3. D. NET GENERATION
Salah satu komunitas cyberspace yang paling dinamis dan menjadi aktor yang aktif dalam
membangun interaksi dan memanfaatkan jejaring dalam dunia maya, ialah kelompok remaja
urban atau yang biasa disebut sebagai net generation. Net generation tumbuh besar dalam
konteks akselerasi perkembangan teknologi informasi yang luar biasa cepat.
Kelompok remaja urban di era abad ke-21 pada
dasarnya merupakan bagian dari generasi SMS,
generasi virtual, atau disebut juga net generation
yang sering kali lebih banyak menghabiskan untuk
menggunakan handphone, berhadapan dengan
komputer, memakai iPod dan iPad, dan berinternet
daripada kegiatan sehari-hari yang lain. Di
kalangan remaja urban, tanpa harus dibatasi kelas
sosial, nyaris semua dari mereka kini telah
memiliki handphone, laptop, dan terbiasa untuk
menjalin komunikasi lintas wilayah dengan
komunitas cyberspace, bahkan lintas benua
melalui internet.
4. Terdapat beberapa studi untuk mengkaji perilaku net generation di beberapa negara
• Paul Klimsa et al. (2006), melakukan studi di sejumlah negara, menemukan
bahwa remaja di Jerman, Polandia, Peru, dan Indonesia merupakan generasi
SMS.
• Sementara itu, studi yang dilakukan Sheri P. Walsh et al. (2007) di Australia
menemukan bahwa remaja di Australia cenderung makin adiktif dalam
penggunaan handphone. Hal ini terlihat, terutama dari kenaikan jumlah blaya
pulsa yang harus mereka atau orangtuanya bayar setiap bulannya karena
penggunaan handphone yang berlebihan.
• Studi yang dilakukan Naomi S. Baron dan Rich Ling (2008) di Amerika,
menemukan bahwa handphone umumnya akan digunakan langsung untuk
berbicara ketika si pemilik handphone itu ingin menyampaikan perasaannya.
Adapun SMS lebih banyak untuk melakukan komunikasi pendek dalam bentuk
pesan yang sifatnya informatif.
• Alch (2000) yang secara khusus pernah mengkaji net generation menyatakan,
bahwa kebutuhan dari net generation ini yaitu untuk mengatur lingkungan
mereka, mendapatkan informasi secepat dan semudah mungkin, meluangkan
banyak waktu untuk diri mereka sendiri, dan tidak ingin dikekang dalam
kehidupannya
5. Net generation sebenarnya bukanlah sekelompok
remaja urban atau generasi muda yang muncul begitu
saja karena perkembangan zaman, melainkan
kemunculannya sangat terkait dengan inovasi dan
perkembangan mutakhir teknologi, terutama teknologi
informasi dan komunikasi. Kehadiran net generation
didahului oleh generasi yang juga mempunyai
karakteristik yang khas yang berbeda dengan net
generation, namun tetap berkaitan dengan
perkembangan teknologi informasi.
6. Secara garis besar, Tap. scott (2009) mengelompokkan munculnya generasi sebelum lahir
hingga adanya net generation sebagai berikut :
Pertama, the baby boom (1946-1964)
The baby boom menurut Tap- scott yaitu generasi yang lahir antara 1946-1964 dan sering pula disebut a baby
boomer. Berbeda dengan generasi sebelumnya yang terlibat langsung dengan pengalaman perang dan terbiasa
mendengar bahkan menjadi bagian dari cerita dramatis perjuangan merebut kemerdekaan dan kebebasan. The
baby boom disebut-sebut merupakan the TV generation.
Kedua, Gen X-the baby bust (1965-1976)
Gen Xers ini disebut-sebut merupakan the best-educated group. Gen X ini umumnya tumbuh dalam iklim
persaingan global yang makin ketat dan menyadari benar arti penting pendidikan, sehingga sebagian besar dari
generasi ini umumnya memiliki latar belakang pendidikan yang baik, dan menghargai pendidikan sebagai modal
sosial yang penting untuk menyongsong masa depan mereka.
