SlideShare a Scribd company logo
1 of 16
Download to read offline
ffi
PRESIDEN
REPUELII( INDONESIA
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 53 TAHUN 2023
TENTANG
PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 32 TAHUN 2018
TENTANG TATA CARA PENGUNDURAN DIRI DALAM PENCALONAN ANGGOTA
DEWAN PERWAKILAN RAI(YAT, ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN DAERAH,
ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH, PRESIDEN, DAN WAKIL
PRESIDEN, PERMINTAAN IZIN DALAM PENCALONAN PRESIDEN DAN WAKIL
PRESIDEN, SERTA CUTI DALAM PELAKSANAAN KAMPANYE PEMILIHAN UMUM
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Menimbang a. bahwa menteri dan pejabat setingkat menteri yang
dicalonkan oleh partai politik atau gabungan partai politik
peserta pemilihan umum sebagai calon Presiden atau
calon Wakil Presiden tidak harus mengundurkan diri dari
jabatannya sepanjang mendapat persetujuan dan izin Cuti
dari Presiden sebagaimana Putusan Mahkamah Konstitusi
Nomor 68/PUU-XXI2022;
b. bahwa beberapa ketentuan dalam Peraturan Pemerintah
Nomor 32 Tahun 2018 tentang Tata Cara Pengunduran
Diri dalam Pencalonan Anggota Dewan Perwakilan Ralryat,
Anggota Dewan Perwakilan Daerah, Anggota Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah, Presiden, dan Wakil Presiden,
Permintaan lzin dalam Pencalonan Presiden dan Wakil
Presiden, serta Cuti dalam Pelaksanaan Kampanye
Pemilihan Umum sudah tidak sesuai dengan
perkembangan hukum, sehingga perlu diubah;
SK No 181956A
c. bahwa
c.
INDONESIA
2-
bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud
dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan
Pemerintah tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah
Nomor 32 Tahun 201.8 tentang Tata Cara Pengunduran
Diri dalam Pencalonan Anggota Dewan Perwakilan Ralgrat,
Anggota Dewan Perwakilan Daerah, Anggota Dewan
Perwakilan Ralryat Daerah, Presiden, dan Wakil Presiden,
Permintaan lzin dalam Pencalonan Presiden dan Wakil
Presiden, serta Cuti dalam Pelaksanaan Kampanye
Pemilihan Umum;
Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945;
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2Ol7 tentang Pemilihan
Umum (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2Ol7
Nomor I82, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 6109) sebagaimana telah diubah dengan
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2023 tentang Penetapan
Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1
Tahun 2022 tentang Perubahan atas Undang-Undang
Nomor 7 Tahun 2Ol7 tentang Pemilihan Umum menjadi
Undang-Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2023 Nomor 54, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 6863);
Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun2Ol8 tentang Tata
Cara Pengunduran Diri dalam Pencalonan Anggota Dewan
Perwakilan Rakyat, Anggota Dewan Perwakilan Daerah,
Anggota Dewan Perwakilan Ralryat Daerah, Presiden, dan
Wakil Presiden, Permintaan lzin dalam Pencalonan
Presiden dan Wakil Presiden, serta Cuti dalam
Pelaksanaan Kampanye Pemilihan Umum (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2Ol8 Nomor 106,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 62231;
Mengingat 1.
2.
3.
SK No 181977 A
MEMUTUSKAN. . .
Menetapkan
hiJ,FtfrI{Il
LIK INDONESIA
-3-
MEMUTUSKAN:
PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PERUBAHAN ATAS
PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 32 TAHUN 2018 TENTANG
TATA CARA PENGUNDURAN DIRI DALAM PENCALONAN
ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT, ANGGOTA DEWAN
PERWAKILAN DAERAH, ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN
RAKYAT DAERAH, PRESIDEN, DAN WAKIL PRESIDEN,
PERMINTAAN TZIN DALAM PENCALONAN PRESIDEN DAN
WAKIL PRESTDEN, SERTA CUTT DALAM PELAKSANAAN
KAMPANYE PEMILIHAN UMUM.
Pasal I
Beberapa ketentuan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 32
Tahun 2Ol8 tentang Tata Cara Pengunduran Diri dalam
Pencalonan Anggota Dewan Perwakilan Ra1ryat, Anggota Dewan
Perwakilan Daerah, Anggota Dewan Perwakilan Ralryat Daerah,
Presiden, dan Wakil Presiden, Permintaan lzin dalam
Pencalonan Presiden dan Wakil Presiden, serta Cuti dalam
Pelaksanaan Kampanye Pemilihan Umum (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2Ol8 Nomor 106, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6223), diubah
sebagai berikut:
Ketentuan ayat (1) dan ayat (21 Pasal 18 diubah dan
di antara ayat (1) dan ayat (2) disisipkan 1 (satu) ayatyakni
ayat (1a), sehingga Pasal 18 berbunyi sebagai berikut:
Pasal 18
(1) Pejabat negara yang dicalonkan oleh partai politik
atau gabungan partai politik peserta pemilihan
umum sebagai calon Presiden atau calon Wakil
Presiden harus mengundurkan diri dari jabatannya,
kecuali Presiden, Wakil Presiden, pimpinan dan
anggota Majelis Permusyawaratan Ralgrat, pimpinan
dan anggota DPR, pimpinan dan anggota DPD,
menteri dan pejabat setingkat menteri, gubernur,
wakil gubernur, bupati, wakil bupati, walikota, dan
wakil walikota.
1
(1a) Menteri...
SK No 181976 A
EEIIFIIIIT
INDONESIA
4-
(1a) Menteri dan pejabat setingkat menteri yang
dicalonkan oleh partai politik atau gabungan partai
politik peserta pemilihan umum sebagai calon
Presiden atau calon Wakil Presiden sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) harus mendapatkan
persetujuan dan izin Cuti dari Presiden.
(21 Aparatur sipil negara, anggota Tentara Nasional
lndonesia, anggota Kepolisian Negara Republik
Indonesia, karyawan atau pejabat badan usaha milik
negara atau badan usaha milik daerah harus
mengundurkan diri apabila dicalonkan oleh partai
politik atau gabungan partai politik peserta pemilihan
umum sebagai calon Presiden atau calon Wakil
Presiden.
(3) Pengunduran diri sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dan ayat (2) dinyatakan dengan surat
pengunduran diri dan tidak dapat ditarik kembali.
(4) Pejabat negara, aparatur sipil negara, anggota
Tentara Nasional Indonesia, anggota Kepolisian
Negara Republik lndonesia, karyawan atau pejabat
badan usaha milik negara atau badan usaha milik
daerah yang mengundurkan diri sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) tidak dapat
mengajukan pengaktifan kembali.
2. Paragraf 8 Bagian Kedua pada BAB II dihapus.
3. Pasal 25 dihapus
Ketentuan Pasal 28 diubah, sehingga Pasal 28 berbunyi
sebagai berikut:
4
SK No 181969 A
Pasal28...
5
REPUBLIK INDONESIA
-5-
Pasal 28
(1) Ketentuan mengenai tata cara pengunduran diri
aparatur sipil negara, anggota Tentara Nasional
