SlideShare a Scribd company logo
1 of 14
Download to read offline
AKAR
PRIMITIF
Atika Luthfiyatil Fathinah
(12218005)
Pertama, kita akan mempelajari keberadaan akar-akar primitif untuk bilangan-bilangan
prima. Kita memulai menunjukkan banyaknya solusi perkongruenan polinomial berikut.
Teorema 6.15 (Teorema Lagrange)
Bukti:
Misalkan polinomial f yang berderajat n adalah
F(x) = anxn + an-1xn-1 + … + a1x + a0 dengan an ≑ 0 (mod p).
Teorema akan dibuktikan dengan induksi matematika pada n, yaitu derajat dari
f(x).
Untuk n = 1 maka f(x) = a1x + a0 ≑ 0 (mod p)
f(x) = a1x ≑ -a0 (mod p)
karena (a1,p) = 1. Maka perkongruenan linier ini mempunyai tepat satu solusi.
Jadi teorema benar untuk n = 1.
Akar Primitif
Jika p suatu bilangan prima dan f adalah suatu polynomial berderajat
n maka perkongruenan f(x) = 0 (mod p) mempunyai sebanyak-
banyaknya n solusi.
Selanjutnya diasumsikan bahwa teorema benar untuk n = k – 1, yatu
polinomial f berderajat (k - 1) mempunyai sebanyak-banyaknya (k – 1)
solusi.
Akan ditunjukkan bahwa untuk polinomial f berderajat k, f(x) ≑ 0
(mod p) mempunyai sebanyak-banyaknya k solusi.
Untuk ini kita cukup menunjukkan bahwa f(x) ≑ 0 (mod p)
tidak mempunyai solusi atau mempunyai satu solusi.
Jika f(x) ≑ 0 (mod p) tidak mempunyai solusi maka teorema terbukti.
Selanjutnya, jika f(x) ≑ 0 (mod p) mempunyai sekurang-kurangnya satu
solusi, misalnya a maka f(a) ≑ 0(mod p) dan a adalah suatu
residu terkecil modulo p.
jika f(x) dibagi dengan (x – a) maka diperoleh:
f(x) = (x – a) q(x) + r
suku banyak q(x) berderajat k – 1 dengan koefisien bulat dan
suatu bilangan bulat pula. Substitusi x = a, pada f(x) 0 (mod p) dan
pada f(x) = (x – a) q(x) + r diperoleh:
0 ≑ f(a) = (a – a) q(a) + r (mod p)
r ≑ 0 (mod p)
sehingga f(x) = (x – a) q(x)(mod p)
Misalkan b adalah penyelesaian lain dengan b ≑ a (mod p) dari f(x) ≑ 0
(mod p) maka 0 ≑ f(b) = (b – a) q(b) (mod p)
karena p prima dan b – a ≑ 0 (mod p) maka q(b) ≑ 0 (mod p).
hal ini dapat dikatakan bahwa suatu solusi dari f(x) ≑ 0 (mod p) yang
berbeda dengan a merupakan penyelesaian dari q(x) ≑ 0 (mod p).
Polinomial q(x) mempunyai sebanyak-banyaknya (k–1) solusi sehingga
f(x) ≑ 0 (mod p) tidak akan mempunyai lebih dari k solusi.
Perlu dicatat di sini bahwa teorema 6.15 hanya benar,
apabila modulonya suatu bilangan prima. Sebab, jika modulonya tidak
prima maka teorema tidak benar. Misalnya x2+ x ≑ 0 (mod p)
mempunyai 4 solusi, yaitu 0,2, 3 dan 5, meskipun ruas kiri dari
pengkongruenan tersebut suatu polinom berderajat dua.
Menurut teorema fermat, yaitu jika p prima dan (a,p) = 1 maka ap-1 1(mod
p). Ini benar perkongruenan xp-1 – 1 = 0 mempunyai tepat (p – 1) solusi, yaitu:
1,2,3,…,p – 1
Misalkan bahwa d|(p – 1) maka,
xp-1– 1 = (xd – 1) (xp-1-d + xp-1-2d +…+ 1)
= (xd – 1) f(x)
Menurut teorema 6.15, f(x) ≑ 0 (mod p) mempunyai sebanyak-banyaknya
(p-1-d) solusi. Misalkan x = a suatu solusi dari xp-1 – 1 ≑ 0 (mod p) yang
bukan solusi dari f(x) ≑ 0 (mod p), maka a suatu solusi dari xd – 1 ≑ 0 (mod
p).
Sebab
0 ≑ ap-1 – 1 (ad – 1) f(a) (mod p)
Karena p prima dan p|f(a) maka p|(ad – 1).
Jadi xd – 1 ≑ 0 (mod p) mempunyai sekurang-kurangnya p – 1 – (p – 1 – d)
= d solusi.
