SlideShare a Scribd company logo
1 of 13
Download to read offline
PENGARUH PENAMBAHAN ELECTRICAL MUSCLE STIMULATION
(EMS) TERHADAP PENINGKATAN TONUS OTOT PADA PENDERITA
DELAYED DEVELOPMENT
Naskah Publikasi
Disusun untuk memenuhi sebagian
Persyaratan Dalam Mendapatkan Gelar Sarjana Sains Terapan
Disusun oleh :
BJ. ZIA YUCCA PRADITYA
J 110 090 030
PROGRAM STUDI D IV FISIOTERAPI
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2013
ABSTRAK
PROGRAM STUDI DIPLOMA IV FISIOTERAPI
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SYRAKARTA
SKRIPSI, 22 JULI 2013
BJ. ZIA YUCCA PRADITYA
“PENGARUH ELECTRICAL MUSCLE STIMULATION PENINGKATAN
TONUS OTOT PADA PENDERITA DELAYED DEVELOPMENT ”
V Bab, 25 Halaman, 6 tabel, 2 Gambar, 9 Lampiran.
(Dibimbing oleh: Agus Widodo, SST.FT, SKM, M.Fis dan Umi Budi
Rahayu.SST.FT, S.Pd, M.Kes)
Latar Belakang: Delayed development adalah klasifikasi ciri anak menunjukkan
keterlambatan signifikan dalam satu atau lebih domain perkembangan kognitif,
emosional atau fisik. Permasalahan yang timbul pada delayed development yakni
hipotonus pada otot yang menyebabkan keterlambatan kemampuan fungsional
anak.
Tujuan: Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui pengaruh Electrical Muscle
Stimulation (EMS) terhadap peningkatan tonus otot penderita delayed
development.
Metodologi Penelitian: Penelitian ini menggunakan metode quasi experimental
dengan menggunakan rancangan penilitian pre and post test two group design.
Sample sebanyak 12 siswa yang usianya 1-3 tahun. Pengukuran tonus otot
menggunakan sphygmomanometer sebelum dan sesudah diberikan perlakuan
selama 4 minggu. Uji Pengaruh menggunakan wilcoxon, uji beda pengaruh
dengan menggunakan mann whitney test.
Hasil: Hasil pengujian Wilcoxon menunjukkan pengaruh electrical muscle
stimulation terhadap tonus otot hal ini dilihat dari nilai p value quadriceps kanan
(p =0,026), quadriceps kiri (p =0,024) , tibialis anterior kanan (p =0,024) dan
tibialis anterior kiri (p =0,024). Dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh
pemberian Electrical Muscle stimulation terhadap peningkatan tonus otot pada
pada penderita Delayed Development
Kesimpulan :Electrical muscle stimulation terbukti dapat menngkatkan tonus
otot pada anak delayed development. Dan pada kelompok eksperimen dan
kelompok kontrol terdapat beda pengaruh yang signifikan
Kata kunci: Electrical Muscle Stimulation, Sphygmomanometer dan tonus otot
delayed development
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Proses tumbuh kembang pada anak tidak lepas dari pengaruh
neurosensomotorik. Hal ini dikenal dalam bentuk perkembangan dan selanjutnya
berpengaruh terhadap motorik dan volunterrnya. Dalam perkembangan gerak itu
sendiri, meliputi adanya proses yang diawali dari gerak primitive atau reflex dan
fisiologis volunter adaptasi. Hal inilah yang lebih penting dilihat pada setiap
perkembangan pada anak seperti melihat pertumbuhan motorik anak. Tetapi salah
satu masalah utama tumbuh kembang pada bayi apabila terjadi suatu delayed
development atau keterlambatan dalam tumbuh kembang, sehingga proses suatu
perkembangan anak akan menjadi terhambat.
Delayed development adalah klasifikasi ciri anak menunjukkan keterlambatan
signifikan dalam satu atau lebih domain perkembangan kognitif, emosional atau
fisik (Christine et al., 2007). Indonesia khususnya di Jakarta, telah dilakukan
Stimulasi Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang Anak (SSDIDTK).
Hasilnya, dari 476 anak yang diberi pelayanan SDIDTK, ditemukan 57 (11,9%)
anak dengan kelainan tumbuh kembang. Adapun lima jenis kelainan tumbuh
kembang yang paling banyak dijumpai adalah, Delayeded Development (tumbuh
kembang yang terlambat) sebanyak 22 anak, Global Delayeded Development
sebanyak 4 anak, gizi kurang sebayak 10 anak, Mikrochepali sebanyak 7 anak dan
anak yang tidak mengalami kenaikan berat badan dalam beberapa bulan terakhir
sebanyak 7 anak (Iwan, 2011).
