Ilmu mantiq adalah ilmu yang berkaitan dengan pembicaraan yang masuk akal yang sesuai dengan keadaan dan kenyataan beserta argumentasi dan juga sesuai dengan dalil. Ilmu ini merupakan suatu metode dalam penelitian ilmiah sehingga dalam pembahasan Ilmu Mantiq tidak bisa dilepaskan dengan pembahasan sesuatu yang condong pada kebenaran dzatnya yang berlaku diantara manathiqah. Perkataan itu dipandang dari segi perkataan itu sendiri yang dapat condong kearah benar dan tidak benar, hal ini dalam ilmu mantiq disebut dengan “qadhiyah” atau “khobar”.
Sesuatu itu akan mengandung kemungkinan dua kemungkinan yakni benar dan salah, hal tersebut dibuktikan dengan suatu eksperimen untuk memastikan kebenarannya. Sebagaimana yang telah kita ketahui, tashdiqi adalah penilaian dan penghukuman atas sesuatu dengan sesuatu yang lain (seperti: gunung itu indah; manusia itu bukan kera dan lain sebagainya). Atas dasar itu, tashdiq berkaitan dengan dua hal: maudhu’ dan mahmul (“gunung” sebagai maudhu’ dan “indah” sebagai mahmul). Gabungan dari dua sesuatu itu disebut qadhiyyah (proposisi).
2. Qadliyyah
وَق ْلٌ ق
ُفْيدٌ ق
َحْثَمِلٌُ لا ِ
ٌََِّْ قَلالِذْبََ قَذَبتِهِِ
“Pernyataan yang sempurna, yang isinya mengandung klemungkinan benar atau
salah”
Qadhiyah adalah rangkaian kata-kata yang mengandung pengertian. Qadhiyah
sesuatu yang condong pada kebenaran. Perkataan itu dipandang dari segi
perkataan itu sendiri, Perkataan yang condong ke arah benar dan tidak benar ini
menurut ahli manthiq dinamakan “qodhiyah” atau “khobar”.
3. Pembagian Qadliyyah
1. Qadhiyah hamliyyah,
Yaitu qadhiyah yang menerangkan terjadinya ketetapan hukum tidak tergantung
pada suatu yang lain.
Qadhiyah ini ada dua macam:
-) Qadhiyah syahshiyyah, menerangkan terjadinya ketetapan hukum atas bagian
yang tertentu.
-) Qadhiyah kulliyah atau berdasarkan maudhu’nya dibagi menjadi dua
macam,
• Kulliyah musyawwaroh atau mahshurah (yang dimulai dengan “Soer”)
• Kulliyah Muhmalah; yaitu qadhiyah (yang tidak dimulai dengan “soer”)
4. Qadliyyah Hamliyyah
Dipandang dariijab-sanad
1. Mujabah (positif): seperti "keadilan adalah perbuatan yang bagus" atau
"manusia itu baik yang merdeka atau hamba' dan atau "jika matahari barat sudah
terbit, maka keadilan akan menguasai dunia".
2. Salibah (negatif): seperti "kezaliman tidak koko. seluruh pelajar itu, baik
berilmu atau bertakwa" atau "tidak seluruh manusia yang kaya itu pasti memiliki sifat
dermawan"
Kondisi yang menunjukan positif atau negatifnya (mujabah dan salibah) sebuah qadhiyah disebut
dengan "kaef" sedang kondisi yang menunjukan jumlah (kulliyah dan Juz'iyah) sebuah qadhiyah
disebut dengan "kam".
5. Musawwarah bi sur al kully
yaitu kata depan yang menunjukkan
adanya penetapan atas hubungan antara
muqaddam dan taliy dalam semua
situasi dan kondisi, Contoh: jika tamu
datang ke rumahku, aku akan
menemuinya.
Setiap qadhiyah syarthiyah tersusun dari kalimat syart (syarat) dan kalimat jaza' (konsekuensi) yang
mana syart disebut dengan "muqaddam" dan jaza' disebut dengan "taali". Yaitu qadhiyah yang
menerangkan ketergantungannya suatu hukum, dimana ketetapan suatu hukum tersebut digantungkan
oleh adanya suiatu hukum yang lain.
Mussawarah bi sur al juz’y
kata depan yang menunjukkan
penetapan adanya sebagian hubungan
sebab-akibat antara muqaddam dan taliy
tanpa menentukan situasi dan kondisi.
Contoh; terkadang terjadi, jika
mahasiswa itu rajin, ia akan memperoleh
penghargaan.
6. Al-Sur al-Juz’I fi al-Salab
artinya kata depan yang menunjukkan
tetapnya sebagian dengan memindahkan
tetapnya hubungan sdebab-akibat antara
muqaddam dan taliy tanpa menentukan
situasi dan kondisi. Contoh: terkadang tidak
terjadi, manusi berilmu, mengamalkan
ilmunya.
Al-Sur al-Kulli fi al-Salabi
yaitu kata depan yang menunjukkan
penetapan dengan meniadakan tetapnya
hubungan sebab-akibat antara muqaddam
dan taliy dalam semua situasi dan kondisi.
Contoh: tidaklah sama sekali, jika pandangan
masyarakat itu bersatu, mereka gagal dalam
perjuangannya.
.
Lanjutan dari yang diatas, dalam segi penggunaan “adat Sur” (kata yang menunjukkan kuantitas),
Qadhiyah Syarthiyah Muttashilah (Sukriadi Sambas, 2009 : 85-88)
7. Hukum Hukum Qadliyyah
1. tabâyun,
2. tasâwi,
3. umum wa khusus mutlak dan
4. umum wa khusus min wajhin.