SlideShare a Scribd company logo
1 of 12
Download to read offline
12/15/2011




UN Matematika Menyiapkan
Anak Indonesia Menjadi Kuli
Nirnalar
Republik Telah Menyerobot Kesempatan Anak Bangsa Bernalar


                                       Iwan Pranoto
Iwan Pranoto




UN Matematika Menyiapkan Anak
Indonesia Menjadi Kuli Nirnalar
Republik Telah Menyerobot Kesempatan Anak Bangsa Bernalar


Pendidikan dasar dan menengah sampai tinggi di sejarah Indonesia pegang peranan penting.
Kemerdekaan Republik ini sampai pembangunannya juga berkat pendidikannya. Pendidikan sebagai
sebuah unsur esensial dalam dinamika perkembangan Bangsa ini akan berdampak pada masa
mendatang. Pada era lampau pendidikan itu berdampak sekitar 20 tahun. Pendidikan era 20-an
berdampak pada era 45. Namun, dengan berjalannya waktu, pada masa sekarang, jangka tunda dari
pendidikan dan dampaknya menjadi semakin singkat. Jika di masa lampau pertanyaan para pendidik dan
rakyat adalah bagaimana kesiapan putra-putri Bangsa untuk mampu hidup di usia dewasanya, sekarang
para pendidik, rakyat, dan juga para ekonom adalah bagaimana kesiapan putra-putri Bangsa untuk
mampu berfungsi efektif di percaturan dunia global masa kini. Pertanyaan ini juga menjadi pertanyaan
utama para pakar di Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD). Organisasi yang
terdiri dari banyak negara maju dan berkembang ini berangkat dari pertanyaan: “Kecakapan apa yang
dibutuhkan untuk dapat berfungsi efektif dalam kehidupan di Abad 21?”

Untuk menjawab pertanyaan tersebut, para pakar OECD memanfaatkan studi bersama oleh Richard J.
Murnane dan Frank Levy. Hasil riset bersama pakar pendidikan dan ekonomi urban, masing-masing dari
MIT dan Universitas Harvard ini mengenali kecenderungan kecakapan yang semakin dibutuhkan dan
kecakapan yang semakin tak dibutuhkan. Dan pemahaman tentang kecakapan baru ini yang menjadi
dasar OECD dalam menyusun Programme for International Student Assessment (PISA). Secara ringkas,
dalam studi mereka, dikenali beberapa kecakapan yang cenderung semakin dibutuhkan dan beberapa
                                                                kecakapan    yang    semakin       tak
                                                                dibutuhkan. Secara grafik, hasil studi
                                                                mereka disajikan dalam diagram
                                                                Gambar 1, dikutip dari (Trilling dan
                                                                Fadel, 2009, hal. 8). Dari situ,
                                                                tampak bahwa kecakapan yang
                                                                memiliki kecenderungan semakin
                                                                dibutuhkan adalah:

                                                                      1. Berkomunikasi    kompleks
                                                                  (complex communication)
                                                                      2. Berpikir  pakar    (expert
                                                                  thinking)

                                                                  Sedangkan sebaliknya, kecakapan
                                                                  yang cenderung paling semakin tak




  Gambar 1 Kecenderungan Kebutuhan Jenis Kecakapan
                                                                                                   1
Iwan Pranoto



dibutuhkan adalah kognitif rutin (routine cognitive).

Yang dimaksud sebagai berkomunikasi kompleks adalah upaya menyampaikan pendapat untuk
mempengaruhi atau meyakinkan orang lain. Artinya, kecakapan ini tidak saja pada kemampuan untuk
menyampaikan gagasan, tetapi lebih jauh lagi harus sampai meyakinkan pendengarnya. Misalnya, upaya
meyakinkan orang lain untuk membuang sampah di tempatnya atau memisahkan sampah organik dan
anorganik. Kecakapan berkomunikasi seperti ini yang semain dibutuhkan pada berbagai profesi.
Misalnya seorang manajer yang harus meyakinkan bawahannya untuk berprestasi. Kemudian, yang
dimaksud sebagai berpikir pakar adalah kecakapan untuk memecahkan masalah yang belum diketahui
cara pengerjaannya. Masalah-masalah jaman sekarang, seperti di dunia kedokteran, misalnya, muncul
sebagai berbagai penyakit baru yang belum pernah ditemukan sebelumnya. Ini berarti bahwa manusia
modern dituntut untuk mampu memecahkan masalah tak rutin. Kata “tak rutin” di sini sangat penting,
karena berarti manusia modern harus cakap dan terbiasa menghadapi masalah-masalah baru.

Dari gambaran kecenderungan kebutuhan kecakapan itu, OECD dengan PISAnya membuat rangkaian
soal untuk menguji kesiapan siswa-siswa berumur 15 tahun terhadap pencapaian setidaknya dua
kecakapan tersebut. Asesmen ini sudah dilakukan pada tahun 2000, 2003, 2006, dan 2009. Indonesia
turut serta dalam semua asesmen ini sejak tahun 2000. Hasilnya, dalam asesmen literasi matematika
PISA dari tahun 2000-2009, secara umum dapat disimpulkan tiga masalah berikut:

    M1. Siswa kita tidak terbiasa menyelesaikan permasalahan tak rutin. Ini berarti bahwa siswa kita
        hanya biasa dihadapkan pada permasalahan-permasalahan yang sudah dibahas di kelas. Mereka
        kesulitan jika menghadapi permasalahan baru.

    M2. Siswa kita lemah dalam memodelkan situasi nyata ke masalah matematika dan menafsirkan
        solusi matematika ke situasi nyata. Padahal kecakapan bermatematika yang dituntut dunia
        adalah kecakapan bermatematika yang utuh: dari memodelkan, mencari solusi matematika,
        menafsirkan ke masalah awal. Siswa-siswi di RI umumnya terbiasa mengerjakan Tahap 4 semata,
        seperti di Gambar 2. Artinya siswa-siswi kita fokus pada dunia matematika semata, tetapi tidak
        utuh melengkapinya dengan pengalaman berinteraksi antar dunia nyata dan dunia matematika.



                               Masalah              1,2,3
                                                             Masalah
                                Nyata                       Matematika

                                     5                               4                Dunia
               Dunia Nyata
                                                                                    Matematika




                                                              Solusi
                             Solusi Nyata               5
                                                            Matematika

                        Gambar 2 Proses Bermatematika atau Matematisasi (PISA)




                                                                                                   2
Iwan Pranoto



   M3. Jenjang bernalar merangkum (comprehension) dan menganalisis sangat kurang. Ini berarti
       bahwa kecanggihan bernalar yang dituntut dunia lebih tinggi dari yang berjalan dalam praktik
       pembelajaran matematika Indonesia. Sebaliknya, tuntutan dunia thd ketrampilan menyelesaikan
       perhitungan ruwet sudah berkurang.

Dari hasil PISA 2000 sampai 2009 ini, pertanyaannya adalah bagaimana mungkin siswa kita memiliki
kelemahan 3 butir di atas? Hasil buruk yang konsisten dari anak-anak Indonesia dalam peringkat negara-
negara yang ikut PISA 2000 sampai 2009 bukan sesuatu yang perlu ditangisi berkepanjangan. Yang
lebih utama, yang harus diselidiki adalah permasalahan atau kelemahan apa dalam program
pembelajaran matematika yang dimiliki siswa-siswi Indonesia. Dari diagnosa tentang kelemahan tiga hal
di atas, sebetulnya yang paling wajar adalah mempertanyakan satu hal paling mendasar: “Seberapa
relevan Pendidikan Matematika RI saat sekarang dengan kecakapan modern: berpikir pakar dan
berkomunikasi kompleks?”

Relevansi UN Matematika dengan Kecakapan Modern
Pada praktiknya, pendidikan matematika dari kelas 1 sampai 12 di Indonesia – suka atau tidak –
ditujukan untuk Ujian Nasional Matematika. Karena UN Matematika ini bersifat high-stake atau


                                                         Ujian Nasional
                                                          Matematika
                      Pembelajaran
                      Matematika di
                        Sekolah
                                                           Pemahaman

                          Gambar 3 UN Matematika sebagai Target Belajar




                                                                                                   3
Iwan Pranoto



taruhannya besar – yakni kalau tak lulus, tak akan dapat melanjutkan studi – maka siswa akan belajar
dengan fokus untuk UN Matematika tersebut, bukan demi pemahaman. Karena konsekuensi jika
seseorang gagal UN Matematika sangat besar, yakni masa depannya dalam dunia akademik dilabel
suram, maka siswa akan mati-matian belajar agar lulus UN Matematika, dengan segala cara yang
mungkin. Sampai kapanpun, jika ada UN yang taruhannya besar, misalnya bukan untuk kelulusan tetapi
untuk masuk ke perguruan tinggi, maka siswa tidak akan belajar untuk memahami, tetapi strategi mereka
adalah fokus pada kemampuan atau ketrampilan mengerjakan soal-soal UN Matematika. Ini jelas tak
ideal, namun akan menjadi jauh lebih tidak ideal lagi jika siswa kita mengejar ketrampilan-ketrampilan
yang diujikan di UN Matematika yang ternyata tidak relevan
dengan kecakapan modern yang dituntut dunia masa kini dan
masa depan. Ini layaknya siswa-siswi diminta untuk memanjat
                                                                     … seberapa relevan UN Matematika
pohon yang buahnya sebenarnya tidak dibutuhkan. Jadi, kalau
                                                                      dengan kecakapan modern yang
demikian, pertanyaan mendasar dan paling wajar selanjutnya
                                                                     memang sengaja diukur seperti oleh
adalah seberapa relevan UN Matematika dengan kecakapan
                                                                                    PISA.
modern yang memang sengaja diukur seperti oleh PISA. Untuk
itu, selanjutnya akan dilakukan komparasi antara soal-soal di
PISA (Literasi Matematika) dan UN Matematika. Akan dikaji dan dicari perbedaan antara dua asesmen
tersebut.

M1. Pemecahan Permasalahan Tak Rutin
Seperti sudah diungkapkan di atas, dalam PISA jelas-jelas dikatakan bahwa kecakapan yang diukur
adalah kecakapan untuk menghadapi permasalahan-permasalahan yang tak rutin. Ini berarti bahwa
memang didesain asesmen PISA ini menyajikan masalah-masalah yang belum pernah dihadai siswa.
Malahan secara tegas, dikatakan dalam laporan PISA 2006: Science Competencies for Tomorrow’s World,
Executive Summary, (OECD, 2007, p.9), bahwa mereka tertarik terhadap kemampuan siswa
memanfaatkan apa yang dipelajari di kelas. Tepatnya,

…concerned with the capacity of students to extrapolate from what they have learned and to analyse
and reason as they pose, solve and interpret problems in a variety of situations.

