Pemetaan Geologi Daerah Pangkalan dan Sekitarnya.ppt
1. GEOLOGI DAERAH PANGKALAN DAN SEKITARNYA,
KECAMATAN PANGKALAN, KABUPATEN KARAWANG,
PROVINSI JAWA BARAT
JURUSAN TEKNIK GEOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PADJADJARAN
JATINANGOR
2003
DISUSUN OLEH :
MUDJI PRASETIYO
DIH 98 027
2. LOKASI DAERAH PENELITIAN
• Daerah pemetaan secara
administratif termasuk Kecamatan
Pangkalan, Kabupaten Karawang,
Provinsi Jawa Barat
• Termasuk dalam lembar Peta
Rupabumi BAKOSURTANAL
Lembar No. 1209-512 dan 1209-
234 (Lembar Pangkalan dan
Cariu), skala 1 : 25.000.
• Posisi daerah terletak pada
koordinat garis bujur antara 107°
10' 00" BT - 107° 15' 00" BT dan
garis lintang antara 06° 27' 00" LS
- 06° 32’ 30“ LS.
• Luas daerah kurang lebih 100
km².
5. GEOMORFOLOGI
POLA PENGALIRAN :
• A = Pola Sub-Paralel (50 %)
• B = Pola Radial (15 %)
• C = Pola Sub-Dendritik (10 %)
• D = Pola Anastomotik (25 %)
6. SATUAN GEOMORFOLOGI
Satuan
Geomorfologi
Morfografi Morfogenetik Morfometri
Litologi
Struktur
Geologi
Luas
(%)
Pola
Pengaliran
Proses Yang
Bekerja
Kemiringan
Lereng Ketinggian
(M)
Kerapatan
Kontur
(%) ( o)
Pedataran
Anastomotik
dan Sub-
Paralel
Sedimentasi 0-2 0-2 20-50 Renggang
Aluvium,
Batupasir dan
Batulempung
- 50
Perbukitan
Sedimen Agak
Landai
Sub-Paralel Sedimentasi 2-7 3-7 50-100 Renggang
Batulempung
dan Batupasir
Sesar
Mendatar
20
Perbukitan
Sedimen
Landai
Anastomotik
dan Sub-
Dendritik
Sedimentasi 7-15 8-13 50-100 Renggang
Batulempung
Karbonatan
Sesar
Mendatar
8
Perbukitan
Volkanik Agak
Curam
Radial Magmatisme 15-30 14-16 100-300 Rapat
Batuan Beku
Andesit
- 7
Perbukitan
Volkanik
Curam
Radial Magmatisme 30-70 17-55 300-600 Rapat
Batuan Beku
Andesit
- 15
7. STRATIGRAFI DAERAH PENELITIAN
UMUR
MUDJI PRASETIYO (2003)
ACHDAN &
SUDANA (1992)
LITOLOGI KETEBALAN PEMERIAN
HOLOSEN
Aluvium, terdiri atas material berukuran butir lempung, pasir, kerikil
dan kerakal serta bongkah-bongkah batuan beku.
Batupasir terdiri atas batupasir halus sampai sangat halus,
bewarna lapuk coklat abu-abu, warna segar coklat kekuningan.
Kurang padu dan gembur. Terdapat struktur sedimen
Loadcast.Batulempung sebagai sisipan bewarna lapuk abu-abu
kecoklatan, warna segar coklat kehitaman, lunak sampai agak
keras.
Batulempung bewarna lapuk abu-abu kehitaman, warna segar
abu-abu kecoklatan, emperlihatkan bentuk menyerpih. Kekerasan
lunak sampai agak keras.
Andesit, batuan segar bewarna abu-abu, dalam keadaan lapuk
bewarna coklat sampai coklat kehitaman, padu dan sangat keras,
masiv, tekstur porfiritik, massa dasar bewarna abu-abu.
Batugamping warna lapuk abu-abu kehitaman, warna segar putih
kecoklatan, keras sampai sangat keras, berbutir halus hingga kasar.
Tidak terdapat perlapisan dan mengandung fosil foraminifera
bentonik besar. Porositas buruk, sedangkan permeabilitasnya baik.