Ketiga, net generation, Gen Y, atau millennials (1977-1997)
Generasi ini disebut net generation, Gen Y, atau millenials, karena mereka tumbuh di tengah perkembangan dan
kecanggihan teknologi informasi dan internet. Berbeda dengan generasi sebelumnya yang lebih banyak terpesona
pada televisi, r tumbuh dalam lingkungan sosial dan kebiasaan sejak awal yang telah akrab dengan internet.
karakteristik dari generasi ini, yaitu independen, investigasi, kesiapan, inovasi, kebutuhan akan suatu keaslian,
keterbukaan, inklusi, kebebasan berekspresi, sensitivitas terhadap kepentingan perusahaan, dan kesenangan dengan
kedewasaan.
7. E. PERILAKU NET GENERATION DI ERA DIGITAL
Eliza T. Dresang dan Koh Kyungwon (2009) ialah ahli yang mencoba mengkaji tentang perubahan
tipologi perilaku informasi kaum muda di era digital yang senantiasa aktif berpikir dan menelusuri
informasi. Dari hasil kajian yang dilakukan, Dresang menemukan bahwa perilaku informasi yang
dikembangkan remaja tidaklah semata-mata hanya aktivitas mencari dan menemukan informasi
sebagai aktivitas tunggal, tetapi dalam aktivitas yang dilakukan kaum remaja juga aktif
mengembangkan perilaku membaca. Dengan kata lain, aktivitas mencari dan menemukan informasi di
dunia maya dilakukan bersama-sama dengan aktivitas membaca sebagai aktivitas yang terintegrasi.
Melalui bukunya berjudul Radical Change, Books for
Youth in a Digital Age yang menjelaskan tentang
perubahan literatur yang terjadi di era digital (lihat
Dresang, 1999), Dresang dan Kyungwon
mengembangkan suatu tipologi literatur menurut tiga
prinsip, yaitu interaktivitas, konektivitas, dan akses di
era digital.
8. Dresang dan Kyungwon, lebih lanjut juga menemukan
bahwa perubahan dalam literatur kaum muda di era
digital, dalam perkembangannya kemudian ternyata
menyebabkan terjadinya pula perubahan perilaku
informasi kaum muda, yang dalam istilah teori
Perubahan Radikal meliputi tipologi perilaku informasi:
Tipe Satu: Perubahan Bentuk dari Penelusuran
Informasi dan Pembelajaran (aspek kognitif dari
penelusuran informasi). Tipe Dua: Perubahan Sudut
Pandang (identifikasi dan nilai negosiasi). Tipe Tiga:
Perubahan Batasan (akses informasi dan pe-
nelusuran pada komunitas).
9. F. PERILAKU MEMBACA NET GENERATION DI ERA DIGITAL
Bagaimanakah sebenarnya dampak teknologi digital pada perkembangan minat dan perilaku membaca
masyarakat? Dalam hal ini, ada dua kelompok yang menyikapi dan menjawab pertanyaan ini secara
berbeda. Pertama, kelompok yang beranggapan bahwa teknologi digital mengancam perkembangan
perilaku membaca. Kedua, kelompok yang menyatakan bahwa teknologi digital hanya mengubah sifat
aktivitas membaca. Diperlukan proses pencarian informasi terlebih dahulu sebelum melakukan
kegiatan membaca, di era digital masyarakat membutuhkan lebih banyak waktu untuk membaca. Dua
faktor utama yang berkontribusi pada meningkatnya waktu membaca: ledakan informasi dan
perkembangan teknologi digital. Dokumen digital mudah untuk dicari, dan juga memberikan lebih
banyak kesempatan untuk dapat mengakses lebih banyak informasi.
10. Secara lebih perinci, berikut pola perilaku membaca yang acap kali muncul di era digital :
1
2
3
4
5
6
Screen based reading.
Kecenderungan kaum
muda di era digital untuk
lebih banyak melakukan
browsing/scanning dan
keyword spotting.
Di era digital ada kecenderungan
terjadi peningkatan one time
reading dan selective reading.
Terjadinya peningkatan
nonlinear reading yang diikuti
dengan terjadinya penurunan
perhatian (sustained
attention).
Terjadinya penurunan
indepth dan concentrated
reading.
Kecenderungan melakukan
annotating dan
highlighting.
Masyarakat telah masuk pada era digital, tetapi kebutuhan mencetak dokumen agar bisa
dibaca dalam kondisi dan kebutuhan untuk memahami isi dokumen secara lebih mendalam
tetap tak tergantikan.