Indonesia, anggota Kepolisian Negara Republik
Indonesia, direksi, anggota dewan komisaris, anggota
dewan pengawas, atau karyawan pada badan usaha
milik negara atau badan usaha milik daerah
sebagaimana dimaksud dalam Pasal9 sampai dengan
Pasal 15 berlaku secara mutatis mutandis terhadap
ketentuan mengenai tata cara pengunduran diri
aparatur sipil negara, anggota Tentara Nasional
Indonesia, anggota Kepolisian Negara Republik
Indonesia, direksi, anggota dewan komisaris, anggota
dewan pengawas, atau karyawan pada badan usaha
milik negara atau badan usaha milik daerah yang
dicalonkan oleh partai politik atau gabungan partai
politik peserta pemilihan umum sebagai calon
Presiden atau calon Wakil Presiden.
(21 Aparatur sipil negara, anggota Tentara Nasional
Indonesia, anggota Kepolisian Negara Republik
Indonesia, direksi, anggota dewan komisaris, anggota
dewan pengawas, atau karyawan pada badan usaha
milik negara atau badan usaha milik daerah
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak lagi
memiliki status beserta hak dan kewenangannya
sejak ditetapkan sebagai pasangan calon Presiden
dan calon Wakil Presiden.
Judul BAB III diubah, sehingga Judul BAB III berbunyi
sebagai berikut:
BAB III
PERMINTAAN PERSETUJUAN DAN IZIN DALAM
PENCALONAN PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN
6. Di antara . . .
SK No 181975 A
PRESIDEN
BUK INDONESIA
-6-
6. Di antara Pasal 28 dan Pasal 29 disisipkan 1 (satu) pasal
yakni Pasal 28A pada BAB III yang berbunyi sebagai
berikut:
Pasal 28A
(1) Menteri dan pejabat setingkat menteri yang akan
dicalonkan oleh partai politik atau gabungan partai
politik peserta pemilihan umum sebagai calon
Presiden atau calon Wakil Presiden mengajukan
permintaan persetujuan kepada Presiden.
(21 Presiden memberikan persetujuan atas permintaan
menteri dan pejabat setingkat menteri dalam waktu
paling lama 15 (lima belas) hari setelah menerima
surat permintaan persetujuan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1).
(3) Dalam hal Presiden belum memberikan persetujuan
dalam waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (21,
persetujuan dianggap tidak diberikan.
(41 Surat persetujuan yang diberikan oleh Presiden
kepada menteri dan pejabat setingkat menteri
sebagaimana dimaksud pada ayat (21 disampaikan
kepada Komisi Pemilihan Umum oleh partai politik
atau gabungan partai politik peserta pemilihan
umum sebagai dokumen persyaratan calon Presiden
atau calon Wakil Presiden.
Judul BAB IV diubah sehingga Judul BAB IV berbunyi
sebagai berikut:
BAB IV
TATA CARA PELAKSANAAN CUTI
DALAM PEMILIHAN UMUM
7
8. Ketentuan. . .
SK No 181974 A
8
f :ITFFII;ITN
INDONESTA
7-
Ketentuan ayat (1) dan ayat (21Pasal 31 diubah, sehingga
Pasal 31 berbunyi sebagai berikut:
Pasal 31
(1) Menteri dan pejabat setingkat menteri dapat
melaksanakan kampanye apabila yang
bersangkutan:
a. sebagai calon Presiden atau calon Wakil
Presiden;
b. berstatus sebagai anggota partai politik; atau
c. anggota tim kampanye atau pelaksana
kampanye yang sudah didaftarkan ke Komisi
Pemilihan Umum.
(21 Gubernur, wakil gubernur, bupati, wakil bupati,
walikota, dan wakil walikota dapat melaksanakan
kampanye apabila yang bersangkutan:
a. sebagai calon Presiden atau calon Wakil
Presiden;
b. berstatus sebagai anggota partai politik; atau
c. anggota tim kampanye atau pelaksana
kampanye yang sudah didaftarkan ke Komisi
Pemilihan Umum.
(3) Menteri dan pejabat setingkat menteri, gubernur,
wakil gubernur, bupati, wakil bupati, walikota, dan
wakil walikota yang melaksanakan kampanye
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2)
harus menjalankan Cuti.
Di antara Pasal 34 dan Pasal 35 disisipkan 1 (satu) pasal,
yakni Pasal 34A pada Bagian Ketiga yang berbunyi sebagai
berikut:
9
SK No 181979 A
Pasal 34A. . .
IEtrEItrITN
INDONESIA
8-
Pasal 34A
(1) Menteri dan pejabat setingkat menteri, gubernur,
wakil gubernur, bupati, wakil bupati, walikota, dan
wakil walikota yang dicalonkan oleh partai politik
atau gabungan partai politik peserta pemilihan
umum sebagai calon Presiden atau calon Wakil
Presiden melaksanakan Cuti pada saat:
a. pendaftaran bakal pasangan calon Presiden dan
calon Wakil Presiden;
b. pemeriksaan kesehatan bakal pasangan calon
Presiden dan calon Wakil Presiden;
c. pengundian nomor urut pasangan calon
Presiden dan calon Wakil Presiden; dan
d. selama masa Kampanye Pemilihan Umum atau
Cuti sesuai dengan kebutuhan.
(21 Permohonan izin Cuti sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) diajukan dengan ketentuan:
a. menteri dan pejabat setingkat menteri diajukan
kepada Presiden melalui menteri yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan di
bidang kesekretariatan negara;
b. gubernur dan wakil gubernur diajukan kepada
menteri yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan dalam negeri dengan tembusan
kepada Presiden; dan
c. bupati, wakil bupati, walikota, dan wakil
walikota diajukan kepada gubernur dengan
tembusan kepada menteri yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan dalam
negeri.
(3) Permohonan izin Cuti memuat:
a. jadwal dan jangka waktu; dan
b. tempat dan/atau lokasi,
pelaksanaan kegiatan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1).
(4) Permohonan...
SK No 181984 A
ErI-+{FI{Il
INDONESIA
9-
(4) Permohonan izin Cuti sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf a, huruf b, dan huruf c disampaikan
sebelum pelaksanaan kegiatan.
(5) Permohonan izin Cuti sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf d diajukan paling lambat 7 (tujuh) hari
sebelum pelaksanaan Kampanye Pemilihan Umum.
10. Ketentuan ayat (1) Pasal 35 diubah, sehingga Pasal 35
berbunyi sebagai berikut:
Pasal 35
(1) Permintaan Cuti menteri dan pejabat setingkat
menteri sebagaimana dimaksud dalam Pasal 31
ayat (1) huruf b dan huruf c, serta gubernur, wakil
gubernur, bupati, wakil bupati, walikota, dan wakil
walikota sebagaimana dimaksud dalam Pasal 31
ayat (21 huruf b dan huruf c, diajukan dengan
ketentuan:
a. menteri dan pejabat setingkat menteri diajukan
kepada Presiden melalui menteri yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan di
bidang kesekretariatan negara;
b. gubernur dan wakil gubernur diajukan kepada
menteri yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan dalam negeri dengan tembusan
kepada Presiden; dan
c. bupati, wakil bupati, walikota, dan wakil
walikota diajukan kepada gubernur dengan
tembusan kepada menteri yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan dalam
negeri.
(21 Permintaan Cuti sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) memuat:
