B. USHUL FIQH MENURUT IDHOFAH DAN LAQAB
Definisi ushul fiqh dibagi menjadi dua bagian:
Definisi Secara Idhofah (Penggabungan)
Definisi Secara Laqab (Julukan/sebutan)
1. DEFINISI MENURUT IDHOFAH
Dalam mendefinisikan secara idhofah para ulama berbeda pendapat apakah yang lebih dulu didefinisikan itu fiqh atau didahulukan ushul. Adapun yang mendefinisikan ushul lebih dulu yaitu Imam Haramain dalam kitab al-Waraqat[2], dan Imam Ar-Razi dalam kitab al-Mahsul[3]. Dan yang mendefinisikan fiqh terlebih dahulu yaitu Abi Hasan al-Bashari dalam kitab Al-Mu’tamad[4], Abu Khattab al-Hanbali dalam kitab at-Tamhid, al-Amidi Al-ihkam fi ushulil ahkam dan shofiyuddin al-Hindi dalam kitab Nihayatul Wusul fi Diroyatil Ushul.
Menurut imam al-Amidi dalam kitab Bidayatil Ibhaj fi Syarhil Minhaj bahwa dalam mendefinisikan secara idhofah untuk mengetahui mudhof harus terlebih dahulu mengetahui mudhof ilaih. Maka harus mendefinisikan fiqh terlebih dahulu sebelum kata ushul.
Dalam hal ini Imam Taqiyuddin as-Subki berpendapat bahwa Pendefinisian hanya diperuntukan untuk hal yang samar dan tidak diketahui. Adapun yang samar yaitu jika didapatkan arti mudhof dari mudof ilaih, dan bagi yang tidak diketahui yaitu tidak didapatkan arti mudhof dari mudhof ilaih.[5]
Al-Mu’tamad Abi Hasan Al-Bashari mendefinisikan ushul fiqh secara idhofah yaitu ushul, fiqh dan ushul fiqh.
a. Definisi Fiqh
Fiqh menurut bahasa : المعرفة بقصد المتكلم (mengetahui maksud yang berbicara) seperti فقهت كلامك أي عرفت قصدك به (saya mengetahui apa perkataanmu maka saya mengerti maksud dari itu).
Fiqh menurut istilah fuqaha : جملة من العلوم بأحكام شرعية (seluruh pengetahuan tentang hukum syariah). Adapun yang dimaksud dari ahkam disini bukanlah hukum dari suatu pekerjaan karena hukum pasti diidhofahkan kepada pekerjaan أحكام الأفعال melainkan maksud dari hukum disini ialah apakah ia berkedudukan mubah, mandub, wajib, haram atau makruh.
b. Definisi Ushul
Ushul menurut Bahasa : ما يبتني عليه غيره و يتفرع عليه (suatu hal yang berdiri di atasnya hal lain dan bercabang-cabang)
c. Definisi Ushul Fiqh
Adapun definisi ushul fiqh yaitu ما يبتني عليه الفقه (suatu hal yang berdiri di atasnya fiqh) [6]
2. DEFINISI MENURUT LAQAB
Syarh Mukhtashor al-Muntaha Al-Ushuli Ibnul Hajib mendefinisikan bahwa Ushul Fiqh merupakan sebutan suatu bidang ilmu.
والعلم لا يحد لعسره لأنه ضروري من وجهين أحدهها أن غير العلم لا يعلم إلا بالعلم فلو علم العلم بغيره كان دورا، و أجيب بأن يوقف تصور غير العلم على حصول العلم بغيره لا على تصوره فلا دور، أن كل أحد يعلم وجوده ضرورة و أجيب بأنه لا يلزم من حصول أمر تصوره أو تقدم تصوره.
Bahwa suatu ilmu tidak didefinisikan karena kesulitan mendefinisikannya disebabkan oleh dua hal, yaitu:
Bahwa selain ilmu tidak akan diketahui oleh ilmu itu sendiri, jika suatu ilmu sudah diketahui oleh ilmu lain maka ilmu itu sudah ada/ memiliki kedudukan. Dan apabila suatu ilmu diketahui oleh ilmu lain bukan oleh bidang ilmu itu sendiri maka itu tidak ada/ tidak memiliki kedudukan.
2. Pengertian Ijtihad
Kata ijtihad berasal dari al-juhd yang secara harfiah
berarti
sungguh-
sungguh;
Oleh karena itu, ijtihad secara harfiah
berarti pengerahan segenap kemampuan untuk
mengerjakan
sesuatu yang
sulit.