Ini berarti bahwa dalam PISA, siswa memang diharapkan mampu memecahkan suatu masalah baru yang
belum pernah dihadapi sebelumnya, memanfaatkan apa yang dipelajari di kelas dengan
mengembangkannya. Ini yang diistilahkan secara tepat sebagai ekstrapolasi. Siswa harus mampu
mengekstrapolasi apa yang dipelajari secara formal di kelas untuk menghadapi masalah baru. Ini
tentunya sejalan dengan berpikir pakar yang memang dibutuhkan di abad sekarang. Nah, pada kecakapan
ini, justru UN Matematika fokus pada pemecahan permasalahan yang rutin atau malah minim sekali
mengujikan pemecahan permasalahan.

Berikut ini contoh permasalahan rutin yang dikutip dari Ujian Nasional Matematika SMP, Paket 54, No.
34.

Bu Mira mempunyai 1 kaleng penuh berisi beras. Kaleng berbentuk tabung dengan diameter 28 cm dan
tinggi 60 cm. Setiap hari bu Mira memasak nasi dengan mengambil 2 cangkir beras. Jika cangkir
berbentuk tabung dengan diameter 14 cm dan tinggi 8 cm, maka persediaan beras akan habis dalam
waktu …

   A. 15 hari



                                                                                                   4
Iwan Pranoto



    B. 20 hari
    C. 30 hari
    D. 40 hari


nilai 𝜋𝜋 =
             22
Untuk menyelesaikannya, kecuali membutuhkan ingatan tentang rumus volume tabung, siswa perlu ingat

             7
                  . Ini sifatnya meskipun jenis problem solving atau pemecahan permasalahan, tetapi ini
permasalahan yang rutin. Siswa sudah tahu harus pakai apa. Kecakapan yang justru diuji dengan soal ini

                                                                                   𝜋𝜋 bukan
                                                                                              22
bukan kecakapan memecahkan masalah lagi, tetapi justru bergeser ke kecakapan berhitung yang tepat.

                                                                                              7
pendekatan. Padahal kalau pakai pendekatan nilai 𝜋𝜋 ≈ 3,14 jawabnya jadi tidak ada di pilihan tersebut.
Perlu dicatat pula soal di atas tidak sahih secara matematika, karena nilai                        itu hanya


Dapat dilihat juga bahwa masalah seperti ini sudah diajarkan gurunya di kelas. Akibatnya, kecakapan
siswa menghadapi masalah baru menjadi tidak diukur. Siswa hanya menuliskan kembali metode yang
diajarkan gurunya. Ini gagal menguji kemampuan siswa untuk mengkstrapolasi (melanjutkan dan
memperluas) pengetahuan/kecakapan yang diajarkan guru di kelas.

Ini sangat beda dengan jenis soal-soal di literasi matematika di PISA dan asesmen matematika di negara-
negara lain. Misalnya, berikut diberikan ilustrasi soal di PISA, dikutip dari dokumen Contoh Soal-soal
PISA, Puspendik, Balitbang, Kemendikbud, 2011, hal. 8-9.




                                                                                                          5
Iwan Pranoto




Dapat diamati walaupun kedua soal di atas sama-sama pemecahan masalah, tetapi betapa berbedanya
kecakapan pemecahan permasalahan yang diujikan tersebut. Dua kecakapan yang sangat berbeda pula
yang akan dikejar oleh para pelajar. Yang pertama, rumit dalam perhitungan, tetapi jelas menggunakan
metode apa, sedang masalah di PISA itu lebih pada menghadapi masalah yang tak rutin dan bukan
permasalahan kecakapan ingatan atau ketepatan berhitung lagi.

M2. Proses Matematisasi Utuh
Metode matematika dalam upaya memecahkan permasalahan nyata dapat digambarkan dalam Gambar 2.
Siklus metode matematika merupakan siklus yang utuh tersebut. Pertama, dari masalah nyata dilakukan
tahap 1, yakni menata permasalahan nyata menurut konsep matematika. Di sini, siswa perlu mengenali
konsep matematika yang relevan. Kemudian, dalam tahap 2, siswa memangkas hal-hal yang tidak perlu
serta menyederhanakan dengan membuat asumsi-asumsi yang pantas. Kemudian, dalam tahap 3,
dibuatlah dalam bentuk model matematika, seperti persamaan, fungsi, dsb. Pada tahap ini, permasalahan
nyata itu telah diterjemahkan menjadi sebuah model matematika yang formal, yang memungkinkan
dicari solusi matematikanya. Kadangkala pola dimanfaatkan di sini untuk merumuskan model
matematika itu.

Pada tahap 4, model matematika itu dikenakan berbagai teknik dalam matematika guna menemukan
solusi matematikanya. Ini solusi formal matematika. Pengetahuan, ketrampilan berhitung, dan
pemahaman gagasan matematika perlu digunakan untuk menemukan solusi matematika ini.

Kemudian, pada tahap 5, solusi matematika yang formal tersebut perlu diterjemahkan ke konteks yang
sesuai dengan masalah nyata semula. Solusi matematika tersebut ditafsirkan menjadi solusi untuk


                                                                                                  6
Iwan Pranoto



permasalahan nyata semula. Dan, kemudian solusi tersebut diperiksa apakah dapat masuk akal untuk
permasalahan nyata semula. Juga tidak lupa pada tahap 5 ini dilakukan pemeriksaan apakah solusinya
telah lengkap. Secara umum, dalam seluruh lima tahap itu dibutuhkan kecakapan bernalar, ketrampilan
manipulasi simbolik, kemampuan berkomunikasi, dan kecakapan memecahkan masalah.

Asesmen PISA ditujukan untuk mengukur kemampuan siswa dalam lima tahap di atas tersebut secara
utuh. Lalu bagaimana dengan soal-soal di Ujian Nasional Matematika? Pada umumnya, soal-soal
matematika di pembelajaran matematika serta Ujian Nasional Matematika menguji tahap 4 semata, yakni
mencari solusi soal-soal yang sudah berbentuk persamaan matematika. Kebanyakan persamaan sudah
diberikan. Artinya, siswa tidak dituntut untuk merumuskan persamaan atau model matematika lainnya.
Salah satu bentuk yang masih sering ditanyakan di Ujian Nasional Matematika adalah bentuk soal cerita.
Namun, ini pun biasanya sudah langsung tahap 3. Juga, perlu dicatat di sini, siswa Indonesia banyak yang
menghadapi kesulitan di dalam bentuk soal cerita yang menuntut siswa untuk memahami masalah dalam
bentuk paragraf tulisan kata-kata.

Sebagai ilustrasi soal-soal yang sudah diberikan rumusan fungsi atau persamaan seperti berikut ini
sangat banyak di Ujian Nasional Matematika. Ini dikutip dari Ujian Nasional Matematika SMP 2011, No.
16.

Suatu fungsi didefinisikan dengan rumus 𝑓𝑓(𝑥𝑥) = 3 − 5𝑥𝑥. Nilai 𝑓𝑓(−4) adalah...

Dapat dibandingkan perbedaannya dengan kecakapan mematematikakan situasi yang justru diujikan di
jenis soal-soal seperti di bawah ini.




Gambar 4 Soal MCAS Kelas 8, 2008, No. 26



M3. Kecakapan Bernalar Jenjang Tinggi
Pada masa sekarang, informasi dan teknologi sangat tersedia dan sangat murah. Akibatnya, bagaimana
hidup di masa sekarang sangat berbeda dibanding waktu 25 tahun lalu, misalnya. Kognitif rutin seperti
menghafal dan berhitung prosedural semakin tak dibutuhkan lagi. Pada grafik di Gambar 1, misalnya
dapat dilihat bahwa kecakapan jenis kognitif rutin cenderung semakin tidak dibutuhkan lagi di dunia



                                                                                                     7
Iwan Pranoto



kerja. Walaupun tidak dapat disangkal bahwa jenjang bernalar tingkat rendah, yakni menghafal,
merangkum, dan menerapkan (sederhana) masih dibutuhkan, namun jenjang tinggi semakin relevan
dengan kehidupan modern. Kecakapan bernalar tingkat rendah dan kecakapan bernalar tingkat tinggi
harus dilihat sebagai kecakapan yang saling menguatkan, bukan dibuat dikotomi lagi. Pendidikan Asia
tradisional yang cenderung diasosiasikan dengan kecakapan rutin dan teknis, saat sekarang telah
ditransformasikan menjadi pendidikan yang dilengkapi dengan kecakapan bernalar tingkat tinggi serta
bernalar kreatif. Sebaliknya pendidikan di Barat, terutama di AS, yang cenderung diasosiasikan dengan
pendidikan yang mendewakan jenjang bernalar tinggi, saat sekarang justru memposisikan kembali
pentingnya jenjang bernalar tingkat rendah untuk mendukung jenjang bernalar tingkat tinggi, serta
kecakapan pemecahan masalah. Secara ringkas, masa kini pendidikan matematika di dunia cenderung
konvergen menuju penyatuan tiga kecakapan yang saling menguatkan, yakni ketrampilan teknis
berhitung, pemahaman konsep, dan pemecahan masalah tak rutin. Ketiga hal itu saat sekarang sudah
dipandang sebagai suatu kecakapan yang tidak perlu dipertentangkan kembali. Hampir semua negara di
dunia cenderung melihat tiga-tiganya menyatu saat sekarang serta saling mendukung satu terhadap
lainnya.

Dalam konteks Indonesia saat ini, pendidikan matematika nasional kita cenderung fokus pada kecakapan
teknis berhitung serta penghafalan rumus, yang dikategorikan sebagai jenjang bernalar rendah. Ujian
Nasional Matematika juga sangat condong pada jenjang bernalar rendah tersebut. Misalnya amati soal di
Gambar 5 berikut, yang menunjukkan bahwa siswa mutlak harus hafal rumusnya untuk mengerjakan.
Memang dapat diturunkan rumusnya dari rumus luas cakram serta pemahaman sifat geometri kerucut,
namun itu membutuhkan waktu yang lebih dari 2 menit, yang jelas tak mungkin dalam UNAS
Matematika.




                               Gambar 5 Soal UNAS SMP 2011, No. 37

Ini sama sekali tidak mengatakan bahwa tingkat kesulitan soal-soal di Indonesia lebih rendah dibanding
negara lain. Tidak sama sekali, justru soal-soal di UN Matematika sangat rumit perhitungannya. Jauh
lebih rumit dibanding asesmen internasional. Namun, tuntutan bernalar di UN Matematika cenderung
rendah, sedang di asesmen internasional justru tinggi. Perbandingan ini dapat digambarkan pada
Gambar 6. Di dunia saat sekarang cenderung pembelajaran matematika serta evaluasinya pada bagian
kiri-bawah dan kiri-atas. Sedangkan dalam praktik pendidikan matematika nasional serta Ujian Nasional
Matematika yang ada sekarang, justru dipenuhi dengan jenis masalah yang ada di kanan-bawah. Ini jenis-
jenis masalah yang sangat mudah disiasati dengan rumus-rumus “cepat” yang diajarkan di berbagai
bimbingan tes komersial.




