umum dilaksanakan meliputi
kegiatan perencanaan, pelaksanaan, analisis hasil supervisi akademik dan tindak
lanjut supervisi akademik . Adapun kegiatan tersebut adalah sebagai berikut :
B.1. Pelaksanaan Supervisi Pertama
a. Perencanaan
Kegiatan yang dilakukan dalam tahap ini adalah;
39
40. 1. Menyusun Perencanaan Supervisi Akademik
2. Konsolidasi dengan Kepala Sekolah meminta saran dan masukan dari
beliau tentang pelaksanaan supervisi akademik terhadap guru junior.
Bapak Kepala Sekolah menunjuk salah satu Guru PJOK, yaitu Bapak
Rahmat Khaeril, S.Pd untuk disupervisi. Penunjukkan ini
berdasarkan kondisi nyata guru bidang study PJOK bahwa yang secara
aktif mengajar mata pelajaran PJOK selain calon kepala sekolah adalah
Bapak Rahmat Khaeril, S.Pd dan kebetulan beliau masih guru junior di
sekolah.
3. Sosialisasi supervisi akademik
Pada tahap ini yang dilakukan adalah perencanaan supervisi akademik
di sosialisasikan kepada guru yang akan di supervisi. Di awal
pertemuan diinformasikan kepada guru junior bahwa observasi guru
junior adalah salah satu tugas peserta diklat calon kepala sekolah pada
kegiatan on the job learning dan tidak ada hubungannya dengan
penilaian kinerja guru di sekolah. Observasi ini diharapkan dapat
memberikan gambaran pelaksanaan supervisi akademik guru junior
sehingga tidak merasa tertekan dan terbebani oleh kegiatan supervisi
calon kepala sekolah. Pemahaman awal ini guna menghindari adanya
kekakuan dan ketegangan pada pelaksanaan supervisi guru junior.
Pada pertemuan awal ada beberapa hal yang dilakukan :
a. Meminta kesediaan guru junior untuk disupervisi proses
pembelajarannya di kelas.
b. Disepakati kegiatan Supervisi mengikuti jadwal mengajar guru
junior.
c. Meminta kepada guru junior mempersiapkan perangkat
pembelajaran seperti, silabus, RPP, bahan ajar, program semester.
Program tahunan, dan lain-lain.
d. Membuat kesepakatan waktu penyerahan kepada supervisor (calon
kepala sekolah) silabus, RPP, bahan ajar, program semester,
40
41. program tahunan.
e. Membuat kesepakatan jadwal pertemuan berikutnya
4. Menyusun instrumen supervisi
Instrumen yang perlu di persiapkan dalam tahap ini adalah:
a. Instrumen kelengkapan administrasi pembelajaran
b. Instrumen rencana kegiatan pembelajaran
c. Instrumen observasi kelas
d. Daftar pertanyaan setelah observasi ( feedback / post observasi )
e. Instrument tindak lanjut
b. Pelaksanaan
1) Pra Observasi
Pra-observasi adalah kegiatan yang dilakukan oleh supervisor
(dalam hal ini calon kepala sekolah) sebelum melakukan observasi
kelas. Pelaksanaan observasi diawali dengan berkonsultasi dengan
kepala sekolah, maka kepala sekolah memberikan kesempatan kepada
calon kepala sekolah untuk melakukan supervisi. Langkah-langkah
yang dilakukan adalah sebagai berikut:
a) Penyiapan instrumen perencanaan kegiatan pembelajaran
b) Calon kepala sekolah berkonsultasi dengan guru junior untuk
merencanakan waktu observasi.
c) Meminta perangkat pembelajaran, seperti, silabus dan RPP dan
lain-lain, 1 hari sebelum observasi
d) Pengisian instrumen perencanaan kegiatan pembelajaran
Berdasarkan langkah-langkah di atas maka dapat diketahui hasil
pra-observasi guru dalam merencanakan kegiatan pembelajaran
dimana ada beberapa komponen yang belum dilengkapi seperti
komponen penilaian dan penentuan sumber belajar yang belum sesuai
dengan keadaan di sekolah tersebut. Guru Junior juga belum memiliki
kelengkapan administrasi pembelajaran lain, seperti bahan ajar,
program remedial, program pengayaan, Dengan demikian saat ini guru
41
42. junior dalam melaksanakan pembelajaran mencapai 80% dengan
klasifikasi nilai Baik (Lampiran 2.b).
2) Observasi
Pada tahap ini supervisor melakukan observasi langsung ke kelas X-
IPA-1 tempat guru junior melangsungkan proses belajar mengajar
sesuai dengan jadual yang telah disepakati. Pelaksanaan observasi
dilaksanakan sebanyak 2 kali pertemuan (setiap pertemuan 3×45
menit). Supervisor melakukan pengamatan langsung pelaksanaan
pembelajaran mulai dari kegiatan awal sampai pada kegiatan penutup.