Jika p suatu bilangan prima dan d|p – 1
maka perkongruenan xd – 1 ≑ 0 (mod p)
mempunyai tepat d solusi.
Menurut teorema xd - 1 ≑ 0 (mod p) mempunyai sebanyak-banyaknya d
solusi. Jadi perkongruenan tersebut mempunyai tepat d solusi.
Uraian tersebut merupakan bukti dari teorema berikut ini:
Teorema 6.16
Sekarang perhatikan bilangan prima 13 dan βˆ…(13) = 12.
Dibentuk Ξ¨(d) = banyaknya bilangan bulat positif k yang kurang dari 13 dan
berorde d dengan d|12.
Untuk modulo 13 ini,
1 berorde 1;
3 dan 9 masing-masing berorde 3;
4 dan 10 masing-masing berorde 6;
5 dan 8 masing-masing berorde 4;
2, 6, 7 dan 11 masing-masing berorde 12, dan 12 berorde 2.
Sehingga
σ𝑑|12 Ξ¨(d) = 1 + 1 + 2 + 2 + 2 + 4
Ξ¨(1) = 1 = ΙΈ(1) Ξ¨(4) = 2 = ΙΈ(4)
Ξ¨(2) = 1 = ΙΈ(2) Ξ¨(6) = 2 = ΙΈ(6)
Ξ¨(3) = 2 = ΙΈ(3) Ξ¨(12) = 4 = ΙΈ(12)
Perhatikan juga bahwa :
Jika p suatu bilangan prima dan d|(p-1) maka ada tepat ΙΈ(d) bilangan
bulat positif kurang dari p yang berorde d modulo p.
Bukti :
Dibentuk fungsi Ξ¨(d), yaitu banyaknya bilangan bulat positif yang
kurang dari p yang berorde d modulo p.
Karena setiap bilangan bulat positif yang kurang dari p selalu
berorde d dengan d|p-1 maka
σ𝑑|π‘βˆ’1 Ξ¨(d) = p - 1
Teorema 6.17
Padahal kita telah mengetahui bahwa σ𝑑|π‘βˆ’1 Ξ¨(d) = p – 1 maka kita harus
menunjukkan bahwa Ξ¨(d)=ΙΈ(d)
Ambil sebarang d, yaitu pembagi dari p-1 sedemikian hingga Ξ¨(d) > 0
maka ada suatu bilangan bulat positif a yang beorde d sehingga π‘Ž, π‘Ž2
,π‘Ž3
, … π‘Žπ‘‘
Tidak ada dua suku yang kongruen modulo p dan masing-masing masing-
masing memenuhi perkongruen π‘₯𝑑
≑ 1 π‘šπ‘œπ‘‘ 𝑝 .
Sebab (π‘Žπ‘˜)𝑑≑ π‘Žπ‘‘ π‘˜
≑ 1 π‘šπ‘œπ‘‘ 𝑝 , π‘‘π‘’π‘›π‘”π‘Žπ‘› 1 ≀ π‘˜ ≀ 𝑑
Menurut teorema 6.15, perkongruenan tersebut mempunyai tepat d solusi.
Selanjutnya,suatu bilangan bulat positif yang beorde d modulo p mesti kongruen
modulo p dengan suatu bilangan dari .
Dan hanya sebanyal ɸ(d) dari perkongruenan a tersebut yang berorde d, yaitu aᡏ
dengan (k, d) = 1.
Jadi banyaknya bilangan bulat positif yang kurang dari p dab berorde d modulo p
adalah ΙΈ(d).
Sehingga Ξ¨(d) = ΙΈ(d).
Apabila pada teorema 6.16, d = p-1 maka diperoleh akibat teorema tersebut sebagai
berikut:
Akibat: setiap bilangan prima p mempunyai sebanyak ΙΈ(p -1) akar primitif
Contoh:
Tentukan akar-akar primitif dari 31 dan tentukan pula bilangan-bilangan bulat
positif yang kurang dari 31 yang berorde 6 modulo 31.
Jawab :
Banyaknya akar primitif dari 31 adalah ΙΈ(ΙΈ(31)) =ΙΈ(30) = 8.
Karena 25
≑ 1 π‘šπ‘œπ‘‘ 31 , maka 2 bukan akar primitif dari 31.
Kita mencoba memangkatkan 3 dengan eksponen yang tidak lebih dari 15 karena orde
dari 3 mesti membagi ΙΈ(31) = 30 maka perhitungannya dilakukan sebagai berikut:
315 ≑ 27 5 ≑ βˆ’4 5 ≑ βˆ’64 16 ≑ βˆ’2 16 ≑ βˆ’1 ≑ 1 (π‘šπ‘œπ‘‘ 31)
Karena 315 ≑ 1 π‘šπ‘œπ‘‘ 31 dan 3π‘˜ ≑ 1 π‘šπ‘œπ‘‘ 31 π‘’π‘›π‘‘π‘’π‘˜ 1 ≀ π‘˜ ≀ 15 maka orde dari 3 mesti
lebih dari 15. Dan karena orde 3 mesti membagi ΙΈ(31) = 30 maka dapat ditarik
kesimpulan bahwa orde dari 3 (mod 31) adalah 30.
