3. Keluhan pada pasien yang terinfeksi
bervariasi dari yang ringan hanya flu like
syndrome, demam, myalgia dan sakit kepala
sampai yang berat hingga terjadi ikterus,
gangguan fungsi ginjal, diathesis diathesis
hemorrhagic atau yang disebut juga dengan
Weil diseases yang terutama disebabkan
oleh serovars Icterohaemorrhagiae
Di Indonesia pernah terjadi Wabah Leptospirosis, wabah
ini 12,0 % dari 418 sampel terdeteksi positif terinfeksi
leptospirosis. Meningkat tahun 2007, 93% dari 667
sampel telah dikonfirmasi terinfeksi leptospirosis.
4. Diagnosis yang cepat dan tepat
dibutuhkan untuk memberikan
terapi yang adekuat.
Terapi secara umum adalah suportif
dan pemberian antibiotik walaupun
masih ada keraguan pada beberapa
aspek terapi
6. Keluhan Utama :
Perempuan 63 tahun datang ke IGD dengan Pasien datang dengan
keluhan demam sejak 5 hari yang lalu.
Anamnesis
Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien Mengeluh mual disertai dengan muntah sejak 5 hari yang lalu
sekitar 3x/hari, namun hari ini tidak muntah. Pasien juga mengeluh
BAB cair sejak 5 hari yang lalu sekitar 4-5x sehari, ampas(+), tidak ada
lendir, tidak ada darah. Batuk(+) kering sejak 1 minggu, pilek (-), sesak
nafas(-), nyeri dada(-). Betis kedua kaki dirasakan pasien pegal2 (+).
Kencing seperti teh sejak 5 hari yang lalu. Nafsu makan menurun.
7. RIwayat Pengobatan :
Riwayat pengobatan di sangkal.
Anamnesis
Riwayat Penyakit Dahulu :
Riwayat Penyakit Dahulu Disangkal
Riwayat Psikososial :
Sebelumnya pasien membersihkan rumah karena banjir
8. Pemriksaan Fisik
Tekanan Darah : 102 / 55
mmHg
Pemeriksaan
Nadi : 112x/menit
Pemeriksaan RR :
22x/menit
Pemeriksaan
Suhu : 38 C
Pemeriksaan
Oksigen : 99%
Conjunctiva pasien icterus, pemeriksaan fisik thorax normal, pemeriksaan abdomen bising usus +
N, akral hangat kering merah dengan CRT <3 detik.
9. Nama Hasil Satuan Nilai Normal
Hemoglobin 15 g/dL 11.7 – 15.5
Jumlah eritrosit 5.14 10^6 / uL 3.8 – 5.20
Hematocrit 41.1 % 35.0 – 47.0
Jumlah leukosit 15.75 10^3/ ul 3.60 – 11.00
Ratio N/L 5.00 < 3.13
Jumlah Trombosit 91 10^3/ ul 150-400
MCV 80.0 fL 81.0 – 96.0
MCH 29.2 Pg 27.0 – 36.0
MCHC 36.5 g/L 31.0 – 37.0
PEMERIKSAAN
PENUNJANG
10. Nama Nilai Satuan Nilai Normal
Billirubin total 33.9 mg/dL 0-1
Billirubin Direk 21.6 mg/dL 0-0.2
Billirubin Indirect 12.3 mg/dL
SGOT 61 U/L 5-34
SGPT 43 U/L 0-55
Albumin Serum 2.64 g/dL 3.4-5.0
Glukosa Darah Acak 100 mg/dL 70-200
BUN 15.7 mg/dL 6-20
Kreatin Darah 12.9 Mg/dL 0.6-1.3
Natrium Darah 126 mmol/L 136 – 146
Kalium darah 4.7 mmol/L 3.5 – 5.0
PEMERIKSAAN
PENUNJANG
11. Pemeriksaan Xray
A : Normal
B : Normal
C : Ukuran Jantung Normal
D : Normal
E : Tidak ada Efusi
F : Paru Paru Tampak Normal
G : Gastric Gas (+)
H : Normal
I : Normal
13. Terapi Awal
Terapi awal di IGD pasien mendapatkan Inf.
Asering 500cc/1jam dilanjutkan inf Asering 14tpm,
Inj. Ranitidin 1 amp, Inj. Ondansetron 1 amp, Inj.
Parasetamol 1 gram, Attapulgite 3x2 tablet dan
dipasang kateter.
Pemeriksaan tanda tanda vital terbaru adalah GCS
456, TD 122/66 mmHg; nadi 108x/mnt; RR
20x/mnt; suhu 36.7 derajat, SpO2 98% spontan.
Advis dokter spesialis penyakit dalam sebagai
berikut :
Cefoperazone sulbactam 3x1, Caps garam 3x1,
Omeprazol 1x1 iv, Ondansetron 3x4 mg iv, Pro
USG Abdomen, Curcuma 2x1, UDCA 2x1, Nocid
3x1, Cek HBsAg anti HCV anti HIV, Vit K K 3x1 iv,
Cek IgM anti leptospirosis, Infus Livamin 500 cc
per 24 jam, dan Pro hemodialysis.
