SlideShare a Scribd company logo
1 of 25
UJIAN AKHIR SEMESTER
“FLIGHT DYNAMIC”
Robbi Hamdika
40201112039/B
Dosen Dr. Ir. Eddy Priyono, MSAE
take home test
V-Tail (I)
Turunan
Thrust (III)
SOAL
WAJIB
Gaya &
Momen karena
Gangguan (IV)
SOAL PILIHAN
Momen Putar Karena Kecepatan Putar
Trim
Netral
Point
Flight Configuration
Static
Stability
SOAL UJI*
1. V-Tail
2. Criteria Static Stability
3. Trim
4. Penjelasan Fisis Titik Netral
5. Turunan Thrust α (CTα, CTz α, CTm α) Pada Pesawat Mesin Propeller
6. Flight Configuration
7. Gaya dan Momen karena gangguan
8. Momen Putar Karena Kecepatan Putar
*Klik Pada Soal Yang Dituju
KRITERIA STABILITAS STATIK SUATU PESBANG
• Definisi: Kecenderungan dari suatu pesbang untuk membangkitkan
gaya dan momen yang secara langsung melawan arah simpangan
gerak pesawat tersebut pada kondisi terbang steady. Kriteria stabilitas
statik didefinisikan sebagai batasan dimana kondisi terbang steady
kemudian dipisahkan menjadi kategori stabil, normal, dan tidak stabil.
Kembali
Dalam menerapkan definisi stabilitas statis, kecenderungan
untuk melawan gangguan diukur dgn menggunakan sifat-sifat
Gaya dan Momen sesaat pesbang yang timbul karena gangguan-
gangguan dari keadaan steady. Beberapa patokan sembarang:
1. Gangguan gangguan kecepatan pada mulanya dilawan dengan
hanyan oleh gaya-gaya.
2. Gangguan gangguan kecepatan sudut (rotasi) pada mulanya
dilawan oleh momen momen.
3. Gangguan gangguan sudut serang dan side slip yang didapat dari
definisi β = V/U, dan α = w/U, pada mulanya dilawan oleh
momen-momen.
Kembali
Kategori Stabilitas
• Stabilitas static positif, suatu aircraft walaupun terkena gangguan fase penerbangan
dapat mengembalikan diri ke posisi awal sehingga kembali dalam keadaan stabil.
• Stabilitas static negative, suatu aircraft mengikuti arah gangguan atau tidak bisa
kembali ke posisi awal sehingga terjadi out of control.
• Stabilitas static netral, suatu aircraft walaupun bergeser ke tempat lain namun tetap
berada pada stabilitas hanya posisi dari pesawat tersebut yang berpindah ke tempat
yang lain.
Kembali
TRIM
Kembali
TRIM, berfungsi mengontrol keseimbangan sebuah pesawat
udara sehingga dapat menjaga dan mempertahankan posisi
terbang dalam kondisi lurus dan mendatar (straight and level) ,
tanpa tekanan pada control column, control wheel atau rudder
pedal. Oleh karena itu, pesawat membutuhkan “TRIM” untuk
menstabilkan pesawat secara otomatis tanpa harus
mengandalkan pilot. Sebagian besar trim tab dipasang pada
pesawat udara dioperasikan secara mekanikal dari cockpit
melalui sistem kabel. Akan tetapi ada juga yang dioperasikan
menggunakan electrical actuator. Trim tab dipasang pada
elevator , rudder dan aileron.
Configuration of Tab
Kembali
V-Tail
• V-Tail kadang disebut dengan Butterfly tail atau Vee-tail, merupakan susunan
unconventional dari tail control surface yang menggantikan traditional fin dan
horizontal surfaces dengan 2 surfaces set in a V-shaped configuration. The rear of
each surface is hinged, and these movable sections, sometimes called ruddervators,
combine the tasks of the elevators and rudder.
• Advantages, Ideally, with fewer surfaces than a conventional three-aerofoil tail or a
T-tail, the V-tail is lighter, has less wetted surface area, so thus produces
less induced and parasitic drag. However, NACA studies indicated that the V-tail
surfaces must be larger than simple projection into the vertical & horizontal planes
would suggest, such that total wetted area is roughly constant; reduction of
intersection surfaces from three to two does, however, produce a net reduction in
drag through elimination of some interference drag.
• Disadvantages, Combining the pitch and yaw controls is difficult and requires a
more complex control system. The V-tail arrangement also places greater stress on
the rear fuselage when pitching and yawing
Kembali
Control of V-Tail
Kembali
Kembali
Netral Point
• Aerodynamic center dapat didefinisikan sebagai posisi titik berat dimana untuk
mengubah Coefficient Lift tidak membutuhkan perubahan dari Flight Control.
Posisi titik berat ini juga disebut dengan Netral Point. Kondisi pada sebuah
pesawat terbang dapat di kategorikan menjadi stabil, netral, dan tidak stabil.
• Pada kondisi stabil, dimana Cmα<0, posisi Central of Gravity (cg) didepan
daripada posisi Center Pressure (cp). Hal ini mengakibatkan pesawat “nose down”.
• Pada kondisi netral, dimana Cmα=0, posisi Central of Gravity (cg)
berhimpitan/dekat dengan posisi Center Pressure (cp). Pada kondisi ini pesawat
akan tetap “straight and level”.
• Pada kondisi tidak stabil, dimana Cmα>0, posisi Central of Gravity (cg) dibelakang
daripada posisi Center Pressure (cp). Hal ini mengakibatkan pesawat dalam
kondisi “nose up”.
Kembali
• Pada pesawat fighter, biasanya mengaplikasikan kondisi netral,
dimana cg dan cp saling berdekatan, hal ini dimaksudkan agar
menghasilkan respon yang cepat. Selain itu maka tidak ada
perubahan elevator yang dibutuhkan untuk merubah kecepatan,
karena Cmα=0.
• Berbeda dengan kondisi Cmα<0, bahwa untuk menambah
kecepatannya diperlukan menggerakan elevator kebawah, sedangkan
untuk mengurangi kecepatan diperlukan menggerakan elevator ke
atas. Karena pada perubahan gaya angkat akan berakibat dengan
kecepatan pesawat (steady flight).
Kembali
Netral Point (cont’d)
NETRAL POINT
Penjelasan Fisis Netral Point Kembali
Turunan Thrust α (CTα, CTz α, CTm α) Pada
