5. Sejarah Semantik
Aristoteles (322SM) adalah pemikir pertama yg menggunakan istilah
“makna”. Kemudian Plato (347M) juga mengungkapkan bahwa bunyi bahasa
memiliki makna implisit.
Kemudian studi semantik berkembang, namun lebih banyak berkaitan dengan
unsur-unsur di luar bahasa.
Gustaf Stam menandai pertumbuhan ketiga semantik dengan melakukan
studi makna secara empiris pada bahasa Inggris.
Seiring perkembangan zaman, pada tahun 1961, Ferdinand De Saussure
dengan aliran linguistik modern mengemukakan bahwa studi mengenai
makna meliputi (1) sinkronik, diakronik (2) bahasa merupakan suatu gestalt
yang kemudian menjadi akar linguistik struktural
6. Triers kemudian mengadaptasi pendapat Ferdinand
De Saussure dengan melakukan kajian deskriptif dan
melakukan kongkres di Oslo (1957) mengenai
“semantik struktural”.
Hockett (1954) mengemukakan bahwa bahasa
merupakan satuan kompleks yang bersifat sentral dan
periferal.
Chomsky (1957) : semantik dalam linguistik sangat
penting.
Sejak itulah semantik semakin marak dan menjadi
objek sentral.
9. Tanda / lambang
Signifie
Konsep/pengertian yg
diartikan
Misal : daging yang dipotong
kecil-kecil lalu ditusuk dan
dibakar, biasanya disajikan
dengan lontong dan sambal
kacang ataupun kecap.
Signifian Bunyi bahasa Misal : /s/, /a/, /t/. /e/
10. Segitiga Makna atau Segitiga richard dan Ogdent
(a)Tanda Linguistik
<s-e-p-a-t-u>
(b) Konsep
Suatu jenis alas kaki yang
biasanya terbuat dari kanvas
atau kulit yang menutupi semua
bagian kaki
(c) Referen
Signifian (bunyi bahasa)
Definisi/pengertian (signifie)
Benda nyata
Hubungan wajib Hubungan wajib
Hub. Arbiter (tdk
ada hubungan
wajib antara
penanda dan
petanda)
11. Simpulan
• Semantik berasal dari bahas Yunani yaitu Sema (nomina)
yang artinya lambang/tanda dan semaino (verba) yang
artinya melambangkan atau menandai yang kemudian
dalam linguistik merupakan studi yang mempelajari makna
atau arti.
13. Semantik
Bahasa
Tata Bahasa (gramatikal)
Sintaksis
Fungsi (tak ada semantik,
kosong dari arti)
Kategori
Peran
Morfologi
Fonologi (tdk ada semantik,
tapi tiap fonem berfungsi
sebagai pembeda makna)
Fonetik (tdk punya makna,
memiliki makna blm
membedakan makna)
Leksikon (ada arti, semantik
leksikal)
Semantik
Gramatikal
• Tata bahasa (gramatikal) : ilmu yg mempelajari
kaidah-kaidah yang mengatur penggunaan
makna.
• Leksikon adalah kumpulan leksem dari suatu
bahasa.
14. Lalu, apa saja jenis
semantik dari penjelasan
bagan tersebut?
17. Sintaksis Morfologi
• Bagian linguistik mengenai
studi pembentukan kalimat.
• Tataran sintaksis meliputi :
fungsi, kategori, peran.
• Fungsi sintaksis tidak ada
semantik, kosong dari arti.
• Cabang linguistik yang
mempelajari mengenai
pembentukan kata.
• Bidang kajianya yaitu
morfem.
18. Jenis Morfem
Morfem
Bebas
Terikat
Morfem bebas : morfem yang dapat berdiri sendiri. Contoh : sepatu, topi, pensil,
penghapus.
Morfem terikat : morfem yang tidak dapat berdiri sendiri, akan memiliki makna
apabila bergabung dengan morfem bebas. Misal : ber- meng- ke-.
19. Cara Menentukan Morfem
Men dikte kan
3 Morfem yaitu :
• 2 morfem bebas
• Meng
• Kan
• 1 morfem terikat
• Dikte
Ke adil an
2 Morfem, yaitu :
• 1 morfem bebas
• Adil
• 1 morfem terikat
• Ke-an
20. Ciri makna gramatikal dapat dibuat paradigma
• Paradigma : fungsi/peran yang sama, deret kata yang
mempunyai ciri bentuk, ciri makna, dan atau memiliki ciri
valensi yang sama. Valensi dapat digolongkan ke dalam kelas
kata.