Obyek pengamatan adalah aktivitas guru dan siswa dalam proses
belajar mengajar. Aktivitas guru dan siswa dicatat pada catatan
kejadian dan mengisi instrumen observasi kelas yang telah
dipersiapkan. Catatan kejadian dijadikan sebagai bahan diskusi
sekaligus bahan evaluasi pada saat kegiatan refleksi pembelajaran.
Untuk memperoleh bukti pelaksanaan pembelajaran tersebut
supervisor mendokumentasikannya dalam bentuk foto.
Pada pertemuan pertama, dengan mengacu pada RPP yang telah
disusun guru yaitu permainan Bola Basket.
Pada kegiatan awal, ketua kelas menyiapkan teman-temannya untuk
belajar dan mengucapkan salam yang dibalas oleh guru dengan salam
pula. Dengan menggunakan model pembelajaran langsung, guru
mengawali pembelajaran dengan menanyakan kesiapan siswa untuk
belajar. Guru kemudian memberikan motivasi kepada siswa untuk
lebih giat belajar agar menjadi siswa yang jago dalam bermain basket.
Berikutnya guru melakukan apersepsi dan dilanjutkan dengan
menyampaikan tujuan pembelajaran hari itu.
Selanjutnya kegiatan pembelajaran mengikuti langkah-langkah berikut
ini :
Mencari bahan/materi yang digunakan :
Siswa mengamati pemutaran video tentang pembelajaran bolabasket
42
43. dan membuat catatan dari apa yang diamati
Menyiapkan kelompok dalam kegiatan :
Siswa mendapatkan pasangankelompok sesuai dengan yang ditentukan
melalui permainan
Menyiapkan lembar kerja/tugas :
Siswa bersama pasangan menerima dan mempelajari lembar kerja
(student work sheet) yang berisi perintah dan indikator tugas
keterampilan gerak permainan bolabasket (melempar, menangkap,
menggiring, dan menembak bola) dengan berbagai posisi)
Membagi kelompok penyaji dan pengamat :
Siswa berbagi tugas siapa yang pertama kali menjadi “pelaku”dan
siapa yang menjadi “pengamat”.
Menanggapi hasil penyajian :
Pelaku melakukan tugas gerak satu persatu dan pengamat mengamati,
serta memberikan masukan jika terjadi kesalahan (tidak sesuai
dengan lembar kerja)
Kelompok penyaji dan pengamat saling bergantian :
Siswa berganti peran setelah mendapatkan aba-aba dari guru
Siswa mencoba tugas keterampilan gerak permainan bolabasket ke
dalam permainan sederhana dan atau tradisional dilandasi nilai-nilai
disiplin, sportif, kerja sama, dan percaya diri
Pada bagian penutup, Guru melakukan tanya-jawab dan membuat
simpulan dengan peserta didik yang berkenaan dengan materi
pembelajaran yang telah diberikan. Termasuk di dalamnya adalah
43
44. memanfaatkan momen berharga tersebut untuk melakukan refleksi
yang mendorong sisiwa mengukuhkan perilaku sosial dan spiritualnya.
Selanjutnya Melakukan pendinginan yang dipimpin oleh salah seorang
peserta didik yang dianggap mampu, dan menjelaskan kepada peserta
didik tujuan dan manfaat melakukan pendinginan setelah melakukan
aktivitas fisik dan olahraga yaitu agar dapat melemaskan otot-otot dan
tubuh tetap bugar (segar). Guru meminta siswa memberikan
kesimpulan pelajaran hari itu. Beberapa siswa bersamaan berseru
memberikan simpulan pelajaran. Guru kemudian mengulangi dan
melengkapi simpulan siswa. Berikutnya guru mempersilahkan siswa
membuka buku pegangan siswa untuk mencatat soal PR yang ada pada
bagian latihan. Pesan terakhir dari guru, tolong PR-nya dikerjakan
baik-baik, jika ada yang tidak dimengerti bertanya ke temannya atau
boleh cari-cari di internet. Hari ini pelajaran kita cukup sekian.
3) Pasca Observasi
Dalam tahap ini calon kepala sekolah melakukan analisis hasil
pelaksanaan supervisi akademik untuk mengetahui kekuatan dan
kelemahan guru yang di supervisi sebagai acuan untuk memberikan
umpan balik. Dalam hal ini, setelah kegiatan supervisi maka supervisor
melanjutkan kegiatannya yaitu dengan melakukan analisis hasil
supervisi akademik dengan menggunakan instrumen yang telah
disiapkan sebelumnya, hasilnya sebagai berikut;
1) Perencanaan pembelajaran; di dalam menyusun rencana
pelaksanaan pembelajaran, dalam rumusan tujuan pembelajaran
masih terdapat kekurangan, terutama pada point rumusan tujuan
belum mencerminkan pencapaian kompetensi sikap, pengetahuan
dan ketrampilan.
2) Kurang memuat materi yang bersifat faktual, konseptual,
prosedural atau metakognitif.
44
45. 3) Cakupan materi masih kurang sesuai dengan alokasi waktu yang
ditetapkan
4) Tidak mengakomodasi mulok.