a. jadwal . . .
SK No 181683 A
PRESIDEN
BUK INDONESIA
- 10-
a. jadwal dan jangka waktu Kampanye Pemilihan
Umum; dan
b. tempat dan/atau lokasi Kampanye Pemilihan
Umum.
(3) Permintaan Cuti sebagaimana pada ayat (1) diajukan
paling lambat 12 (dua belas) hari kerja sebelum
pelaksanaan Kampanye Pemilihan Umum.
11. Ketentuan Pasal 36 diubah, sehingga Pasal 36 berbunyi
sebagai berikut:
Pasal 36
(1) Menteri dan pejabat setingkat menteri sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 31 ayat (1) hurr.rf b dan
huruf c, serta gubernur, wakil gubernur, bupati,
wakil bupati, walikota, dan wakil walikota
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 31 ayat (21
huruf b dan huruf c melaksanakan Cuti selama
1 (satu) hari kerja dalam 1 (satu) minggu pada masa
Kampanye Pemilihan Umum.
(21 Hari libur merupakan hari bebas untuk melakukan
Kampanye Pemilihan Umum di luar ketentuan Cuti.
Peraturan Pemerintah
diundangkan.
Pasal II
ini mulai berlaku pada tanggal
Agar
SK No 181990 A
PRESTDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 11-
Agar setiap
pengundangan
penempatannya
Indonesia.
orang mengetahuinya, memerintahkan
Peraturan Pemerintah ini dengan
dalam Lembaran Negara Republik
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 21 November 2023
PRESTDEN REPUBLIK INDONESIA,
ttd.
JOKO WIDODO
Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 21 November 2023
MENTERI SEKRETARIS NEGARA
REPUBLIK INDONESIA,
PRATIKNO
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2023 NOMOR 149
Salinan sesuai dengan aslinya
KEMENTERIAN SEKRETARIAT NEGARA
REPUBLIK INDONESIA
Perundang-undangan dan
Hukum,
ttd
SK No 182000A
Djaman
REPUBLIK INDONESTA
PENJELASAN
ATAS
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESTA
NOMOR 53 TAHUN 2023
TENTANG
PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 32 TAHUN 2018
TENTANG TATA CARA PENGUNDURAN DIRI DALAM PENCALONAN ANGGOTA
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT, ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN DAERAH,
ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH, PRESIDEN, DAN WAKIL
PRESIDEN, PERMINTAAN IZIN DALAM PENCALONAN PRESIDEN DAN WAKIL
PRESIDEN, SERTA CUTI DALAM PELAKSANAAN KAMPANYE PEMILIHAN UMUM
UMUM
Berdasarkan Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 68 / PUU-XXI 2022
terhadap Pasal l7O ayat (1) Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2Ol7 tentang
Pemilihan Umum, menteri dan pejabat setingkat menteri yang dicalonkan
oleh partai politik atau gabungan partai politik peserta pemilihan umum
sebagai calon Presiden atau calon Wakil Presiden tidak harus
mengundurkan diri dari jabatannya sepanjang mendapat persetujuan dan
izin Cuti dari Presiden.
Selain hal tersebut, mekanisme mengenai permintaan persetujuan dan
izin dalam pencalonan Presiden dan Wakil Presiden serta tata cara
pelaksanaan Cuti pada pemilihan umum dalam Peraturan Pemerintah
Nomor 32 Tahun 2OI8 tentang Tata Cara Pengunduran Diri dalam
Pencalonan Anggota Dewan Perwakilan Ralryat, Anggota Dewan Perwakilan
Daerah, Anggota Dewan Perwakilan Ralryat Daerah, Presiden, dan Wakil
Presiden, Permintaanlzin dalam Pencalonan Presiden dan Wakil Presiden,
serta Cuti dalam Pelaksanaan Kampanye Pemilihan Umum sudah tidak
sesuai dengan perkembangan hukum saat ini.
I
SK No 181682 A
Atas
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
-2-
Atas dasar hal tersebut di atas, maka Pemerintah perlu melakukan
perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2018 tentang Tata
Cara Pengunduran Diri dalam Pencalonan Anggota Dewan Perwakilan
Ralryat, Anggota Dewan Perwakilan Daerah, Anggota Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah, Presiden, dan Wakil Presiden, Permintaan lzin dalam
Pencalonan Presiden dan Wakil Presiden, serta Cuti dalam Pelaksanaan
Kampanye Pemilihan Umum yang pengaturannya meliputi pengaturan
bahwa menteri dan pejabat setingkat menteri yang dicalonkan sebagai
calon Presiden dan calon Wakil Presiden tidak harus mundur dari
jabatannya, permintaan persetujuan dan izin dalam pencalonan Presiden
dan Wakil Presiden, serta tata cara pelaksanaan Cuti dalam pemilihan
umum.
II. PASAL DEMI PASAL
Pasal I
Angka 1
Pasal 18
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan "pejabat negara" dalam
ketentuan ini adalah:
a. ketua, wakil ketua, ketua muda, dan hakim agung
pada Mahkamah Agung;
b. ketua, wakil ketua, dan hakim pada semua badan
peradilan, kecuali hakim ad lwc;
c. ketua, wakil ketua, dan anggota Mahkamah
Konstitusi;
d. ketua, wakil ketua, dan anggota Badan Pemeriksa
Keuangan;
e. ketua, wakil ketua, dan anggota Komisi Yudisial;
f. ketua dan wakil ketua Komisi Pemberantasan
Korupsi;
SK No 181970 A
g.kepala...
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
-3-
g. kepala perwakilan Republik Indonesia di luar
negeri yang berkedudukan sebagai Duta Besar
Luar Biasa dan Berkuasa Penuh; dan
h. pejabat negara lainnya yang ditentukan oleh
undang-undang.
Ayat (1a)
Cukup jelas.
Ayat (21
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (a)
Cukup jelas.
Angka 2
Cukup jelas.
Angka 3
Cukup jelas.
Angka 4
Pasal 28
Cukup jelas.
Angka 5
Cukup jelas.
Angka 6
Pasal 28A
Cukup jelas.
Angka 7
Cukup jelas.
SK No 181994A
Angka 8
PRESIDEN
REPUBU|C
'NDONESIA
-4-
Angka 8
Pasal 31
Cukup jelas.
Angka 9
Pasal 34A
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (a)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Yang dimaksud dengan "diajukan paling lambat
7 (tujuh) hari" adalah surat permintaan Cuti harus
sudah diterima oleh pejabat yang berwenang paling
lambat 7 (tujuh) hari sebelum menteri dan pejabat
setingkat menteri, gubernur, wakil gubernur, bupati,
wakil bupati, walikota, dan wakil walikota yang
bersangkutan melaksanakan kampanye.
Angka 10
Pasal 35
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
SK No 181995 A
Ayat(3) ...
INDONE:5IA
5-
Ayat (3)
Angka 1 1
Pasal 36
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Yang dimaksud d.engan "diajukan paling lambat 12 (dua
belas) hari kerja" adalah surat permintaan cuti harus
sudah diterima
.oleh.
pejabat yLng berwenang paling
lambat 12 (dua belas) hari keda seberum menteri dan
pejabat setingkat menteri, 916".rrr., wakil gubernur,
bupati, wakil bupati, walikot-a, dan wakil wafiota yang
bersangkutan melaksanakan kampanye.
Hari libur dalam ketentuan ini termasuk hari yang
diliburkan secara nasional.
Pasal II
Cukup jelas.
TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6901
SK No 181960A