Jadi 3 adalah akar primitif dari 31.
Akar-akar primitif dari 31 yang lain adalah dengan (k, 30) = 1, yaitu
37, 311, 313, 317, 319, 323, π‘‘π‘Žπ‘› 329
Yang berturutut-turut kongruen mod 31 dengan
17, 13, 24, 22, 12, 11 dan 21.
Karena 3 adalah akar primitif dari 31 maka setiap bilangan bulat positif yang kurang dari
31 dapat dinyatakan dalam bentuk 3π‘˜ dengan 1 ≀ π‘˜ ≀ 30 .
Selanjutnya menurut teorema 6.12 maka orde dari 3π‘˜ adalah
30
(π‘˜,30)
Sehingga 3ᡏ yang berorde 6 apabila (k, 30) = 5, yaitu k = 5 atau k = 25. Jadi
3⁡ dan 325 masing-masing berorde 6 (mod 31). Dengan perhitungan berikut ini dapat
diketahui residu terkecilnya.
35 ≑ 27 9 ≑ βˆ’4 9 ≑ βˆ’36 ≑ 26 (π‘šπ‘œπ‘‘ 31)
325 ≑ (35)5 ≑ 26 5 ≑ βˆ’5 5 ≑ βˆ’125 25 ≑ βˆ’1 25 ≑ 6 (π‘šπ‘œπ‘‘ 31)
Banyaknya bilangan bulat positif yang kurang dari 31 dan berorde 6 adalah
ΙΈ(6)=2, yaitu 6 dan 26. Banyaknya bilangan bulat positif yang kurang dari 31 dan berorde
6 adalah ΙΈ(6)=2, yaitu 6 dan 26.
Sekarang perhatikan bilangan komposit 2ᡏ dengan π‘˜ β‰₯ 3
kita akan menunjukkan bahwa untuk sebarang bilangan ganjil a dengan (a, 2ᡏ) = 1,
Maka π‘Ž2π‘˜βˆ’2
≑ 1 π‘šπ‘œπ‘‘ 2π‘˜ π‘‘π‘’π‘›π‘”π‘Žπ‘› 2π‘˜βˆ’2 =
βˆ… 2π‘˜
2
π‘‘π‘Žπ‘› π‘˜ β‰₯ 3
apabila kita berhasil menunjukkan kekongruenan tersebut maka dapat disimpulkan bahwa
2ᡏ tidak mempunyai akar primitif.
Akan ditunjukkan 2ᡏ dengan induksi matematik untuk setiap bilangan asli π‘˜ β‰₯ 3
Jika k=3 maka diperoleh kekongruenan aΒ² ≑ 1 (π‘šπ‘œπ‘‘ 8) yang benar untuk a = 1, 3, 5 dan
7, yaitu: 12 ≑ 32 ≑ 52 ≑ 72 ≑ 1 (mod 8)
Jadi benar bahwa 23 tidak mempunyai akar primitif.
Selanjutnya diasumsikan kekongruenan benar untuk suatu bilangan bulat k >
3, yaitu: π‘Ž2π‘˜βˆ’2
≑ 1 π‘šπ‘œπ‘‘ 2π‘˜
Kekongruenan ini ekuevalen dengan π‘Ž2π‘˜βˆ’2
≑ 1 + 2π‘˜ π‘š dengan m suatu bilangan
bulat.
Jadi kekongruenan juga benar untuk k + 1 sehingga kekongruenan benar
untuk semua bilangan bulat π‘˜ β‰₯ 3
Untuk k β‰₯ 3, bilangan bulat 2π‘˜ tidak mempunyai akar
primitif.
Teorema berikut ini mempunyai spirit sama dengan teorema tersebut.
Uraian diatas merupakan bukti dari teorema berikut ini
Teorema 6.18
Jika bilangan-bilangan bulat m > 2 dan n > 2 dengan (m, n) I, maka m
tidak mempunyai akar primitif.
Lemma I.
