sosialisasi PMK 2 2023. Tulisan ini membahas dampak sampah rumah tangga terhadap kesehatan lingkungan, khususnya pencemaran air. Laporan ini menyoroti perbedaan dampak sampah organik dan anorganik terhadap lingkungan dan menekankan perlunya perbaikan pengelolaan sampah rumah tangga untuk mencegah pencemaran lingkungan. Tulisan tersebut juga menyebutkan berbagai dampak aktivitas rumah tangga, seperti bau tidak sedap, penularan penyakit, eutrofikasi laut, peningkatan emisi CO2, dan polusi plastik. Hal ini menekankan pentingnya pengelolaan sampah rumah tangga melalui seleksi, pengumpulan, pengolahan, dan pembuangan akhir. Pemerintah telah mengeluarkan peraturan tentang Pengelolaan Sampah Rumah Tangga di Indonesia, yang mencakup pedoman pemilihan, pengumpulan, pengangkutan, pengolahan, dan pembuangan akhir sampah. Tulisan ini membahas dampak sampah rumah tangga terhadap kesehatan lingkungan, khususnya pencemaran air. Laporan ini menyoroti perbedaan dampak sampah organik dan anorganik terhadap lingkungan dan menekankan perlunya perbaikan pengelolaan sampah rumah tangga untuk mencegah pencemaran lingkungan. Tulisan tersebut juga menyebutkan berbagai dampak aktivitas rumah tangga, seperti bau tidak sedap, penularan penyakit, eutrofikasi laut, peningkatan emisi CO2, dan polusi plastik. Hal ini menekankan pentingnya pengelolaan sampah rumah tangga melalui seleksi, pengumpulan, pengolahan, dan pembuangan akhir. Pemerintah telah mengeluarkan peraturan tentang Pengelolaan Sampah Rumah Tangga di Indonesia, yang mencakup pedoman pemilihan, pengumpulan, pengangkutan, pengolahan, dan pembuangan akhir sampah.Tulisan ini membahas dampak sampah rumah tangga terhadap kesehatan lingkungan, khususnya pencemaran air. Laporan ini menyoroti perbedaan dampak sampah organik dan anorganik terhadap lingkungan dan menekankan perlunya perbaikan pengelolaan sampah rumah tangga untuk mencegah pencemaran lingkungan. Tulisan tersebut juga menyebutkan berbagai dampak aktivitas rumah tangga, seperti bau tidak sedap, penularan penyakit, eutrofikasi laut, peningkatan emisi CO2, dan polusi plastik. Hal ini menekankan pentingnya pengelolaan sampah rumah tangga melalui seleksi, pengumpulan, pengolahan, dan pembuangan akhir. Pemerintah telah mengeluarkan peraturan tentang Pengelolaan Sampah Rumah Tangga di Indonesia, yang mencakup pedoman pemilihan, pengumpulan, pengangkutan, pengolahan, dan pembuangan akhir sampah.Tulisan ini membahas dampak sampah rumah tangga terhadap kesehatan lingkungan, khususnya pencemaran air. Laporan ini menyoroti perbedaan dampak sampah organik dan anorganik terhadap lingkungan dan menekankan perlunya perbaikan pengelolaan sampah rumah tangga untuk mencegah pencemaran lingkungan. Tulisan tersebut juga menyebutkan berbagai dampak aktivitas rumah tangga, seperti bau tidak sedap, penularan penyakit, eutrofikasi laut, peningkatan emisi CO2, dan polusi plastik.
1. KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
Oleh:
KETUA TIM KERJA PENYEHATAN UDARA TANAH DAN KAWASAN (PUTK)
DIREKTUR PENYEHATAN LINGKUNGAN
DITJEN PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT
SOSIALISASI
PERMENKES NOMOR 2 TAHUN 2023 PELAKSANAAN PP 66/2014
TENTANG KESEHATAN LINGKUNGAN
SBMKL DAN PERSYARATA KESEHATAN PADA
MEDIA UDARA DAN MEDIA TANAH
2. Menjadi
Permenkes 2 Tahun 2023
2
- Parameter Kimia wajib 3 (Tiga) Parameter : SO2, NO2, O3
- Parameter Kimia tambahan sebanyak 9 (Sembilan)
Parameter Kimia : 9 Parameter
Semula
Permenkes 1077 Tahun 2011
Parameter Biologi :
Jamur, Bakteri Patogen, Angka Kuman
Parameter Biologi :
Angka Kuman
Parameter Fisika :
PM 2,5 : 35 μg/m3 Durasi 24 jam (batas tertinggi)
Tidak mengatur Kebisingan
Parameter Fisika :
PM 2,5 : 25 μg/m3 Durasi 24 jam (batas tertinggi)
Mengatur Kebisingan
Belum ada Pengaturan untuk Udara Ambien Sudah ada Pengaturan untuk Udara Ambien
yang memajan langsung manusia
Tentang Kualitas Udara Indoor Tentang Kualitas Udara Indoor
3. 3
No Parameter SBMKL Unit
Metode
Pengukuran
Keterangan
A Parameter Fisik
1 Suhu 18-30 oC Direct reading,
thermometer.
