3. Tingkat kesadaran peternak terhadap IB masih
rendah
◦ Kurang pengetahuan mengenai IB
◦ Kurangnya akses terhadap informasi mengenai manfaat
yang terkait dengan IB.
◦ Keterbatasan infrastruktur dapat menghambat peternak untuk
memperoleh informasi. Sebagai hasilnya, peternak di daerah
pedesaan cenderung memiliki tingkat kesadaran yang rendah
terhadap teknologi IB.
Meningkatkan aksesibilitas terhadap informasi melalui pendekatan
berbasis teknologi yang lebih tradisional. Salah satu solusi adalah
melalui program penyuluhan langsung oleh para ahli peternakan
atau perwakilan pemerintah di daerah tersebut.
4. Kondisi Fisiologis ternak
◦ Kondisi tubuh ternak yang kurus atau gemuk menyebabkan
adanya hambatan siklus estrus sehingga menyebabkan
terjadinya penurunan fertilitas
◦ Ransum pakan yang nutrisinya tidak mencukupi
Sesuaikan ransum pakan dengan kebutuhan nutrisi spesifik
ternak, terutama saat periode reproduksi. Pastikan bahwa pakan
tersebut memenuhi kebutuhan energi dan protein yang diperlukan
untuk mendukung reproduksi yang baik.
5. Keterampilan inseminator rendah
◦ Kurang pengalaman
◦ Kurang lama bekerja
◦ Belum memiliki kesempatan untuk melakukan cukup banyak
praktik
◦ Tidak semua inseminator memiliki akses ke pekerjaan yang
memungkinkan mereka untuk terlibat dalam praktik
inseminasi buatan secara konsisten. Sebagai hasilnya,
petugas IB cenderung memiliki keterampilan yang rendah.
Pelatihan tambahan dalam bidang inseminasi buatan dan
mendapatkan sertifikasi yang diakui secara luas. Ini dapat
meningkatkan kredibilitas mereka dan membuka pintu untuk
kesempatan kerja yang lebih luas di tempat-tempat di mana IB
lebih umum.
6. Kebersihan peralatan IB KIT
◦ Kondisi sanitasi yang buruk dapat menyebabkan kontaminasi
bakteri atau kuman pada peralatan IB KIT
◦ Bakteri atau kuman yang masuk ke dalam sistem reproduksi
ternak dapat menyebabkan infeksi atau reaksi inflamasi, yang
pada gilirannya dapat mengganggu proses fertilisasi dan
mengurangi tingkat keberhasilan inseminasi buatan.
Pastikan semua peralatan yang digunakan untuk IB dibersihkan
dan disterilkan dengan baik sebelum digunakan.. Gunakan
metode sanitasi yang tepat, seperti pencucian dengan deterjen
dan desinfektan yang sesuai, untuk menghilangkan kontaminasi
mikroorganisme dari peralatan.
7. Suhu yang tidak tepat
◦ Suhu yang tidak stabil merusak membran sel dan struktur inti
sperma, mengurangi viabilitas dan kemampuan sperma untuk
membuahi telur saat digunakan dalam proses IB.
Penggunaan wadah dilengkapi dengan isolasi termal yang baik
untuk menjaga suhu tetap stabil dalam jangka waktu yang lama.
Selain itu, pemantau suhu digital dapat dipasang untuk
memastikan bahwa suhu tetap dalam kisaran yang diinginkan dan
untuk mendeteksi fluktuasi suhu yang tidak diinginkan dengan
cepat.
8. Kurangnya dukungan kebijakan yang
memadai untuk pengembangan dan penyebarluasan
teknologi IB
◦ Kurangnya anggaran atau alokasi dana untuk program
pelatihan atau subsidi yang berkaitan dengan IB.
◦ Prioritas anggaran yang mungkin dialihkan ke sektor-sektor
lain yang dianggap lebih mendesak
Kampanye penyuluhan dan advokasi yang efektif tentang manfaat
IB serta dampak positifnya terhadap perekonomian dan ketahanan
pangan dapat membantu meningkatkan prioritas anggaran untuk
program-program yang berkaitan dengan IB.
9. Lingkungan lembaga kelompok ternak tidak
optimal dan tidak rukun
◦ Tidak adanya kerjasama antar anggota kelompok ternak
◦ Kurang informasi antar sesame anggota kelompok ternak
mengenai informasi IB
Memfasilitasi pertukaran pengalaman antara kelompok ternak
yang telah berhasil menerapkan IB dengan yang belum dapat
menjadi cara yang efektif untuk memperkenalkan teknologi
tersebut. Dengan melihat contoh keberhasilan dari kelompok
ternak lain, ketua kelompok ternak mungkin lebih termotivasi untuk
mempelajari dan mengadopsi IB dalam usaha peternakan mereka.