Pesawat Mesin Propeller
Dari gambar disamping, didapatkan coefficient pitching
moment karena gaya normal pada pesawat bermesin
propeller yaitu : CMTN = n CNp
𝑋𝑝
𝑐
𝑆𝑝
𝑆
Dimana : n = Jumlah Propeller
CNp = Np/q Sp, koefisien gaya normal
Xp = Tangan momen, positif kedepan
Sp =
𝜋
4
𝑑𝑝2
dp = Diameter Propeller
Oleh karena bidang propeller biasanya ditempatkan pada
medan upwash terhadap wing, coefficient gaya normal
CNp berbanding langsung dengan α. Maka, diferensiasi
terhadap α menghasilkan :
Kembali
• Oleh karena bidang propeller biasanya ditempatkan pada medan
upwash terhadap wing, coefficient gaya normal CNp berbanding
langsung dengan α. Maka, diferensiasi terhadap α menghasilkan :
Turunan Thrust α (CTα, CTz α, CTm α) Pada
Pesawat Mesin Propeller (cont’d)
Kembali
Flight Configuration
• Beberapa fase pada saat terbang adalah Climbing (menanjak), Diving (menukik),
Approaching (mendekat), Glider (tanpa egine).
1. Climbing Flight, CTXu – Cdu > 0. Pada penerbangan menanjak penambahan energy
potensial (ketinggian) akan mengurangi energy kinetis. Maka kecepatan pesawat
menjadi semakin rendah dan akibatnya drag, D, menjadi kecil. Pada suatu saat akan
terjadi dimana CD demikian kecil hingga CTXu – Cdu > 0. Pada kondisi ini Thrust > Drag.
2. Diving Flight, CTXu – Cdu < 0. Pada penerbangan dengan CTXu constant, diving flight
menyebabkan enery kinetis bertambah, dengan demikian CDu bertambah karena
naiknya kecepatan pesawat. Dengan demikian terbang menukik selalu stabil, berbeda
dengan climbing flight yang tak stabil. Diving flight biasanya digunakan untuk “re-
cover” stall dari suatu climbing flight. Tetapi tidak dapat digunakan ketika dalam
kondisi take-off dan landing dimana pesawat terlalu dekat dengan ground. Pada
kondisi ini Thrust < Drag.
Kembali
Flight Configuration (cont’d)
3. Approaching Flight. Pada kondisi ini Thrust maximum dan kecepatan
rendah, hingga sangat mungkin bahwa CTXu – Cdu > 0, dan pesawat
tak stabil. Pada fase landing, pesawat dilengkapi dengan “auto
throttle” untuk menstabilkan pesawat.
4. Gliding, pada hal ini CTXu = 0. Gliding selalu stabil pada saat climbing
maupun diving. Pada saat climbing kecepatan semakin lama semakin
berkurang sampai akhirnya nol (CDu = 0) dan kemudian diving untuk
mencari keseimbangan lagi (CDu > 0).
Kembali
Gaya dan Momen Karena Gangguan
Beberapa ketentuan sembarang yang diambil dengan menggunakan sifat-
sifat gaya dan momen sesaat pesbang yang muncul karena gangguan-
gangguan dari keadaan steady flight, yaitu :
1. Gangguan gangguan kecepatan pada mulanya dilawan hanya dengan
gaya.
2. Gangguan gangguan kecepatan sudut (rotasi) pada mulanya dilawan
dengan momen.
3. Gangguan gangguan AOA dan side slip yang didapat dari definisi β=V/U,
dan α=W/U, pada mulanya dilawan hanya oleh momen-momen.
Dengan menggunakan beberapa ketentuan sembarang diatas, maka semua
stabilitas statis terhadap sifat sifat gaya dan momen sesaat dari pesbang,
lihat penjelasan table berikut.
Kembali
Gaya dan Momen Karena Gangguan (cont’d)
Kembali
Kriteria stabilitas pada tabel sebelumnya, sering juga disebut dengan
“sepuluh kriteria stabilitas statis” pesbang.
Gaya dan momen 𝐹𝑋 = 𝐹𝐴 𝑋
+𝐹 𝑇 𝑋
, variable yang terganggu adalah U.
Gaya dan momen 𝐹𝑌 = 𝐹𝐴 𝑌
+𝐹 𝑇 𝑌
, variable yang terganggu adalah V.
Gaya dan momen 𝐹𝑍 = 𝐹𝐴 𝑍
+𝐹 𝑇 𝑍
, variable yang terganggu adalah W.
Rolling, L= 𝐿 𝐴 + 𝐿 𝑇, variable yang terganggu adalah p dan β ( 𝑉
𝑈1
)
Pitching, M = 𝑀𝐴 + 𝑀 𝑇, variable yang terganggu adalah U, q dan α ( 𝑊
𝑈1
)
Yawing, N = 𝑁 + 𝑁 𝑇, variable yang terganggu adalah r dan β ( 𝑉
𝑈1
)
β atau side slip merupakan gangguan gabungan antara rolling dengan
pitching. Sedangkan α merupakan gangguan dari gaya pitching,
semakin besar α maka 𝐶 𝑀 semakin kecil.
Gaya dan Momen Karena Gangguan (cont’d)
Kembali
Momen Putar Karena Kecepatan Putar
Pada sebuah pesawat dengan steady flight,
akan memiliki distribusi gaya angkat (lift)
normal seperti ilustrasi gambar disamping.
Gaya angkat (lift) dari ujung sayap (wing tip)
sampai wing tip sisi lain nya tidak akan sama
rata distribusinya, tetapi akan terjadi
penurunan gaya angkat dimana disebabkan
perubahan bentuk dari pesawat tersebut.
Wing tip sampai wing root akan terjadi
peningkatan gaya angkat, namun seiring
perubahan bentuk dari wing root (airfoil) ke
fuselage akan terjadi penurunan distribusi
gaya angkat.
Kembali
Momen Putar Karena Kecepatan (cont’d)
Berbeda dengan distribusi normal,
adanya kecepatan putar pada sebuah
pesawat terbang akan menimbulkan
suatu momen putar. Terjadinya
kecepatan putar sehingga
menghasilkan momen putar ini
mengakibatkan perubahan pada
distribusi gaya angkat. Pada gambar
disamping terlihat gaya angkat lift
akan mendominasi sesuai dengan
arah putar pesawat. Jika sebuah
pesawat memiliki kecepatan putar ke
arah clockwise, maka distribusi lift
akan mendominasi pada wing sebelah
kanan.
Kembali
Momen Putar Karena Kecepatan (cont’d)
Pada kasus ini, distribusi kecepatan udara relative terhadap pesawat. P
memilik arah clockwise, sedangkan momen putar (𝐶𝑙 𝑝
) yang dihasilkan
akan berlawanan dengan P yaitu counterclockwise.
Pada wing bagian kanan akan terjadi penambahan α, dimana jika
semakin besar α maka gaya angkat (lift) yang dihasilkan akan
meningkat. Tetapi pada wing bagian kiri akan terjadi pengurangan α,
maka gaya angkat (lift) yang dihasilkan akan berkurang. Hal ini yang
menyebabkan terjadinya gangguan distribusi gaya angkat (lift)
Kembali
Terima Kasih