                                                                                                  8
Iwan Pranoto




                                  Bernalar            Bernalar
                                 Canggih –           Canggih –
                                Perhitungan         Perhitungan
                                 Sederhana             Ruwet



                                  Bernalar           Bernalar
                                 Rendah –            Rendah –
                                Perhitungan         Perhitungan
                                 Sederhana             Ruwet




                         Gambar 6 Empat kuadran tipe masalah matematika

Ini sekali lagi menekankan bahwa tingkat kesulitan Ujian Nasional Matematika tidak lebih rendah, juga
tidak lebih tinggi, daripada asesmen pembanding di negara lain. Ujian Nasional Matematika serta praktik
pendidikan matematika nasional di RI ini berbeda dengan negara lain. Orientasi pendidikan matematika
di RI saat sekarang melenceng dibanding di negara-negara lain. Siswa-siswi di Republik akibatnya tidak
mempelajari kecakapan bernalar tingkat tinggi yang dipelajari seperti teman-temannya di negara lain.

Ilustrasi berikut menunjukkan bahwa tuntutan penghafalan rumus yang semakin menurun serta
sebaliknya peningkatan tuntutan kecakapan bernalar tingkat tinggi (jenjang menganalisis). Soal ini dari
Massachusetts Comprehensive Assessment System (MCAS) untuk kelas 8, atau SMP kelas 2, tahun 2008.




                                                                                                    9
Iwan Pranoto




                                 Gambar 7 Soal MCAS Kelas 8, 2008

Jadi, sangat wajarlah bahwa hasil siswa-siswi RI dalam PISA atau TIMSS menjadi rendah. Menjadi lebih
aneh lagi jika tingkat kesulitan soal-soal Ujian Nasional matematika akan lebih dipersulit dalam artian
kompleksitas/keruwetan perhitungan. Ini akan membuat siswa-siswi kita semakin melenceng dari arah
kecakapan dunia modern. Keadaan pendidikan matematika di Republik ini saat sekarang dapat dikatakan
sudah berada pada jalur yang berbeda dengan negara-negara lain, bukan lebih rendah.

Kesimpulan
    1. Karena Ujian Nasional Matematika fokus pada pengujian kecakapan bernalar tingkat rendah
       serta kecakapan yang sudah kedaluarsa, akibatnya – mau tak mau – para pemuda/i Indonesia
       dalam proses pembelajaran matematikanya kehilangan kesempatan belajar bernalar jenjang
       tinggi serta mempelajari kecakapan masa modern ini. Sebenarnya, kuat dugaan hal yang sama
       terjadi pada bidang studi lainnya, seperti bahasa, misalnya.
    2. Keberadaan sistem Ujian Nasional Matematika seperti sekarang yang menempatkan fungsinya
       sebagai sebuah exit exam (ujian kelulusan) atau ditambah wacana UN sebagai ujian saringan



                                                                                                  10 
Iwan Pranoto



       masuk perguruan tinggi dan ditambah kualitas soal yang
       buruk – seperti diulas di atas – sangat menyulitkan
       perbaikan mutu pendidikan matematika nasional.          … education becomes the key to
       Secara langsung dan tak langsung artinya Negara           economic survival in the 21st
       menyokong pengabaian pengembangan kecakapan                           century.
       modern yang dibutuhkan di Abad 21 bagi putra-putri
       bangsanya.                                              Trilling dan Fadel (2009 ,hal. 6)
    3. Jika keadaan seperti sekarang ini – yakni sistem Ujian
       Nasional Matematika serta jenis soalnya yang kurang
       memperhatikan kecakapan modern seperti sekarang – diteruskan, maka bukan sesuatu yang
       berlebihan jika dikatakan bahwa program pendidikan matematika nasional di Republik ini
       menyiapkan pemuda-pemudinya untuk menjadi kuli kasar di masa depan. Akan sangat sulit bagi
       para pemuda pemudi Indonesia di masa depan dalam berfungsi secara efektif di percaturan
       dunia global. Dampak selanjutnya adalah perekonomian Republik Indonesia yang rapuh dan tak
       akan mampu bertahan di percaturan dunia masa depan. Sebaliknya, dengan membenahi
       pendidikan, matematika khususnya, akan berdampak sangat signifikan terhadap perekonomian
       Bangsa ini di masa sekarang dan masa depan.



Daftar Pustaka
Massachusetts DOE (2011). Massachusetts Comprehensive Assessment System, Math Test, Grade 8,
    http://www.doe.mass.edu/mcas/testitems.html?yr=08

OECD (2007). PISA 2006: Science Competencies for Tomorrow’s World, Executive Summary.

Puspendik (2011). Contoh Soal-Soal PISA, Balitbang, Kemendikbud.

Trilling, B. dan Fadel, C. (2009). 21st Century Skills: Learning for Life in Our Times, John-Wiley & Sons,
      San Francisco.




                                                                                                      11 

More Related Content

What's hot

Penulisan projek
Penulisan projekPenulisan projek
Penulisan projektrick765
 
Kemampuan berpikir matematis tingkat lanjut
Kemampuan berpikir matematis tingkat lanjutKemampuan berpikir matematis tingkat lanjut
Kemampuan berpikir matematis tingkat lanjutLukman
 
School-based Project: Penyelesaian Masalah Bahagi
School-based Project: Penyelesaian Masalah BahagiSchool-based Project: Penyelesaian Masalah Bahagi
School-based Project: Penyelesaian Masalah BahagiNorazlin Mohd Rusdin
 
Perbandingan Numerasi di Malaysia dan United Kingdom
Perbandingan Numerasi di Malaysia dan United KingdomPerbandingan Numerasi di Malaysia dan United Kingdom
Perbandingan Numerasi di Malaysia dan United KingdomNorazlin Mohd Rusdin
 
Akses ekuiti dalam Pendidikan Matematik
Akses ekuiti dalam Pendidikan MatematikAkses ekuiti dalam Pendidikan Matematik
Akses ekuiti dalam Pendidikan Matematikyatt87
 
prosiding PGRI 2015 Pengembangan Soal Matematika Untuk Mengukur Kemampuan Kon...
prosiding PGRI 2015 Pengembangan Soal Matematika Untuk Mengukur Kemampuan Kon...prosiding PGRI 2015 Pengembangan Soal Matematika Untuk Mengukur Kemampuan Kon...
prosiding PGRI 2015 Pengembangan Soal Matematika Untuk Mengukur Kemampuan Kon...tikamathworld
 
Akses ekuiti edit
Akses ekuiti editAkses ekuiti edit
Akses ekuiti edityatt87
 
Slot 3 komunikasi mt
Slot 3   komunikasi mtSlot 3   komunikasi mt
Slot 3 komunikasi mtshare with me
 
Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa pada Materi Statistika
Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa pada Materi StatistikaKemampuan Komunikasi Matematis Siswa pada Materi Statistika
Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa pada Materi StatistikaJujun Muhamad Jubaerudin
 
Buku panduan kemahiran_menaakul[1]
Buku panduan kemahiran_menaakul[1]Buku panduan kemahiran_menaakul[1]
Buku panduan kemahiran_menaakul[1]Krystie Kriss
 
Akses ekuiti
Akses ekuiti Akses ekuiti
Akses ekuiti yatt87
 
Modul mtsm2103 : MAJOR MATEMATIK
Modul mtsm2103 : MAJOR MATEMATIKModul mtsm2103 : MAJOR MATEMATIK
Modul mtsm2103 : MAJOR MATEMATIKfadhielahya
 
Proposal penelitian matematika penguasaan operasi hitung s…
Proposal penelitian matematika penguasaan operasi hitung s…Proposal penelitian matematika penguasaan operasi hitung s…
Proposal penelitian matematika penguasaan operasi hitung s…Boedi Santosa,
 
Rps konsep dasar matematika sd
Rps konsep dasar matematika sdRps konsep dasar matematika sd
Rps konsep dasar matematika sdWidiarso Cahyoadi
 

What's hot (20)

matematik
matematikmatematik
matematik
 
Pendidikan Matematik Realistik
Pendidikan Matematik RealistikPendidikan Matematik Realistik
Pendidikan Matematik Realistik
 
Penulisan projek
Penulisan projekPenulisan projek
Penulisan projek
 
Kemampuan berpikir matematis tingkat lanjut
Kemampuan berpikir matematis tingkat lanjutKemampuan berpikir matematis tingkat lanjut
Kemampuan berpikir matematis tingkat lanjut
 
Kemampuan Koneksi Matematis
Kemampuan Koneksi MatematisKemampuan Koneksi Matematis
Kemampuan Koneksi Matematis
 
School-based Project: Penyelesaian Masalah Bahagi
School-based Project: Penyelesaian Masalah BahagiSchool-based Project: Penyelesaian Masalah Bahagi
School-based Project: Penyelesaian Masalah Bahagi
 
Perbandingan Numerasi di Malaysia dan United Kingdom
Perbandingan Numerasi di Malaysia dan United KingdomPerbandingan Numerasi di Malaysia dan United Kingdom
Perbandingan Numerasi di Malaysia dan United Kingdom
 
Akses ekuiti dalam Pendidikan Matematik
Akses ekuiti dalam Pendidikan MatematikAkses ekuiti dalam Pendidikan Matematik
Akses ekuiti dalam Pendidikan Matematik
 
prosiding PGRI 2015 Pengembangan Soal Matematika Untuk Mengukur Kemampuan Kon...
prosiding PGRI 2015 Pengembangan Soal Matematika Untuk Mengukur Kemampuan Kon...prosiding PGRI 2015 Pengembangan Soal Matematika Untuk Mengukur Kemampuan Kon...
prosiding PGRI 2015 Pengembangan Soal Matematika Untuk Mengukur Kemampuan Kon...
 