Salah satu masalah pada penderita delayed development yakni terdapat
hypotonus. Hypotonus adalah penurunan massa otot dan biasanya terjadi suatu
peningkatan mobilitas sendi (Rollings, 2005). Tonus otot menurun disebabkan
karena oleh menurunnya impuls dari otak ke otot melalui saraf perifer (Jordan,
2005). Akibatnya mengalami kesulitan dalam beraktifitas dan melakukan
kemampuan fungsional.
Dalam menanggulangi hypotonus banyak metode-metode yang digunakan berupa
manual terapi atau metode lainnya. Peneliti menggunakan Electrical Muscle
Stimulation (EMS) sebagai metode dalam menangani hypotonus. EMS
menggunakan arus listrik yang dapat merangsang proses Na+ dan K+ dalam
mekanisme potensial aksi dengan harapan akan terjadi peningkatan tonusnya
sehingga dapat terjadi peningkatan kemampuan otot pada anak DD. Stimulasi
listrik neuromuskuler menciptakan tetani otot melalui aktivasi fiber motor menuju
otak (Doucet et al., 2012).
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka peneliti ingin
mengambil judul pengaruh EMS terhadap peningkatan tonus pada penderita
delayeded development di Klinik Children’s House Yogyakarta.
TUJUAN PENELITIAN
Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui pengaruh penambahan Electrical
Muscle Stimulation (EMS) terhadap peningkatn tonus otot penderita delayed
development di Klinik Children’s House.
LANDASAN TEORI
A. Kerangka Teori
1. Delayed development (DD)
DD adalah klasifikasi ciri anak menunjukkan keterlambatan signifikan dalam
satu atau lebih domain perkembangan kognitif, emosional atau fisik (Christine et
al., 2007). DD disebabkan kerusakan pada otak yang akibatkan kondisi patologis
pada otak, spinal cord dan otot (Polzin, 2005)
Pada DD salah satu permasalahan utama perkembangan fisiknya, yakni tonus
otot yang rendah yang disebabkan oleh menrunnya impuls dari otak ke otot
melalui saraf perifer (Jordan, 2005). Pada dasarnya tonus dikendalikan impuls
oleh otak, meskipun reseptor khusus dalam otot itu sendiri juga berperan dalam
pengaturannya. Otak bergantung pada masukan dari reseptor serta reseptor dalam
tendon dan sendi untuk memberikan informasi yang dibutuhkan untuk
mengarahkan gerakan otot polos dan terkoordinasi. Reseptor terus-menerus
memasok otak dengan informasi yang diperlukan tonus untuk memberi suatu
gerakan pada otot selama gerakan berlangsung.
Otot mempunyai regulator utama yaitu muscle spindle. Muscle spindle
terletak sejajar dengan serat otot, yakni akan meregang atau memendek apabila
berkontraksi. Ketika meregang muscle spindle menjadi aktif sehingga
menyebabkan terjadi suatu peningkatakan pada impuls serabut saraf aferen dari
spindle ke spinal cord kemudian ke otak bahkan cortex cerebry dan merangsang
neuron motorik alpha besar innervating serat otot rangka (Jordan, 2005).
2. Hypotonus
Hypotonus adalah penurunan tonus otot dan biasanya terjadi suatu
peningkatan mobilitas sendi (Rollings, 2005). Pada penderita DD mereka
mengalami gangguan di motor neuron otot dimana mengalami kerusakan,
sehingga otot menjadi lembek (Graham, 2006). Ketika tonus otot menurun muscle
spindle akan menjadi kendur dan tidak sensitive terhadap terhadap perubahan
panjang otot. Hal ini menyebabkan aktivasi lambat yang membuat gerakan sulit.
Anak-anak DD tonus postural mereka terlalu rendah sehingga sering
mengalami kesulitan dalam beraktifitas. Hal ini terlihat saat melakukan gerakan
cepat dan akurat (Graham, 2006) yang sebagian dapat dikaitkan dengan respon
aktivasi tertunda.
Untuk deteksi ini pada hypotonus ada beberapa parameter yang digunakan
seperti palpanometer, stabilizer biofeedback, dan Sphygmomanometer. Pada
penelitian ini peneliti mengguanakan parameter Sphygmomanometer dalam
mengukur tonus otot, yakni dengan cara manset dipasang pada quadriceps dan
tibialis anterior kemudian pompa dengan nilai tekanan 40 mmHg, kemudian
pasien distimulasi untuk melakukan gerakan dan hitung selisih nilai antara awal
dan akhir gerakan (Kaegi et al., 1998).