More Related Content

Similar to Salinan PP Nomor 53 Tahun 2023 (1).pdf

Rakor Pencalonan DPRD Pemilu 2024.pptx
Rakor Pencalonan DPRD Pemilu 2024.pptxRakor Pencalonan DPRD Pemilu 2024.pptx
Rakor Pencalonan DPRD Pemilu 2024.pptx
HanyaAbdulH
 
Uu 2 tahun 2011 ttg partai politik
Uu 2 tahun 2011 ttg partai politikUu 2 tahun 2011 ttg partai politik
Uu 2 tahun 2011 ttg partai politik
M Ungang
 
Pengawasan netralitas pns direktur wasdal iv
Pengawasan netralitas pns direktur wasdal ivPengawasan netralitas pns direktur wasdal iv
Pengawasan netralitas pns direktur wasdal iv
KutsiyatinMSi
 
UU_12_Tahun_2008.pdf
UU_12_Tahun_2008.pdfUU_12_Tahun_2008.pdf
UU_12_Tahun_2008.pdf
alafkaar
 
Uu nomor 22 tahun 2014 tentang pemilihan gubernur bupati-walikota
Uu nomor 22 tahun 2014 tentang pemilihan gubernur bupati-walikotaUu nomor 22 tahun 2014 tentang pemilihan gubernur bupati-walikota
Uu nomor 22 tahun 2014 tentang pemilihan gubernur bupati-walikota
Winarto Winartoap
 

Similar to Salinan PP Nomor 53 Tahun 2023 (1).pdf (20)

PKPU Nomor 12 Tahun 2017
PKPU Nomor 12 Tahun 2017PKPU Nomor 12 Tahun 2017
PKPU Nomor 12 Tahun 2017
 
Ruu Pilkada Melalui DPRD, 24/September/2014
Ruu Pilkada Melalui DPRD, 24/September/2014Ruu Pilkada Melalui DPRD, 24/September/2014
Ruu Pilkada Melalui DPRD, 24/September/2014
 
Implikasi hasil jr uu parpol
Implikasi hasil jr uu parpolImplikasi hasil jr uu parpol
Implikasi hasil jr uu parpol
 
Implementasi UU Nomor 1 Tahun 2015 dan UU Nomor 8 tahun 2015
Implementasi UU Nomor 1 Tahun 2015 dan UU Nomor 8 tahun 2015Implementasi UU Nomor 1 Tahun 2015 dan UU Nomor 8 tahun 2015
Implementasi UU Nomor 1 Tahun 2015 dan UU Nomor 8 tahun 2015
 
Rakor Pencalonan DPRD Pemilu 2024.pptx
Rakor Pencalonan DPRD Pemilu 2024.pptxRakor Pencalonan DPRD Pemilu 2024.pptx
Rakor Pencalonan DPRD Pemilu 2024.pptx
 
Uu 2 tahun 2011 ttg partai politik
Uu 2 tahun 2011 ttg partai politikUu 2 tahun 2011 ttg partai politik
Uu 2 tahun 2011 ttg partai politik
 
UU Nomor 2 Tahun 2018 Tentang MD3
UU Nomor 2 Tahun 2018 Tentang MD3UU Nomor 2 Tahun 2018 Tentang MD3
UU Nomor 2 Tahun 2018 Tentang MD3
 
PKPU 22 tahun 2018
PKPU 22 tahun 2018PKPU 22 tahun 2018
PKPU 22 tahun 2018
 
Pengawasan netralitas pns direktur wasdal iv
Pengawasan netralitas pns direktur wasdal ivPengawasan netralitas pns direktur wasdal iv
Pengawasan netralitas pns direktur wasdal iv
 
PKPU Nomor 15 Tahun 2017
PKPU Nomor 15 Tahun 2017PKPU Nomor 15 Tahun 2017
PKPU Nomor 15 Tahun 2017
 
Undang-undang No. 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas Undang-undang No...
Undang-undang No. 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas Undang-undang No...Undang-undang No. 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas Undang-undang No...
Undang-undang No. 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas Undang-undang No...
 
