Dokumen tersebut membahas tentang Qiyas Istitsna'i, yaitu Qiyas yang terdiri dari dua premis, yaitu syarthiyyah dan Istitsna'iyyah. Ada dua jenis Qiyas Istitsna'i, yaitu Istitsna'i Ittishali dengan premis syarthiyyah berupa hubungan sebab akibat, dan Istitsna'i Infishali dengan premis syarthiyyah bersifat umum. Dokumen ini juga menjelaskan aturan
3. PENGERTIAN QIYAS ISTITSNA’I
Qiyas Istitsna'i adalah Qiyas yang tersusun dari dua mukaddimah, syarthiyyah
dan Istitsna'iyyah. Qiyas ini disebut Istitsna'i karena memuat qadhiyah
Istitsna'iyyah yang berisi perangkat istidrak (ucapan susulan untuk memastikan
hukum itsbat atau Nafi) yang menyerupai istitsna', berupa lafadz َّ
نِكَلDan dapat
di sebut juga dengan Qiyas syarthi, karena selalu menggunakan qadhiyah
syarthiyyah dalam salah satu mukaddimahnya.
4. Kaidah penetapan natijah dalam
Qiyas Istitsna'i
• Apabila qadhiyah syarthiyyah berbentuk
muttashil, maka pengisbatan muqaddam pada
qadhiyah Istitsna'iyyah akan mencetuskan
natijah peng-itsbat-an taly.
• Sedangkan pe-nafi-an taly qadhiyah
Istitsna'iyyah akan menetapkan natijah pe-nafi-
an muqaddam.
5. Qiyas istitsna'i ittishali yaitu Qiyas yang muqaddimah
kubranya merupakan syarthiyyah muttashilah.
contoh
● Apabila seseorang itu hidup bersih, maka ia jarang terkena
penyakit
● Tetapi ia hidup bersih Maka ia jarang terkena penyakit
QIYAS
ISTITSNA’I
ITTISHALI
6. Hukum Qiyas Istitsna’I Ittishali
1. Mengistitsnakan (mengecualikan) ain muqaddam,
menatijahkan ain tali
2. Mengecualikan naqidh tali menatijahkan naqidh
muqaddam
7. Qiyas istitna’i infishali yaitu qiyas muqaddimah kurbanya
merupakan syarthiyyah munfashilah
Contoh
● Laut itu adakalanya tenang, dan adakalanya berontak
● Tetapi laut itu tenang maka laut itu tidak berontak
QILYAS
ISTITSNA’I
INFISHALI
8. Hukum Qiyas istitsna'i infishali
1. Apabila syarthiyyah munfashilah itu haqiqiyah (mani' atau jam'in wa khuluwwin),
maka istitsna 'ain salah satu dari ujung dua qadhiyah (muqaddam/tali) Adakalanya
qadhiyah itu benar dan adakalanya bohong.
2. Apabila syarthiyyah munfashilah itu mani' atau khuluwwin saja, maka dengan
istitsna' naqidh salah satu dari dua ujung menatijahkan 'ain yang lainnya
3. Apabila syarthiyyah munfashilah itu mani' atau jam'in saja, maka mengistitsnakan
'ain salah satu ujung dua qadhiyah (muqaddam/tali) akan menatijahkan naqidh yang
lainnya,