5) Pelaksanaan pembelajaran;
a. Kegiatan awal, pada kegiatan awal guru menjelaskan
kompetensi dasar dan tujuan pembelajaran guru belum
menyampaikan cakupan materi pelajaran.
b. Kegiatan inti pada tahap ini guru sudah mampu menerapkan
metode dan pedekatan yang variatif, sehingga interaksi antar
peserta didik belum optimal.
c. Kegiatan penutup, pada tahap ini guru tidak menyampaikan materi
pembelajaran untuk pertemuan yang berikutnya dan penggunaan
waktu kurang dari waktu yang ditetapkan pada rencana
pelaksanaan pembelajaran.
d. Penilaian pembelajaran;
Pada tahap ini di dalam melakukan penilaian, guru junior belum
melakukan penilaian siswa karena tidak memiliki instrument
penilaian.
c. Tindak Lanjut
Setelah observasi pembelajaran selesai dilaksanakan observer
meminta kesediaan guru tersebut untuk meluangkan waktu dan
mendiskusikan kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan sebelumnya.
Dalam diskusi tersebut ketika ditanya ia mengatakan belum maksimal
dengan hasil pembelajaran yang baru saja dilakukan karena persiapan
belum maksimal. .
Selanjutnya observer menanyakan kesulitan dalam pembelajaran
guru tersebut mengatakan tidak bisa mengajak siswa untuk aktif belajar
karena banyak yang diam. Juga terkadang siswa belum berani mengajukan
45
46. pertanyaan. Dalam hal ini observer menyarankan menggunakan metode
yang lebih interaktif, sehingga muncul berbagai jawaban dari siswa
lainnya dan memotivasi yang lain untuk aktif.
d. Hasil
Sebelum pelaksanaan refleksi pembelajaran dimulai, supervisor
menghitung nilai kemampuan guru yunior melaksanakan pembelajaran
berdasarkan hasil isian instrumen observasi kelas. Dari perhitungan
tersebut diperoleh nilai: 78% (Lampiran 2.b). Nilai akhir ini
mengindikasikan kemampuan guru melaksanakan pembelajaran termasuk
ke dalam kategori kemampuan BAIK (dapat digunakan untuk model bagi
guru lain dengan perbaikan pada bagian-bagian tertentu).
Tabel 1.2
Interval kategori kemampuan guru (KG) mengelola pembelajaran
Nilai Predikat Keterangan
N < 70 C Perlu pembinaan
71≤N≤80 B Dapat digunakan untuk model bagi
guru lain dengan perbaikan pada
bagian-bagian tertentu
N>80 A Dapat digunakan untuk model bagi
guru lain
Untuk merefleksi pembelajaran yang telah dilaksanakan, guru yunior
dan supervisor sepakat bertemu pada jam istirahat pada hari yang
sama. Sebelum membahas hasil pelaksanaan pembelajaran, terlebih
dahulu supervisor meminta kesediaan guru yunior untuk menjawab
beberapa pertanyaan yang telah dipersiapkan. Agar lebih rileks dalam
menjawab, jawaban pertanyaan dipersilahkan untuk langsung
menuliskannya pada tempat yang telah disediakan.
Pada tahap refleksi, supervisor memuji pembelajaran yang telah
dilaksanakan guru yunior. Kemampuan guru melaksanakan
pembelajaran masuk kategori tinggi. Melengkapi pujian sambil
mengomentari sisi-sisi yang dianggap sudah bagus, misalnya guru
menyampaikan tujuan pembelajaran, tampak semangat membantu
46
47. kesulitan pemahaman siswa dan ada keceriaan siswa dalam mengikuti
pelajaran. Berikutnya, supervisor mulai menyinggung sisi-sisi yang
dianggap masih kurang atau lemah dan perlu diperbaiki pada
pelaksanaan pembelajaran berikutnya. Misalnya pada saat melakukan
apersepsi, guru sebaiknya mengingatkan siswa tentang Teknik
permainan bola basket. Sisi lemah lainnya adalah keaktifan siswa yang
tidak merata. Hanya siswa tertentu yang selalu aktif sementara lebih
banyak siswa yang lainnya kurang aktif.
Supervisor mengangkat pada pembahasan (refleksi) semua catatan-
catatan kejadian pada pelaksanaan pembelajaran. Berikutnya guru
yunior dipersilahkan berkomentar mengenai pelaksanaan
pembelajarannya. Apa kesulitan, kesan yang diperoleh serta pesan
untuk perbaikan pelaksanaan pembelajaran berikutnya.
Pada akhir refleksi disimpulkan bagian-bagian pembelajaran yang
perlu dipertahankan dan bagian-bagian yang perlu mendapat perhatian
untuk diperbaiki. Selanjutnya disepakati waktu pelaksanaan observasi
yang kedua. Guru yunior kembali mempersiapkan RPP, bahan ajar,
alat peraga dan penilaian yang akan digunakan pada pertemuan kedua.