14. Pembahasan
Pasien ini didiagnosis dengan Leptospirosis
berat (Weil disease) karena pada anamnesis
dan pemeriksaan fisik ditemukan tanda dan
gejala leptospirosis dengan hasil pemeriksaan
serologi positif leptospirosis.
Dari anamnesis pada pasien ini ditemukan gejala
seperti demam dan mual muntah, terlebih lagi pasien
sebelumnya mengalami kondisi banjir dirumahnya.
Pada pemeriksaan fisik ditemukan adanya ikterus.
15. Pembahasan
Infeksi leptospirosis pada pemeriksaan fisik pada
umumnya didapatkan, demam, bradikardi, nyeri
tekan otot gastrocnemius, hepatomegali, ikterus.
Pada pemeriksaan darah lengkap penderita
sesuai dengan gambaran leptospirosis dengan
ditemukan adanya leukositosis dimana bila
leukosit subnormal dengan neutrofilia maka
akan sangat mungkin leptospirosis, pada kasus
berat dapat terjadi trombositopenia.
Pada pasien terjadi peningkatan SGOT dan SGPT
karena terjadinya gangguan hati, diikuti dengan
penurunan nilai albumin, terjadi juga
peningkatan bilirubin dimana bilirubin direk lebih
tinggi dari bilirubin indirek akibat kolestasis sesuai
dengan gambaran leptospirosis.
16. Pembahasan
Pada pemeriksaan faal ginjal didapatkan peningkatan nilai BUN dan
Kreatinin yang menunjukkan sudah terjadi kerusakan dari ginjal
sesuai dengan keadaan pasien.
Pada leptospirosis yang berat dapat terjadi kelainan pada
jantung yang terlihat pada EKG namun pada pasien ini EKG
dalam batas normal.
Pada leptospirosis foto toraks dapat normal, dapat pula terjadi terjadi
edema dan pendarahan yang mengakibatkan terjadinya haemorrhagic
lobar pneumonia.
17. Pembahasan
Diagnosis pasti dari leptospirosis ditegakkan
dengan ditemukannya bakteri pada biakan
darah, air kemih atau cairan serebrospinal atau
dengan ditemukannya antibodi terhadap bakteri
di dalam darah serta dari serologi.
Pada pasien ini didapatkan pemeriksaan
serologi IgM Anti leptospirosis positif
sehingga pasien sudah dapat di diagnosis
pasti infeksi leptospirosis.
18. Pembahasan
Pada Weil disease yang merupakan
leptospirosis berat adalah ditemukanya ikterus,
tanda - tanda gangguan ginjal dan diathesis
hemorrhagic dengan adanya trombositopenia
dan sesuai dengan kondisi pasien saat baru
masuk.
Diagnosis acute kidney injury (AKI) ditegakkan bila
peningkatan dari SCr ≥ 0,3 mg/dl (26,5 μmol/l) dalam
48 jam atau peningkatan SCr ≥ 1,5 kali dari nilai normal
yang terjadi tidak lebih dari 7 hari atau dengan volume
urine < 0,5 ml/kg/h dalam 6 jam.
Pada pasien ini ditemukan serum kreatinin 12.9 mg/dl
sehingga dapat dipastikan diagnosis AKI pada pasien
kami.
19. Pada pasien ditemukan adanya kadar BUN
yang mencapai 157 mg/dl sehingga
dilakukan hemodialisis elektif.
Pembahasan
Indikasi dilakukanya HD cito mengacu pada
kriteria klinis keadaan umum yang buruk
(ensefalopati uremikum, perikarditis uremikum,
edema paru refrakter, overload cairan, anuria > 5
hari) dan kriteria laboratorium asidosis
metabolic (pH <7,1), ureum darah >200 mg/dl,
hiperkalemia >7 mEq/L.
20. Pembahasan
Pemberian antibiotik cefoperazone sulbactam tiga kali per hari sebagai
terapi karena pemberian antibiotik pada leptospirosis.
Pemberian obat antibiotik Ceftriaxone 1 gr/hari selama tujuh hari. Penggunaan
cephalosporins digunakan secara equal untuk pengobatan leptospirosis berat dan
ceftriaxone atau cefotaxime telah disetujui walaupun penggunaan penisilin masih
direkomendasikan untuk kasus yang berat.
21. Kesimpulan
• Leptospirosis adalah penyakit yang dapat diobati yang umumnya terlihat di negara
berpenghasilan rendah dan berkembang.
• Manifestasi klinis dan tingkat keparahan penyakit sangat bervariasi.
• Tes diagnostik yang efisien dan parameter laboratorium klinis telah ditetapkan untuk
memastikan adanya penyakit.
• Modalitas pengobatan yang tersedia untuk penyakit tropis yang ditularkan melalui
vektor melibatkan penggunaan antibiotik seperti ampisilin, doksisiklin, yang dosisnya
bergantung pada prognosis pasien dan perkembangan penyakit.