Adapun manfaat peningkatan tonus otot pada otot quadriceps dan tibialis
anterior adalah meningkatkan stabilisasi knee dan ankle agar mempersiapkan
melakukan kemampuan berdiri maupun berjalan dan membantu dalam proses
berjalan terutama pada fase hell strike dimana pada fase ini otot quadriceps dan
tibialis anterior berperan penting.
3. Electrical Muscle Stimulation (EMS)
a. Defenisi EMS
EMS merupakan suatu cara penggunaan energy listrik yang merangsang
system syaraf melalui permukaan kulit (Parjoto, 2006).
b. Manfaat EMS
EMS digunakan untuk meningkatkan voluntary motor control dengan
meningkatkan kekuatan otot, meningkatkan motor kontrol, mengurangi
spastisitas, mengurangi rasa sakit dan meningatkan lingkup gerak sendi
(Schuhfried, 2012).
EMS suatu modalitas yang digunakan sebagai alat penelitian fungsi
neuromuskuler yang sehat dan gangguan otot, dalam kondisi baik maupun lelah
(Horstman dikutip Marta, 2012). EMS juga dapat digunakan untuk
mempertahankan massa otot dan fungsi selama jangka waktu lama, untuk
pemulihan massa otot dan untuk perbaikan fungsi otot pada kelompok sehat
seperti lansia, atlet, dewasa (Babault et al., 2007).
c. Arus EMS
Arus yang digunakan arus DC dengan bentuk gelombang byphasic, frequensi
50 Hz dan Pulse duration 200-300 µs (Arkov et al.,2009).
d. Prosedur EMS
Penatalaksanaan dengan cara posisi terlentang atau duduk, metode yang
digunakan adalah segmental yakni letakkan 1 elektrode pada daerah trunk, 1
elektrode di letakkan pada otot quadriceph dan otot tibialis anterior dan
menggunakan Arus DC dengan bentuk gelombang byphasic, frekuensi 50 Hz dan
durasi fase 200 – 300 µs tiap sesi 15 menit.
e. Fisiologis EMS
Menurut Cameron (2009), bahwa pemberian Transcutaneus Electrical
Nerve Stimuation arus DC dengan bentuk gelombang byphasic dengan intensitas
yang rendah dan durasi yang rendah 200 – 300 µs dapat menghasilkan cukup
stimulus dalam proses potensial aksi di saraf dan de-diinervasi otot. Pada proses
potensial aksi akan terjadi fase depolarisasi diikuti oleh repolarisasi yang akan
menghasilkan rangsangan menuju otak sehingga akan terjadi suatu kontraksi otot
yang akan mengakibatkan tonus meningkat .
f. Tanggapan electrical stimulation terhadap saraf
Ketika serabut saraf afferent di root posterior yang berulang dirangsang oleh
stimulator elektronik, senyawa potensial aksi dapat direkam dari Anterior Horn
Cell (AHC). Serabut saraf aferen merangsang AHC baik secara langsung maupun
tidak langsung. yang kemudian melakukan impuls recordable keluar melalui serat
eferen ke otak. Sebuah potensial aksi senyawa adalah jumlah dari beberapa
otentials aksi individu. Hal ini diperoleh ketika potensial aksi dari beberapa
serabut saraf direkam secara bersamaan.
Tidak semua rangsangan yang efektif dalam menyebabkan potensial aksi dan
depolarisasi. Untuk menjadi agen yang efektif, stimulus harus memiliki intensitas
yang memadai dan cukup panjang melebihi ambang batas dasar membran untuk
eksitasi, sehingga sejumlah ion didorong melintasi membran, melebihi
kemampuan pompa transpor aktif untuk menjaga potensi istirahat. Sebuah
stimulus sebesar ini memaksa membran untuk depolarize dan menghasilkan
potensial aksi (William, 2005.) kemudian akan terjadi proses pertukaran ion Na+
dan Ka+ yang akan menghasilkan rangsangan pada motor unit menuju otak.
Kemudian rangsangan tersebut akan terjadi kontraksi otot berulang – ulang yang
akan menghasilkan suatu ketegangan otot berulang – ulang sehingga akan
meningkatkan tonus otot (William, 2005).
g. Tanggapan electrical stimulation terhadap otot
Stimulasi motorik dalam kontraksi otot dengan menggunakan stimulasi listrik
dapat dirangsang melalui depolarisasi membrane otot. Pada proses ini akan
membuat suatu kontraksi sebagai stimulus alami. Aktivitas terus menerus dari
pompa natrium dalam membran sel saraf, sel saraf terus bergerak, Na+
dari dalam
sel ke luar membran sel sementara tegangan-diaktifkan saluran kalium
memungkinkan K+
untuk pindah ke sel. Ini mempertahankan konsentrasi yang
lebih besar dari K+
pada bagian dalam membran sel.