Jika p suatu bilangan prima ganjil, maka ada suatu akar primitif r dari p sedemikian
hingga π‘Ÿπ‘βˆ’1 ≑ 1 (mod pΒ²)
Lemma 2:
Misalkan p suatu bilangan priima ganjil dan r suatu akar primitif dari p sedemikian
hingga π‘Ÿπ‘βˆ’1 ≑ 1 (mod pΒ²), maka untuk setiap bilangan bulat positif k β‰₯ 2, berlaku:
π‘Ÿπ‘π‘˜βˆ’2(π‘βˆ’1)
≑ 1 (π‘šπ‘œπ‘‘ π‘π‘˜)
Teorema 6.19
Teorema 6.21
Bukti:
Menurut Teorema 6.20, mempunyai akar primitif, misalnya r. Kita asumsikan bahwa r suatu
bilangan ganjil, sebab jika r genap, maka r + π‘π‘˜ adalah suatu bilangan ganjil yang merupakan akar
primitif dari pula. Maka (r, 2 π‘π‘˜ ) =1. Misalkan orde dari r (mod 2 π‘π‘˜ ) adalah n, maka n mesti
membagi βˆ…(2π‘π‘˜).
Jadi n = βˆ…(2π‘π‘˜), yang berarti bahwa r adalah akar primitif dari 2π‘π‘˜.
Teorema 6.20
Bukti:
Berdasarkan lemma di atas , kita dapat
memilih suatu akar primitif r dari p dan misalkan orde
r (mod π‘π‘˜) adalah n.
Jika p suatu bilangan prima ganjil dan bilangan bulat k β‰₯ 1,
maka π‘π‘˜ mempunyai akar primitif.
Jika p suatu bilangan prima ganjil dan suatu bilangan bulat k 1, maka
2 mempunyai akar primitif.
Prima
Akar primitif
terkecil
Prima
Akar primitif
terkecil
2 1 43 3
3 2 47 5
5 2 53 2
7 3 59 2
11 2 61 2
13 2 67 2
17 3 71 7
19 2 73 5
23 5 79 3
29 2 83 2
31 3 89 3
37 2 97 5
41 6 101 2
Tabel 6.3
Berikut ini suatu daftar akar
primitif terkecil
dari bilangan prima yang kurang
dari 100
TERIMA KASIH
Semoga Bermanfaat

More Related Content

Similar to Akar Primitif PPT PDF | mata kuliah Teori Bilangan.pdf

powerpoint logika matematika
powerpoint logika matematikapowerpoint logika matematika
powerpoint logika matematikaSuryo Wedo Susilo
Β 
Teori otomata dan bahasa
Teori otomata dan bahasa Teori otomata dan bahasa
Teori otomata dan bahasa Nur Rohman
Β 
Modul 6 fungsi-fungsi multiplikatif
Modul 6   fungsi-fungsi multiplikatifModul 6   fungsi-fungsi multiplikatif
Modul 6 fungsi-fungsi multiplikatifAcika Karunila
Β 
Preliminary problems
Preliminary problemsPreliminary problems
Preliminary problemsDidik Sadianto
Β 
polinomial.ppt
polinomial.pptpolinomial.ppt
polinomial.pptsuci870827
Β 
Fungsi phi dan teorema euler
Fungsi phi dan teorema eulerFungsi phi dan teorema euler
Fungsi phi dan teorema eulervionk
Β 
persamaan-kuadrat-1.ppt
persamaan-kuadrat-1.pptpersamaan-kuadrat-1.ppt
persamaan-kuadrat-1.pptSitiShopiyah2
Β 
persamaan-kuadrat-1.ppt
persamaan-kuadrat-1.pptpersamaan-kuadrat-1.ppt
persamaan-kuadrat-1.pptMirecleKapoh
Β 
Ajeng fungsi kuadrat.pptx
Ajeng fungsi kuadrat.pptxAjeng fungsi kuadrat.pptx
Ajeng fungsi kuadrat.pptxMirecleKapoh
Β 
polinomial.ppt
polinomial.pptpolinomial.ppt
polinomial.pptssuserbf58ae
Β 
polinomial.ppt
polinomial.pptpolinomial.ppt
polinomial.pptssuserb7d229
Β 
Teori bilangan bab3_1
Teori bilangan bab3_1Teori bilangan bab3_1
Teori bilangan bab3_1umi dzihniyatii
Β 
persamaan.pptx
persamaan.pptxpersamaan.pptx
persamaan.pptxBudihermono
Β 
Persamaan dan Pertidaksamaan Linear
Persamaan dan Pertidaksamaan LinearPersamaan dan Pertidaksamaan Linear
Persamaan dan Pertidaksamaan LinearEman Mendrofa
Β 

Similar to Akar Primitif PPT PDF | mata kuliah Teori Bilangan.pdf (20)

11841986
1184198611841986
11841986
Β 
PERSAMAAN KUADRAT
PERSAMAAN KUADRATPERSAMAAN KUADRAT
PERSAMAAN KUADRAT
Β 
powerpoint logika matematika
powerpoint logika matematikapowerpoint logika matematika
powerpoint logika matematika
Β 
Teori otomata dan bahasa
Teori otomata dan bahasa Teori otomata dan bahasa
Teori otomata dan bahasa
Β 
Modul 6 fungsi-fungsi multiplikatif
Modul 6   fungsi-fungsi multiplikatifModul 6   fungsi-fungsi multiplikatif
Modul 6 fungsi-fungsi multiplikatif
Β 
Preliminary problems
Preliminary problemsPreliminary problems
Preliminary problems
Β 
polinomial.ppt
polinomial.pptpolinomial.ppt
polinomial.ppt
Β 
Fungsi phi dan teorema euler
Fungsi phi dan teorema eulerFungsi phi dan teorema euler
Fungsi phi dan teorema euler
Β 
polinomial.ppt
polinomial.pptpolinomial.ppt
polinomial.ppt
Β 
Kalkulus
Kalkulus Kalkulus
Kalkulus
Β 
persamaan-kuadrat-1.ppt
persamaan-kuadrat-1.pptpersamaan-kuadrat-1.ppt
persamaan-kuadrat-1.ppt
Β 
persamaan-kuadrat-1.ppt
persamaan-kuadrat-1.pptpersamaan-kuadrat-1.ppt
persamaan-kuadrat-1.ppt
Β 
Ajeng fungsi kuadrat.pptx
Ajeng fungsi kuadrat.pptxAjeng fungsi kuadrat.pptx
Ajeng fungsi kuadrat.pptx
Β 
polinomial.ppt
polinomial.pptpolinomial.ppt
polinomial.ppt
Β 
polinomial.ppt
polinomial.pptpolinomial.ppt
polinomial.ppt
Β 
polinomial.ppt
polinomial.pptpolinomial.ppt
polinomial.ppt
Β 
Persamaan
Persamaan Persamaan
Persamaan
Β 
Teori bilangan bab3_1
Teori bilangan bab3_1Teori bilangan bab3_1
Teori bilangan bab3_1
Β 
persamaan.pptx
persamaan.pptxpersamaan.pptx
persamaan.pptx
Β 
Persamaan dan Pertidaksamaan Linear
Persamaan dan Pertidaksamaan LinearPersamaan dan Pertidaksamaan Linear