More Related Content

What's hot

144061 id-analisis-kekuatan-konstruksi-crane-pedes
144061 id-analisis-kekuatan-konstruksi-crane-pedes144061 id-analisis-kekuatan-konstruksi-crane-pedes
144061 id-analisis-kekuatan-konstruksi-crane-pedesRachmatz Ibrahim
 
1 hardjanto pengaruh kelebihan dan pergeseran muatan di atas kapal terhadap...
1 hardjanto   pengaruh kelebihan dan pergeseran muatan di atas kapal terhadap...1 hardjanto   pengaruh kelebihan dan pergeseran muatan di atas kapal terhadap...
1 hardjanto pengaruh kelebihan dan pergeseran muatan di atas kapal terhadap...Didik Purwiyanto Vay
 
Makalah fisika pesawat
Makalah fisika pesawatMakalah fisika pesawat
Makalah fisika pesawathaqiemisme
 
Gaya angkat pesawat dan bernaulli
Gaya angkat pesawat dan bernaulliGaya angkat pesawat dan bernaulli
Gaya angkat pesawat dan bernaulliSagita Bagoes
 
TUGAS MERANCANG KAPAL III - PERHITUNGAN STABILITAS DAN TRIM
TUGAS MERANCANG KAPAL III - PERHITUNGAN STABILITAS DAN TRIMTUGAS MERANCANG KAPAL III - PERHITUNGAN STABILITAS DAN TRIM
TUGAS MERANCANG KAPAL III - PERHITUNGAN STABILITAS DAN TRIMYogga Haw
 
Materi Pertemuan 1 Pengendali Sistem Robotik
Materi Pertemuan 1 Pengendali Sistem RobotikMateri Pertemuan 1 Pengendali Sistem Robotik
Materi Pertemuan 1 Pengendali Sistem RobotikAhmad Nawawi, S.Kom
 
