tentang kerajaan Mataram Islam, kerajaan Makassar, kerajaan Ternate dan Tidore dan Pengaruh Penyebaran Agama Islam terhadap Sistem Sosial dan Budaya Masyarakat
1. Nama Anggota Kelompok :
Anila Risma Niswaul Laili (03)
Anita Dwi Ningsih (04)
Ika Khoirun Nisa’ (15)
Mila Aulia Nopit Ashari (24)
Nining Ratna (25)
Nurcholifatus Solikhah (26)
2. KerajaanMataramIslam
a. Kehidupan Politik
1) Panembahan Senopati
Sutawijaya mengangkat dirinya sebagai Raja
Mataram pertama dengan gelar Panembahan
Senopati (1586-1601).
2) Mas Jolang
Memerintah Mataram dari tahun 1601-1613.
Berhasil menguasai daerah Ponorogo, Kartasura,
Kediri, danWirosobo (Mojoagung).
3. 3) Sultan Agung
Ia memerintah dari tahun 1613-1645. Sultan
Agung mempunyai tujuan mempertahankan
seluruh tanah Jawa dan mengusir orang Belanda di
Batavia.
4) Amangkurat I
Ketika ia menduduki tahta, orang-orang Belanda
mulai masuk ke daerah kerajaan Mataram.
Akhirnya muncullah pemberontakan yang
dipimpin oleh Pangeran Tarunawijaya dari
Madiun.
4. 5) Amangkurat II
Memerintah dari tahun 1677-1703. Pada tahun 1755
melalalui Perjanjian Giyanti, Kerajaan Mataram dibagi
menjadi dua wilayah.
Daerah kesultanan Yogyakarta
Daerah kasunanan Surakarta
Sewaktu terjadi perlawanan dari Mas Said. Belanda
mengadakan perjanjian Salatiga dengannya. Isi
perjanjian Salatiga adalah sebagai berikut :
Surakarta Utara diberikan kepada Mas Said
Surakarta Selatan diberikan kepada Paku Buwono
III
5. b. Kehidupan Ekonomi
Kerajaan Mataram yang terletak di pedalaman
merupakan sebuah kerajaan agraris dengan hasil
utamanya beras.
c. Kehidupan Sosial-Budaya
Pada Masa kebesaran Mataram, kebudayaan juga
berkembang, antara lain seni tari, seni pahat, seni
sastra, dan sebagainya. Sultan Agung mengarang
kitab Sastra Gending yang berupa filsafat. Demikian
juga muncul kitab Nitisruti, Nitisastra, dan Astabrata
yang berisi ajaran tabiat baik yang bersumber pada
kitab Ramayana.
6. Kerajaan makassar
a. Kehidupan Politik
1) Raja Alaudin
Memerintah Makassar dari tahun 1591-1638. Di
bawah pemerintahannya Kerajaan Makassar
terjun dalam dunia pelayaran-perdagangan (dunia
maritim).
2) Sultan Hasanuddin
Pada masa pemerintahannya, Kerajaan Makassar
mencapai masa kejayaan.
7. Sultan Hasanuddin dan Belanda mengadakan
Perjanjian Bongaya. Isi perjanjian itu sebagai
berikut :
Wilayah Makassar terbatas pada Goa. Wilayah
Bone dikembalikan kepada Aru Palaka.
Kapal Makassar dilarang berlayar tanpa seizin
VOC.
Makassar tertutup untuk semua bangsa, kecuali
VOC dengan hak monopolinya.
Semua benteng harus dihancurkan, kecuali
Benteng Ujung Pandeng (Benteng Rotterdam).
Makassar mengganti kerugian perang sebesar
250 ribu ringgit.
8. 3) Mapasomba
VOC mengerahkan pasukan secara besar-besaran
sehingga Mapasomba berhasil dihancurkan dan VOC
berkuasa penuh atas Makassar.
b. Kehidupan Ekonomi
Untuk mengatur pelayaran dan perniagaan dalam
wilayahnya disusunlah hukum niaga dan perniagaan yang
disebut Ade Allopioping Bicarance Pabbalu’e dan sebuah
naskah lontar karya Amanna Gappa
c. Aspek Sosial-Budaya
Hasil kebudayaan yang terkenal dari Makassar adalah
perahu pinisi dan lambo. Selain itu juga berkembang
kebudayaan lain, seperti seni bangun, seni sastra, seni
suara, dan sebagainya.
9. Kerajaan ternate dan tidore
a. Kehidupan Politik
Kedua kerajaan ini terletak di sebelah barat Pulau
Halmahera di Maluku Utara. Bangsa Barat yang
pertama kali datang di Maluku ialah Portugis (1512)
yang bersekutu dengan Kerajaan Ternate. Jejak ini
diikuti oleh bangsa Spanyol yang berhasil mendarat
di Maluku 1512 dan mengadakan persekutuan
dengan Kerajaan Tidore. Untuk menyelesaikan
persaingan antara Portugis dan Spanyol maka pada
tahun 1529 diadakan Perjanjian Saragosa yang isinya
bangsa Spanyol harus meninggalkan Maluku dan
memusatkan kekuasaannya di Filipina dan bangsa
Portugis tetap tinggal di Maluku.