• Relasi sintagmatik : hubungan antara unsur-unsur yang terdapat
dalam suatu tuturan yang tersusun secara berurutan dan bersifat
linear dan presensial (tidak dapat digantikan).
• Relasi paradigmatik : hubungan antara unsur-unsur yang
terdapat dalam sebuah tuturan dengan unsur-unsur sejenis yang
tidak terdapat dalam tuturan yang dimaksud/bersangkutan,
bersifat inabsensia (dapat digantikan), vertikal.
21. • Contoh Relasi Paradigmatik
D uka
S uka
L uka
B uka
M ata
D ata
K ata
B ata
R ata
22. Contoh Relasi Sintagmatik
• Iga tidur di dalam mobil tadi pagi.
• Di dalam mobil Iga tidur tadi pagi.
• Tadi pagi Iga tidur di dalam mobil.
• Iga tidur tadi pagi di dalam mobil.
1. Unsur (S-P-
O-K) ada.
2. Ditempatkan
sesuai kaidah.
24. Proses Gramatikal
1. Afiksasi
(imbuhan)
Berternak = prefiks
(awalan) ber-
Damaikan = sufiks
(akhiran) –kan
Kebanjiran = konfiks
(awalan dan akhiran)
ke-an
Gemetar = infiks
(sisipan) –em-
Contoh dalam Relaksi Paradigmatik :
Sepatu : [Suatu jenis alas kaki yang biasanya terbuat dari
kanvas atau kulit yang menutupi semua bagian kaki]
Ber + sepatu -> bersepatu ‘memakai sepatu’
Ber D
Bersepatu
Berbaju
Berkerudung
Berdasi
Berjaket
25. 2. Reduplikasi (perulangan)
Baju : [kain yang dijahit tepiannya iasanya digunakan untuk
menutup tubuh dan ukuranya sesuai dengan tubuh].
Baju-baju -> banyak dan beragam ‘baju’.
Rumus : R + D ‘banyak dan beragam’.
baju-baju
celana-celana
topi-topi
kerudung-kerudung
dasi-dasi
26. 3. Komposisi (Penggabungan)
a. Komposisi Frasa
Gudeg : [masakan nangka
muda yang direbus dan
diberi kecap dan gula
sehingga rasanya manis]
Jogja : [nama salah satu
daerah di Jawa Tengah]
Gudeg Jogja
Rumus : D + D ‘tempat asal’
Gudeg Jogja
Serabi Ngampin
Soto Betawi
Lumpia Semarang
Apel Malang
27. b. Komposisi bentuk kalimat
Iga menulis puisi.
Pelaku tindakan sasaran
Puri membaca novel.
Pelaku tindakan sasaran
Peran sama, ciri makna sama, ciri valensi
sama
28. Iga makan di dapur.
Pelaku tindakan tempat
Puri pinsan tadi pagi.
Pengalam yang dialami waktu
Tidak dapat dikatakan paradigma
karena bentuk dan makna tidak sama
29. Slot adalah ruang kosong dalam tata bahasa
yang merupakan kaidah baku dalam suatu
kalimat.
Fungsi S, P, O, K
Kategori (verba,
nomina, ajektiva,
adverbia,
numeralia)
Peran (pelaku,
tindakan,
sasaran)
30. Semantik Leksikal
• Semantik leksikal menyelidiki makna yang ada pada leksem
bahasa. Leksem biasanya berupa kata, namun sebagai satuan
semantik leksem dapat berupa gabungan kata.
• Dalam bahasa Indonesia, leksem TULIS mengalami proses
afiksasi menjadi menulis, tulisan, tulisi, penulis, menulisi.
33. Peniruan Bunyi
Benda atau perbuatan dinamai
sesuai dengan bunyi yang dihasilkan.
Peniruan bunyi = onomatope.
Misal :
• Hewan yang suaranya krik..
Krik.. maka hewan tersebut
diberi nama JANGKRIK.
• Disebut BEDUG karena
suaranya dug.. dug.. dug..
• Gemericik air.
34. Penyebutan Bagian
• Menyebutkan nama dari suatu bagian benda atau hal yang menonjol, namun yg
dimaksud adalah keseluruhannya (pars pro toto). Kebalikan dari pars pro toto
adalah totem pro parte.
• Contoh pars pro toto :
• Ku kirim sepucuk surat cinta ini untuk kekasihku di pulau sebrang.
Ungkapan tersebut bukan berarti bahwa surat cintanya hanya sepucuk, tetapi
seluruh surat sebagai satu kesatuan.
Contoh totem pro parte :
Jawa Tengah berhasil memenangkan juara paduan suara anak-anak tingkat
Internasional.