Persamaan dan Pertidaksamaan Linear
Β 

Recently uploaded

HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfHARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfkustiyantidew94
Β 
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...MarwanAnugrah
Β 
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASaku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASreskosatrio1
Β 
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocxLembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocxbkandrisaputra
Β 
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau tripletMelianaJayasaputra
Β 
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)3HerisaSintia
Β 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggeraksupriadi611
Β 
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdftsaniasalftn18
Β 
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5KIKI TRISNA MUKTI
Β 
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptxPPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptxnerow98
Β 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxRezaWahyuni6
Β 
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdfsdn3jatiblora
Β 
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CAbdiera
Β 
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptxsoal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptxazhari524
Β 
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
Demonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdfDemonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdf
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdfvebronialite32
Β 
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxPaparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxIgitNuryana13
Β 
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genapDinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genapsefrida3
Β 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptArkhaRega1
Β 
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxPrakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxSyaimarChandra1
Β 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAAndiCoc
Β 

Recently uploaded (20)

HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfHARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
Β 
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Β 
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASaku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
Β 
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocxLembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
Β 
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
Β 
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Β 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Β 
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Β 
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Β 
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptxPPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
Β 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Β 
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
Β 
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Β 
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptxsoal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
Β 
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
Demonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdfDemonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdf
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
Β 
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxPaparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Β 
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genapDinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Β 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
Β 
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxPrakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Β 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
Β 

Akar Primitif PPT PDF | mata kuliah Teori Bilangan.pdf

  • 2. Pertama, kita akan mempelajari keberadaan akar-akar primitif untuk bilangan-bilangan prima. Kita memulai menunjukkan banyaknya solusi perkongruenan polinomial berikut. Teorema 6.15 (Teorema Lagrange) Bukti: Misalkan polinomial f yang berderajat n adalah F(x) = anxn + an-1xn-1 + … + a1x + a0 dengan an ≑ 0 (mod p). Teorema akan dibuktikan dengan induksi matematika pada n, yaitu derajat dari f(x). Untuk n = 1 maka f(x) = a1x + a0 ≑ 0 (mod p) f(x) = a1x ≑ -a0 (mod p) karena (a1,p) = 1. Maka perkongruenan linier ini mempunyai tepat satu solusi. Jadi teorema benar untuk n = 1. Akar Primitif Jika p suatu bilangan prima dan f adalah suatu polynomial berderajat n maka perkongruenan f(x) = 0 (mod p) mempunyai sebanyak- banyaknya n solusi.