Tergantung penggunaan ruang
2 Pencahayaan Minimal 60 Lux Direct reading,
Luxmeter
Tergantung penggunaan ruang
3 Kelembapan 40 – 60 % Rh Direct reading,
Hygrometer.
Tergantung penggunaan ruang
4 Laju Ventilasi 0,15 – 0,25 m/detik Direct reading,
Anemometer.
5 PM10 70 μg/m3
Direct reading,
gravimetri, Dust
sampler PM10
Durasi 24 jam (batas tertinggi)
6 PM2,5 25 μg/m3
Direct reading,
gravimetri,
Dust sampler PM2,5
Durasi 24 jam (batas tertinggi)
7. Kebisingan :
Lokus SBMKL Unit Metode Pengukuran Keterangan
7.1 Permukiman 55
dB(A)
Direct reading,
Sound-level meter
7.2 Tempat Rekreasi 70
7.3 Fasilitas Pendidikan 55
7.4 Tempat Ibadah atau sejenisnya 55
7.5 Pasar dan Pusat Perbelanjaan 65
7.6 Pelabuhan Laut 70
7.7 Stasiun Kereta, Terminal, Bandar
Udara
Disesuaikan dengan
ketentuan Menteri
Perhubungan
7.8 Tempat dan Fasilitas Umum (TFU)
lainnya kecuali Fasilitas Pelayanan
Kesehatan
60
Standar Baku Mutu Kesehatan Lingkungan (SBMKL) dan Persyaratan Kesehatan Media Lingkungan
Sesuai PMK 2 Tahun 2023
Media Udara Indoor
Persyaratan Kesehatan Udara dalam Ruang
Persyaratan Kesehatan Udara Dalam Ruang harus memenuhi
Persyaratan Kesehatan agar tidak menimbulkan gangguan
kesehatan dan kenyamanan bagi masyarakat, khususnya orang
yang ada dalam ruangan tersebut.
Persyaratan Kesehatan Udara Dalam Ruang sebagai berikut:
Terdapat sirkulasi dan pertukaran udara
Sistem penghawaan/ventilasi harus menjamin terjadinya
pergantian udara yang baik di dalam ruangan yaitu dengan
sistem ventilasi silang dengan luas ventilasi minimal 10-20%
dari luas lantai atau menggunakan ventilasi buatan.
Terhindar dari paparan asap
Media Udara Dalam Ruang harus terhindar dari paparan asap,
antara lain asap rokok, asap dapur, asap dari sumber bergerak
(contoh asap kendaraan bermotor), dan asap dari sumber
lainnya.
Tidak berbau tidak sedap
Media Udara Dalam Ruang harus terbebas dari bau tidak
sedap, terutama bebas dari H2S dan amoniak.
Terbebas dari debu
Media Udara Dalam Ruang harus tidak terlihat banyak partikel
yang beterbangan.