Supervisor kemudian meminta RPP yang sudah final untuk digandakan
sebagai bahan kontrol pada observasi pertemuan kedua.
B.2. Pelaksanaan Supervisi Kedua
a. Perencanaan
Pada persiapan siklus kedua dilakukan dengan menggunakan
langkah langkah yang sama dengan observasi tahap I, hanya saja lebih
ditujukan kepada perbaikan-perbaikan hasil observasi tahap I yang
sudah pernah dilakukan. Agar lebih terlihat perbaikan penampilan dari
guru junior Calon kepal sekolah melakukan observasi 1 minggu
kemudian yaitu tanggal 7 September 2017 dan meminta mengganti
materi dengan bab berikutnya. Sehingga ada administrasi perencanaan
47
48. pembelajaran yang baru dan dibuat dengan mengacu pada catatan
kekurangan pada observasi pertama.
Langkah-langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Calon kepala sekolah berkonsultasi dengan guru junior untuk
merencanakan waktu observasi
2. Menyusun instrumen supervisi adapun instrumen yang perlu di
persiapkan dalam tahap ini adalah:
a. Instrumen kelengkapan administrasi pembelajaran
b. Instrumen rencana kegiatan pembelajaran
c. Instrumen observasi kelas
d. Daftar pertanyaan setelah observasi (feedback / post observasi)
e. Instrument tindak lanjut
b. Pelaksanaan
1) Pra Observasi
Pra-observasi adalah kegiatan yang dilakukan oleh supervisor
(dalam hal ini Calon kepala sekolah) sebelum melakukan observasi
kelas.
Langkah-langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut:
a. Meminta silabus dan RPP pembelajaran 1 hari sebelum
observasi
b. Pengisian instrumen perencanaan kegiatan pembelajaran
Berdasarkan langkah-langkah diatas maka dapat diketahui hasil
pra-observasi guru junior dalam merencanakan kegiatan
pembelajaran dimana ada beberapa komponen yang sudah
diperbaiki seperti komponen pengisian instrument penilaian
pembelajaran dan penentuan sumber belajar yang sudah sesuai
dengan keadaan di sekolah tersebut. Demikian juga silabus telah
lengkap diisi, program semester dan program tahunan telah
dipersiapkan. Dengan demikian saat ini guru junior dalam
menyusun admnistrasi pembelajaran mencapai 89% dengan
48
49. klasifikasi Baik Sekali.
2) Observasi
Pada pertemuan kedua, guru yunior melaksanakan pembelajaran di
kelas berbeda dengan materi yang berbeda pula. Berbeda dengan
tahapan pembelajaran yang dilaksanakan pada pertemuan pertama.
Materi pelajaran atau topik pelajaran yang disajikan adalah Bola
Voli. Guru menggunakan model yang berbeda yakni resiprokal
learning dengan kelompok berjumlah tertentu, siswa bergerak
bebas untuk menyelesaikan tugas yang diberikan. Guru memulai
pembelajaran dengan menanyakan PR pertemuan lalu. Tidak ada
siswa yang menjawab ada kesulitan dalam menyelesaikan PR
tersebut. Dengan demikian guru melanjutkan pembelajarannya
berdasarkan RPP yang sudah dibuatnya.
Secara umum, pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan lebih
baik dibanding pertemuan sebelumnya. Guru sudah memperbaiki
sisi-sisi lemahnya dan mempertahankan bagian-bagian yang sudah
bagus. Misalnya, Apersepsi dan pemberian motivasi dilaksanakan
dengan baik. Guru mengaitkan pelajaran pertemuan pertama
dengan pertemuan kedua. Guru lebih menyemangati siswa dengan
hasil PR pertemuan pertama dengan banyaknya siswa yang
mendapat nilai 100, walaupun ternyata masih ada beberapa siswa
yang memperoleh nilai sedang. Jika lebih giat belajar, semua siswa
bisa mendapat nilai 100. Perbaikan lain adalah nampak lebih
banyak siswa yang aktif dibanding pertemuan pertama. Usaha ini
berhasil setelah guru mengekspor teknik belajar dan
pengorganisasian kelas serta lebih aktif mendekati siswa sambil
memberikan penjelasan-penjelasan materi yang dianggap
menantang bagi pemahaman siswa.
Akhirnya guru menutup pembelajaran dengan terlebih dahulu
bersama-sama siswa menyimpulkan pelajaran pertemuan kedua
49
50. yang diikuti dengan pemberian PR pada soal latihan yang ada pada
buku paket siswa.