  • 3. Selanjutnya diasumsikan bahwa teorema benar untuk n = k – 1, yatu polinomial f berderajat (k - 1) mempunyai sebanyak-banyaknya (k – 1) solusi. Akan ditunjukkan bahwa untuk polinomial f berderajat k, f(x) ≑ 0 (mod p) mempunyai sebanyak-banyaknya k solusi. Untuk ini kita cukup menunjukkan bahwa f(x) ≑ 0 (mod p) tidak mempunyai solusi atau mempunyai satu solusi. Jika f(x) ≑ 0 (mod p) tidak mempunyai solusi maka teorema terbukti. Selanjutnya, jika f(x) ≑ 0 (mod p) mempunyai sekurang-kurangnya satu solusi, misalnya a maka f(a) ≑ 0(mod p) dan a adalah suatu residu terkecil modulo p. jika f(x) dibagi dengan (x – a) maka diperoleh: f(x) = (x – a) q(x) + r suku banyak q(x) berderajat k – 1 dengan koefisien bulat dan suatu bilangan bulat pula. Substitusi x = a, pada f(x) 0 (mod p) dan pada f(x) = (x – a) q(x) + r diperoleh: 0 ≑ f(a) = (a – a) q(a) + r (mod p) r ≑ 0 (mod p) sehingga f(x) = (x – a) q(x)(mod p)
  • 4. Misalkan b adalah penyelesaian lain dengan b ≑ a (mod p) dari f(x) ≑ 0 (mod p) maka 0 ≑ f(b) = (b – a) q(b) (mod p) karena p prima dan b – a ≑ 0 (mod p) maka q(b) ≑ 0 (mod p). hal ini dapat dikatakan bahwa suatu solusi dari f(x) ≑ 0 (mod p) yang berbeda dengan a merupakan penyelesaian dari q(x) ≑ 0 (mod p). Polinomial q(x) mempunyai sebanyak-banyaknya (k–1) solusi sehingga f(x) ≑ 0 (mod p) tidak akan mempunyai lebih dari k solusi. Perlu dicatat di sini bahwa teorema 6.15 hanya benar, apabila modulonya suatu bilangan prima. Sebab, jika modulonya tidak prima maka teorema tidak benar. Misalnya x2+ x ≑ 0 (mod p) mempunyai 4 solusi, yaitu 0,2, 3 dan 5, meskipun ruas kiri dari pengkongruenan tersebut suatu polinom berderajat dua.
  • 5. Menurut teorema fermat, yaitu jika p prima dan (a,p) = 1 maka ap-1 1(mod p). Ini benar perkongruenan xp-1 – 1 = 0 mempunyai tepat (p – 1) solusi, yaitu: 1,2,3,…,p – 1 Misalkan bahwa d|(p – 1) maka, xp-1– 1 = (xd – 1) (xp-1-d + xp-1-2d +…+ 1) = (xd – 1) f(x) Menurut teorema 6.15, f(x) ≑ 0 (mod p) mempunyai sebanyak-banyaknya (p-1-d) solusi. Misalkan x = a suatu solusi dari xp-1 – 1 ≑ 0 (mod p) yang bukan solusi dari f(x) ≑ 0 (mod p), maka a suatu solusi dari xd – 1 ≑ 0 (mod p). Sebab 0 ≑ ap-1 – 1 (ad – 1) f(a) (mod p) Karena p prima dan p|f(a) maka p|(ad – 1). Jadi xd – 1 ≑ 0 (mod p) mempunyai sekurang-kurangnya p – 1 – (p – 1 – d) = d solusi.
  • 6. Jika p suatu bilangan prima dan d|p – 1 maka perkongruenan xd – 1 ≑ 0 (mod p) mempunyai tepat d solusi. Menurut teorema xd - 1 ≑ 0 (mod p) mempunyai sebanyak-banyaknya d solusi. Jadi perkongruenan tersebut mempunyai tepat d solusi. Uraian tersebut merupakan bukti dari teorema berikut ini: Teorema 6.16 Sekarang perhatikan bilangan prima 13 dan βˆ…(13) = 12. Dibentuk Ξ¨(d) = banyaknya bilangan bulat positif k yang kurang dari 13 dan berorde d dengan d|12. Untuk modulo 13 ini, 1 berorde 1; 3 dan 9 masing-masing berorde 3; 4 dan 10 masing-masing berorde 6; 5 dan 8 masing-masing berorde 4; 2, 6, 7 dan 11 masing-masing berorde 12, dan 12 berorde 2. Sehingga σ𝑑|12 Ξ¨(d) = 1 + 1 + 2 + 2 + 2 + 4 Ξ¨(1) = 1 = ΙΈ(1) Ξ¨(4) = 2 = ΙΈ(4) Ξ¨(2) = 1 = ΙΈ(2) Ξ¨(6) = 2 = ΙΈ(6) Ξ¨(3) = 2 = ΙΈ(3) Ξ¨(12) = 4 = ΙΈ(12) Perhatikan juga bahwa :
  • 7. Jika p suatu bilangan prima dan d|(p-1) maka ada tepat ΙΈ(d) bilangan bulat positif kurang dari p yang berorde d modulo p. Bukti : Dibentuk fungsi Ξ¨(d), yaitu banyaknya bilangan bulat positif yang kurang dari p yang berorde d modulo p. Karena setiap bilangan bulat positif yang kurang dari p selalu berorde d dengan d|p-1 maka σ𝑑|π‘βˆ’1 Ξ¨(d) = p - 1 Teorema 6.17 Padahal kita telah mengetahui bahwa σ𝑑|π‘βˆ’1 Ξ¨(d) = p – 1 maka kita harus menunjukkan bahwa Ξ¨(d)=ΙΈ(d) Ambil sebarang d, yaitu pembagi dari p-1 sedemikian hingga Ξ¨(d) > 0 maka ada suatu bilangan bulat positif a yang beorde d sehingga π‘Ž, π‘Ž2 ,π‘Ž3 , … π‘Žπ‘‘ Tidak ada dua suku yang kongruen modulo p dan masing-masing masing- masing memenuhi perkongruen π‘₯𝑑 ≑ 1 π‘šπ‘œπ‘‘ 𝑝 .