UU_12_Tahun_2008.pdf
UU_12_Tahun_2008.pdfUU_12_Tahun_2008.pdf
UU_12_Tahun_2008.pdf
 
UU_Nomor_10_Tahun_2016.pdf
UU_Nomor_10_Tahun_2016.pdfUU_Nomor_10_Tahun_2016.pdf
UU_Nomor_10_Tahun_2016.pdf
 
UU Nomor 10 Tahun 2016 ( PILKADA )
UU Nomor 10 Tahun 2016 ( PILKADA )UU Nomor 10 Tahun 2016 ( PILKADA )
UU Nomor 10 Tahun 2016 ( PILKADA )
 
UU NOMOR 10 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAH...
UU NOMOR 10 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAH...UU NOMOR 10 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAH...
UU NOMOR 10 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAH...
 
PKPU nomor 12 tahun 2015
PKPU nomor 12 tahun 2015PKPU nomor 12 tahun 2015
PKPU nomor 12 tahun 2015
 
Uu nomor 22 tahun 2014 tentang pemilihan gubernur bupati-walikota
Uu nomor 22 tahun 2014 tentang pemilihan gubernur bupati-walikotaUu nomor 22 tahun 2014 tentang pemilihan gubernur bupati-walikota
Uu nomor 22 tahun 2014 tentang pemilihan gubernur bupati-walikota
 
01. Materi YUSRIAL_RAKOR SOSIALISASI REGULASI.pptx
01. Materi YUSRIAL_RAKOR SOSIALISASI REGULASI.pptx01. Materi YUSRIAL_RAKOR SOSIALISASI REGULASI.pptx
01. Materi YUSRIAL_RAKOR SOSIALISASI REGULASI.pptx
 
01. Materi YUSRIAL_RAKOR SOSIALISASI REGULASI.pptx
01. Materi YUSRIAL_RAKOR SOSIALISASI REGULASI.pptx01. Materi YUSRIAL_RAKOR SOSIALISASI REGULASI.pptx
01. Materi YUSRIAL_RAKOR SOSIALISASI REGULASI.pptx
 
Uu no 10_2016_ tentang_pemilihan gubernur_bupati_dan walikota
Uu no 10_2016_ tentang_pemilihan gubernur_bupati_dan walikotaUu no 10_2016_ tentang_pemilihan gubernur_bupati_dan walikota
Uu no 10_2016_ tentang_pemilihan gubernur_bupati_dan walikota
 

More from fadhlifauzi (9)

Penyelenggara fintech terdaftar dan berizin di ojk per 6 oktober 2021
Penyelenggara fintech terdaftar dan berizin di ojk per 6 oktober 2021Penyelenggara fintech terdaftar dan berizin di ojk per 6 oktober 2021
Penyelenggara fintech terdaftar dan berizin di ojk per 6 oktober 2021
 
Perusahaan fintech lending berizin dan terdaftar di ojk per 10 juni 2021
Perusahaan fintech lending berizin dan terdaftar di ojk per 10 juni 2021Perusahaan fintech lending berizin dan terdaftar di ojk per 10 juni 2021
Perusahaan fintech lending berizin dan terdaftar di ojk per 10 juni 2021
 
Kementrian pupr
Kementrian puprKementrian pupr
Kementrian pupr
 
Penyelenggara fintech lending terdaftar dan berizin
Penyelenggara fintech lending terdaftar dan berizinPenyelenggara fintech lending terdaftar dan berizin
Penyelenggara fintech lending terdaftar dan berizin
 
Daftar Entitas Investasi Ilegal
Daftar Entitas Investasi IlegalDaftar Entitas Investasi Ilegal
Daftar Entitas Investasi Ilegal
 
Daftar Penerbangan Citilink yang Dihentikan
Daftar Penerbangan Citilink yang DihentikanDaftar Penerbangan Citilink yang Dihentikan
Daftar Penerbangan Citilink yang Dihentikan
 
Penyelenggara fintech lending terdaftar dan berizin
Penyelenggara fintech lending terdaftar dan berizinPenyelenggara fintech lending terdaftar dan berizin
Penyelenggara fintech lending terdaftar dan berizin
 