3) Pasca Obsevasi
Dalam tahap ini observer melakukan analisis hasil
pelaksanaan supervisi akademik tahap dua untuk mengetahui
kekuatan dan kelemahan guru yang di supervisi sebagai acuan
untuk memberikan umpan balik. Dalam hal ini, setelah kegiatan
supervisi maka supervisor melanjutkan kegiatanya yaitu dengan
melakukan analisis hasil supervisi akademik dengan menggunakan
instrumen yang telah disiapkan sebelumnya, hasilnya sebagai
berikut;
a) Perencanaan pembelajaran; guru telah mengerjakan saran yang
di sampaikan observer seperti di dalam perencanaan
pembelajaran telah mencantumkan instrument penilaian
pembelajaran dan telah melengkapi administrasi perencanaan
pembelajaran.
b) Pelaksanaan pembelajaran;
1. Kegiatan awal, pada kegiatan awal guru menyampaikan
tujuan pembelajaran kepada peserta didik dan menjelaskan
cakupan dari materi yang dipelajari.
2. Kegiatan inti
Pada tahap ini guru tampak menguasai materi dan
menjelaskan kepada siswa dengan bahasa yang baik
sehingga siswa antusias dalam mengikuti pembelajaran,
kegiatan dilakukan dengan situasi yang ramah, tenang dan
nyaman. Metode yang digunakan sangat bervariasi, dan
guru menguasai materi pembelajaran sehingga interaksi
antar peserta didik menjadi optimal.
3. Kegiatan penutup, pada tahap ini guru memberikan bimbingan
50
51. arahan untuk membuat rangkuman hasil pembelajaran dan
memberikan tugas untuk pertemuan berikutnya dan penggunaan
waktu sesuai dengan yang di tetapkan pada rencana pelaksanaan
pembelajaran.
4. Penilaian pembelajaran;
Pada tahap ini di dalam melakukan penilaian, guru junior sudah
melakukan penilaian test tertulis dan penilaian ketrampilan
terhadap siswa dengan menggunakan instrument penilaian.
c. Tindak Lanjut
Setelah observasi pembelajaran selesai dilaksanakan observer
mendiskusikan kembali kegiatan pembelajaran yang baru saja
dilaksanakan. Dalam diskusi tersebut ketika ditanya ia mengatakan
puas dengan hasil pembelajaran yang baru saja dilakukan karena sudah
mempelajari dan memperbaiki kekurangan pada pertemuan pertama.
Selanjutnya observer menanyakan kesulitan dalam pembelajaran,
guru tersebut mengatakan tidak ada kesulitan yang memberatkan
karena siswa antusias mengikuti kegiatan belajar. Namun demikian
observer menyarankan untuk tidak merasa puas dulu, hendaknya tetap
belajar agar terus meningkatkan kompetensi paedegogiknya, dan tetap
melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan baik meskipun sudah
tidak di observasi lagi oleh calon kepala sekolah.
d. Hasil
Sebelum pelaksanaan refleksi pembelajaran pertemuan kedua dimulai,
supervisor menghitung nilai kemampuan guru junior melaksanakan
pembelajaran berdasarkan hasil isian instrumen observasi kelas. Dari
perhitungan tersebut diperoleh nilai: 90%. Nilai akhir ini
mengindikasikan kemampuan guru melaksanakan pembelajaran
termasuk ke dalam kategori kemampuan SANGAT BAIK (dapat
digunakan untuk model bagi guru lain).
51
52. Tabel 1.3
Interval kategori kemampuan guru (KG) mengelola pembelajaran
Nilai Predikat Keterangan
N < 70 C Perlu pembinaan
71≤N≤80 B Dapat digunakan untuk model bagi
guru lain dengan perbaikan pada
bagian-bagian tertentu
N>80 A Dapat digunakan untuk model bagi
guru lain
Sama dengan refleksi pada pertemuan pertama, supervisor memuji
pembelajaran yang telah dilaksanakan guru junior. Ada peningkatan
dalam pengelolaan pembelajaran dengan memperoleh hasil kategori
kemampuan sangat tinggi. Berikutnya dikomentari bagian-bagian
pembelajaran yang berhasil dipertahankan dan diperbaiki, misalnya
apersepsi dan pemberian motivasi dilaksanakan dengan baik. Guru
mengaitkan pelajaran pertemuan pertama dengan pertemuan kedua.
Guru lebih menyemangati siswa dengan hasil PR pertemuan pertama
dengan banyak siswa yang mendapat nilai 100, walaupun ternyata
masih ada beberapa siswa yang memperoleh nilai sedang. Jika lebih
giat belajar, semua siswa bisa mendapat nilai 100. Perbaikan lain
adalah nampak lebih banyak siswa yang aktif dibanding pertemuan
pertama. Usaha ini berhasil setelah guru lebih aktif mendekati siswa
sambil memberikan penjelasan-penjelasan materi yang dianggap agak
susah dipahami siswa.
Terakhir disimpulkan bagian-bagian pembelajaran yang perlu
dipertahankan dan bagian-bagian yang masih perlu mendapat perhatian
untuk diperbaiki pada pembelajaran berikutnya. Supervisor berpesan
agar pelaksanaan pembelajaran berikutnya lebih ditingkatkan lagi
walaupun sudah tidak diobservasi oleh supervisor (peserta diklat
cakep), pengawas atau kepala sekolah.