  • 8. Sebab (π‘Žπ‘˜)𝑑≑ π‘Žπ‘‘ π‘˜ ≑ 1 π‘šπ‘œπ‘‘ 𝑝 , π‘‘π‘’π‘›π‘”π‘Žπ‘› 1 ≀ π‘˜ ≀ 𝑑 Menurut teorema 6.15, perkongruenan tersebut mempunyai tepat d solusi. Selanjutnya,suatu bilangan bulat positif yang beorde d modulo p mesti kongruen modulo p dengan suatu bilangan dari . Dan hanya sebanyal ΙΈ(d) dari perkongruenan a tersebut yang berorde d, yaitu aᡏ dengan (k, d) = 1. Jadi banyaknya bilangan bulat positif yang kurang dari p dab berorde d modulo p adalah ΙΈ(d). Sehingga Ξ¨(d) = ΙΈ(d). Apabila pada teorema 6.16, d = p-1 maka diperoleh akibat teorema tersebut sebagai berikut: Akibat: setiap bilangan prima p mempunyai sebanyak ΙΈ(p -1) akar primitif Contoh: Tentukan akar-akar primitif dari 31 dan tentukan pula bilangan-bilangan bulat positif yang kurang dari 31 yang berorde 6 modulo 31. Jawab : Banyaknya akar primitif dari 31 adalah ΙΈ(ΙΈ(31)) =ΙΈ(30) = 8. Karena 25 ≑ 1 π‘šπ‘œπ‘‘ 31 , maka 2 bukan akar primitif dari 31. Kita mencoba memangkatkan 3 dengan eksponen yang tidak lebih dari 15 karena orde dari 3 mesti membagi ΙΈ(31) = 30 maka perhitungannya dilakukan sebagai berikut:
  • 9. 315 ≑ 27 5 ≑ βˆ’4 5 ≑ βˆ’64 16 ≑ βˆ’2 16 ≑ βˆ’1 ≑ 1 (π‘šπ‘œπ‘‘ 31) Karena 315 ≑ 1 π‘šπ‘œπ‘‘ 31 dan 3π‘˜ ≑ 1 π‘šπ‘œπ‘‘ 31 π‘’π‘›π‘‘π‘’π‘˜ 1 ≀ π‘˜ ≀ 15 maka orde dari 3 mesti lebih dari 15. Dan karena orde 3 mesti membagi ΙΈ(31) = 30 maka dapat ditarik kesimpulan bahwa orde dari 3 (mod 31) adalah 30. Jadi 3 adalah akar primitif dari 31. Akar-akar primitif dari 31 yang lain adalah dengan (k, 30) = 1, yaitu 37, 311, 313, 317, 319, 323, π‘‘π‘Žπ‘› 329 Yang berturutut-turut kongruen mod 31 dengan 17, 13, 24, 22, 12, 11 dan 21. Karena 3 adalah akar primitif dari 31 maka setiap bilangan bulat positif yang kurang dari 31 dapat dinyatakan dalam bentuk 3π‘˜ dengan 1 ≀ π‘˜ ≀ 30 . Selanjutnya menurut teorema 6.12 maka orde dari 3π‘˜ adalah 30 (π‘˜,30) Sehingga 3ᡏ yang berorde 6 apabila (k, 30) = 5, yaitu k = 5 atau k = 25. Jadi 3⁡ dan 325 masing-masing berorde 6 (mod 31). Dengan perhitungan berikut ini dapat diketahui residu terkecilnya. 35 ≑ 27 9 ≑ βˆ’4 9 ≑ βˆ’36 ≑ 26 (π‘šπ‘œπ‘‘ 31) 325 ≑ (35)5 ≑ 26 5 ≑ βˆ’5 5 ≑ βˆ’125 25 ≑ βˆ’1 25 ≑ 6 (π‘šπ‘œπ‘‘ 31) Banyaknya bilangan bulat positif yang kurang dari 31 dan berorde 6 adalah ΙΈ(6)=2, yaitu 6 dan 26. Banyaknya bilangan bulat positif yang kurang dari 31 dan berorde 6 adalah ΙΈ(6)=2, yaitu 6 dan 26.