Fintech Ilegal
Fintech IlegalFintech Ilegal
Fintech Ilegal
 
Daftar 50 KSP
Daftar 50 KSPDaftar 50 KSP
Daftar 50 KSP
 

Salinan PP Nomor 53 Tahun 2023 (1).pdf

  • 1. ffi PRESIDEN REPUELII( INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 53 TAHUN 2023 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 32 TAHUN 2018 TENTANG TATA CARA PENGUNDURAN DIRI DALAM PENCALONAN ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAI(YAT, ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN DAERAH, ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH, PRESIDEN, DAN WAKIL PRESIDEN, PERMINTAAN IZIN DALAM PENCALONAN PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN, SERTA CUTI DALAM PELAKSANAAN KAMPANYE PEMILIHAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang a. bahwa menteri dan pejabat setingkat menteri yang dicalonkan oleh partai politik atau gabungan partai politik peserta pemilihan umum sebagai calon Presiden atau calon Wakil Presiden tidak harus mengundurkan diri dari jabatannya sepanjang mendapat persetujuan dan izin Cuti dari Presiden sebagaimana Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 68/PUU-XXI2022; b. bahwa beberapa ketentuan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2018 tentang Tata Cara Pengunduran Diri dalam Pencalonan Anggota Dewan Perwakilan Ralryat, Anggota Dewan Perwakilan Daerah, Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, Presiden, dan Wakil Presiden, Permintaan lzin dalam Pencalonan Presiden dan Wakil Presiden, serta Cuti dalam Pelaksanaan Kampanye Pemilihan Umum sudah tidak sesuai dengan perkembangan hukum, sehingga perlu diubah; SK No 181956A c. bahwa
  • 2. c. INDONESIA 2- bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Pemerintah tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 201.8 tentang Tata Cara Pengunduran Diri dalam Pencalonan Anggota Dewan Perwakilan Ralgrat, Anggota Dewan Perwakilan Daerah, Anggota Dewan Perwakilan Ralryat Daerah, Presiden, dan Wakil Presiden, Permintaan lzin dalam Pencalonan Presiden dan Wakil Presiden, serta Cuti dalam Pelaksanaan Kampanye Pemilihan Umum; Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2Ol7 tentang Pemilihan Umum (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2Ol7 Nomor I82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6109) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2023 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2022 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2Ol7 tentang Pemilihan Umum menjadi Undang-Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2023 Nomor 54, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6863); Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun2Ol8 tentang Tata Cara Pengunduran Diri dalam Pencalonan Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Anggota Dewan Perwakilan Daerah, Anggota Dewan Perwakilan Ralryat Daerah, Presiden, dan Wakil Presiden, Permintaan lzin dalam Pencalonan Presiden dan Wakil Presiden, serta Cuti dalam Pelaksanaan Kampanye Pemilihan Umum (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2Ol8 Nomor 106, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 62231; Mengingat 1. 2. 3. SK No 181977 A MEMUTUSKAN. . .
  • 3. Menetapkan hiJ,FtfrI{Il LIK INDONESIA -3- MEMUTUSKAN: PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 32 TAHUN 2018 TENTANG TATA CARA PENGUNDURAN DIRI DALAM PENCALONAN ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT, ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN DAERAH, ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH, PRESIDEN, DAN WAKIL PRESIDEN, PERMINTAAN TZIN DALAM PENCALONAN PRESIDEN DAN WAKIL PRESTDEN, SERTA CUTT DALAM PELAKSANAAN KAMPANYE PEMILIHAN UMUM. Pasal I Beberapa ketentuan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2Ol8 tentang Tata Cara Pengunduran Diri dalam Pencalonan Anggota Dewan Perwakilan Ra1ryat, Anggota Dewan Perwakilan Daerah, Anggota Dewan Perwakilan Ralryat Daerah, Presiden, dan Wakil Presiden, Permintaan lzin dalam Pencalonan Presiden dan Wakil Presiden, serta Cuti dalam Pelaksanaan Kampanye Pemilihan Umum (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2Ol8 Nomor 106, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6223), diubah sebagai berikut: Ketentuan ayat (1) dan ayat (21 Pasal 18 diubah dan di antara ayat (1) dan ayat (2) disisipkan 1 (satu) ayatyakni ayat (1a), sehingga Pasal 18 berbunyi sebagai berikut: Pasal 18 (1) Pejabat negara yang dicalonkan oleh partai politik atau gabungan partai politik peserta pemilihan umum sebagai calon Presiden atau calon Wakil Presiden harus mengundurkan diri dari jabatannya, kecuali Presiden, Wakil Presiden, pimpinan dan anggota Majelis Permusyawaratan Ralgrat, pimpinan dan anggota DPR, pimpinan dan anggota DPD, menteri dan pejabat setingkat menteri, gubernur, wakil gubernur, bupati, wakil bupati, walikota, dan wakil walikota. 1 (1a) Menteri... SK No 181976 A
  • 4. EEIIFIIIIT INDONESIA 4- (1a) Menteri dan pejabat setingkat menteri yang dicalonkan oleh partai politik atau gabungan partai politik peserta pemilihan umum sebagai calon Presiden atau calon Wakil Presiden sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus mendapatkan persetujuan dan izin Cuti dari Presiden. (21 Aparatur sipil negara, anggota Tentara Nasional lndonesia, anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia, karyawan atau pejabat badan usaha milik negara atau badan usaha milik daerah harus mengundurkan diri apabila dicalonkan oleh partai politik atau gabungan partai politik peserta pemilihan umum sebagai calon Presiden atau calon Wakil Presiden. (3) Pengunduran diri sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dinyatakan dengan surat pengunduran diri dan tidak dapat ditarik kembali. (4) Pejabat negara, aparatur sipil negara, anggota Tentara Nasional Indonesia, anggota Kepolisian Negara Republik lndonesia, karyawan atau pejabat badan usaha milik negara atau badan usaha milik daerah yang mengundurkan diri sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) tidak dapat mengajukan pengaktifan kembali. 2. Paragraf 8 Bagian Kedua pada BAB II dihapus. 3. Pasal 25 dihapus Ketentuan Pasal 28 diubah, sehingga Pasal 28 berbunyi sebagai berikut: 4 SK No 181969 A Pasal28...