Tabel. 1.4
52
53. REKAPITULASI
SUPERVISI AKADEMIK GURU YUNIOR
NO TAHAPAN PELAKSANAAN
PROSENTASE PENINGKATAN
RPP PBM RPP PBM
1 SIKLUS 1 Selasa, 22 Agustus 2017 80% 78%
9% 12%
2 SIKLUS 2 Kamis, 7 September 2017 89% 90%
(Sumber : Lampiran 2.d)
Grafik 1.5
Hasil Supervisi Guru Yunior
C. Penyusunan Perangkat Pembelajaran
Kegiatan penyusunan perangkat pembelajaran berupa Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan bahan ajar merupakan bagian dari upaya
peningkatan kompetensi calon kepala sekolah dalam mengembangkan perangkat
53
54. pembelajaran karena sebagai pemimpin pembelajaran, seorang kepala sekolah
harus bisa menjadi model/teladan dalam pembelajaran.
RPP dan bahan ajar yang disusun ini, adalah materi pada kelas X,
program dan semester ganjil yang sedang berjalan. Sesuai dengan jadwal rencana
tindak lanjut (RTL), penyusunan perangkat ini berlangsung selama 40 jam
pelajaran.
1. Penyusunan RPP.
Standar Proses adalah kriteria mengenai pelaksanaan pembelajaran pada
satuan pendidikan untuk mencapai standar kompetensi lulusan. Standar proses
dikembangkan mengacu pada standar kompetensi lulusan dan standar isi. Dalam
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 65 Tahun 2013 tentang
Standar Proses disebutkan bahwa setiap pendidik pada satuan pendidikan
berkewajiban menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) secara
lengkap dan sistematis agar pembelajaran berlangsung secara interaktif, inspiratif,
menyenangkan, menantang, efisien, memotivasi peserta didik untuk
berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa,
kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik
serta psikologis peserta didik.
Dalam pengembangan RPP guru menterjemahkan prinsip-prinsip pedagogi
dan pembelajaran dalam suatu perencanaan, dan kemudian merealisasikan
perencanaan tersebut dalam bentuk pengalaman belajar peserta didik melalui
kegiatan pembelajaran dengan menggunakan model-model pembelajaran yang
sesuai dengan pendekatan saintifik untuk mengembangkan sikap, pengetahuan,
dan keterampilan peserta didiknya. RPP adalah taught curriculum yang berarti
bahwa apa yang dirancang dalam kurikulum harus tertuang dalam RPP, untuk
mencapai hasil belajar peserta didik atau learned curriculum yang merupakan
hasil langsung dari pengalaman belajarnya.
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah rencana pembelajaran
yang dikembangkan mengacu pada silabus, buku teks pelajaran dan buku panduan
guru. Strategi penilaian disiapkan untuk memfasilitasi guru dalam
54
55. mengembangkan pendekatan, teknik dan instrumen penilaian hasil belajar dengan
penilaian autentik maupun non autentik. Penilaian memungkinkan para pendidik
mampu menerapkan program remedial bagi peserta didik yang tergolong
pebelajar lambat dan program pengayaan bagi yang termasuk kategori pebelajar
cepat.
1.1 Prinsip Penyusunan RPP
1. Setiap RPP
harus secara utuh memuat kompetensi dasar sikap spiritual (KD dari KI-
1), sosial (KD dari KI-2), pengetahuan (KD dari KI-3), dan
keterampilan (KD dari KI-4).
2. Satu RPP
dapat dilaksanakan dalam satu kali pertemuan atau lebih.
3. Memperhatika
n perbedaan individu peserta didik.
4. RPP disusun
dengan memperhatikan perbedaan kemampuan awal, tingkat intelektual,
minat, motivasi belajar, bakat, potensi, kemampuan sosial, emosi, gaya
belajar, kebutuhan khusus, kecepatan belajar, latar belakang budaya,
norma, nilai, dan/atau lingkungan peserta didik.
5. Berpusat pada
peserta didik
6. Proses
pembelajaran dirancang dengan berpusat pada peserta didik untuk
mendorong motivasi, minat, kreativitas, inisiatif, inspirasi, kemandirian,
dan semangat belajar, menggunakan pendekatan saintifik meliputi
mengamati, menanya, mengumpulkan informasi/mencoba,
menalar/mengasosiasi, dan mengomunikasikan.
7. Berbasis
konteks
8. Proses
55
56. pembelajaran yang menjadikan lingkungan sekitarnya sebagai sumber
belajar.
9. Berorientasi
kekinian
10. Pembelajaran
yang berorientasi pada pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi,
dan nilai-nilai kehidupan masa kini.
11. Mengembangk
an kemandirian belajar
12. Pembelajaran
yang memfasilitasi peserta didik untuk belajar secara mandiri.
13. Memberikan
umpan balik dan tindak lanjutpembelajaran
14. RPP memuat
rancangan program pemberian umpan balik positif, penguatan, pengayaan,
dan remedi.
15. Memiliki
keterkaitan dan keterpaduan antarkompetensi dan/atau antar muatan.