PERHITUNGAN CRANE HOIST : By Supriyatna hp : 081288607271
PERHITUNGAN CRANE HOIST : By Supriyatna  hp : 081288607271PERHITUNGAN CRANE HOIST : By Supriyatna  hp : 081288607271
PERHITUNGAN CRANE HOIST : By Supriyatna hp : 081288607271supri yatna
 
Marine engineering i2
Marine engineering i2Marine engineering i2
Marine engineering i2alitaufiqh
 
METODE GARIS PENGARUH STRUKTUR RANGKA BATANG(1)
METODE GARIS PENGARUH STRUKTUR RANGKA BATANG(1)METODE GARIS PENGARUH STRUKTUR RANGKA BATANG(1)
METODE GARIS PENGARUH STRUKTUR RANGKA BATANG(1)MOSES HADUN
 
Bab iv tugas pelabuhan
Bab iv tugas pelabuhanBab iv tugas pelabuhan
Bab iv tugas pelabuhanAsep Mulyadi
 
Operasional dan fungsional check pada tail section saat overhoul B737-200
Operasional dan fungsional check pada tail section saat overhoul B737-200Operasional dan fungsional check pada tail section saat overhoul B737-200
Operasional dan fungsional check pada tail section saat overhoul B737-200Teuku Arriessa Sukhairi
 
Phase Angle Control In Triac Based Single Phase AC Regulator
Phase Angle Control In Triac Based Single Phase AC RegulatorPhase Angle Control In Triac Based Single Phase AC Regulator
Phase Angle Control In Triac Based Single Phase AC RegulatorUniv of Jember
 

What's hot (18)

144061 id-analisis-kekuatan-konstruksi-crane-pedes
144061 id-analisis-kekuatan-konstruksi-crane-pedes144061 id-analisis-kekuatan-konstruksi-crane-pedes
144061 id-analisis-kekuatan-konstruksi-crane-pedes
 
1 hardjanto pengaruh kelebihan dan pergeseran muatan di atas kapal terhadap...
1 hardjanto   pengaruh kelebihan dan pergeseran muatan di atas kapal terhadap...1 hardjanto   pengaruh kelebihan dan pergeseran muatan di atas kapal terhadap...
1 hardjanto pengaruh kelebihan dan pergeseran muatan di atas kapal terhadap...
 
Keselamatan crane
Keselamatan crane Keselamatan crane
Keselamatan crane
 
Makalah fisika pesawat
Makalah fisika pesawatMakalah fisika pesawat
Makalah fisika pesawat
 
Gaya angkat pesawat dan bernaulli
Gaya angkat pesawat dan bernaulliGaya angkat pesawat dan bernaulli
Gaya angkat pesawat dan bernaulli
 
TUGAS MERANCANG KAPAL III - PERHITUNGAN STABILITAS DAN TRIM
TUGAS MERANCANG KAPAL III - PERHITUNGAN STABILITAS DAN TRIMTUGAS MERANCANG KAPAL III - PERHITUNGAN STABILITAS DAN TRIM
TUGAS MERANCANG KAPAL III - PERHITUNGAN STABILITAS DAN TRIM
 
Mesin mesin-fluida-impact-of-jet
Mesin mesin-fluida-impact-of-jetMesin mesin-fluida-impact-of-jet
Mesin mesin-fluida-impact-of-jet
 
Group3 aero 100%
Group3 aero 100%Group3 aero 100%
Group3 aero 100%
 
Materi Pertemuan 1 Pengendali Sistem Robotik
Materi Pertemuan 1 Pengendali Sistem RobotikMateri Pertemuan 1 Pengendali Sistem Robotik
Materi Pertemuan 1 Pengendali Sistem Robotik
 
PERHITUNGAN CRANE HOIST : By Supriyatna hp : 081288607271
PERHITUNGAN CRANE HOIST : By Supriyatna  hp : 081288607271PERHITUNGAN CRANE HOIST : By Supriyatna  hp : 081288607271
PERHITUNGAN CRANE HOIST : By Supriyatna hp : 081288607271
 
Marine engineering i2
Marine engineering i2Marine engineering i2
Marine engineering i2
 
METODE GARIS PENGARUH STRUKTUR RANGKA BATANG(1)
METODE GARIS PENGARUH STRUKTUR RANGKA BATANG(1)METODE GARIS PENGARUH STRUKTUR RANGKA BATANG(1)
METODE GARIS PENGARUH STRUKTUR RANGKA BATANG(1)
 
Bab iv tugas pelabuhan
Bab iv tugas pelabuhanBab iv tugas pelabuhan
Bab iv tugas pelabuhan
 
Gyroscope Instrumen
Gyroscope InstrumenGyroscope Instrumen
Gyroscope Instrumen
 
Operasional dan fungsional check pada tail section saat overhoul B737-200
Operasional dan fungsional check pada tail section saat overhoul B737-200Operasional dan fungsional check pada tail section saat overhoul B737-200
Operasional dan fungsional check pada tail section saat overhoul B737-200
 