10. Pada abad ke-17, bangsa Belanda datang di Maluku.
Belanda akhirnya berhasil menduduki benteng
Portugis di Ambon dan dapat mengusir Portugis dari
Maluku (1605). Belanda yang tanpa ada saingan
melakukan tindakan yang sewenang-wenang seperti
berikut :
Melaksanakan sistem penyerahan wajib sebagian
hasil bumi (rempah-rempah) kepada VOC
(contingenten).
Adanya perintah penebangan/pemusnahan tanaman
rempah-rempah jika harga rempah-rempah di
pasaran turun (hak ekstirpasi) dan penanaman
kembali secara serentak apabila harga rempah-rempah
di pasaran meningkat.
11. Mengadakan pelayaran Hongi (patroli laut), yakni
sistem perondaan yang dilakukan oleh VOC
dengan tujuan untuk mencegah timbulnya
perdagangan gelap dan mengawasi pelaksanaan
monopoli perdagangan di seluruh Maluku.
Pada tahun 1780 rakyat Tidore bangkit melawan
VOC di bawah pimpinan Sultan Nuku. Selanjutnya
Nuku berhasil menyatukan Ternate dan Tidore.
Perlawanan yang lebih dahsyat di Maluku baru
muncul pada permulaan abad ke-19 di bawah
pimpinan Pattimura.
12. b. Kehidupan Ekonomi
Kehidupan rakyat Maluku yang utama adalah
pertanian dan perdagangan. Tanah di Kepulauan
Maluku sangat subur dengan hasil utamanya cengkih
dan pala.
c. Kehidupan Sosial-Budaya
Pada tahun 1534, missionaris Katolik, Fransiscus
Xaverius telah berhasil menyebarkan agama Katolik di
Halmahera, Ternate, dan Ambon. Aktivitas rakyat
Maluku yang banyak tercurah pada perekonomian
mengakibatkan budaya yang dihasilkan sedikit. Salah
satu karya seni bangun yang trekenal ialah Istana
Sultan Ternate dan Masjid Kuno di Ternate.
13. Pengaruh Penyebaran Agama Islam terhadap Sistem Sosial dan
Budaya Masyarakat
1. Pengaruh Islam terhadap Sistem
Kekuasaan dan Hukum
a. Pengangkatan Raja
Sistem pengangkatan raja pada masa berdirinya
kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia berdasarkan
himpunan hukum adat Aceh yang tercantum dalam
adat Makuta Alam, yang disusun secara lengkap pada
masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda.
14. b. Kekuasaan Raja dan Pengeran
Adat Makuta Alam telah memberikan beberapa
gambaran tentang kekuasaan sultan atau raja
(Aceh). Dalam menjalankan kekuasaannya, sultan
atau raja mendapat pengawasan dari alim ulama,
kadi, dan dewan kehakiman terutama memberi
peringatan kepada raja terhadap pelanggaran adat
dan syara’.
c. Birokrasi Pusat dan Daerah
Dari Hikayat Raja-Raja Pasai, Hill menyebutkan
beberapa pejabat kerajaan dan pejabat militer dari
masa pemerintahan Sultan Malik As-Saleh hingga
Sultan Ahmad (cicit Sultan).
15. Adapun pejabat-pejabat kerajaan adalah menteri,
hulubalang, sida-sida, embua, pandita dan beberapa
pembesar istana. Kepala kampung yang membantu
mengumpulkan orang-orang untuk berperang
disebut pendikar atau penghulu. Adapun nama-nama
pejabat militer dalam kerajaan ialah panglima
kemudian di bawahnya menyusul pahlawan dan
ponggawa sedang pasukan kerajaan umumnya
disebut laskar. Para penguasa atau pemegang
pemerintahan tertinggi bergelar Tun Beraim Bapa,
atau gelar lain Tuanku, untuk raja yang memegang
pemerintahan bergelar Syah Alam bahkan pada
beberapa bagian lain dalam hikayat kadang-kadang
ditambah pula gelar Zillu’lahi fi’l alam, kadang-kadang
pula terdapat gelar Daulat Dirgahayu.
16. Gelar tertinggi pejabat kerajaan, adalah perdana
menteri. Raja-raja Pasai adalah laksamana, yaitu
jabatan yang berhubungan dengan pelayaran
perdagangan serta pertahanan laut.
d. Mobilitas Golongan Birokrat
Pada masa pemerintahan Kerajaan Samudra Pasai ini
kita masih banyak melihat adanya mobilitas vertikal
dan sangat sedikit adanya mobilitas horizontal.
Mobilitas horizontal dapat terjadi biasanya karena
sang raja memiliki putra laki-laki banyak dan mereka
perlu diberi jabatan kepala daerah di suatu tempat
atau dapat juga terjadi sebagai akibat pergeseran
pejabat-pejabat dari satu tempat dipindahkan ke
tempat lain dengan kedudukan yang sama.
17. 2. Pengaruh Penyebaran Islam terhadap
Perkembangan Kota dan Terbentuknya
Jaringan serta Intelektual di Kepulauan
Indonesia
Munculnya kota-kota pelabuhan membawa dampak
adanya hubungan langsung antara pedagang asing dan
pedagang pribumi maupun antarpedagang pribumi
sendiri. Pesisir dan muara sungai tersebut akhirnya
menjadi tempat bergaulnya para pedagang dari
berbagai pulau di Indonesia. Dari pergaulan itu,
kemudian terjadi proses integrasi antara masyarakat
Indonesia dan para pedagang.