16. RPP disusun
dengan memperhatikan keterkaitan dan keterpaduan antara KI, KD,
indikator pencapaian kompetensi, materi pembelajaran, kegiatan
pembelajaran, penilaian, dan sumber belajar dalam satu keutuhan
pengalaman belajar. RPP disusun dengan mengakomodasikan
pembelajaran tematik, keterpaduan lintas mata pelajaran, lintas aspek
belajar,dan keragaman budaya.
17. Memanfaatkan
teknologi informasi dan komunikasi
18. RPP disusun
dengan mempertimbangkan penerapan teknologi informasi dan
komunikasi secara terintegrasi, sistematis, dan efektif sesuai dengan situasi
56
57. dan kondisi.
1.2 Panduan Pengembangan RPP
No Kompone
n RPP
Penjelasan
1 Identitas Sekolah : (Diisi nama sekolah/satuan
pendidikan)
Mata Pelajaran : (Diisi nama mata pelajaran)
Kelas/Semester : (Diisi dengan jenjang kelas dan
semester)
Materi Pokok : (Diambil dari Kompetensi Dasar/KD)
Alokasi Waktu: sesuai dengan keperluan untuk pencapaian
KD dan beban belajar dengan mempertimbangkan jumlah jam
pelajaran yang tersedia dalam silabus dan KD yang harus
dicapai.
2 Kompeten
si Inti/KI
a.KI dikutib dari Permendikbud 21 Tahun 2016
b. KI mencakup: sikap spiritual, sikap sosial,
pengetahuan, dan keterampilan yang berfungsi sebagai
pengintegrasi muatan pembelajaran, mata pelajaran atau
program dalam mencapai SKL.
c.Rumusan KI yang dikutib dari Permendikbud 21 Tahun 2016
sebagai berikut.
1) Mata Pelajaran PABP dan PPKn, dituliskan sebagai
berikut.
KI 1 : Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang
dianutnya
KI 2 : Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin,
santun, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai),
bertanggung jawab, responsif, dan pro-aktif dalam berinteraksi
secara efektif sesuai dengan perkembangan anak di lingkungan,
keluarga, sekolah, masyarakat dan lingkungan alam sekitar,
bangsa, negara, kawasan regional, dan kawasan internasional.
KI 3 : Memahami, menerapkan, menganalisis dan
mengevaluasi pengetahuan faktual, konseptual,
prosedural, dan metakognitif pada tingkat teknis, spesifik,
detil, dan kompleks berdasarkan rasa ingin tahunya
tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan
humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan,
kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena
dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan pada bidang
kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya
untuk memecahkan masalah
KI 4 : Menunjukkan keterampilan menalar, mengolah,
dan menyaji secara efektif, kreatif, produktif, kritis,
57
58. No Kompone
n RPP
Penjelasan
mandiri, kolaboratif, komunikatif, dan solutif dalam
ranah konkret dan abstrak terkait dengan pengembangan
dari yang dipelajarinya di sekolah, serta mampu
menggunakan metoda sesuai dengan kaidah keilmuan.
2) Mata Pelajaran selain PABP dan PPKn, dituliskan
sebagai berikut.
Rumusan Kompetensi Sikap Spiritual adalah
“Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang
dianutnya”. Adapun rumusan Kompetensi Sikap Sosial
adalah “Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur,
disiplin, santun, peduli (gotong royong, kerjasama,
toleran, damai), bertanggung jawab, responsif, dan pro-
aktif dalam berinteraksi secara efektif sesuai dengan
perkembangan anak di lingkungan, keluarga, sekolah,
masyarakat dan lingkungan alam sekitar, bangsa, negara,
kawasan regional, dan kawasan internasional”.
KI 3 : Memahami, menerapkan, menganalisis dan
mengevaluasi pengetahuan faktual, konseptual,
prosedural, dan metakognitif pada tingkat teknis, spesifik,
detil, dan kompleks berdasarkan rasa ingin tahunya
tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan
humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan,
kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena
dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan pada bidang
kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya
untuk memecahkan masalah
KI 4 : Menunjukkan keterampilan menalar, mengolah,
dan menyaji secara efektif, kreatif, produktif, kritis,
mandiri, kolaboratif, komunikatif, dan solutif dalam
ranah konkret dan abstrak terkait dengan pengembangan
dari yang dipelajarinya di sekolah, serta mampu
menggunakan metoda sesuai dengan kaidah keilmuan.
3 KD dan
IPK
1) KD dikutib dari Permendikbud No 24 Tahun 2016
2) KD merupakan kemampuan minimal dan materi
pembelajaran minimal yang harus dicapai peserta didik
untuk suatu mata pelajaran pada masing-masing satuan
pendidikan yang mengacu pada KI.
3) IPK dikembangkan dari KD, merupakan kemampuan
minimal yang dapat diobservasi untuk disimpulkan sebagai
pemenuhan KD pada KI 1 dan KI 2, dan kemampuan yang
dapat diukur dan/atau diobservasi untuk disimpulkan
sebagai pemenuhan KD pada KI 3 dan KI 4.