Stabiltas&buoyancy
Stabiltas&buoyancyStabiltas&buoyancy
Stabiltas&buoyancy
 
Mekanika teknik II
Mekanika teknik IIMekanika teknik II
Mekanika teknik II
 
Phase Angle Control In Triac Based Single Phase AC Regulator
Phase Angle Control In Triac Based Single Phase AC RegulatorPhase Angle Control In Triac Based Single Phase AC Regulator
Phase Angle Control In Triac Based Single Phase AC Regulator
 

Similar to STABILITAS STATIS

4 195-suryo-adji-engine propeller matching
4 195-suryo-adji-engine propeller matching4 195-suryo-adji-engine propeller matching
4 195-suryo-adji-engine propeller matchingYanto adrian
 
Makalah mekanika fluida_animasi_streamli
Makalah mekanika fluida_animasi_streamliMakalah mekanika fluida_animasi_streamli
Makalah mekanika fluida_animasi_streamlinikmatus yusrilia
 
Prinsip dasar penerbanagan
Prinsip dasar penerbanagan Prinsip dasar penerbanagan
Prinsip dasar penerbanagan Rezawan Pethuks
 
Aerodynamic
AerodynamicAerodynamic
AerodynamicEdwin P
 
motor ac sinkron terkait dengan definisi, cara kerja, fungsi
motor ac sinkron terkait dengan definisi, cara kerja, fungsimotor ac sinkron terkait dengan definisi, cara kerja, fungsi
motor ac sinkron terkait dengan definisi, cara kerja, fungsip41202300073
 
Sifat-Sifat Pesawat Berkenaan dengan Perencanaan Lapangan Terbang
Sifat-Sifat Pesawat Berkenaan dengan Perencanaan Lapangan Terbang Sifat-Sifat Pesawat Berkenaan dengan Perencanaan Lapangan Terbang
Sifat-Sifat Pesawat Berkenaan dengan Perencanaan Lapangan Terbang Syafutri Asbintari
 
MOMEN INERSIa copy.pptx
MOMEN INERSIa copy.pptxMOMEN INERSIa copy.pptx
MOMEN INERSIa copy.pptxBroleohood
 

Similar to STABILITAS STATIS (13)

4 195-suryo-adji-engine propeller matching
4 195-suryo-adji-engine propeller matching4 195-suryo-adji-engine propeller matching
4 195-suryo-adji-engine propeller matching
 
Makalah mekanika fluida_animasi_streamli
Makalah mekanika fluida_animasi_streamliMakalah mekanika fluida_animasi_streamli
Makalah mekanika fluida_animasi_streamli
 
Ret02n wind
Ret02n windRet02n wind
Ret02n wind
 
Aircraft Tab
Aircraft TabAircraft Tab
Aircraft Tab
 
Perhitungan propulsi kapal
Perhitungan propulsi kapalPerhitungan propulsi kapal
Perhitungan propulsi kapal
 
Prinsip dasar penerbanagan
Prinsip dasar penerbanagan Prinsip dasar penerbanagan
Prinsip dasar penerbanagan
 
459 1613-1-pb
459 1613-1-pb459 1613-1-pb
459 1613-1-pb
 
Modul aerodynamics Raka
Modul aerodynamics RakaModul aerodynamics Raka
Modul aerodynamics Raka
 
Aerodynamic
AerodynamicAerodynamic
Aerodynamic
 
Tugas pokok.ppt
Tugas pokok.pptTugas pokok.ppt
Tugas pokok.ppt
 
motor ac sinkron terkait dengan definisi, cara kerja, fungsi
motor ac sinkron terkait dengan definisi, cara kerja, fungsimotor ac sinkron terkait dengan definisi, cara kerja, fungsi
motor ac sinkron terkait dengan definisi, cara kerja, fungsi
 
Sifat-Sifat Pesawat Berkenaan dengan Perencanaan Lapangan Terbang
Sifat-Sifat Pesawat Berkenaan dengan Perencanaan Lapangan Terbang Sifat-Sifat Pesawat Berkenaan dengan Perencanaan Lapangan Terbang
Sifat-Sifat Pesawat Berkenaan dengan Perencanaan Lapangan Terbang
 
MOMEN INERSIa copy.pptx
MOMEN INERSIa copy.pptxMOMEN INERSIa copy.pptx
MOMEN INERSIa copy.pptx
 

Recently uploaded

05 Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.ppt
05 Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.ppt05 Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.ppt
05 Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.pptSonyGobang1
 
Strategi Pengembangan Agribisnis di Indonesia
Strategi Pengembangan Agribisnis di IndonesiaStrategi Pengembangan Agribisnis di Indonesia
Strategi Pengembangan Agribisnis di IndonesiaRenaYunita2
 
001. Ringkasan Lampiran Juknis DAK 2024_PAUD.pptx
001. Ringkasan Lampiran Juknis DAK 2024_PAUD.pptx001. Ringkasan Lampiran Juknis DAK 2024_PAUD.pptx
001. Ringkasan Lampiran Juknis DAK 2024_PAUD.pptxMuhararAhmad
 
Slide Transformasi dan Load Data Menggunakan Talend Open Studio
Slide Transformasi dan Load Data Menggunakan Talend Open StudioSlide Transformasi dan Load Data Menggunakan Talend Open Studio
Slide Transformasi dan Load Data Menggunakan Talend Open Studiossuser52d6bf
 
Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Kelompok 1.pptx
Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Kelompok 1.pptxPembangkit Listrik Tenaga Nuklir Kelompok 1.pptx
Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Kelompok 1.pptxmuhammadrizky331164
 
2021 - 10 - 03 PAPARAN PENDAHULUAN LEGGER JALAN.pptx
2021 - 10 - 03 PAPARAN PENDAHULUAN LEGGER JALAN.pptx2021 - 10 - 03 PAPARAN PENDAHULUAN LEGGER JALAN.pptx
2021 - 10 - 03 PAPARAN PENDAHULUAN LEGGER JALAN.pptxAnnisaNurHasanah27
 

Recently uploaded (6)

05 Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.ppt
05 Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.ppt05 Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.ppt
05 Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.ppt
 
Strategi Pengembangan Agribisnis di Indonesia
Strategi Pengembangan Agribisnis di IndonesiaStrategi Pengembangan Agribisnis di Indonesia
Strategi Pengembangan Agribisnis di Indonesia
 
001. Ringkasan Lampiran Juknis DAK 2024_PAUD.pptx
001. Ringkasan Lampiran Juknis DAK 2024_PAUD.pptx001. Ringkasan Lampiran Juknis DAK 2024_PAUD.pptx
001. Ringkasan Lampiran Juknis DAK 2024_PAUD.pptx
 
Slide Transformasi dan Load Data Menggunakan Talend Open Studio
Slide Transformasi dan Load Data Menggunakan Talend Open StudioSlide Transformasi dan Load Data Menggunakan Talend Open Studio
Slide Transformasi dan Load Data Menggunakan Talend Open Studio
 
Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Kelompok 1.pptx
Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Kelompok 1.pptxPembangkit Listrik Tenaga Nuklir Kelompok 1.pptx
Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Kelompok 1.pptx
 
2021 - 10 - 03 PAPARAN PENDAHULUAN LEGGER JALAN.pptx
2021 - 10 - 03 PAPARAN PENDAHULUAN LEGGER JALAN.pptx2021 - 10 - 03 PAPARAN PENDAHULUAN LEGGER JALAN.pptx
2021 - 10 - 03 PAPARAN PENDAHULUAN LEGGER JALAN.pptx
 