Batulempung Karbonatan bewarna lapuk abu-abu tua, warna
segar abu-abu kehitaman, lunak sampai agak keras, bersifat
karbonatan, setempat meyerpih. Batupasir yang merupakan sisipan
berwarna lapuk coklat terang, warna segar coklat kekuningan,
karbonatan, permeabilitas sedang, berbutir halus sampai dengan
kasar, bentuk butir membundar tanggung sampai menyudut
tanggung, pemilahan sedang, lunak sampai agak keras,
ketebalannya berkisar antara 20 cm sampai 30 cm.
Endapan Sungai
Muda
Formasi Subang
Formasi Parigi
Formasi Jatiluhur
AKHIR
AWAL
PLIOSEN
AKHIR
TENGAH
AWAL
PLISTOSEN
MIOSEN
+ +
+ + +
+ + + +
+ + + +
+ + + +
+ + + +
+ + + +
+ + + +
+ + + +
± 1,5 km
± 3, 25 km
± 75 m
± 12,5 m
8. SATUAN BATULEMPUNG KARBONATAN
• DESKRIPSI
MEGASKOPIS : Batulempung sebagai penyusun utama satuan ini bewarna lapuk abu-abu tua, warna segar abu-
abu kehitaman, lunak sampai agak keras, bersifat karbonatan, setempat meyerpih.
Batupasir yang merupakan sisipan berwarna lapuk coklat terang, warna segar coklat kekuningan, karbonatan,
permeabilitas sedang, berbutir halus sampai dengan kasar, bentuk butir membundar tanggung sampai menyudut
tanggung, pemilahan sedang, lunak sampai agak keras.
MIKROSKOPIS : Sayatan Batulempung berwarna abu-abu kecoklatan, berbutir halus-sedang, orientasi butiran,
terpilah buruk, kemas terbuka, terdiri dari felspar, mineral bijih, fragmen batuan sedimen, fosil, karbonat dan
mineral lempung.
Sayatan Batupasir tidak berwarna sampai abu-abu kecoklatan, berbutir halus-sedang, terpilah buruk, kemas
terbuka, terdiri dari kuarsa, felspar, fragmen fosil foraminifera, fragmen batuan, dalam matriks gelas dan mineral
lempung.
• UMUR
Miosen Tengah (N12)
• HUBUNGAN STRATIGRAFI
Tidak ditemukan kontak dengan batuan yang lebih tua.
• KESEBANDINGAN REGIONAL
Formasi Jatiluhur (Achdan dan Sudana, 1992)
9. SATUAN BATUGAMPING
• DESKRIPSI
MEGASKOPIS : warna lapuk abu-abu kehitaman, warna segar putih kecoklatan, keras sampai sangat keras dan
idak terdapat perlapisan. Porositas buruk sedangkan permeabilitasnya baik.
MIKROSKOPIS : Sayatan berwarna abu-abu kecoklatan, bioklastik sedang-kasar, terdiri dari cangkang-cangkang
fosil yang tergantikan oleh karbonat (sparit), mineral bijih, dalam matrik lumpur karbonat (mikrit), dan gelas.
• UMUR
Miosen Tengah
• HUBUNGAN STRATIGRAFI
Menjemari dengan Satuan Batulempung Karbonatan.
• KESEBANDINGAN REGIONAL
Formasi Parigi (Achdan dan Sudana, 1992)
10. ANDESIT
• DESKRIPSI
MEGASKOPIS : warna segar abu-abu, warna lapuk coklat sampai coklat kehitaman, sangat keras, masiv, tekstur
porfiritik, massa dasar bewarna abu-abu.
MIKROSKOPIS : sayatan tidak berwarna, porfiritik, masadasar afanitik, hypidiomorf, hipokristalin.
• UMUR
Pliosen.
• HUBUNGAN STRATIGRAFI
Menerobos Satuan Batulempung Karbonatan yang lebih tua (Tidak selaras).
• KESEBANDINGAN REGIONAL
Batuan Terobosan Andesit (Sudjatmiko, 1972).
11. SATUAN BATULEMPUNG
• DESKRIPSI
MEGASKOPIS : bewarna lapuk abu-abu kehitaman, warna segar abu-abu kecoklatan. Memperlihatkan bentuk
menyerpih. Kekerasan lunak sampai agak keras dan sebagian getas.