58
59. No Kompone
n RPP
Penjelasan
4) IPK disusun menggunakan kata kerja opresional yang dapat
diukur/dilakukan penilaian sesuai dengan karakteristik
mata pelajaran.
5) IPK dari KD pengetahuan menggambarkan dimensi proses
kognitif dan dimensi pengetahuan meliputi faktual,
konseptual, prosedura, dan/atau metakognitif
6) IPK dari KD keterampilan memuat keterampilan abstrak
dan/atau ketrampilan konkret
7) Peserta didik boleh memiliki kemampuan di atas yang telah
ditetapkan dalam IPK dan dapat dikembangkan dari LOTS
menuju HOTS)
4 Tujuan
Pembelaja
ran
1) dirumuskan berdasarkan KD, dengan menggunakan kata
kerja operasional yang dapat diamati dan diukur, yang
mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan
2) Dituangkan dalam bentuk deskripsi, memuat kompetensi
yang hendak dicapai oleh peserta didik
3) Memberikan gambaran proses pembelajaran
4) Memberikan gambaran pencapaian hasil pembelajaran
5 Materi
Pembelaja
ran
1) memuat fakta, konsep/prinsip, dan prosedur yang relevan,
dan ditulis dalam bentuk butir-butir sesuai dengan rumusan
indikator ketercapaian kompetensi/IPK
2) Ditulis dalam bentuk butir-butir sesuai sesuia dengan
cakupan materi yang termuat pada IPK atau KD
pengetahuan
3) Cakupan materi sesuai dengan alokasi waktu yang
ditetapkan
4) Mengakomodasi muatan lokal dapat berupa keunggulan
lokal, kearifan lokal, kekinian dll yang sesuai dengan
cakupan materi pada KD pengetahuan
6 Metode
Pembelaja
ran
1) Harus mampu mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik mencapai KD yang
disesuaikan dengan karakteristik peserta didik dan KD
yang akan dicapai
2) Menerapkan pembelajaran aktif (peserta didik yang aktif)
yang bermuara pada pengembangan HOTS
3) Menggambarkan sintaks/tahapan yang jelas (apabila
menggunakan model pembelajaran tertentu).
4) Sesuai dengan tujuan pembelajaran
5) Menggambarkan proses pencapaian kompetensi
7 Media
Pembelaja
ran
1) berupa alat bantu proses pembelajaran untuk
menyampaikan materi pelajaran
2) Mendukung pencapaian kompetensi dan pembelajaran aktif
59
60. No Kompone
n RPP
Penjelasan
dengan pendekatan ilmiah
3) Sesuai dengan karakterisitik peserta didik
4) Memanfaatan teknologi pembelajaran sesuai dengan
konsep dan prinsip tekno-pedagogis
8 Sumber
Belajar
dapat berupa buku, media cetak dan elektronik, alam sekitar,
atau sumber belajar lain yang relevan
9 Langkah-
langkah
Pembelaja
ran
1) Dintegrasi:
a) 4C (kemampuan berkomunikasi, kemampuan
berinteraksi, kemampuan berpikir/lebih luas dari
HOTS):
CRITICAL THINKING (BERPIKIR KRITIK):
PROSES KONSEPTUALISASI, MENERAPKAN,
MENGANALISIS, DAN MENGEVALUASI
MELALUI PROSES BERPIKIR DEDUKTIF DAN
INDUKTIF (sintesis dari Scriven dan Paul, 1984;
Facione, dkk., 1995; Scheffer dan Rubenfield,
2000).
CREATIVITY (KREATIVITAS): KEMAMPUAN
MENGEMBANGKAN SOLUSI, IDE, KONSEP,
TEORI, PROSEDUR, PRODUK. INOVASI
ADALAH BENTUK KREATIVITAS (sintesis
antara Fullan, 2013 dan OECD, 2014)
COLLABORATION (KERJASAMA):
KEMAMPUAN KERJASAMA DALAM
KELOMPOK BAIK TATAP MUKA ATAU
MELALUI KOMUNIKASI DUNIA MAYA
UNTUK MEMECAHKAN MASALAH,
MENYELESAIKAN KONFLIK, MEMBUAT
KEPUTUSAN, DAN NEGOSIASI UNTUK
MENCAPAI TUJUAN TERTENTU (sintesis
antara Lai, 2011 dan Dede, 2010)
COMMUNICATION (BERKOMUNIKASI):
KEMAMPUAN MENGEMUKAKAN
PIKIRANATAU PANDANGAN DAN HASIL
LAIN DALAM BENTUK LISAN, TULISAN,
MENGGUNAKAN IT, DAN KEMAMPUAN
MENDENGAR, KEMAMPUAN MEMAHAMI
PESAN (revisi dari Fullan, 2013, Canada, 2014)
a) HOTS (kemampuan berpikir)
b) Literasi antara lain pengembangan budaya membaca
dan menulis yang dirancang untuk mengembangkan
60