Akses ekuiti edit
Akses ekuiti editAkses ekuiti edit
Akses ekuiti edit
 
Slot 3 komunikasi mt
Slot 3   komunikasi mtSlot 3   komunikasi mt
Slot 3 komunikasi mt
 
Analisis kemampuan penalaran mat pgsd
Analisis kemampuan penalaran mat pgsdAnalisis kemampuan penalaran mat pgsd
Analisis kemampuan penalaran mat pgsd
 
Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa pada Materi Statistika
Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa pada Materi StatistikaKemampuan Komunikasi Matematis Siswa pada Materi Statistika
Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa pada Materi Statistika
 
Bab 1
Bab 1Bab 1
Bab 1
 
Buku panduan kemahiran_menaakul[1]
Buku panduan kemahiran_menaakul[1]Buku panduan kemahiran_menaakul[1]
Buku panduan kemahiran_menaakul[1]
 
Akses ekuiti
Akses ekuiti Akses ekuiti
Akses ekuiti
 
Modul mtsm2103 : MAJOR MATEMATIK
Modul mtsm2103 : MAJOR MATEMATIKModul mtsm2103 : MAJOR MATEMATIK
Modul mtsm2103 : MAJOR MATEMATIK
 
Proposal penelitian matematika penguasaan operasi hitung s…
Proposal penelitian matematika penguasaan operasi hitung s…Proposal penelitian matematika penguasaan operasi hitung s…
Proposal penelitian matematika penguasaan operasi hitung s…
 
Hasratuddin
HasratuddinHasratuddin
Hasratuddin
 
Rps konsep dasar matematika sd
Rps konsep dasar matematika sdRps konsep dasar matematika sd
Rps konsep dasar matematika sd
 

Viewers also liked

Pār pļaviņu pāriedama.
Pār pļaviņu pāriedama. Pār pļaviņu pāriedama.
Pār pļaviņu pāriedama. 64inara
 
Apply Media Analysis & Processing Tools
Apply Media Analysis & Processing ToolsApply Media Analysis & Processing Tools
Apply Media Analysis & Processing ToolsJaddan Bruhn
 
Matek 1 - Minggu 4
Matek 1 - Minggu 4Matek 1 - Minggu 4
Matek 1 - Minggu 4Iwan Pranoto
 
A step beyond hd 3 d
A step beyond hd 3 dA step beyond hd 3 d
A step beyond hd 3 dMSB
 
Transport and Travel supplement
Transport and Travel supplementTransport and Travel supplement
Transport and Travel supplementMichael Hill
 
Matematika 1A minggu 1 (2013-2014)
Matematika 1A  minggu 1 (2013-2014)Matematika 1A  minggu 1 (2013-2014)
Matematika 1A minggu 1 (2013-2014)Iwan Pranoto
 
Iniciandose en firefox
Iniciandose en firefoxIniciandose en firefox
Iniciandose en firefoxaldoborba
 
Matek 1 - Minggu 5
Matek 1 - Minggu 5Matek 1 - Minggu 5
Matek 1 - Minggu 5Iwan Pranoto
 
FPAW 2012 BID - Italy
FPAW 2012 BID - ItalyFPAW 2012 BID - Italy
FPAW 2012 BID - Italyclaudiocigna
 
Mengintip kompleksitas
Mengintip kompleksitasMengintip kompleksitas
Mengintip kompleksitasIwan Pranoto
 
読み書きYou tube 抜粋版
読み書きYou tube 抜粋版読み書きYou tube 抜粋版
読み書きYou tube 抜粋版naka hide
 
Kalkulus 2 minggu 1
Kalkulus 2   minggu 1Kalkulus 2   minggu 1
Kalkulus 2 minggu 1Iwan Pranoto
 
Kalkulus 2A – minggu 13
Kalkulus 2A – minggu 13Kalkulus 2A – minggu 13
Kalkulus 2A – minggu 13Iwan Pranoto
 
On the Stick and Rope Problem - Draft 1
On the Stick and Rope Problem - Draft 1On the Stick and Rope Problem - Draft 1
On the Stick and Rope Problem - Draft 1Iwan Pranoto
 
Kalkulus 2A Minggu 12
Kalkulus 2A   Minggu 12Kalkulus 2A   Minggu 12
Kalkulus 2A Minggu 12Iwan Pranoto
 
Matek 1 - Minggu 7
Matek 1 - Minggu 7Matek 1 - Minggu 7
Matek 1 - Minggu 7Iwan Pranoto
 
Russian Standard Vodka - Evaluate Campaign Effectiveness
Russian Standard Vodka - Evaluate Campaign EffectivenessRussian Standard Vodka - Evaluate Campaign Effectiveness
Russian Standard Vodka - Evaluate Campaign EffectivenessJaddan Bruhn
 

Viewers also liked (20)

Pār pļaviņu pāriedama.
Pār pļaviņu pāriedama. Pār pļaviņu pāriedama.
Pār pļaviņu pāriedama.
 
Apply Media Analysis & Processing Tools
Apply Media Analysis & Processing ToolsApply Media Analysis & Processing Tools
Apply Media Analysis & Processing Tools
 
Matek 1 - Minggu 4
Matek 1 - Minggu 4Matek 1 - Minggu 4
Matek 1 - Minggu 4
 
A step beyond hd 3 d
A step beyond hd 3 dA step beyond hd 3 d
A step beyond hd 3 d
 
Transport and Travel supplement
Transport and Travel supplementTransport and Travel supplement
Transport and Travel supplement
 
Matematika 1A minggu 1 (2013-2014)
Matematika 1A  minggu 1 (2013-2014)Matematika 1A  minggu 1 (2013-2014)
Matematika 1A minggu 1 (2013-2014)
 
Iniciandose en firefox
Iniciandose en firefoxIniciandose en firefox
Iniciandose en firefox
 
Week 9
Week 9Week 9
Week 9
 
Matek 1 - Minggu 5
Matek 1 - Minggu 5Matek 1 - Minggu 5
Matek 1 - Minggu 5
 
FPAW 2012 BID - Italy
FPAW 2012 BID - ItalyFPAW 2012 BID - Italy
FPAW 2012 BID - Italy
 
Mengintip kompleksitas
Mengintip kompleksitasMengintip kompleksitas
Mengintip kompleksitas
 
読み書きYou tube 抜粋版
読み書きYou tube 抜粋版読み書きYou tube 抜粋版
読み書きYou tube 抜粋版
 
Irish shopper behaviour and pricing
Irish shopper behaviour and pricingIrish shopper behaviour and pricing
Irish shopper behaviour and pricing
 
Week 6b
Week 6bWeek 6b
Week 6b
 
Kalkulus 2 minggu 1
Kalkulus 2   minggu 1Kalkulus 2   minggu 1
Kalkulus 2 minggu 1
 
Kalkulus 2A – minggu 13
Kalkulus 2A – minggu 13Kalkulus 2A – minggu 13
Kalkulus 2A – minggu 13
 
On the Stick and Rope Problem - Draft 1
On the Stick and Rope Problem - Draft 1On the Stick and Rope Problem - Draft 1
On the Stick and Rope Problem - Draft 1
 
Kalkulus 2A Minggu 12
Kalkulus 2A   Minggu 12Kalkulus 2A   Minggu 12
Kalkulus 2A Minggu 12
 
Matek 1 - Minggu 7
Matek 1 - Minggu 7Matek 1 - Minggu 7
Matek 1 - Minggu 7
 
Russian Standard Vodka - Evaluate Campaign Effectiveness
Russian Standard Vodka - Evaluate Campaign EffectivenessRussian Standard Vodka - Evaluate Campaign Effectiveness
Russian Standard Vodka - Evaluate Campaign Effectiveness
 

Similar to UN Matematika Menyiapkan Anak Menjadi Kuli Nirnalar

Ringkasan Eksekutif PISA2000
Ringkasan Eksekutif PISA2000 Ringkasan Eksekutif PISA2000
Ringkasan Eksekutif PISA2000 Iwan Pranoto
 
Metode problen solving
Metode problen solvingMetode problen solving
Metode problen solvingkaffah
 
ALAT PERAGA DAKON UNTUK METODE DEMONSTRASI PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA
ALAT PERAGA DAKON UNTUK METODE DEMONSTRASI PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA ALAT PERAGA DAKON UNTUK METODE DEMONSTRASI PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA
ALAT PERAGA DAKON UNTUK METODE DEMONSTRASI PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA Mohamad Ridwan
 
Makalah Penuh untuk Prosiding dalam Seminar Nasional Pendidikan Matematika UN...
Makalah Penuh untuk Prosiding dalam Seminar Nasional Pendidikan Matematika UN...Makalah Penuh untuk Prosiding dalam Seminar Nasional Pendidikan Matematika UN...
Makalah Penuh untuk Prosiding dalam Seminar Nasional Pendidikan Matematika UN...State University of Medan
 
Kajian thd analisis hasil pisa 2000 2009 final
Kajian thd analisis hasil pisa 2000 2009 finalKajian thd analisis hasil pisa 2000 2009 final
Kajian thd analisis hasil pisa 2000 2009 finalIwan Pranoto
 
Proposal penelitian matematika penguasaan operasi hitung s…
Proposal penelitian matematika penguasaan operasi hitung s…Proposal penelitian matematika penguasaan operasi hitung s…
Proposal penelitian matematika penguasaan operasi hitung s…Boedi Santosa,
 
20140305 yp01-stl01
20140305 yp01-stl0120140305 yp01-stl01
20140305 yp01-stl01Fppi Unila
 
Modul 3 - Bagaimana membangun kemampuan literasi numerasi secara bertahap sej...
Modul 3 - Bagaimana membangun kemampuan literasi numerasi secara bertahap sej...Modul 3 - Bagaimana membangun kemampuan literasi numerasi secara bertahap sej...
Modul 3 - Bagaimana membangun kemampuan literasi numerasi secara bertahap sej...SekarWahyuni3
 
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 5E SEBAGAI UPAYA UNTUK MENINGKATK...
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 5E SEBAGAI UPAYA UNTUK MENINGKATK...PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 5E SEBAGAI UPAYA UNTUK MENINGKATK...
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 5E SEBAGAI UPAYA UNTUK MENINGKATK...NERRU
 
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE SEBAGAI UPAYA UNTUK MENINGKATKAN ...
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE SEBAGAI UPAYA UNTUK MENINGKATKAN ...PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE SEBAGAI UPAYA UNTUK MENINGKATKAN ...
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE SEBAGAI UPAYA UNTUK MENINGKATKAN ...NERRU
 
Laporan mini riset Pembelajaran Berbasis Masalah
Laporan mini riset Pembelajaran Berbasis MasalahLaporan mini riset Pembelajaran Berbasis Masalah
Laporan mini riset Pembelajaran Berbasis MasalahNailul Hasibuan
 
Lusi kurnia (06081181419023) tugas penelitian pendidikan
Lusi kurnia (06081181419023) tugas penelitian pendidikan Lusi kurnia (06081181419023) tugas penelitian pendidikan
Lusi kurnia (06081181419023) tugas penelitian pendidikan Lusi Kurnia
 
diagram of 21st century pedagogy
diagram of 21st century pedagogydiagram of 21st century pedagogy
diagram of 21st century pedagogyNailul Hasibuan
 
Mengukur Kecakapan Mematematikakan dan Menafsirkan sebagai Kecakapan Utama di...
Mengukur Kecakapan Mematematikakan dan Menafsirkan sebagai Kecakapan Utama di...Mengukur Kecakapan Mematematikakan dan Menafsirkan sebagai Kecakapan Utama di...
Mengukur Kecakapan Mematematikakan dan Menafsirkan sebagai Kecakapan Utama di...Iwan Pranoto
 