  • 10. Sekarang perhatikan bilangan komposit 2ᡏ dengan π‘˜ β‰₯ 3 kita akan menunjukkan bahwa untuk sebarang bilangan ganjil a dengan (a, 2ᡏ) = 1, Maka π‘Ž2π‘˜βˆ’2 ≑ 1 π‘šπ‘œπ‘‘ 2π‘˜ π‘‘π‘’π‘›π‘”π‘Žπ‘› 2π‘˜βˆ’2 = βˆ… 2π‘˜ 2 π‘‘π‘Žπ‘› π‘˜ β‰₯ 3 apabila kita berhasil menunjukkan kekongruenan tersebut maka dapat disimpulkan bahwa 2ᡏ tidak mempunyai akar primitif. Akan ditunjukkan 2ᡏ dengan induksi matematik untuk setiap bilangan asli π‘˜ β‰₯ 3 Jika k=3 maka diperoleh kekongruenan aΒ² ≑ 1 (π‘šπ‘œπ‘‘ 8) yang benar untuk a = 1, 3, 5 dan 7, yaitu: 12 ≑ 32 ≑ 52 ≑ 72 ≑ 1 (mod 8) Jadi benar bahwa 23 tidak mempunyai akar primitif. Selanjutnya diasumsikan kekongruenan benar untuk suatu bilangan bulat k > 3, yaitu: π‘Ž2π‘˜βˆ’2 ≑ 1 π‘šπ‘œπ‘‘ 2π‘˜ Kekongruenan ini ekuevalen dengan π‘Ž2π‘˜βˆ’2 ≑ 1 + 2π‘˜ π‘š dengan m suatu bilangan bulat. Jadi kekongruenan juga benar untuk k + 1 sehingga kekongruenan benar untuk semua bilangan bulat π‘˜ β‰₯ 3
  • 11. Untuk k β‰₯ 3, bilangan bulat 2π‘˜ tidak mempunyai akar primitif. Teorema berikut ini mempunyai spirit sama dengan teorema tersebut. Uraian diatas merupakan bukti dari teorema berikut ini Teorema 6.18 Jika bilangan-bilangan bulat m > 2 dan n > 2 dengan (m, n) I, maka m tidak mempunyai akar primitif. Lemma I. Jika p suatu bilangan prima ganjil, maka ada suatu akar primitif r dari p sedemikian hingga π‘Ÿπ‘βˆ’1 ≑ 1 (mod pΒ²) Lemma 2: Misalkan p suatu bilangan priima ganjil dan r suatu akar primitif dari p sedemikian hingga π‘Ÿπ‘βˆ’1 ≑ 1 (mod pΒ²), maka untuk setiap bilangan bulat positif k β‰₯ 2, berlaku: π‘Ÿπ‘π‘˜βˆ’2(π‘βˆ’1) ≑ 1 (π‘šπ‘œπ‘‘ π‘π‘˜) Teorema 6.19
  • 12. Teorema 6.21 Bukti: Menurut Teorema 6.20, mempunyai akar primitif, misalnya r. Kita asumsikan bahwa r suatu bilangan ganjil, sebab jika r genap, maka r + π‘π‘˜ adalah suatu bilangan ganjil yang merupakan akar primitif dari pula. Maka (r, 2 π‘π‘˜ ) =1. Misalkan orde dari r (mod 2 π‘π‘˜ ) adalah n, maka n mesti membagi βˆ…(2π‘π‘˜). Jadi n = βˆ…(2π‘π‘˜), yang berarti bahwa r adalah akar primitif dari 2π‘π‘˜. Teorema 6.20 Bukti: Berdasarkan lemma di atas , kita dapat memilih suatu akar primitif r dari p dan misalkan orde r (mod π‘π‘˜) adalah n. Jika p suatu bilangan prima ganjil dan bilangan bulat k β‰₯ 1, maka π‘π‘˜ mempunyai akar primitif. Jika p suatu bilangan prima ganjil dan suatu bilangan bulat k 1, maka 2 mempunyai akar primitif.
  • 13. Prima Akar primitif terkecil Prima Akar primitif terkecil 2 1 43 3 3 2 47 5 5 2 53 2 7 3 59 2 11 2 61 2 13 2 67 2 17 3 71 7 19 2 73 5 23 5 79 3 29 2 83 2 31 3 89 3 37 2 97 5 41 6 101 2 Tabel 6.3 Berikut ini suatu daftar akar primitif terkecil dari bilangan prima yang kurang dari 100