Penelitian ini menemukan 197 spesies anggrek dari 66 genus di Kalimantan Barat antara 2002-2005, termasuk 27 anggrek terestrial, 169 epifitik, dan 1 epifitik-terestrial. Beberapa spesies rentan atau terancam punah seperti Aerides odorata, sedangkan spesies endemik seperti Dendrobium hallieri sulit ditemukan karena permintaan tinggi. Peneliti merekomendasikan konservasi spesies rentan dan terancam punah melalui budidaya dan
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docx
Orchid Germplasm Exploration West Borneo
1. Resume Jurnal
Exploration and Inventory of Native Orchid Germplasm in West Borneo,
Indonesia
Chairani Siregar1
1
Department of Horticulture, College of Agriculture, University of Tanjungpura, Jln. Ahmad
Yani Pontianak 78124, Kalimantan Barat, Indonesia
Penelitian eksplorasi anggrek ini dilakukan di hutan yang terdapat di 10
kabupaten dan 1 kota di Kalimantan Barat pada tahun 2002 - 2005. Kabupaten
tersebut ialah Sambas, Bengkayang, Pontianak, Sekadau, Sanggau, Kapuas Hulu,
Sintang, Landak, Malawi, dan Ketapang serta kotamadya yaitu di kota Pontianak.
Pada penelitian ini ditemukan 197 spesies anggrek dari 66 genus yang telah
diidentifikasi. Dari 197 spesies anggrek ini terdiri dari 27 anggrek terestrial, 169
anggrek epifit dan 1 spesies anggrek epifit dan terestrial. Beberapa spesies ada yang
vulnerable (rentan), endangered (terancam punah), dan extinct (hampir punah).
Spesies yang rentan seperti Aerides odorata masih berlimpah, terutama di kabupaten
Sambas, Landak, dan Bengkayang.
Beberapa spesies dengan nilai ekonomi tinggi seperti Arachnis breviscapa,
Arachnis hookeriana, Bulbophyllum beccarii, Bulbophyllum dearei, Coelogyne
pandurata, Cymbidium bicolor, Dendrobium hallieri, Dendrobium singkawangense,
Dimorphorchis lowii.
Spesies lainnya seperti Arachnis breviscapa dan Arachnis hookeriana sangat
jarang ditemukan, serta spesies endemik seperti Dendrobium hallieri dan Dendrobium
singkawangense sulit ditemukan karena permintaan yang tinggi dari pembeli. Spesies
endemik ini sulit dibudidayakan secara ex situ dikarenakan butuh penyesuaian
mikrohabitat yang tepat yaitu lingkungan yang mendukung mikoriza spesifiknya.
Spesies lain dari genus Paphiopedilum (Paphiopedilum hookerae dan
Paphiopedilum kolopakingii), genus Paraphalaenopsis (Paraphalaenopsis denevei
dan Paraphalaenopsis serpentilingua), serta Cymbidium jarang ditemukan di
Paphiopedilum lowii Kabupaten Sanggau dan Sintang
Bulbophyllum beccarii &
Bulbophyllum dearei
Kabupaten Landak, Kapuas Hulu, dan Bengkayang
Vanda dearei Kabupaten Landak
2. habitatnya tetapi lebih mudah ditemukan di luar habitatnya seperti di Serawak
(Malaysia), di pembibitan di Jawa, dan beberapa kota besar di Indonesia serta
beberapa bagian belahan bumi bagian Barat. Spesies Paraphalaenopsis
serpentilingua sekarang terancam punah, dan hanya dapat ditemukan di wilayah
Sintang. Namun, Kebun Raya Bogor di Indonesia telah berhasil mengelolanya.
Spesies lain yang juga langka dan sangat terancam punah yaitu Macodes petola,
Anoectochilus albolineatus, dan Ludisia discolor. Anggrek ini hidup di habitat yang
teduh, lembab, dan kaya humus. Selain itu, Phalaenopsis gigantea, Paraphalaenopsis
denevei, dan Phalaenopsis amabilis juga terancam punah dan hampir tidak ditemukan
di pasaran. Oleh karena itu peneliti merekomendasikan bahwa semua spesies yang
rentan, terancam punah, dan hampir punah harus dibudidayakan dan diperlukannya
intervensi pemerintah lokal dan partisipasi dalam konservasi, penanaman serta
pemasaran anggrek sehingga para pihak tidak langsung mengambil tanaman dari
habitatnya.
Sumber : https://doi.org/10.21273/HORTSCI.43.2.554