TUGAS RISET PRNEMBANGAN IRNA NAZIRA.docx
TUGAS RISET  PRNEMBANGAN IRNA NAZIRA.docxTUGAS RISET  PRNEMBANGAN IRNA NAZIRA.docx
TUGAS RISET PRNEMBANGAN IRNA NAZIRA.docxIrnanzy
 
KOBIBUL_ARTIKEL.docx
KOBIBUL_ARTIKEL.docxKOBIBUL_ARTIKEL.docx
KOBIBUL_ARTIKEL.docxTRIYULIASIH4
 
Pembelajaran Matematika dengan Inkuiri Terbimbing
Pembelajaran Matematika dengan Inkuiri TerbimbingPembelajaran Matematika dengan Inkuiri Terbimbing
Pembelajaran Matematika dengan Inkuiri Terbimbingsrilinda_w
 

Similar to UN Matematika Menyiapkan Anak Menjadi Kuli Nirnalar (20)

Ringkasan Eksekutif PISA2000
Ringkasan Eksekutif PISA2000 Ringkasan Eksekutif PISA2000
Ringkasan Eksekutif PISA2000
 
Metode problen solving
Metode problen solvingMetode problen solving
Metode problen solving
 
ALAT PERAGA DAKON UNTUK METODE DEMONSTRASI PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA
ALAT PERAGA DAKON UNTUK METODE DEMONSTRASI PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA ALAT PERAGA DAKON UNTUK METODE DEMONSTRASI PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA
ALAT PERAGA DAKON UNTUK METODE DEMONSTRASI PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA
 
Makalah Penuh untuk Prosiding dalam Seminar Nasional Pendidikan Matematika UN...
Makalah Penuh untuk Prosiding dalam Seminar Nasional Pendidikan Matematika UN...Makalah Penuh untuk Prosiding dalam Seminar Nasional Pendidikan Matematika UN...
Makalah Penuh untuk Prosiding dalam Seminar Nasional Pendidikan Matematika UN...
 
Kajian thd analisis hasil pisa 2000 2009 final
Kajian thd analisis hasil pisa 2000 2009 finalKajian thd analisis hasil pisa 2000 2009 final
Kajian thd analisis hasil pisa 2000 2009 final
 
Proposal penelitian matematika penguasaan operasi hitung s…
Proposal penelitian matematika penguasaan operasi hitung s…Proposal penelitian matematika penguasaan operasi hitung s…
Proposal penelitian matematika penguasaan operasi hitung s…
 
20140305 yp01-stl01
20140305 yp01-stl0120140305 yp01-stl01
20140305 yp01-stl01
 
Modul 3 - Bagaimana membangun kemampuan literasi numerasi secara bertahap sej...
Modul 3 - Bagaimana membangun kemampuan literasi numerasi secara bertahap sej...Modul 3 - Bagaimana membangun kemampuan literasi numerasi secara bertahap sej...
Modul 3 - Bagaimana membangun kemampuan literasi numerasi secara bertahap sej...
 
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 5E SEBAGAI UPAYA UNTUK MENINGKATK...
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 5E SEBAGAI UPAYA UNTUK MENINGKATK...PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 5E SEBAGAI UPAYA UNTUK MENINGKATK...
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 5E SEBAGAI UPAYA UNTUK MENINGKATK...
 
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE SEBAGAI UPAYA UNTUK MENINGKATKAN ...
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE SEBAGAI UPAYA UNTUK MENINGKATKAN ...PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE SEBAGAI UPAYA UNTUK MENINGKATKAN ...
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE SEBAGAI UPAYA UNTUK MENINGKATKAN ...
 
1243-4620-1-PB.pdf
1243-4620-1-PB.pdf1243-4620-1-PB.pdf
1243-4620-1-PB.pdf
 
Bab i
Bab iBab i
Bab i
 
Laporan mini riset Pembelajaran Berbasis Masalah
Laporan mini riset Pembelajaran Berbasis MasalahLaporan mini riset Pembelajaran Berbasis Masalah
Laporan mini riset Pembelajaran Berbasis Masalah
 
Lusi kurnia (06081181419023) tugas penelitian pendidikan
Lusi kurnia (06081181419023) tugas penelitian pendidikan Lusi kurnia (06081181419023) tugas penelitian pendidikan
Lusi kurnia (06081181419023) tugas penelitian pendidikan
 
Launching AXC 2017
Launching AXC 2017Launching AXC 2017
Launching AXC 2017
 
diagram of 21st century pedagogy
diagram of 21st century pedagogydiagram of 21st century pedagogy
diagram of 21st century pedagogy
 
Mengukur Kecakapan Mematematikakan dan Menafsirkan sebagai Kecakapan Utama di...
Mengukur Kecakapan Mematematikakan dan Menafsirkan sebagai Kecakapan Utama di...Mengukur Kecakapan Mematematikakan dan Menafsirkan sebagai Kecakapan Utama di...
Mengukur Kecakapan Mematematikakan dan Menafsirkan sebagai Kecakapan Utama di...
 
TUGAS RISET PRNEMBANGAN IRNA NAZIRA.docx
TUGAS RISET  PRNEMBANGAN IRNA NAZIRA.docxTUGAS RISET  PRNEMBANGAN IRNA NAZIRA.docx
TUGAS RISET PRNEMBANGAN IRNA NAZIRA.docx
 
KOBIBUL_ARTIKEL.docx
KOBIBUL_ARTIKEL.docxKOBIBUL_ARTIKEL.docx
KOBIBUL_ARTIKEL.docx
 
Pembelajaran Matematika dengan Inkuiri Terbimbing
Pembelajaran Matematika dengan Inkuiri TerbimbingPembelajaran Matematika dengan Inkuiri Terbimbing
Pembelajaran Matematika dengan Inkuiri Terbimbing
 

More from Iwan Pranoto

Ringkasan Indonesia di TIMSS 2003
Ringkasan Indonesia di TIMSS 2003 Ringkasan Indonesia di TIMSS 2003
Ringkasan Indonesia di TIMSS 2003 Iwan Pranoto
 
Kasmaran Bernalar serta Strategi Penyebarannya
Kasmaran Bernalar serta Strategi PenyebarannyaKasmaran Bernalar serta Strategi Penyebarannya
Kasmaran Bernalar serta Strategi PenyebarannyaIwan Pranoto
 
Sebuah Ringkasan: Menyemai Benih Budaya Ilmiah di Pembelajaran Matematika dan...
Sebuah Ringkasan: Menyemai Benih Budaya Ilmiah di Pembelajaran Matematika dan...Sebuah Ringkasan: Menyemai Benih Budaya Ilmiah di Pembelajaran Matematika dan...
Sebuah Ringkasan: Menyemai Benih Budaya Ilmiah di Pembelajaran Matematika dan...Iwan Pranoto
 
Passion to Teach, Conceptual Mastery
Passion to Teach, Conceptual MasteryPassion to Teach, Conceptual Mastery
Passion to Teach, Conceptual MasteryIwan Pranoto
 
Mengukur Pemahaman
Mengukur PemahamanMengukur Pemahaman
Mengukur PemahamanIwan Pranoto
 
Viewing Nature through Math Lenses
Viewing Nature through Math LensesViewing Nature through Math Lenses
Viewing Nature through Math LensesIwan Pranoto
 
Matematika sebagai Kata Kerja
Matematika sebagai Kata Kerja Matematika sebagai Kata Kerja
Matematika sebagai Kata Kerja Iwan Pranoto
 
Mengintip Kompleksitas
Mengintip KompleksitasMengintip Kompleksitas
Mengintip KompleksitasIwan Pranoto
 
Kerangka Membelajarkan Matematika
Kerangka Membelajarkan MatematikaKerangka Membelajarkan Matematika
Kerangka Membelajarkan MatematikaIwan Pranoto
 
Developing Culture through Math & Science Education
Developing Culture through Math & Science EducationDeveloping Culture through Math & Science Education
Developing Culture through Math & Science EducationIwan Pranoto
 
Berbahasa untuk Bernalar
Berbahasa untuk Bernalar Berbahasa untuk Bernalar
Berbahasa untuk Bernalar Iwan Pranoto
 
Karakter Pendidikan Karakter
Karakter Pendidikan KarakterKarakter Pendidikan Karakter
Karakter Pendidikan KarakterIwan Pranoto
 
Menakar Budaya Bernalar Bangsa melalui PISA 2013
Menakar Budaya Bernalar Bangsa melalui PISA 2013Menakar Budaya Bernalar Bangsa melalui PISA 2013
Menakar Budaya Bernalar Bangsa melalui PISA 2013Iwan Pranoto
 
Mempertanyakan Rasionalitas dan Estetika Matematika
Mempertanyakan Rasionalitas dan Estetika MatematikaMempertanyakan Rasionalitas dan Estetika Matematika
Mempertanyakan Rasionalitas dan Estetika MatematikaIwan Pranoto
 
Menafsirkan Gagasan Tan Malaka dalam Pendidikan Matematika final
Menafsirkan Gagasan Tan Malaka dalam Pendidikan Matematika   finalMenafsirkan Gagasan Tan Malaka dalam Pendidikan Matematika   final
Menafsirkan Gagasan Tan Malaka dalam Pendidikan Matematika finalIwan Pranoto
 
Kasmaran Tan Malaka Bermatematika
Kasmaran Tan Malaka Bermatematika Kasmaran Tan Malaka Bermatematika
Kasmaran Tan Malaka Bermatematika Iwan Pranoto
 
UN: Sebuah Kompas Rusak
UN: Sebuah Kompas RusakUN: Sebuah Kompas Rusak
UN: Sebuah Kompas RusakIwan Pranoto
 
Mengukur kecakapan mematematikakan final
Mengukur kecakapan mematematikakan finalMengukur kecakapan mematematikakan final
Mengukur kecakapan mematematikakan finalIwan Pranoto
 

More from Iwan Pranoto (20)

Ringkasan Indonesia di TIMSS 2003
Ringkasan Indonesia di TIMSS 2003 Ringkasan Indonesia di TIMSS 2003
Ringkasan Indonesia di TIMSS 2003
 
Kasmaran Bernalar serta Strategi Penyebarannya
Kasmaran Bernalar serta Strategi PenyebarannyaKasmaran Bernalar serta Strategi Penyebarannya
Kasmaran Bernalar serta Strategi Penyebarannya
 
Sebuah Ringkasan: Menyemai Benih Budaya Ilmiah di Pembelajaran Matematika dan...
Sebuah Ringkasan: Menyemai Benih Budaya Ilmiah di Pembelajaran Matematika dan...Sebuah Ringkasan: Menyemai Benih Budaya Ilmiah di Pembelajaran Matematika dan...
Sebuah Ringkasan: Menyemai Benih Budaya Ilmiah di Pembelajaran Matematika dan...
 