STABILITAS STATIS

  • 1. UJIAN AKHIR SEMESTER “FLIGHT DYNAMIC” Robbi Hamdika 40201112039/B Dosen Dr. Ir. Eddy Priyono, MSAE
  • 2. take home test V-Tail (I) Turunan Thrust (III) SOAL WAJIB Gaya & Momen karena Gangguan (IV) SOAL PILIHAN Momen Putar Karena Kecepatan Putar Trim Netral Point Flight Configuration Static Stability
  • 3. SOAL UJI* 1. V-Tail 2. Criteria Static Stability 3. Trim 4. Penjelasan Fisis Titik Netral 5. Turunan Thrust α (CTα, CTz α, CTm α) Pada Pesawat Mesin Propeller 6. Flight Configuration 7. Gaya dan Momen karena gangguan 8. Momen Putar Karena Kecepatan Putar *Klik Pada Soal Yang Dituju
  • 4. KRITERIA STABILITAS STATIK SUATU PESBANG • Definisi: Kecenderungan dari suatu pesbang untuk membangkitkan gaya dan momen yang secara langsung melawan arah simpangan gerak pesawat tersebut pada kondisi terbang steady. Kriteria stabilitas statik didefinisikan sebagai batasan dimana kondisi terbang steady kemudian dipisahkan menjadi kategori stabil, normal, dan tidak stabil. Kembali
  • 5. Dalam menerapkan definisi stabilitas statis, kecenderungan untuk melawan gangguan diukur dgn menggunakan sifat-sifat Gaya dan Momen sesaat pesbang yang timbul karena gangguan- gangguan dari keadaan steady. Beberapa patokan sembarang: 1. Gangguan gangguan kecepatan pada mulanya dilawan dengan hanyan oleh gaya-gaya. 2. Gangguan gangguan kecepatan sudut (rotasi) pada mulanya dilawan oleh momen momen. 3. Gangguan gangguan sudut serang dan side slip yang didapat dari definisi β = V/U, dan α = w/U, pada mulanya dilawan oleh momen-momen. Kembali
  • 6. Kategori Stabilitas • Stabilitas static positif, suatu aircraft walaupun terkena gangguan fase penerbangan dapat mengembalikan diri ke posisi awal sehingga kembali dalam keadaan stabil. • Stabilitas static negative, suatu aircraft mengikuti arah gangguan atau tidak bisa kembali ke posisi awal sehingga terjadi out of control. • Stabilitas static netral, suatu aircraft walaupun bergeser ke tempat lain namun tetap berada pada stabilitas hanya posisi dari pesawat tersebut yang berpindah ke tempat yang lain. Kembali
  • 7. TRIM Kembali TRIM, berfungsi mengontrol keseimbangan sebuah pesawat udara sehingga dapat menjaga dan mempertahankan posisi terbang dalam kondisi lurus dan mendatar (straight and level) , tanpa tekanan pada control column, control wheel atau rudder pedal. Oleh karena itu, pesawat membutuhkan “TRIM” untuk menstabilkan pesawat secara otomatis tanpa harus mengandalkan pilot. Sebagian besar trim tab dipasang pada pesawat udara dioperasikan secara mekanikal dari cockpit melalui sistem kabel. Akan tetapi ada juga yang dioperasikan menggunakan electrical actuator. Trim tab dipasang pada elevator , rudder dan aileron.
  • 9. V-Tail • V-Tail kadang disebut dengan Butterfly tail atau Vee-tail, merupakan susunan unconventional dari tail control surface yang menggantikan traditional fin dan horizontal surfaces dengan 2 surfaces set in a V-shaped configuration. The rear of each surface is hinged, and these movable sections, sometimes called ruddervators, combine the tasks of the elevators and rudder. • Advantages, Ideally, with fewer surfaces than a conventional three-aerofoil tail or a T-tail, the V-tail is lighter, has less wetted surface area, so thus produces less induced and parasitic drag. However, NACA studies indicated that the V-tail surfaces must be larger than simple projection into the vertical & horizontal planes would suggest, such that total wetted area is roughly constant; reduction of intersection surfaces from three to two does, however, produce a net reduction in drag through elimination of some interference drag. • Disadvantages, Combining the pitch and yaw controls is difficult and requires a more complex control system. The V-tail arrangement also places greater stress on the rear fuselage when pitching and yawing Kembali
  • 12. Netral Point • Aerodynamic center dapat didefinisikan sebagai posisi titik berat dimana untuk mengubah Coefficient Lift tidak membutuhkan perubahan dari Flight Control. Posisi titik berat ini juga disebut dengan Netral Point. Kondisi pada sebuah pesawat terbang dapat di kategorikan menjadi stabil, netral, dan tidak stabil. • Pada kondisi stabil, dimana Cmα<0, posisi Central of Gravity (cg) didepan daripada posisi Center Pressure (cp). Hal ini mengakibatkan pesawat “nose down”. • Pada kondisi netral, dimana Cmα=0, posisi Central of Gravity (cg) berhimpitan/dekat dengan posisi Center Pressure (cp). Pada kondisi ini pesawat akan tetap “straight and level”. • Pada kondisi tidak stabil, dimana Cmα>0, posisi Central of Gravity (cg) dibelakang daripada posisi Center Pressure (cp). Hal ini mengakibatkan pesawat dalam kondisi “nose up”. Kembali
  • 13. • Pada pesawat fighter, biasanya mengaplikasikan kondisi netral, dimana cg dan cp saling berdekatan, hal ini dimaksudkan agar menghasilkan respon yang cepat. Selain itu maka tidak ada perubahan elevator yang dibutuhkan untuk merubah kecepatan, karena Cmα=0. • Berbeda dengan kondisi Cmα<0, bahwa untuk menambah kecepatannya diperlukan menggerakan elevator kebawah, sedangkan untuk mengurangi kecepatan diperlukan menggerakan elevator ke atas. Karena pada perubahan gaya angkat akan berakibat dengan kecepatan pesawat (steady flight). Kembali Netral Point (cont’d)
  • 14. NETRAL POINT Penjelasan Fisis Netral Point Kembali