4. 4
B Parameter Kimia
1 Sulfur dioksida (SO2)
500 μg/m3
Spektrofoto meter
Gas analyzer
rata-rata 10 menit
20
μg/m3 rata-rata 24 jam
2 Nitrogen dioksida (NO2)
200 μg/m3 Spektrofoto
meter
Gas analyzer
1 jam
40 μg/m3 1 tahun
3 Ozon (O3) 100 μg/m3
Spektrofoto
meter
rata-rata 8 jam
C
Parameter Kimia Tambahan
1 Carbon monoksida (CO) 9 ppm
Gas analyzer
8 jam
2 Carbon dioksida (CO2) 1.000 ppm
Gas analyzer
8 jam
3 Timbal (Pb) 1,5 μg/m3
Atomic absorban
Spektrofotometer/AAS,
Inductively Coupled
Plasma (ICP)
24 jam
4 Asbes 5 Serat/ml Mikroskop
5 Radon 100 – 300 Bq/ m3 Radon gas detector
6 Formaldehida (CH2O) 0,1 ppm Gas kromatografi 30 menit
7
Volatile Organic Compound (VOC)
sebagai CH4
3 ppm
Gas kromatografi
Gas detektor
8 jam
8 Environmental Tobacco Smoke (Nikotin) 1 -10 μg/m3 pajanan seumur hidup
9 Merkuri 1 μg/m3
portable mercury
analyzer
10 Parameter kimia lain
D Parameter Biologi
1 Angka kuman 700 CFU/m3
Standar Baku Mutu Kesehatan Lingkungan (SBMKL) dan Persyaratan Kesehatan Media Lingkungan
Sesuai PMK 2 Tahun 2023
Media Udara Indoor
5. Standar Baku Mutu Kesehatan Lingkungan (SBMKL) dan Persyaratan Kesehatan Media Lingkungan
Sesuai PMK 2 Tahun 2023
5
Media Udara Ambien yang Memajan Langsung pada Manusia
No Parameter Waktu Pengukuran Baku Mutu Sistem Pengukuran
A. PARAMETER FISIK
1. Suhu 20 – 30 oC
2. Kelembapan 40 – 70 %
3.a Debu Partikulat (PM10) 24 jam 75 μg/m3 aktif kontinu
aktif manual
Tahunan 40 μg/m3 aktif kontinu
3.b Debu Partikulat (PM2.5) 24 jam 55 μg/m3 aktif kontinu
aktif manual
Tahunan 15 μg/m3 aktif kontinu
4. Kebisingan
Perumahan dan Permukiman 55 dB(A)
Perdagangan dan Jasa 70 dB(A)
Perkantoran 65 dB(A)
Ruang Terbuka Hijau 50 dB(A)
Industri 70 dB(A)
Pemerintahan dan Fasilitas Umum 60 dB(A)
Tempat Rekreasi 70 dB(A)
Stasiun Kereta Api 60 dB(A)
Pelabuhan Laut 70 dB(A)
Rumah Sakit dan sejenisnya 55 dB(A)
Sekolah atau sejenisnya 55 dB(A)
Tempat Ibadah atau sejenisnya 55 dB(A)
B. PARAMETER KIMIA PP 22/2021
1. Karbon Monoksida (CO) 1 jam 10000 μg/m3 aktif kontinu
8 jam 4000 μg/m3 aktif kontinu
2. Ozon (O3) 1 jam 150 μg/m3 aktif kontinu
aktif manual
8 jam 100 μg/m3 aktif kontinu
Tahunan 35 μg/m3 aktif kontinu
3. Nitrogen Dioksida (NO2) 1 jam 200 μg/m3 aktif kontinu
aktif manual
24 jam 65 μg/m3 aktif kontinu
Tahunan 50 μg/m3 aktif kontinu
4. Sulfur Dioksida (SO2) 1 jam 150 μg/m3 aktif kontinu
aktif manual
24 jam 75 μg/m3 aktif kontinu
Tahunan 45 μg/m3 aktif kontinu
5. Partikel Tersuspensi Total (TSP) 24 jam 230 μg/m3 aktif manual
6. Timbal (Pb) 24 jam 2 μg/m3 aktif manual
Persyaratan Kesehatan media Udara Ambien
yang memajan langsung pada manusia adalah:
kualitas Udara Ambien tidak boleh melebihi batas
toleransi tubuh manusia.
Batas toleransi merupakan kemampuan fisik
manusia untuk menyerap zat pencemar pada udara
yang menjadi risiko kesehatan baik berupa fisik,
kimia, dan biologi. Batas toleransi terutama
dipengaruhi oleh durasi keterpajanan, waktu
pajanan aktivitas yang dilakukan, dan dosis
pajanan.
Persyaratan Kesehatan media Udara Ambien
meliputi: tidak terpajan suhu udara yang melebihi
batas toleransi, bebas dari kebauan yang berasal
antara lain dari H2S dan amoniak atau dari
parameter lain yang dihasilkan dari pembusukan
limbah.