Passion to Teach, Conceptual Mastery
Passion to Teach, Conceptual MasteryPassion to Teach, Conceptual Mastery
Passion to Teach, Conceptual Mastery
 
Mengukur Pemahaman
Mengukur PemahamanMengukur Pemahaman
Mengukur Pemahaman
 
Viewing Nature through Math Lenses
Viewing Nature through Math LensesViewing Nature through Math Lenses
Viewing Nature through Math Lenses
 
Matematika sebagai Kata Kerja
Matematika sebagai Kata Kerja Matematika sebagai Kata Kerja
Matematika sebagai Kata Kerja
 
Mengintip Kompleksitas
Mengintip KompleksitasMengintip Kompleksitas
Mengintip Kompleksitas
 
Kerangka Membelajarkan Matematika
Kerangka Membelajarkan MatematikaKerangka Membelajarkan Matematika
Kerangka Membelajarkan Matematika
 
Developing Culture through Math & Science Education
Developing Culture through Math & Science EducationDeveloping Culture through Math & Science Education
Developing Culture through Math & Science Education
 
Berbahasa untuk Bernalar
Berbahasa untuk Bernalar Berbahasa untuk Bernalar
Berbahasa untuk Bernalar
 
Karakter Pendidikan Karakter
Karakter Pendidikan KarakterKarakter Pendidikan Karakter
Karakter Pendidikan Karakter
 
Menakar Budaya Bernalar Bangsa melalui PISA 2013
Menakar Budaya Bernalar Bangsa melalui PISA 2013Menakar Budaya Bernalar Bangsa melalui PISA 2013
Menakar Budaya Bernalar Bangsa melalui PISA 2013
 
Mempertanyakan Rasionalitas dan Estetika Matematika
Mempertanyakan Rasionalitas dan Estetika MatematikaMempertanyakan Rasionalitas dan Estetika Matematika
Mempertanyakan Rasionalitas dan Estetika Matematika
 
Menafsirkan Gagasan Tan Malaka dalam Pendidikan Matematika final
Menafsirkan Gagasan Tan Malaka dalam Pendidikan Matematika   finalMenafsirkan Gagasan Tan Malaka dalam Pendidikan Matematika   final
Menafsirkan Gagasan Tan Malaka dalam Pendidikan Matematika final
 
Tan Malaka
Tan Malaka Tan Malaka
Tan Malaka
 
Kasmaran Tan Malaka Bermatematika
Kasmaran Tan Malaka Bermatematika Kasmaran Tan Malaka Bermatematika
Kasmaran Tan Malaka Bermatematika
 
UN LOT VS HOT
UN   LOT VS HOTUN   LOT VS HOT
UN LOT VS HOT
 
UN: Sebuah Kompas Rusak
UN: Sebuah Kompas RusakUN: Sebuah Kompas Rusak
UN: Sebuah Kompas Rusak
 
Mengukur kecakapan mematematikakan final
Mengukur kecakapan mematematikakan finalMengukur kecakapan mematematikakan final
Mengukur kecakapan mematematikakan final
 

Recently uploaded

SOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAY
SOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAYSOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAY
SOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAYNovitaDewi98
 
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxRefleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxIrfanAudah1
 
Regresi Linear Kelompok 1 XI-10 revisi (1).pptx
Regresi Linear Kelompok 1 XI-10 revisi (1).pptxRegresi Linear Kelompok 1 XI-10 revisi (1).pptx
Regresi Linear Kelompok 1 XI-10 revisi (1).pptxRizalAminulloh2
 
Program Kerja Public Relations - Perencanaan
Program Kerja Public Relations - PerencanaanProgram Kerja Public Relations - Perencanaan
Program Kerja Public Relations - PerencanaanAdePutraTunggali
 
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...pipinafindraputri1
 
Kanvas BAGJA prakarsa perubahan Ahyar.pdf
Kanvas BAGJA prakarsa perubahan Ahyar.pdfKanvas BAGJA prakarsa perubahan Ahyar.pdf
Kanvas BAGJA prakarsa perubahan Ahyar.pdfAkhyar33
 
Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat UI 2024
Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat  UI 2024Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat  UI 2024
Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat UI 2024editwebsitesubdit
 
Membaca dengan Metode Fonik - Membuat Rancangan Pembelajaran dengan Metode Fo...
Membaca dengan Metode Fonik - Membuat Rancangan Pembelajaran dengan Metode Fo...Membaca dengan Metode Fonik - Membuat Rancangan Pembelajaran dengan Metode Fo...
Membaca dengan Metode Fonik - Membuat Rancangan Pembelajaran dengan Metode Fo...MuhammadSyamsuryadiS
 
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdfAksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdfEniNuraeni29
 
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.pptLATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.pptPpsSambirejo
 
RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...
RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...
RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...Kanaidi ken
 
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).pptKenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).pptnovibernadina
 
PPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptx
PPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptxPPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptx
PPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptxriscacriswanda
 
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsxvIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsxsyahrulutama16
 
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdfSalinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdfWidyastutyCoyy
 
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7IwanSumantri7
 
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptxPendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptxdeskaputriani1
 
7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx
7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx
7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptxSusanSanti20
 
MODUL AJAR IPAS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR IPAS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR IPAS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR IPAS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAAndiCoc
 

Recently uploaded (20)

SOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAY
SOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAYSOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAY
SOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAY
 
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxRefleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
 
Regresi Linear Kelompok 1 XI-10 revisi (1).pptx
Regresi Linear Kelompok 1 XI-10 revisi (1).pptxRegresi Linear Kelompok 1 XI-10 revisi (1).pptx
Regresi Linear Kelompok 1 XI-10 revisi (1).pptx
 
Program Kerja Public Relations - Perencanaan
Program Kerja Public Relations - PerencanaanProgram Kerja Public Relations - Perencanaan
Program Kerja Public Relations - Perencanaan
 
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
 
Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...
Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...
Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...
 
Kanvas BAGJA prakarsa perubahan Ahyar.pdf
Kanvas BAGJA prakarsa perubahan Ahyar.pdfKanvas BAGJA prakarsa perubahan Ahyar.pdf
Kanvas BAGJA prakarsa perubahan Ahyar.pdf
 
Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat UI 2024
Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat  UI 2024Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat  UI 2024
Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat UI 2024
 
Membaca dengan Metode Fonik - Membuat Rancangan Pembelajaran dengan Metode Fo...
Membaca dengan Metode Fonik - Membuat Rancangan Pembelajaran dengan Metode Fo...Membaca dengan Metode Fonik - Membuat Rancangan Pembelajaran dengan Metode Fo...
Membaca dengan Metode Fonik - Membuat Rancangan Pembelajaran dengan Metode Fo...
 
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdfAksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
 
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.pptLATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
 
RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...
RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...
RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...
 
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).pptKenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
 
PPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptx
PPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptxPPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptx
PPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptx
 
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsxvIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
 
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdfSalinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
 
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
 
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptxPendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
 
7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx
7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx
7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx
 
MODUL AJAR IPAS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR IPAS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR IPAS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR IPAS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
 