MIKROSKOPIS : Sayatan berwarna abu-abu kecoklatan sampai kehijauan, berbutir sedang-halus, terpilah buruk,
kemas terbuka, terdiri dari felspar, mineral bijih, fosil, matrik gelas, karbonat dan mineral lempung.
• UMUR
Miosen Atas (N18).
• HUBUNGAN STRATIGRAFI
Terdapat ketidakselarasan dengan Satuan Batulempung Karbonatan karena adanya selang waktu.
• KESEBANDINGAN REGIONAL
Formasi Subang (Achdan dan Sudana, 1992)
12. SATUAN BATUPASIR
• DESKRIPSI
MEGASKOPIS : batupasir halus sampai sangat halus, bewarna lapuk coklat abu-abu, warna segar coklat
kekuningan. Kurang padu dan gembur.
Batulempung sebagai sisipan bewarna lapuk abu-abu kehitaman warna segar abu-abu kecoklatan, kekerasan
lunak.
• UMUR
Plistosen.
• HUBUNGAN STRATIGRAFI
Adanya hubungan ketidakselarasan antara satuan batupasir dengan satuan batulempung..
• KESEBANDINGAN REGIONAL
Satuan batupasir dan batulanau (Achdan dan Sudana, 1992)
13. ALUVIUM
• DESKRIPSI
MEGASKOPIS : terdiri atas material berukuran butir lempung, pasir, kerikil dan kerakal serta bongkah-bongkah
batuan beku.
• UMUR
Holosen.
• HUBUNGAN STRATIGRAFI
Diendapkan secara tidak selaras diatas satuan-satuan lain yang lebih tua.
• KESEBANDINGAN REGIONAL
Endapan Sungai Muda (Achdan dan Sudana, 1992)
14. STRUKTUR GEOLOGI
• LIPATAN CIPURWASARI
Lipatan Cipurwasari merupakan antiklin yang sumbu berarah relatif barat-timu dengan kemiringan sayap ke
arah utara ± 48° sedangkan sayap ke arah selatan kemiringan ± 50°.
• SESAR CIKATULAMPA
Penarikan sesar mendatar Cikatulampa didasarkan pada beberapa indikasi, yaitu :
1. Liniamen sungai dan punggungan dari hasil analisis foto udara skala 1 : 100.000
2. Slickenside (cermin sesar) N 145º E / 55º dengan sudut pitch 40º arah baratlaut-tenggara, pergerakan
dekstral-normal.
3. Adanya intrusi sebagai indikasi zona lemah atau zona hancuran.
• SESAR CIPALASARI
Penarikan sesar mendatar Cikatulampa didasarkan pada beberapa indikasi, yaitu :
1. Liniamen sungai dan punggungan dari hasil analisis foto udara skala 1 : 100.000).
2. Slickenside (cermin sesar) N 325 E/ 17 dengan sudut pitch 85º arah baratlaut-tenggara, pergerakan
dekstral-normal.
3. Adanya intrusi sebagai indikasi zona lemah atau zona hancuran.
15. LINIAMEN PADA FOTO UDARA DAERAH PENELITIAN
U
SKALA
1 : 100.000
Daerah
Penelitian
Kelurusan
16. SEJARAH GEOLOGI
Pada Miosen Tengah daerah Pangkalan dan sekitarnya merupakan daerah
genang laut dengan kedalaman neritik sampai batial. Pada saat itu terbentuk endapan
material lempung dengan sisipan material pasir yang merupakan penyusun satuan
batulempung karbonatan (N12). Masih pada waktu yang sama diendapkan pula
material-material batugamping terumbu pada kedalaman neritik tepi. Hal ini ditandai
dengan ditemukannya fosil koral dan algae. Satuan ini mempunyai hubungan
menjemari dengan satuan batulempung karbonatan, karena diendapkan pada waktu
yang hampir sama.
Kemudian pada Periode Tektonik Miosen-Pliosen terbentuk sesar mendatar
pada satuan batulempung karbonatan, hal itu menyebabkan adanya zona lemah
sehingga muncul batuan terobosan andesit yang menerobos batu lempung
karbonatan. Aktivitas pengendapan terus berlangsung hingga Miosen Akhir sampai
awal Pliosen diendapkan material-material batulempung pada lingkungan Neritik Luar
sampai Batial Atas (N 18). Dari Pliosen Awal sampai Plistosen Awal terjadi Hiatus yang
tidak terdapat catatan sejarahnya. Sampai pada N 22 diendapkan lagi material-material
penyusun batupasir yang di endapkan pada lingkungan darat.