  • 5. 5 REPUBLIK INDONESIA -5- Pasal 28 (1) Ketentuan mengenai tata cara pengunduran diri aparatur sipil negara, anggota Tentara Nasional Indonesia, anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia, direksi, anggota dewan komisaris, anggota dewan pengawas, atau karyawan pada badan usaha milik negara atau badan usaha milik daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal9 sampai dengan Pasal 15 berlaku secara mutatis mutandis terhadap ketentuan mengenai tata cara pengunduran diri aparatur sipil negara, anggota Tentara Nasional Indonesia, anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia, direksi, anggota dewan komisaris, anggota dewan pengawas, atau karyawan pada badan usaha milik negara atau badan usaha milik daerah yang dicalonkan oleh partai politik atau gabungan partai politik peserta pemilihan umum sebagai calon Presiden atau calon Wakil Presiden. (21 Aparatur sipil negara, anggota Tentara Nasional Indonesia, anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia, direksi, anggota dewan komisaris, anggota dewan pengawas, atau karyawan pada badan usaha milik negara atau badan usaha milik daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak lagi memiliki status beserta hak dan kewenangannya sejak ditetapkan sebagai pasangan calon Presiden dan calon Wakil Presiden. Judul BAB III diubah, sehingga Judul BAB III berbunyi sebagai berikut: BAB III PERMINTAAN PERSETUJUAN DAN IZIN DALAM PENCALONAN PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN 6. Di antara . . . SK No 181975 A
  • 6. PRESIDEN BUK INDONESIA -6- 6. Di antara Pasal 28 dan Pasal 29 disisipkan 1 (satu) pasal yakni Pasal 28A pada BAB III yang berbunyi sebagai berikut: Pasal 28A (1) Menteri dan pejabat setingkat menteri yang akan dicalonkan oleh partai politik atau gabungan partai politik peserta pemilihan umum sebagai calon Presiden atau calon Wakil Presiden mengajukan permintaan persetujuan kepada Presiden. (21 Presiden memberikan persetujuan atas permintaan menteri dan pejabat setingkat menteri dalam waktu paling lama 15 (lima belas) hari setelah menerima surat permintaan persetujuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1). (3) Dalam hal Presiden belum memberikan persetujuan dalam waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (21, persetujuan dianggap tidak diberikan. (41 Surat persetujuan yang diberikan oleh Presiden kepada menteri dan pejabat setingkat menteri sebagaimana dimaksud pada ayat (21 disampaikan kepada Komisi Pemilihan Umum oleh partai politik atau gabungan partai politik peserta pemilihan umum sebagai dokumen persyaratan calon Presiden atau calon Wakil Presiden. Judul BAB IV diubah sehingga Judul BAB IV berbunyi sebagai berikut: BAB IV TATA CARA PELAKSANAAN CUTI DALAM PEMILIHAN UMUM 7 8. Ketentuan. . . SK No 181974 A
  • 7. 8 f :ITFFII;ITN INDONESTA 7- Ketentuan ayat (1) dan ayat (21Pasal 31 diubah, sehingga Pasal 31 berbunyi sebagai berikut: Pasal 31 (1) Menteri dan pejabat setingkat menteri dapat melaksanakan kampanye apabila yang bersangkutan: a. sebagai calon Presiden atau calon Wakil Presiden; b. berstatus sebagai anggota partai politik; atau c. anggota tim kampanye atau pelaksana kampanye yang sudah didaftarkan ke Komisi Pemilihan Umum. (21 Gubernur, wakil gubernur, bupati, wakil bupati, walikota, dan wakil walikota dapat melaksanakan kampanye apabila yang bersangkutan: a. sebagai calon Presiden atau calon Wakil Presiden; b. berstatus sebagai anggota partai politik; atau c. anggota tim kampanye atau pelaksana kampanye yang sudah didaftarkan ke Komisi Pemilihan Umum. (3) Menteri dan pejabat setingkat menteri, gubernur, wakil gubernur, bupati, wakil bupati, walikota, dan wakil walikota yang melaksanakan kampanye sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) harus menjalankan Cuti. Di antara Pasal 34 dan Pasal 35 disisipkan 1 (satu) pasal, yakni Pasal 34A pada Bagian Ketiga yang berbunyi sebagai berikut: 9 SK No 181979 A Pasal 34A. . .
  • 8. IEtrEItrITN INDONESIA 8- Pasal 34A (1) Menteri dan pejabat setingkat menteri, gubernur, wakil gubernur, bupati, wakil bupati, walikota, dan wakil walikota yang dicalonkan oleh partai politik atau gabungan partai politik peserta pemilihan umum sebagai calon Presiden atau calon Wakil Presiden melaksanakan Cuti pada saat: a. pendaftaran bakal pasangan calon Presiden dan calon Wakil Presiden; b. pemeriksaan kesehatan bakal pasangan calon Presiden dan calon Wakil Presiden; c. pengundian nomor urut pasangan calon Presiden dan calon Wakil Presiden; dan d. selama masa Kampanye Pemilihan Umum atau Cuti sesuai dengan kebutuhan. (21 Permohonan izin Cuti sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diajukan dengan ketentuan: a. menteri dan pejabat setingkat menteri diajukan kepada Presiden melalui menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang kesekretariatan negara; b. gubernur dan wakil gubernur diajukan kepada menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan dalam negeri dengan tembusan kepada Presiden; dan c. bupati, wakil bupati, walikota, dan wakil walikota diajukan kepada gubernur dengan tembusan kepada menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan dalam negeri. (3) Permohonan izin Cuti memuat: a. jadwal dan jangka waktu; dan b. tempat dan/atau lokasi, pelaksanaan kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1). (4) Permohonan... SK No 181984 A
  • 9. ErI-+{FI{Il INDONESIA 9- (4) Permohonan izin Cuti sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, huruf b, dan huruf c disampaikan sebelum pelaksanaan kegiatan. (5) Permohonan izin Cuti sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d diajukan paling lambat 7 (tujuh) hari sebelum pelaksanaan Kampanye Pemilihan Umum. 10. Ketentuan ayat (1) Pasal 35 diubah, sehingga Pasal 35 berbunyi sebagai berikut: Pasal 35 (1) Permintaan Cuti menteri dan pejabat setingkat menteri sebagaimana dimaksud dalam Pasal 31 ayat (1) huruf b dan huruf c, serta gubernur, wakil gubernur, bupati, wakil bupati, walikota, dan wakil walikota sebagaimana dimaksud dalam Pasal 31 ayat (21 huruf b dan huruf c, diajukan dengan ketentuan: a. menteri dan pejabat setingkat menteri diajukan kepada Presiden melalui menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang kesekretariatan negara; b. gubernur dan wakil gubernur diajukan kepada menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan dalam negeri dengan tembusan kepada Presiden; dan c. bupati, wakil bupati, walikota, dan wakil walikota diajukan kepada gubernur dengan tembusan kepada menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan dalam negeri. (21 Permintaan Cuti sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memuat: a. jadwal . . . SK No 181683 A