Ungkapan tersebut bukan Jawa Tengah yang memenangkan lomba paduan
suara, namun hanya perwakilan anak-anak Jawa Tengah, bukan
keseluruhannya.
35. Penyebutan Sifat Khas
• Memberi nama benda
berdasarkan sifat khas dari
kata sifat menjadi kata benda.
• Misal :
• Orang yang badannya gemuk
disebut si gemuk.
• Laki-laki yang memiliki rambut
gondrong disebut si gondrong.
• Orang yang badannya kerdil
disebut si bantet.
36. Penemu atau Pembuat
• Nama yang diberikan kepada suatu
benda berdasarkan nama
penemunya, nama pabrik
pembuatnya, atau nama dalam
peristiwa bersejarah.
• Misal :
• Nama mesin diesel diturunkan
dari nama penciptanya, yakni
Rudolf Diesel.
• Nama Djarum diturunkan
berdasarkan nama pabrik
(rokok).
• Levis diturunkan berdasarkan
nama pabrik celana jeans.
37. Tempat Asal
Nama yang diberikan kepada benda berdasarkan nama tempat
asal benda tersebut.
Misal :
• Perjanjian Renville dilakukan di kapal USS Renville.
• Prasasti Mura Cianten ditemukan di Cianten, Jawa Barat.
38. Bahan
Nama yang diberikan kepada benda berdasarkan nama benda
bahan pokok.
Misal :
• Cincin perak dibuat dari logam perak.
• Cobek kayu dibuat dari kayu.
• Minyak zaitun berasal dari pohon zaitun.
39. Keserupaan
Nama benda berdasarkan makna kata yang digunakan dalam suatu
tuturan sama dengan makna kata leksikal kata tersebut (metaforis).
Misal :
Kata kepala pada kepala sekolah, kepala surat, atau kepala manusia.
Dalam hal tersebut, kepala memiliki kesamaan makna dengan salah
satu ciri makna kepala, yaitu ‘bagian tubuh yang penting dan
terletak padabagian paling atas.
40. Pemendekan
• Pemberian nama berdasarkan unsur huruf awal atau suku kata
yang kemudian digabungkan atau dipendekkan.
• Misal :
• PON (Pekan Olahraga Nasional)
• FBS (Fakultas Bahasa dan Seni)
• KMB (Konvensi Meja Bundar)
• DPR (Dewan Perwakilan Rakyat)
• Binus (Bina Nusantara)
41. Penamaan Baru
• Muncul istilah baru dari
bahasa asing atau bahasa
serapan yang masuk ke
bahasa Indonesia supaya
tepat, rasional, halus, dan
ilmiah.
• Misal :
Orang buta diganti dengan
tuna netra.
Orang bisu diganti dengan
tuna rungu.
42. Pendefinisian
• Usaha mengungkapkan
suatu benda, konsep, proses,
aktivitas, peristiwa, dan
sebagainya dengan kata-
kata yang dilakukan secara
sengaja.
Berdasarkan taraf kejelasannya,
definisi diklasifikasikan menjadi 5
yaitu:
1. Definisi Sinonimis
2. Definisi formal
3. Definisi Logis
4. Definisi Ensiklopedis
5. Definisi Batasan/ Definisi Operasional
43. Berdasarkan taraf kejelasannya, definisi diklasifikasikan menjadi 5 yaitu:
1. Definisi Sinonimis
Suatu kata didefinisikan dengan sinonim kata tersebut. Misal : sekar didefinisikan dengan bunga.
2. Definisi formal
Suatu kata didefinisikan dengan memberi ciri umum konsep/ide yang didefinisikan kemudian memberi ciri khusus.
3. Definisi Logis
Mengidentifikasikan objek, ide atau konsep secara tegas sehingga objek yg didefinisikan berbeda secara nyata dengan
objek lain.
4. Definisi Ensiklopedis
menerangkan secara lengkap dan jelas serta cermat akan segala sesuatu yang berkenaan dengan kata atau konsep yang
didefinisikan.
5. Definisi Batasan/ Definisi Operasional
Sifat dan konsep yang didefinisikan dibatasi.
Misal : baju adalah sandang, digunakan untuk menutup tubuh, melindungi tubuh, mengahangatkan tubuh.
Konsep/ide Ciri Umum Ciri Khusus
Telepon genggam Alat Komunikasi Dapat dibawa kemana saja
44. Sumber
• Handout Semantik karya Hari Bakti Mardikantoro.
• Semantik Pengantar studi tentang Makna karya Drs.
Aminuddin, M.Pd.
• Pengantar Semantik Bahasa Indonesia karya Abdul Chaer.
• Semantik karya Geoffrey Leech.
• Catatan kuliah Semantik