Refarat ini membahas aspek elektrodiagnostik Erb dan Klumpke Palsy yang disebabkan oleh cedera plexus brachialis. Pemeriksaan elektrodiagnostik seperti studi kecepatan hantar saraf dan elektromiografi jarum digunakan untuk menentukan lokasi dan jenis cedera saraf serta membantu diagnosis dan penatalaksanaan. Protokol pemeriksaan khusus saraf harus dilakukan untuk mendiagnosis jenis cedera plexus bra
2. Definisi
• Upper radicular syndrome (Erb-Duchenne palsy) adalah
akibat dari cedera pada upper roots (C5, atau C6) atau
upper trunk
• Lower radicular syndrome (Klumpke palsy) timbul akibat
cedera lower roots (C7-Th1) atau lower trunk
2
4. Latar Belakang
Cedera plexus brachialis dapat disebabkan oleh
bermacam-macam mekanisme, termasuk diantaranya
• cedera tusuk,
• jatuh,
• kecelakaan kendaraan bermotor
• Cedera lahir
4
5. Etiologi
• Lesi plexus brachialis saat lahir mempunyai prevalensi
0,4-4,6 kasus per 100- kelahiran. Erb Palsy (50-60%),
dan pan-plexus yang lebih parah Klumpke palsy (lower
plexus) 0,6% dari total seluruh pasien.2
• Pada plexus brachialis, upper plexus injury (Erb palsy) 20
kali lebih sering terjadi dibandingkan Klumpke palsy.4
5
7. Manfaat
Dengan adanya refarat ini diharapkan akan memperjelas
aspek diagnostik penatalaksanaan, dan prognosis Erb dan
Klumpke Palsy dengan menggunakan pemeriksaan
elektrodiagnostik
7
16. • Lesi Plexus Brachialis Total
• Middle Radicular
Syndrome
• Cedera N. Thoracis Longus
• Cedera N. Suprascapularis
• Cedera Korda
• Cedera N. Brachii Cutaneus
• Cedera N. Antebrachii
Cutaneus
• Cedera N.
Muskulokutaneus
• Cedera N. Axillaris
• Cedera N. Radialis
• Cedera N. Ulnaris
16
25. Protokol Pemeriksaan KHS
• Lesi plexus brachialis sering menunjukkan SNAP yang
abnormal (sehinga sangat berguna dalam penentuan
letak lesi)
• Lakukan pemeriksaan sensoris yang berkorelasi dengan
gejala klinis, contohnya melakukan pemeriksaan SNAP di
Lateral Antebrachial Cutaneus (LAC), n. radialis, n.
medianus, n. ulnaris, Median Antebrachial Cutaneus
(MAC), dan perlu dilakukan untuk kedua sisi ekstremitas
agar dapat dipakai sebagai pembanding apabila ada
asimetri.
25
26. Protokol Pemeriksaan KHS
• Pemeriksaan motorik rutin yang dilakukan di wrist dan
elbow bisa dilakukan, akan tetapi secara umum kurang
berguna dibandingkan dengan pemeriksaan motorik n.
radialis, n. medianus dan n. ulnaris yang dilakukan di
otot-otot distal C8-Th1.
• Pemeriksaan tersebut dapat membantu pada lesi di korda
medial/ trunkus inferior (CMAP n. medianus dan ulnaris) atau
korda posterior/ trunkus inferior (CMAP n. radialis).
• Secara umum plexopati brachial adalah lesi aksonal, sehingga
tidak akan ditemukan perlambatan fokal atau blok konduksi
pada lesi-lesi tersebut pada umumnya.
26
27. Protokol Pemeriksaan KHS
• Pemeriksaan konduksi motorik di seluruh plexus
membutuhkan stimulasi di aksila atau disebut juga Erb’s
Point, dimana kadang cukup menyulitkan untuk
melakukan stimulasi supramaksimal (kadang
memberikan kesan yang salah dimana terlihat blok
konduksi pada pemeriksaan).
• Kostimulasi dari saraf-saraf yang berdekatan juga
merupakan masalah yang sering dijumpai pada stimulasi
di Erb’s point.
• Latensi pada F-wave n. medianus dan ulnaris dapat
memanjang bila dibandingkan dengan sisi asimtomatis.
27
31. Protokol Pemeriksaan EMG
• Periksa minimal 1 otot dari masing-masing distribusi
saraf perifer (n. medianus, ulnaris, radialis, anterior
interosseus, posterior interosseus, axillaris,
muskulokutaneus dan suprascapular).
• Periksa otot-otot yang diinervasi oleh saraf yang sama
akan tetapi berbeda radixnya.
• Semua otot yang mengalami kelemahan klinis atau
paresis harus diperiksa.
31
32. Protokol Pemeriksaan EMG
• Otot-otot proksimal harus diperiksa, termasuk otot-otot
paraspinal. Pada kecurigaan lesi trunkus superior lakukan
pemeriksaan pada otot-otot rhomboid dan/atau serratus
anterior.
• Apabila temuan elektrofisiologis masih kurang jelas,
bandingkan dengan sisi kontralateral
32
33. • GALVANI : mengobservasi kedutan pada otot dengan stimulasi
elektrik.
• Pada awal abad ke – 19, FRANSOSIS MAGENDIE membedakan
nerve roots medulla spinalis bagian anterior dan posterior pada
seekor anjing dan mencatat bahwa stimulasi elektrik pertama
menyebabkan gerakan, sedangkan stimulasi terakhir
menyebabkan nyeri.
• Guilluame B. Duchenne, Carlo Matteucci, dan Sarlandiere :
teknik perkutaneus dan jarum untuk menstimulasi.
• Tahun 1852 Herman von Helmholz : mengukur kecepatan hantar
saraf pada subjek manusia.
33
48. 48
Gambaran Konduksi Saraf pada Berbagai Jenis Neuropati
Latensi Distal Amplitudo KHS
Lesi Aksonal Normal Menurun Normal
Lesi Demielinisasi Memanjang Normal Menurun
Lesi Campuran Memanjang Menurun Menurun
Cedera akibat traksi (traumatic traction injuries) merupakan penyebab yang terbanyak cedera plexus brachialis yang disebabkan oleh dislokasi bahu atau tangan ke arah bawah karena adanya tarikan yang kuat, seringkali disertai fleksi lateral leher pada arah yang berlawanan. Hal ini biasanya terjadi kecelakaan kendaraan bermotor khususnya motor.5
Trauma penetrasi pada bahu atau leher, luka trauma akibat tusukan pisau, laserasi kaca, atau luka tembak pada regio supra atau infraklavikula menyebabkan kontusio atau robeknya plexus brachialis. Karena letak pembuluh darah subklavia dan jugular eksternal yang lebih proksimal maka dapat pula terkait dengan cedera pembuluh darah.5
Kelemahan yang terkait dengan kelahiran-cedera pada plexus brachialis yang terjadi akibat dengan kelahiran. Hal ini umumnya terkait dengan berat bayi besar dan distosia bahu, bayi lahir normal dengan presentasi bokong, ataupun pada persalinan dengan partus.5
Penyebab yang jarang antara lain trauma tumpul pada bahu, lesi kompresi, radiasi, dan neoplasma.5