Proses-proses geologi masih terus berlangsung di daerah penelitian berupa
proses pelapukan dan erosi yang membentuk bentang alam dan diendapkannya
endapan muda berupa aluvium seperti sekarang.
17. BAHAN GALIAN EKONOMIS
Bahan galian yang terdapat di daerah penelitian adalah berupa Bahan Galian
C yang terdiri dari pasir yang diambil dari sekitar Sungai Cibeet. Pasir di gunakan oleh
masyarakat setempat sebagai campuran semen sebagai bahan pencampur untuk
material bahan bangunan.
18. KESIMPULAN
1. Geomorfologi
Pola pengaliran pada daerah penelitian adalah pola pengaliran sub-paralel, radial, sub-dendritik dan anastomotik.
Daerah penelitian dapat di bagi atas lima satuan geomorfologi, yaitu satuan geomorfologi pedataran , perbukitan-
sedimen agak landai, perbukitan-sedimen landai, perbukitan-volkanik agak curam dan satuan geomorfologi
perbukitan-volkanik curam.
2. Stratigrafi
Stratigrafi daerah penelitian disusun atas enam satuan batuan, yaitu satuan batulempung karbonatan (Miosen
Tengah) dengan lingkungan pengendapan laut dangkal, satuan batugamping (Miosen Tengah-Akhir) dengan
lingkungan pengendapan laut dangkal, satuan batulempung karbonatan mempunyai hubungan menjemari dengan
satuan batugamping dan diterobos oleh andesit. Satuan batulempung (Miosen Akhir) dengan lingkungan
pengendapan laut dalam. Satuan batupasir dan aluvium yang berumur paling muda(Plistosen Akhir-Holosen).
3. Struktur Geologi
Struktur geologi pada daerah penelitian adalah lipatan dan sesar. Struktur lipatan pada satuan
batulempungmerupakan lipatan antiklin yang sumbunya berarah relatif barat-timur. Struktur sesar terdiri atas sesar
mendatar Cikatulampa dan sesar naik Cipalasari. Sesar Cikatulampa dan sesar Cipalasari diperkirakan terbentuk
pada fase tektonik Miosen-Plio.
4. Sejarah Geologi
Pada Miosen Tengah diendapkan satuan batulempung karbonatan dan batugamping pada lingkungan laut
dangkal. Kemudian pada periode tektonik Mio-Plio satuan batuan tersebut diterobos oleh batuan terobosan
andesit sehingga menyebabkan adanya zona lemah yang membentuk sesar mendatar. Pada Miosen Atas
kemudian diendapkan material satuan batulempung yang diatasnya ditindih secara tidak selaras satuan batupasir
dan aluvium yang berumur paling muda.
5. Bahan Galian
Bahan galian yang terdapat di daerah penelitian adalah berupa Bahan Galian C yang terdiri dari pasir di ambil dari
sekitar Sungai Cibeet. Pasir di gunakan oleh masyarakat setempat sebagai campuran semen sebagai bahan
pencampur untuk material bahan bangunan.
19. TABEL ANALISIS UMUR FOSIL FORAMINIFERA PLANKTONIK PADA
SATUAN BATULEMPUNG KARBONATAN BERDASARKAN ZONASI BLOW
(1969) DALAM POSTUMA (1971)
BAGIAN ATAS
BAGIAN BAWAH
BAGIAN TENGAH
20. TABEL ANALISIS ZONA BATIMETRI FOSIL BENTONIK PADA SATUAN
BATULEMPUNG KARBONATAN BERDASARKAN KLASIFIKASI PHLEGER
DALAM GORSEL (1988)
BAGIAN ATAS
BAGIAN BAWAH
BAGIAN TENGAH
21. TABEL ANALISIS UMUR FOSIL FORAMINIFERA PLANKTONIK PADA
SATUAN BATULEMPUNG BERDASARKAN ZONASI BLOW (1969) DALAM
POSTUMA (1971)
TABEL ANALISIS ZONA BATIMETRI FOSIL BENTONIK PADA SATUAN
BATULEMPUNG KARBONATAN BERDASARKAN KLASIFIKASI PHLEGER
DALAM GORSEL (1988)