  • 10. PRESIDEN BUK INDONESIA - 10- a. jadwal dan jangka waktu Kampanye Pemilihan Umum; dan b. tempat dan/atau lokasi Kampanye Pemilihan Umum. (3) Permintaan Cuti sebagaimana pada ayat (1) diajukan paling lambat 12 (dua belas) hari kerja sebelum pelaksanaan Kampanye Pemilihan Umum. 11. Ketentuan Pasal 36 diubah, sehingga Pasal 36 berbunyi sebagai berikut: Pasal 36 (1) Menteri dan pejabat setingkat menteri sebagaimana dimaksud dalam Pasal 31 ayat (1) hurr.rf b dan huruf c, serta gubernur, wakil gubernur, bupati, wakil bupati, walikota, dan wakil walikota sebagaimana dimaksud dalam Pasal 31 ayat (21 huruf b dan huruf c melaksanakan Cuti selama 1 (satu) hari kerja dalam 1 (satu) minggu pada masa Kampanye Pemilihan Umum. (21 Hari libur merupakan hari bebas untuk melakukan Kampanye Pemilihan Umum di luar ketentuan Cuti. Peraturan Pemerintah diundangkan. Pasal II ini mulai berlaku pada tanggal Agar SK No 181990 A
  • 11. PRESTDEN REPUBLIK INDONESIA - 11- Agar setiap pengundangan penempatannya Indonesia. orang mengetahuinya, memerintahkan Peraturan Pemerintah ini dengan dalam Lembaran Negara Republik Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 21 November 2023 PRESTDEN REPUBLIK INDONESIA, ttd. JOKO WIDODO Diundangkan di Jakarta pada tanggal 21 November 2023 MENTERI SEKRETARIS NEGARA REPUBLIK INDONESIA, PRATIKNO LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2023 NOMOR 149 Salinan sesuai dengan aslinya KEMENTERIAN SEKRETARIAT NEGARA REPUBLIK INDONESIA Perundang-undangan dan Hukum, ttd SK No 182000A Djaman
  • 12. REPUBLIK INDONESTA PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESTA NOMOR 53 TAHUN 2023 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 32 TAHUN 2018 TENTANG TATA CARA PENGUNDURAN DIRI DALAM PENCALONAN ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT, ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN DAERAH, ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH, PRESIDEN, DAN WAKIL PRESIDEN, PERMINTAAN IZIN DALAM PENCALONAN PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN, SERTA CUTI DALAM PELAKSANAAN KAMPANYE PEMILIHAN UMUM UMUM Berdasarkan Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 68 / PUU-XXI 2022 terhadap Pasal l7O ayat (1) Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2Ol7 tentang Pemilihan Umum, menteri dan pejabat setingkat menteri yang dicalonkan oleh partai politik atau gabungan partai politik peserta pemilihan umum sebagai calon Presiden atau calon Wakil Presiden tidak harus mengundurkan diri dari jabatannya sepanjang mendapat persetujuan dan izin Cuti dari Presiden. Selain hal tersebut, mekanisme mengenai permintaan persetujuan dan izin dalam pencalonan Presiden dan Wakil Presiden serta tata cara pelaksanaan Cuti pada pemilihan umum dalam Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2OI8 tentang Tata Cara Pengunduran Diri dalam Pencalonan Anggota Dewan Perwakilan Ralryat, Anggota Dewan Perwakilan Daerah, Anggota Dewan Perwakilan Ralryat Daerah, Presiden, dan Wakil Presiden, Permintaanlzin dalam Pencalonan Presiden dan Wakil Presiden, serta Cuti dalam Pelaksanaan Kampanye Pemilihan Umum sudah tidak sesuai dengan perkembangan hukum saat ini. I SK No 181682 A Atas
  • 13. PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA -2- Atas dasar hal tersebut di atas, maka Pemerintah perlu melakukan perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2018 tentang Tata Cara Pengunduran Diri dalam Pencalonan Anggota Dewan Perwakilan Ralryat, Anggota Dewan Perwakilan Daerah, Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, Presiden, dan Wakil Presiden, Permintaan lzin dalam Pencalonan Presiden dan Wakil Presiden, serta Cuti dalam Pelaksanaan Kampanye Pemilihan Umum yang pengaturannya meliputi pengaturan bahwa menteri dan pejabat setingkat menteri yang dicalonkan sebagai calon Presiden dan calon Wakil Presiden tidak harus mundur dari jabatannya, permintaan persetujuan dan izin dalam pencalonan Presiden dan Wakil Presiden, serta tata cara pelaksanaan Cuti dalam pemilihan umum. II. PASAL DEMI PASAL Pasal I Angka 1 Pasal 18 Ayat (1) Yang dimaksud dengan "pejabat negara" dalam ketentuan ini adalah: a. ketua, wakil ketua, ketua muda, dan hakim agung pada Mahkamah Agung; b. ketua, wakil ketua, dan hakim pada semua badan peradilan, kecuali hakim ad lwc; c. ketua, wakil ketua, dan anggota Mahkamah Konstitusi; d. ketua, wakil ketua, dan anggota Badan Pemeriksa Keuangan; e. ketua, wakil ketua, dan anggota Komisi Yudisial; f. ketua dan wakil ketua Komisi Pemberantasan Korupsi; SK No 181970 A g.kepala...
  • 14. PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA -3- g. kepala perwakilan Republik Indonesia di luar negeri yang berkedudukan sebagai Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh; dan h. pejabat negara lainnya yang ditentukan oleh undang-undang. Ayat (1a) Cukup jelas. Ayat (21 Cukup jelas. Ayat (3) Cukup jelas. Ayat (a) Cukup jelas. Angka 2 Cukup jelas. Angka 3 Cukup jelas. Angka 4 Pasal 28 Cukup jelas. Angka 5 Cukup jelas. Angka 6 Pasal 28A Cukup jelas. Angka 7 Cukup jelas. SK No 181994A Angka 8
  • 15. PRESIDEN REPUBU|C 'NDONESIA -4- Angka 8 Pasal 31 Cukup jelas. Angka 9 Pasal 34A Ayat (1) Cukup jelas. Ayat (2) Cukup jelas. Ayat (3) Cukup jelas. Ayat (a) Cukup jelas. Ayat (5) Yang dimaksud dengan "diajukan paling lambat 7 (tujuh) hari" adalah surat permintaan Cuti harus sudah diterima oleh pejabat yang berwenang paling lambat 7 (tujuh) hari sebelum menteri dan pejabat setingkat menteri, gubernur, wakil gubernur, bupati, wakil bupati, walikota, dan wakil walikota yang bersangkutan melaksanakan kampanye. Angka 10 Pasal 35 Ayat (1) Cukup jelas. Ayat (2) Cukup jelas. SK No 181995 A Ayat(3) ...
  • 16. INDONE:5IA 5- Ayat (3) Angka 1 1 Pasal 36 Ayat (1) Cukup jelas. Ayat (2) Yang dimaksud d.engan "diajukan paling lambat 12 (dua belas) hari kerja" adalah surat permintaan cuti harus sudah diterima .oleh. pejabat yLng berwenang paling lambat 12 (dua belas) hari keda seberum menteri dan pejabat setingkat menteri, 916".rrr., wakil gubernur, bupati, wakil bupati, walikot-a, dan wakil wafiota yang bersangkutan melaksanakan kampanye. Hari libur dalam ketentuan ini termasuk hari yang diliburkan secara nasional. Pasal II Cukup jelas. TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6901 SK No 181960A