  • 15. Turunan Thrust α (CTα, CTz α, CTm α) Pada Pesawat Mesin Propeller Dari gambar disamping, didapatkan coefficient pitching moment karena gaya normal pada pesawat bermesin propeller yaitu : CMTN = n CNp 𝑋𝑝 𝑐 𝑆𝑝 𝑆 Dimana : n = Jumlah Propeller CNp = Np/q Sp, koefisien gaya normal Xp = Tangan momen, positif kedepan Sp = 𝜋 4 𝑑𝑝2 dp = Diameter Propeller Oleh karena bidang propeller biasanya ditempatkan pada medan upwash terhadap wing, coefficient gaya normal CNp berbanding langsung dengan α. Maka, diferensiasi terhadap α menghasilkan : Kembali
  • 16. • Oleh karena bidang propeller biasanya ditempatkan pada medan upwash terhadap wing, coefficient gaya normal CNp berbanding langsung dengan α. Maka, diferensiasi terhadap α menghasilkan : Turunan Thrust α (CTα, CTz α, CTm α) Pada Pesawat Mesin Propeller (cont’d) Kembali
  • 17. Flight Configuration • Beberapa fase pada saat terbang adalah Climbing (menanjak), Diving (menukik), Approaching (mendekat), Glider (tanpa egine). 1. Climbing Flight, CTXu – Cdu > 0. Pada penerbangan menanjak penambahan energy potensial (ketinggian) akan mengurangi energy kinetis. Maka kecepatan pesawat menjadi semakin rendah dan akibatnya drag, D, menjadi kecil. Pada suatu saat akan terjadi dimana CD demikian kecil hingga CTXu – Cdu > 0. Pada kondisi ini Thrust > Drag. 2. Diving Flight, CTXu – Cdu < 0. Pada penerbangan dengan CTXu constant, diving flight menyebabkan enery kinetis bertambah, dengan demikian CDu bertambah karena naiknya kecepatan pesawat. Dengan demikian terbang menukik selalu stabil, berbeda dengan climbing flight yang tak stabil. Diving flight biasanya digunakan untuk “re- cover” stall dari suatu climbing flight. Tetapi tidak dapat digunakan ketika dalam kondisi take-off dan landing dimana pesawat terlalu dekat dengan ground. Pada kondisi ini Thrust < Drag. Kembali
  • 18. Flight Configuration (cont’d) 3. Approaching Flight. Pada kondisi ini Thrust maximum dan kecepatan rendah, hingga sangat mungkin bahwa CTXu – Cdu > 0, dan pesawat tak stabil. Pada fase landing, pesawat dilengkapi dengan “auto throttle” untuk menstabilkan pesawat. 4. Gliding, pada hal ini CTXu = 0. Gliding selalu stabil pada saat climbing maupun diving. Pada saat climbing kecepatan semakin lama semakin berkurang sampai akhirnya nol (CDu = 0) dan kemudian diving untuk mencari keseimbangan lagi (CDu > 0). Kembali
  • 19. Gaya dan Momen Karena Gangguan Beberapa ketentuan sembarang yang diambil dengan menggunakan sifat- sifat gaya dan momen sesaat pesbang yang muncul karena gangguan- gangguan dari keadaan steady flight, yaitu : 1. Gangguan gangguan kecepatan pada mulanya dilawan hanya dengan gaya. 2. Gangguan gangguan kecepatan sudut (rotasi) pada mulanya dilawan dengan momen. 3. Gangguan gangguan AOA dan side slip yang didapat dari definisi β=V/U, dan α=W/U, pada mulanya dilawan hanya oleh momen-momen. Dengan menggunakan beberapa ketentuan sembarang diatas, maka semua stabilitas statis terhadap sifat sifat gaya dan momen sesaat dari pesbang, lihat penjelasan table berikut. Kembali
  • 20. Gaya dan Momen Karena Gangguan (cont’d) Kembali
  • 21. Kriteria stabilitas pada tabel sebelumnya, sering juga disebut dengan “sepuluh kriteria stabilitas statis” pesbang. Gaya dan momen 𝐹𝑋 = 𝐹𝐴 𝑋 +𝐹 𝑇 𝑋 , variable yang terganggu adalah U. Gaya dan momen 𝐹𝑌 = 𝐹𝐴 𝑌 +𝐹 𝑇 𝑌 , variable yang terganggu adalah V. Gaya dan momen 𝐹𝑍 = 𝐹𝐴 𝑍 +𝐹 𝑇 𝑍 , variable yang terganggu adalah W. Rolling, L= 𝐿 𝐴 + 𝐿 𝑇, variable yang terganggu adalah p dan β ( 𝑉 𝑈1 ) Pitching, M = 𝑀𝐴 + 𝑀 𝑇, variable yang terganggu adalah U, q dan α ( 𝑊 𝑈1 ) Yawing, N = 𝑁 + 𝑁 𝑇, variable yang terganggu adalah r dan β ( 𝑉 𝑈1 ) β atau side slip merupakan gangguan gabungan antara rolling dengan pitching. Sedangkan α merupakan gangguan dari gaya pitching, semakin besar α maka 𝐶 𝑀 semakin kecil. Gaya dan Momen Karena Gangguan (cont’d) Kembali
  • 22. Momen Putar Karena Kecepatan Putar Pada sebuah pesawat dengan steady flight, akan memiliki distribusi gaya angkat (lift) normal seperti ilustrasi gambar disamping. Gaya angkat (lift) dari ujung sayap (wing tip) sampai wing tip sisi lain nya tidak akan sama rata distribusinya, tetapi akan terjadi penurunan gaya angkat dimana disebabkan perubahan bentuk dari pesawat tersebut. Wing tip sampai wing root akan terjadi peningkatan gaya angkat, namun seiring perubahan bentuk dari wing root (airfoil) ke fuselage akan terjadi penurunan distribusi gaya angkat. Kembali
  • 23. Momen Putar Karena Kecepatan (cont’d) Berbeda dengan distribusi normal, adanya kecepatan putar pada sebuah pesawat terbang akan menimbulkan suatu momen putar. Terjadinya kecepatan putar sehingga menghasilkan momen putar ini mengakibatkan perubahan pada distribusi gaya angkat. Pada gambar disamping terlihat gaya angkat lift akan mendominasi sesuai dengan arah putar pesawat. Jika sebuah pesawat memiliki kecepatan putar ke arah clockwise, maka distribusi lift akan mendominasi pada wing sebelah kanan. Kembali
  • 24. Momen Putar Karena Kecepatan (cont’d) Pada kasus ini, distribusi kecepatan udara relative terhadap pesawat. P memilik arah clockwise, sedangkan momen putar (𝐶𝑙 𝑝 ) yang dihasilkan akan berlawanan dengan P yaitu counterclockwise. Pada wing bagian kanan akan terjadi penambahan α, dimana jika semakin besar α maka gaya angkat (lift) yang dihasilkan akan meningkat. Tetapi pada wing bagian kiri akan terjadi pengurangan α, maka gaya angkat (lift) yang dihasilkan akan berkurang. Hal ini yang menyebabkan terjadinya gangguan distribusi gaya angkat (lift) Kembali