3. Menumbai Sialang adalah kegiatan mengambil
madu lebah di pohon sialang, yaitu sejenis
pohon yang tinggi dan merupakan tempat yang
disenangi oleh lebah liar untuk bersarang.
4.
5. Menggeris (Lat.: Koompassia excelsa), disebut juga
Sialang dan Tualang.
Tingginya mencapai 88 meter, kulit batang
berwarna kelabu putih.
Kayunya digunakan sebagai bahan bangunan, kayu
lapis, mebel, lantai, papan dinding, dan keperluan
perkapalan.
Pohon ini jarang ditebang karena keras dan
merusak mata gergaji.
Jenis ini tersebar di hutan Malaysia Utara,
Sumatra, Kalimantan dan Filipina
6.
7. timbo (ember),
tali panjang
tunu/tunam(sabut kelapa) yang dipasang di
ujung galah dan dibakar
semangkat atau tangga panjang.
8. Menumbai hanya dapat dilakukan dua hingga tiga
kali dalam setahun.
Menumbai dilakukan ketika didapati pohon
sialang dengan sarang lebah liar telah sarat madu.
Rangkaian prosesi berlangsung sejak petang hari,
namum prosesi intinya yaitu pengambilan
madunya, dilakukan pada malam hari saat bulan
gelap.
Menurut kepercayaan orang Petalangan, cahaya
akan membuat lebah marah.
Sebagai penerang hanya dipakai tunam, sejenis
suluh dari sabut kelapa, yang juga berfungsi untuk
mengasapi lebah.
9. Di Riau, menumbai sialang dilakukan di Desa
Sialang Bungkuk, Pangkalan Kuras.
Lokasi ini dapat ditempuh dengan transportasi
darat ± 58 KM dari Kota Pangkalan Kerinci.
10. Kegiatan menumbai dipimpin oleh seorang
yang dituakan yang disebut dengan Juragan
Tuo (juru panjat). Juragan Tuo dibantu oleh
beberapa juru panjat lainnya yang disebut
juragan mudo yang bertugas membantu
juragan tuo pada saat menyapu lebah, dan di
bawah dibantu pula beberapa orang sebagai
pengumpul timbo yang berisi madu yang
diturunkan melalui tali ke bawah.
11.
12. Tahap I :
Dipangkal pohon sebelum memanjat didendangkan
monto oleh Juragan Mudo.
Papat-papat tanah ibu
Mai papat di tana tombang
Nonap-nonap cik dayang tidou
Juragan Mudi di Pangkal Sialang.
Tang Ketutang Losong Batu
Batang Kompe dodapnyo ome
Batang sialang lindunganku
Dilupo aku takut takome.
Nempuing pait ongkau pait
Disombou an ke mato ai
Ja an ditogou juagan nak naek
Katokan anak tupai belaii
Ritual ini dilakukan dengan memusatkan pikiran menyatu dengan
pohon sialang dan mulailah memanjat tangga panjang sampai ke
dahan pertama yang disebut dengan Jombang.
13. Tahap II :
Dari dahan I (Jombang) terus ke atas
yang disebut dengan Balai Tengah, maka
Juragan Mudo melanjutkan pembacaan
mantera, yaitu :
Mengombang kemano obung
Puting beliung samo tonga
Tabik aku dahan jombang
Aku nak naik ke bolai tonga
Lalu juragan terus naik ke dahan yang lebih
tinggi, dimana di situ terdapat sarang lebah
yang dituju (yang disebut dengan balai tonga).
14. Tahap III :
Setelah sampaidi sarang lebah, sebelum mengambil
madu, perlu dibaca mantera memuji lebah tersebut,
yaitu :
Balai Tonga duo eto
Tigo balai talendak bumi
Letak bandan poning kepalo
Menengok cantiknyo balai ini
Masak bua kombang mani
Masak sebutei di jaut ungko
Kami betomu si itam mani
Mengulang daa kemuko
Setelah itu Juragan Mudo menyapu lebah dengan asap tunam ke
sekeliling sarang lebah lalu mulai lagi membaca mantera dengan
maksud agar lebah pergi.
Ceocap tobang kelaman
Tobang meulang-ulang ke pintu
Menyampaikan ucap ajo Sulaiman
Menyapu bola penunggu pintu.
15. Jika masih ada lebah yang belum mau pergi maka
dilanjutkan pembacaan mantera agar semua lebah pergi
meninggalkan sarang :
Anak Buayo mudik mendudu
Mai singgah ke pelabuhan
Putih kuning bukakan baju
Kami menengok petabuhan
Setelah lebah pergi maka juragan mudo mulai menyapu
sarang lebah dan dibawahnya ditampung dengan timbo dan
setelah penuh diturunkan ke bawah dengan tali yang
tersedia sambil mendendangkan monto sebagai berikut :
Bo anak tupai bolang
Bolang sampai jai kakinyo
Selamat ojuang menyoboang
Ojuang sarat seisinyo.
Demikian terus sampai ke sarang lainnya pula sampai
selesai.
16. Setelah selesai dan akan turun didendangkan
pula monto untuk minta izin turun :
Temasu kayu di imbo
Dibuat papan belariak
Tubonsu ja an maibo ibo
17. Dari satu sarang lebah di bagian yang dekat
dengan dahan kayu disebut Kepala Sarang yang
berisi madu, sedangkan bagian tengah disebut
lambuk (perut sarang) yang berisi anak lebah,
sedangkan yang terletak diujung bawah sarang
disebut pula ujung lambuk (ekor sarang) yang
berisi lilin lebah atau tahi lebah.
18. Bagi masyarakat setempat, terdapat suatu
kepercayaan bahwa pohon sialang selalu
didiami oleh mahluk halus.
Waktu menumbai sering pula berhadapan
dengan hal-hal gaib, maka pada setiap tahapan
memanjat pohon selalu diringi dengan
mambaca monto (mantra)