UN Matematika Menyiapkan Anak Menjadi Kuli Nirnalar

  • 1. 12/15/2011 UN Matematika Menyiapkan Anak Indonesia Menjadi Kuli Nirnalar Republik Telah Menyerobot Kesempatan Anak Bangsa Bernalar Iwan Pranoto
  • 2. Iwan Pranoto UN Matematika Menyiapkan Anak Indonesia Menjadi Kuli Nirnalar Republik Telah Menyerobot Kesempatan Anak Bangsa Bernalar Pendidikan dasar dan menengah sampai tinggi di sejarah Indonesia pegang peranan penting. Kemerdekaan Republik ini sampai pembangunannya juga berkat pendidikannya. Pendidikan sebagai sebuah unsur esensial dalam dinamika perkembangan Bangsa ini akan berdampak pada masa mendatang. Pada era lampau pendidikan itu berdampak sekitar 20 tahun. Pendidikan era 20-an berdampak pada era 45. Namun, dengan berjalannya waktu, pada masa sekarang, jangka tunda dari pendidikan dan dampaknya menjadi semakin singkat. Jika di masa lampau pertanyaan para pendidik dan rakyat adalah bagaimana kesiapan putra-putri Bangsa untuk mampu hidup di usia dewasanya, sekarang para pendidik, rakyat, dan juga para ekonom adalah bagaimana kesiapan putra-putri Bangsa untuk mampu berfungsi efektif di percaturan dunia global masa kini. Pertanyaan ini juga menjadi pertanyaan utama para pakar di Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD). Organisasi yang terdiri dari banyak negara maju dan berkembang ini berangkat dari pertanyaan: “Kecakapan apa yang dibutuhkan untuk dapat berfungsi efektif dalam kehidupan di Abad 21?” Untuk menjawab pertanyaan tersebut, para pakar OECD memanfaatkan studi bersama oleh Richard J. Murnane dan Frank Levy. Hasil riset bersama pakar pendidikan dan ekonomi urban, masing-masing dari MIT dan Universitas Harvard ini mengenali kecenderungan kecakapan yang semakin dibutuhkan dan kecakapan yang semakin tak dibutuhkan. Dan pemahaman tentang kecakapan baru ini yang menjadi dasar OECD dalam menyusun Programme for International Student Assessment (PISA). Secara ringkas, dalam studi mereka, dikenali beberapa kecakapan yang cenderung semakin dibutuhkan dan beberapa kecakapan yang semakin tak dibutuhkan. Secara grafik, hasil studi mereka disajikan dalam diagram Gambar 1, dikutip dari (Trilling dan Fadel, 2009, hal. 8). Dari situ, tampak bahwa kecakapan yang memiliki kecenderungan semakin dibutuhkan adalah: 1. Berkomunikasi kompleks (complex communication) 2. Berpikir pakar (expert thinking) Sedangkan sebaliknya, kecakapan yang cenderung paling semakin tak Gambar 1 Kecenderungan Kebutuhan Jenis Kecakapan 1
  • 3. Iwan Pranoto dibutuhkan adalah kognitif rutin (routine cognitive). Yang dimaksud sebagai berkomunikasi kompleks adalah upaya menyampaikan pendapat untuk mempengaruhi atau meyakinkan orang lain. Artinya, kecakapan ini tidak saja pada kemampuan untuk menyampaikan gagasan, tetapi lebih jauh lagi harus sampai meyakinkan pendengarnya. Misalnya, upaya meyakinkan orang lain untuk membuang sampah di tempatnya atau memisahkan sampah organik dan anorganik. Kecakapan berkomunikasi seperti ini yang semain dibutuhkan pada berbagai profesi. Misalnya seorang manajer yang harus meyakinkan bawahannya untuk berprestasi. Kemudian, yang dimaksud sebagai berpikir pakar adalah kecakapan untuk memecahkan masalah yang belum diketahui cara pengerjaannya. Masalah-masalah jaman sekarang, seperti di dunia kedokteran, misalnya, muncul sebagai berbagai penyakit baru yang belum pernah ditemukan sebelumnya. Ini berarti bahwa manusia modern dituntut untuk mampu memecahkan masalah tak rutin. Kata “tak rutin” di sini sangat penting, karena berarti manusia modern harus cakap dan terbiasa menghadapi masalah-masalah baru. Dari gambaran kecenderungan kebutuhan kecakapan itu, OECD dengan PISAnya membuat rangkaian soal untuk menguji kesiapan siswa-siswa berumur 15 tahun terhadap pencapaian setidaknya dua kecakapan tersebut. Asesmen ini sudah dilakukan pada tahun 2000, 2003, 2006, dan 2009. Indonesia turut serta dalam semua asesmen ini sejak tahun 2000. Hasilnya, dalam asesmen literasi matematika PISA dari tahun 2000-2009, secara umum dapat disimpulkan tiga masalah berikut: M1. Siswa kita tidak terbiasa menyelesaikan permasalahan tak rutin. Ini berarti bahwa siswa kita hanya biasa dihadapkan pada permasalahan-permasalahan yang sudah dibahas di kelas. Mereka kesulitan jika menghadapi permasalahan baru. M2. Siswa kita lemah dalam memodelkan situasi nyata ke masalah matematika dan menafsirkan solusi matematika ke situasi nyata. Padahal kecakapan bermatematika yang dituntut dunia adalah kecakapan bermatematika yang utuh: dari memodelkan, mencari solusi matematika, menafsirkan ke masalah awal. Siswa-siswi di RI umumnya terbiasa mengerjakan Tahap 4 semata, seperti di Gambar 2. Artinya siswa-siswi kita fokus pada dunia matematika semata, tetapi tidak utuh melengkapinya dengan pengalaman berinteraksi antar dunia nyata dan dunia matematika. Masalah 1,2,3 Masalah Nyata Matematika 5 4 Dunia Dunia Nyata Matematika Solusi Solusi Nyata 5 Matematika Gambar 2 Proses Bermatematika atau Matematisasi (PISA) 2
  • 4. Iwan Pranoto M3. Jenjang bernalar merangkum (comprehension) dan menganalisis sangat kurang. Ini berarti bahwa kecanggihan bernalar yang dituntut dunia lebih tinggi dari yang berjalan dalam praktik pembelajaran matematika Indonesia. Sebaliknya, tuntutan dunia thd ketrampilan menyelesaikan perhitungan ruwet sudah berkurang. Dari hasil PISA 2000 sampai 2009 ini, pertanyaannya adalah bagaimana mungkin siswa kita memiliki kelemahan 3 butir di atas? Hasil buruk yang konsisten dari anak-anak Indonesia dalam peringkat negara- negara yang ikut PISA 2000 sampai 2009 bukan sesuatu yang perlu ditangisi berkepanjangan. Yang lebih utama, yang harus diselidiki adalah permasalahan atau kelemahan apa dalam program pembelajaran matematika yang dimiliki siswa-siswi Indonesia. Dari diagnosa tentang kelemahan tiga hal di atas, sebetulnya yang paling wajar adalah mempertanyakan satu hal paling mendasar: “Seberapa relevan Pendidikan Matematika RI saat sekarang dengan kecakapan modern: berpikir pakar dan berkomunikasi kompleks?” Relevansi UN Matematika dengan Kecakapan Modern Pada praktiknya, pendidikan matematika dari kelas 1 sampai 12 di Indonesia – suka atau tidak – ditujukan untuk Ujian Nasional Matematika. Karena UN Matematika ini bersifat high-stake atau Ujian Nasional Matematika Pembelajaran Matematika di Sekolah Pemahaman Gambar 3 UN Matematika sebagai Target Belajar 3
  • 5. Iwan Pranoto taruhannya besar – yakni kalau tak lulus, tak akan dapat melanjutkan studi – maka siswa akan belajar dengan fokus untuk UN Matematika tersebut, bukan demi pemahaman. Karena konsekuensi jika seseorang gagal UN Matematika sangat besar, yakni masa depannya dalam dunia akademik dilabel suram, maka siswa akan mati-matian belajar agar lulus UN Matematika, dengan segala cara yang mungkin. Sampai kapanpun, jika ada UN yang taruhannya besar, misalnya bukan untuk kelulusan tetapi untuk masuk ke perguruan tinggi, maka siswa tidak akan belajar untuk memahami, tetapi strategi mereka adalah fokus pada kemampuan atau ketrampilan mengerjakan soal-soal UN Matematika. Ini jelas tak ideal, namun akan menjadi jauh lebih tidak ideal lagi jika siswa kita mengejar ketrampilan-ketrampilan yang diujikan di UN Matematika yang ternyata tidak relevan dengan kecakapan modern yang dituntut dunia masa kini dan masa depan. Ini layaknya siswa-siswi diminta untuk memanjat … seberapa relevan UN Matematika pohon yang buahnya sebenarnya tidak dibutuhkan. Jadi, kalau dengan kecakapan modern yang demikian, pertanyaan mendasar dan paling wajar selanjutnya memang sengaja diukur seperti oleh adalah seberapa relevan UN Matematika dengan kecakapan PISA. modern yang memang sengaja diukur seperti oleh PISA. Untuk itu, selanjutnya akan dilakukan komparasi antara soal-soal di PISA (Literasi Matematika) dan UN Matematika. Akan dikaji dan dicari perbedaan antara dua asesmen tersebut. M1. Pemecahan Permasalahan Tak Rutin Seperti sudah diungkapkan di atas, dalam PISA jelas-jelas dikatakan bahwa kecakapan yang diukur adalah kecakapan untuk menghadapi permasalahan-permasalahan yang tak rutin. Ini berarti bahwa memang didesain asesmen PISA ini menyajikan masalah-masalah yang belum pernah dihadai siswa. Malahan secara tegas, dikatakan dalam laporan PISA 2006: Science Competencies for Tomorrow’s World, Executive Summary, (OECD, 2007, p.9), bahwa mereka tertarik terhadap kemampuan siswa memanfaatkan apa yang dipelajari di kelas. Tepatnya, …concerned with the capacity of students to extrapolate from what they have learned and to analyse and reason as they pose, solve and interpret problems in a variety of situations. Ini berarti bahwa dalam PISA, siswa memang diharapkan mampu memecahkan suatu masalah baru yang belum pernah dihadapi sebelumnya, memanfaatkan apa yang dipelajari di kelas dengan mengembangkannya. Ini yang diistilahkan secara tepat sebagai ekstrapolasi. Siswa harus mampu mengekstrapolasi apa yang dipelajari secara formal di kelas untuk menghadapi masalah baru. Ini tentunya sejalan dengan berpikir pakar yang memang dibutuhkan di abad sekarang. Nah, pada kecakapan ini, justru UN Matematika fokus pada pemecahan permasalahan yang rutin atau malah minim sekali mengujikan pemecahan permasalahan. Berikut ini contoh permasalahan rutin yang dikutip dari Ujian Nasional Matematika SMP, Paket 54, No. 34. Bu Mira mempunyai 1 kaleng penuh berisi beras. Kaleng berbentuk tabung dengan diameter 28 cm dan tinggi 60 cm. Setiap hari bu Mira memasak nasi dengan mengambil 2 cangkir beras. Jika cangkir berbentuk tabung dengan diameter 14 cm dan tinggi 8 cm, maka persediaan beras akan habis dalam waktu … A. 15 hari 4
  • 6. Iwan Pranoto B. 20 hari C. 30 hari D. 40 hari nilai 𝜋𝜋 = 22 Untuk menyelesaikannya, kecuali membutuhkan ingatan tentang rumus volume tabung, siswa perlu ingat 7 . Ini sifatnya meskipun jenis problem solving atau pemecahan permasalahan, tetapi ini permasalahan yang rutin. Siswa sudah tahu harus pakai apa. Kecakapan yang justru diuji dengan soal ini 𝜋𝜋 bukan 22 bukan kecakapan memecahkan masalah lagi, tetapi justru bergeser ke kecakapan berhitung yang tepat. 7 pendekatan. Padahal kalau pakai pendekatan nilai 𝜋𝜋 ≈ 3,14 jawabnya jadi tidak ada di pilihan tersebut. Perlu dicatat pula soal di atas tidak sahih secara matematika, karena nilai itu hanya Dapat dilihat juga bahwa masalah seperti ini sudah diajarkan gurunya di kelas. Akibatnya, kecakapan siswa menghadapi masalah baru menjadi tidak diukur. Siswa hanya menuliskan kembali metode yang diajarkan gurunya. Ini gagal menguji kemampuan siswa untuk mengkstrapolasi (melanjutkan dan memperluas) pengetahuan/kecakapan yang diajarkan guru di kelas. Ini sangat beda dengan jenis soal-soal di literasi matematika di PISA dan asesmen matematika di negara- negara lain. Misalnya, berikut diberikan ilustrasi soal di PISA, dikutip dari dokumen Contoh Soal-soal PISA, Puspendik, Balitbang, Kemendikbud, 2011, hal. 8-9. 5