Arti ijtihad secara terminologis sebagaimana dijelaskan
Abd al-Wahab Khallaf adalah mengerahkan daya
kemampuan untuk menghasilkan hukum syara` dari dari
dalil-dalil syara` yang rinci.
Khudhari Byk menjelaskan bahwa arti ijtihad secara istilah
adalah pengerahan kemampuan nalar seorang faqih
(mujtahid) dalam mencari hukum-hukum
syar`i.
5. Ragam Ijtihad dan Tingkatan Mujtahidnya
menciptakan norma
hukum
dan kaidah
istinbath
yang menjadi
menggunakan metode istinbath yang
dibuat
oleh mujtahid
keputusan huku
m
tentang suatu masalah dengan
Ijtihad Tarjih; ijtihad seseorang dalam memberikan fatwa
atau
menyandarkannya pada salah satu dari madzhab-madzhab
kalisik.
Ijtihad Muthlaq Muntashib; ijtihad yang dilakukan
dengan
muthlaq mustaqil.
Ijtihad Muthlaq Mustaqil; ijtihad yang dilakukan dengan
cara
metode bagi setiap pihak yang hendak berijtihad.
6. Ragam Ijtihad versi Muhammad Ma`ruf
al-Dawalibi
syari`a
h
dari nashsh/nushush
syar`i.
syari`ah untuk kejadian atau peristiwa yang tidak terdapat
qiyas atas apa yang terdapat dalam nushush
syar`i.
untuk peristiwa yang terjadi yang tidak terdapat dalam al-
atas isthishlah.
Al-ijtihad al-Isthishlahi: yaitu meletakkan hukum-hukum
syari`ah
Qur`an dan Sunnah, menggunakan al-ra`y yang disandarkan
Al-Ijtihad al-Qiyasi; yaitu meletakkan (wadh`) hukum-
hukum
dalam al-Qur`an dan Sunnah, dengan jalan
menggunakan
Al-ijtihad al-Bayani; yaitu menjelaskan (bayan) hukum-
hukum
7. Ijtihad dan Konsep Terkait Lainnya
• Menggali hukum dari
sumbernya
menggunakan metode istinbath
tertentu.
dengan
huku
m
Ijtiha
d
•
Mengikuti
pendapat mujtahi
d
Ittiba
`
dengan mengetahui argumen yang
digunakanan.
• Mengikuti pendapat mujtahid
tanpa mengetahui argumen
yang digunakanan.
Taqli
d
8. Lapangan (Majal)
Ijtihad
Topik yang dijjtihadi tidak termasuk mujma` `alaih wa ma`lum min
al-
din bi al-
dharurah
(sesuatu yang pengertiannya sudah jelas baik
secara konsep maupun praktek) dan bersifat qath`iy al-dalalah; di
antaranya wajibnya shalat, puasa ramadhan, haji, berbakti kepada
orang tua, membantu mustadh`afin
,
larangan zina, mencuri
,
dan
membunuh.
Hukum yang
dikandung maupun
dalalah-nya. Hukum
yang dikandung
dalalah-nya.
Hukum yang
dikandung
dalalah-nya.
oleh nashs
h
zhanniy baik dari segi wurud
oleh nashs
h
qath`iy tapi zhanniy dari segi
oleh nashs
h
zhanniy tapi qath`iy dari segi
Huku
m
yang tidak dikandung dalam nashsh dan ijma` (al-
waqii`iyyat)
.
9. Syarat-syarat
Mujtahid
Imam al Ghazali menyatakan mujtahid mempunyai dua syarat, yaitu:
Mengetahui dan menguasai
ilmu syara, mampu melihat yang zhanni di dalam hal-hal yang syara
dan mendahulukan yang wajib.
Adil, menjauhi segala maksiat yang mencari sifat dan sikap keadilan
(`adalah).
Menurut Wahbah al-Zuhaili,
yang harus dimiliki, yaitu:
mengetahui apa yang ada
mengetahui atau percaya
seorang mujtahid mempunyai dua syarat
pada Tuhan; dan
adanya Rasul dan apa yang dibawanya
juga mukjizat-mukjizat ayat-ayat
Allah.
Al-Syatibi
kurangnya
berpendapat bahwa mujtahid hendaknya sekurang-
memiliki tiga syarat;
yaitu:
memilik
i
pengetahua
n
tentang al Qur’an
,
Sunnah
,
dan Ijma
’
sebelumnya.
memiliki pengetahuan tentang ushul
fikih menguasai ilmu bahasa.
10. Hukum
Islam? Prosesnya disebut Ijtihad
Tafaqquh Taqnin
Istifta Taqdhi
Fatwa Qadha
Fikih Qanun
Fuqaha’ Mufti Qadhi Qanuni