Kemudian jika terdapat pajanan asap atau debu,
baik dari sumber bergerak maupun tidak bergerak
maka tidak sampai mengganggu pernafasan,
menyebabkan iritasi mata, dan jarak pandang
normal
6. Standar Baku Mutu Kesehatan Lingkungan (SBMKL) dan Persyaratan Kesehatan Media Lingkungan
Sesuai PMK 2 Tahun 2023
6
MEDIA TANAH (Sebelumnya belum ada Regulasi yang mengatur)
Parameter Satuan Permukiman
ANORGANIK
Aluminium (Al) mg/kg R
Antimoni (Sb) mg/kg ≤3
Arsenik (As) mg/kg ≤20
Barium (Ba) mg/kg ≤160
Berillium (Be) mg/kg ≤1,1
Boron (B) mg/kg ≤36
Kadmium, Cd mg/kg ≤3
Cobalt (Co) mg/kg R
Krom valensi 6(Cr6+) mg/kg ≤1
Tembaga(Cu) mg/kg ≤30
Timbal/Timah Hitam (Pb) mg/kg ≤300
Merkuri (Hg) mg/kg ≤0,3
Molibdenum (Mo) mg/kg ≤40
Nikel (Ni) mg/kg ≤60
Selenium (Se) mg/kg ≤10
Tin (Sn) mg/kg R
Perak (Ag) mg/kg ≤10
Seng (Zn) mg/kg ≤120
ANION
Sianida (Total) (CN) mg/kg ≤50
Fluorida mg/kg ≤450
Persyaratan Kesehatan Media Tanah:
1. Tanah tidak bekas lokasi pertambangan yang tercemar,
2. Tanah tidak bekas tempat pemrosesan akhir sampah,
3. Bersih dari kotoran manusia dan hewan,
4. Bukan terletak pada daerah rawan bencana longsor; dan
5. Aman dari kemungkinan kontaminasi Bahan Berbahaya dan Beracun
(B3), dan Limbah B3
Parameter Satuan Permukiman Keterangan
FISIK TANAHd)
Suhu R Wajib
Kelembaban R Wajib
Porositas R Wajib
Derajat keasaman (pH) R Wajib
R = total konsentrasi kontaminan pada tanah referensi setempat
7. Pengawasan media lingkungan dilakukan berbasis lokus (TFU)
Hasil pelaksanaan IKL dapat dijadikan sebagai sumber data intervensi/ penetapan sasaran bantuan
Selain hasil IKL rutin,
sasaran penerima
bantuan dapat
diperoleh dari hasil
Layanan Kesehatan
Lingkungan pada
pasien di Puskesmas
Eksternal
Internal
TFU dan
Permukiman
Kepala Daerah melalui
Kepala OPD terkait
Kepala Puskesmas/ dinas
kesehatan/ OPD terkait
setempat
Lokus Pengawasan Pelaporan
Input di sistem informasi
(ESATU)
ya
ya
Memenuhi
Syarat (MS)
tidak
tidak
Memenuhi
Syarat (MS)
Lokus TFU yang menjadi prioritas
pengawasan saat ini adalah
Sekolah/ madrasah (SD/MI,
SMP/Mts, Pasar, dan Puskesmas),
untuk TFU lain dapat dilakukan
pengawasan mengacu pada
peraturan daerah masing-masing.
Lokus IKL dapat diperluas ke
permukiman.
1. Pengawasan Eksternal dilaksanakan oleh tenaga kesehatan lingkungan/
sanitarian Puskesmas/ dinas kesehatan melalui dan menggunakan
Formulir Inspeksi Kesehatan Lingkungan (IKL), dilakukan minimal satu
tahun sekali untuk masing-masing lokus.
2. Pengawasan Internal dilaksanakan oleh penyelenggara/ penanggung
jawab TFU secara mandiri menggunakan Buku Rapor Kesehatan
Lingkungan dilakukan minimal satu bulan sekali.
Rekomendasi
Perbaikan
Hasil IKL dilaporkan kepada
Kepala OPD terkait untuk
dapat ditindaklanjuti
Peralatan pengawasan kualitas
lingkungan:
1. alat ukur suhu ruangan;
2. alat ukur suhu air;
3. alat ukur kelembaban
ruangan;
4. alat ukur kebisingan; alat
ukur pencahayaan
ruangan;
5. alat ukur swapantau
kualitas air bersih;
6. alat ukur swapantau
kualitas air limbah;
7. alat ukur kepadatan vektor
pembawa penyakit.