  • 7. Iwan Pranoto Dapat diamati walaupun kedua soal di atas sama-sama pemecahan masalah, tetapi betapa berbedanya kecakapan pemecahan permasalahan yang diujikan tersebut. Dua kecakapan yang sangat berbeda pula yang akan dikejar oleh para pelajar. Yang pertama, rumit dalam perhitungan, tetapi jelas menggunakan metode apa, sedang masalah di PISA itu lebih pada menghadapi masalah yang tak rutin dan bukan permasalahan kecakapan ingatan atau ketepatan berhitung lagi. M2. Proses Matematisasi Utuh Metode matematika dalam upaya memecahkan permasalahan nyata dapat digambarkan dalam Gambar 2. Siklus metode matematika merupakan siklus yang utuh tersebut. Pertama, dari masalah nyata dilakukan tahap 1, yakni menata permasalahan nyata menurut konsep matematika. Di sini, siswa perlu mengenali konsep matematika yang relevan. Kemudian, dalam tahap 2, siswa memangkas hal-hal yang tidak perlu serta menyederhanakan dengan membuat asumsi-asumsi yang pantas. Kemudian, dalam tahap 3, dibuatlah dalam bentuk model matematika, seperti persamaan, fungsi, dsb. Pada tahap ini, permasalahan nyata itu telah diterjemahkan menjadi sebuah model matematika yang formal, yang memungkinkan dicari solusi matematikanya. Kadangkala pola dimanfaatkan di sini untuk merumuskan model matematika itu. Pada tahap 4, model matematika itu dikenakan berbagai teknik dalam matematika guna menemukan solusi matematikanya. Ini solusi formal matematika. Pengetahuan, ketrampilan berhitung, dan pemahaman gagasan matematika perlu digunakan untuk menemukan solusi matematika ini. Kemudian, pada tahap 5, solusi matematika yang formal tersebut perlu diterjemahkan ke konteks yang sesuai dengan masalah nyata semula. Solusi matematika tersebut ditafsirkan menjadi solusi untuk 6
  • 8. Iwan Pranoto permasalahan nyata semula. Dan, kemudian solusi tersebut diperiksa apakah dapat masuk akal untuk permasalahan nyata semula. Juga tidak lupa pada tahap 5 ini dilakukan pemeriksaan apakah solusinya telah lengkap. Secara umum, dalam seluruh lima tahap itu dibutuhkan kecakapan bernalar, ketrampilan manipulasi simbolik, kemampuan berkomunikasi, dan kecakapan memecahkan masalah. Asesmen PISA ditujukan untuk mengukur kemampuan siswa dalam lima tahap di atas tersebut secara utuh. Lalu bagaimana dengan soal-soal di Ujian Nasional Matematika? Pada umumnya, soal-soal matematika di pembelajaran matematika serta Ujian Nasional Matematika menguji tahap 4 semata, yakni mencari solusi soal-soal yang sudah berbentuk persamaan matematika. Kebanyakan persamaan sudah diberikan. Artinya, siswa tidak dituntut untuk merumuskan persamaan atau model matematika lainnya. Salah satu bentuk yang masih sering ditanyakan di Ujian Nasional Matematika adalah bentuk soal cerita. Namun, ini pun biasanya sudah langsung tahap 3. Juga, perlu dicatat di sini, siswa Indonesia banyak yang menghadapi kesulitan di dalam bentuk soal cerita yang menuntut siswa untuk memahami masalah dalam bentuk paragraf tulisan kata-kata. Sebagai ilustrasi soal-soal yang sudah diberikan rumusan fungsi atau persamaan seperti berikut ini sangat banyak di Ujian Nasional Matematika. Ini dikutip dari Ujian Nasional Matematika SMP 2011, No. 16. Suatu fungsi didefinisikan dengan rumus 𝑓𝑓(𝑥𝑥) = 3 − 5𝑥𝑥. Nilai 𝑓𝑓(−4) adalah... Dapat dibandingkan perbedaannya dengan kecakapan mematematikakan situasi yang justru diujikan di jenis soal-soal seperti di bawah ini. Gambar 4 Soal MCAS Kelas 8, 2008, No. 26 M3. Kecakapan Bernalar Jenjang Tinggi Pada masa sekarang, informasi dan teknologi sangat tersedia dan sangat murah. Akibatnya, bagaimana hidup di masa sekarang sangat berbeda dibanding waktu 25 tahun lalu, misalnya. Kognitif rutin seperti menghafal dan berhitung prosedural semakin tak dibutuhkan lagi. Pada grafik di Gambar 1, misalnya dapat dilihat bahwa kecakapan jenis kognitif rutin cenderung semakin tidak dibutuhkan lagi di dunia 7
  • 9. Iwan Pranoto kerja. Walaupun tidak dapat disangkal bahwa jenjang bernalar tingkat rendah, yakni menghafal, merangkum, dan menerapkan (sederhana) masih dibutuhkan, namun jenjang tinggi semakin relevan dengan kehidupan modern. Kecakapan bernalar tingkat rendah dan kecakapan bernalar tingkat tinggi harus dilihat sebagai kecakapan yang saling menguatkan, bukan dibuat dikotomi lagi. Pendidikan Asia tradisional yang cenderung diasosiasikan dengan kecakapan rutin dan teknis, saat sekarang telah ditransformasikan menjadi pendidikan yang dilengkapi dengan kecakapan bernalar tingkat tinggi serta bernalar kreatif. Sebaliknya pendidikan di Barat, terutama di AS, yang cenderung diasosiasikan dengan pendidikan yang mendewakan jenjang bernalar tinggi, saat sekarang justru memposisikan kembali pentingnya jenjang bernalar tingkat rendah untuk mendukung jenjang bernalar tingkat tinggi, serta kecakapan pemecahan masalah. Secara ringkas, masa kini pendidikan matematika di dunia cenderung konvergen menuju penyatuan tiga kecakapan yang saling menguatkan, yakni ketrampilan teknis berhitung, pemahaman konsep, dan pemecahan masalah tak rutin. Ketiga hal itu saat sekarang sudah dipandang sebagai suatu kecakapan yang tidak perlu dipertentangkan kembali. Hampir semua negara di dunia cenderung melihat tiga-tiganya menyatu saat sekarang serta saling mendukung satu terhadap lainnya. Dalam konteks Indonesia saat ini, pendidikan matematika nasional kita cenderung fokus pada kecakapan teknis berhitung serta penghafalan rumus, yang dikategorikan sebagai jenjang bernalar rendah. Ujian Nasional Matematika juga sangat condong pada jenjang bernalar rendah tersebut. Misalnya amati soal di Gambar 5 berikut, yang menunjukkan bahwa siswa mutlak harus hafal rumusnya untuk mengerjakan. Memang dapat diturunkan rumusnya dari rumus luas cakram serta pemahaman sifat geometri kerucut, namun itu membutuhkan waktu yang lebih dari 2 menit, yang jelas tak mungkin dalam UNAS Matematika. Gambar 5 Soal UNAS SMP 2011, No. 37 Ini sama sekali tidak mengatakan bahwa tingkat kesulitan soal-soal di Indonesia lebih rendah dibanding negara lain. Tidak sama sekali, justru soal-soal di UN Matematika sangat rumit perhitungannya. Jauh lebih rumit dibanding asesmen internasional. Namun, tuntutan bernalar di UN Matematika cenderung rendah, sedang di asesmen internasional justru tinggi. Perbandingan ini dapat digambarkan pada Gambar 6. Di dunia saat sekarang cenderung pembelajaran matematika serta evaluasinya pada bagian kiri-bawah dan kiri-atas. Sedangkan dalam praktik pendidikan matematika nasional serta Ujian Nasional Matematika yang ada sekarang, justru dipenuhi dengan jenis masalah yang ada di kanan-bawah. Ini jenis- jenis masalah yang sangat mudah disiasati dengan rumus-rumus “cepat” yang diajarkan di berbagai bimbingan tes komersial. 8
  • 10. Iwan Pranoto Bernalar Bernalar Canggih – Canggih – Perhitungan Perhitungan Sederhana Ruwet Bernalar Bernalar Rendah – Rendah – Perhitungan Perhitungan Sederhana Ruwet Gambar 6 Empat kuadran tipe masalah matematika Ini sekali lagi menekankan bahwa tingkat kesulitan Ujian Nasional Matematika tidak lebih rendah, juga tidak lebih tinggi, daripada asesmen pembanding di negara lain. Ujian Nasional Matematika serta praktik pendidikan matematika nasional di RI ini berbeda dengan negara lain. Orientasi pendidikan matematika di RI saat sekarang melenceng dibanding di negara-negara lain. Siswa-siswi di Republik akibatnya tidak mempelajari kecakapan bernalar tingkat tinggi yang dipelajari seperti teman-temannya di negara lain. Ilustrasi berikut menunjukkan bahwa tuntutan penghafalan rumus yang semakin menurun serta sebaliknya peningkatan tuntutan kecakapan bernalar tingkat tinggi (jenjang menganalisis). Soal ini dari Massachusetts Comprehensive Assessment System (MCAS) untuk kelas 8, atau SMP kelas 2, tahun 2008. 9
  • 11. Iwan Pranoto Gambar 7 Soal MCAS Kelas 8, 2008 Jadi, sangat wajarlah bahwa hasil siswa-siswi RI dalam PISA atau TIMSS menjadi rendah. Menjadi lebih aneh lagi jika tingkat kesulitan soal-soal Ujian Nasional matematika akan lebih dipersulit dalam artian kompleksitas/keruwetan perhitungan. Ini akan membuat siswa-siswi kita semakin melenceng dari arah kecakapan dunia modern. Keadaan pendidikan matematika di Republik ini saat sekarang dapat dikatakan sudah berada pada jalur yang berbeda dengan negara-negara lain, bukan lebih rendah. Kesimpulan 1. Karena Ujian Nasional Matematika fokus pada pengujian kecakapan bernalar tingkat rendah serta kecakapan yang sudah kedaluarsa, akibatnya – mau tak mau – para pemuda/i Indonesia dalam proses pembelajaran matematikanya kehilangan kesempatan belajar bernalar jenjang tinggi serta mempelajari kecakapan masa modern ini. Sebenarnya, kuat dugaan hal yang sama terjadi pada bidang studi lainnya, seperti bahasa, misalnya. 2. Keberadaan sistem Ujian Nasional Matematika seperti sekarang yang menempatkan fungsinya sebagai sebuah exit exam (ujian kelulusan) atau ditambah wacana UN sebagai ujian saringan 10 
  • 12. Iwan Pranoto masuk perguruan tinggi dan ditambah kualitas soal yang buruk – seperti diulas di atas – sangat menyulitkan perbaikan mutu pendidikan matematika nasional. … education becomes the key to Secara langsung dan tak langsung artinya Negara economic survival in the 21st menyokong pengabaian pengembangan kecakapan century. modern yang dibutuhkan di Abad 21 bagi putra-putri bangsanya. Trilling dan Fadel (2009 ,hal. 6) 3. Jika keadaan seperti sekarang ini – yakni sistem Ujian Nasional Matematika serta jenis soalnya yang kurang memperhatikan kecakapan modern seperti sekarang – diteruskan, maka bukan sesuatu yang berlebihan jika dikatakan bahwa program pendidikan matematika nasional di Republik ini menyiapkan pemuda-pemudinya untuk menjadi kuli kasar di masa depan. Akan sangat sulit bagi para pemuda pemudi Indonesia di masa depan dalam berfungsi secara efektif di percaturan dunia global. Dampak selanjutnya adalah perekonomian Republik Indonesia yang rapuh dan tak akan mampu bertahan di percaturan dunia masa depan. Sebaliknya, dengan membenahi pendidikan, matematika khususnya, akan berdampak sangat signifikan terhadap perekonomian Bangsa ini di masa sekarang dan masa depan. Daftar Pustaka Massachusetts DOE (2011). Massachusetts Comprehensive Assessment System, Math Test, Grade 8, http://www.doe.mass.edu/mcas/testitems.html?yr=08 OECD (2007). PISA 2006: Science Competencies for Tomorrow’s World, Executive Summary. Puspendik (2011). Contoh Soal-Soal PISA, Balitbang, Kemendikbud. Trilling, B. dan Fadel, C. (2009). 21st Century Skills: Learning for Life in Our Times, John-Wiley & Sons, San Francisco. 11 