Stimulasi elektris pada prisipnya harus menimbulkan kontraksi otot,
sehingga akan merangsang golgi tendon dan muscle spindle. Rangsangan pada
muscle spindle dan golgi tendon akan diinformasikan melalui afferent ke susunan
saraf pusat sehingga akan mengkontribusikan fasilitasi dan inhibisi. Rangsangan
elektris yang diulang – ulang akan memberikan informasi ke supra spinal
mechanism dan akan mengahasilkan kontraksi otot berulang- ulang ulang yang
akan terjadi suatu ketegangan otot berulang – ulang sehingga akan meningkatkan
tonus otot (Ozhan, 2013).
METODE PENELITIAN
suatu penelitian yang bertujuan untuk mengetahui gejala atau pengaruh yang akan
timbul akibat adanya perlakuan tertentu, dengan design penelitian pre and post
test with control group design. Design ini melibatkan suatu tindakan dan dua
kelompok di observasi sebelum dan sesudah melakukan tindakan. Design ini
bertujuan untuk melihat kemungkinan adanya hubungan sebab akibat yang
muncul sesudah diberikan perlakuan,kemudian hasil dari perlakuan dibandingkan
dengan kelompok kontrol ( kelompok tanpa perlakuan).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Karekteristik Subyek penelitiaan
Penelitian ini berempat di Klinik Children House Bantul. Subjek
penelitian adalah penderita DD dengan hipotonus di Children House.
Jumlah populasi sebanya 49 orang, yang memenuhi kreteria penelitian
adalah sebanyak adalah 12 anak yang dibagi dalam dua kelompok yaitu kelompok
perlakuan (Massage baby, exercise therapy dah electrical stimulation) sebanyak 6
anak dan kelompok kontrol (massage baby, exercise therapy ) sebanyak 6 anak .
Parameter yang diukur pada penelitian ini adalah tonus otot pada
quadriceps kanan, quadriceps kiri, tibialis anterior kanan dan tibialis anterior kiri
dengan menggunakan alat ukur spignomanometer.
Karakteristik Usia Pasien (Kelompok Kontrol dan perlakuan)
Usia Kelompok Eksperimen Kelompok Kontrol
1,0 – 2,0 tahun 3 6
2,1 – 3,0 tahun 3 0
Hasil Mean tonus otot pre dan post pemberian electrical stimulation pada
penderita delayed development dan pada kelompok kontrol (massage baby dan
exercise therapy)
Karakteristik Tonus otot kelompok Perlakuan
Variable Mean Pre Mean Post Selisih mean
Quadriceps kanan 55.33 63.33 8,00
Quadriceps kiri 51.00 58.66 7.33
Tibialis Anterior kanan 51.33 57.66 6.33
Tibialis Anterior kiri 48.66 54.33 5.67
Karakteristik Tonus otot kelompok Kontrol
Variable Mean Pre Mean Post Selisih mean
Quadriceps kanan 46 47.66 1.66
Quadriceps kiri 44.33 45.66 1.33
Tibialis Anterior kanan 44.66 46.00 1,34
Tibialis Anterior kiri 44.33 45.66 1.33
Berdasarkan table diatas menunjukan hasil mean pre – post memiliki nilai
selisih ini menunjukan bahwa ada pengaruh pemberian electrical stimulation
terhadap tonus otot, dan pada mean pre – post kelompok kontrol memiliki nilai
selisih menunjuka ada pengaruh hanya pemberian massage baby dan exercise
therapy pada tonus otot
Pengaruh EMS terhadap tonus otot pada penderita DD
Pengaruh EMS terhadap tonus otot pada penderita DD dengan uji Wilcoxon.
Hasil Uji Wilcoxon pada kelompok perlakuan
Variable P Value Kesimpulan
Quadriceps kanan 0.026 H0 ditolak
Quadriceps kiri 0.024 H0 ditolak
Tibialis Anterior kanan 0.024 H0 ditolak
Tibialis Anterior kiri 0.026 H0 ditolak
Berdasarkan tabel hasil pengujian didapatkan hasil nilai p value lebih kecil dari
bilangan 0,05, berarti ada pengaruh penambahan electrical stimulasi terhadap
peningkatan tonus otot pada anak DD.
Hasil Uji Wilcoxon pada kelompok Kontrol
Variable P Value Kesimpulan
Quadriceps kanan 0.025 H0 ditolak
Quadriceps kiri 0.046 H0 ditolak
Tibialis Anterior kanan 0.046 H0 ditolak
Tibialis Anterior kiri 0.046 H0 ditolak
Hasil pengujian didapatkan hasil nilai p value lebih kecil dari bilangan 0,05 berarti
ada pengaruh pemberian massage baby dan exercise therapy pada tonus otot pada
penderita DD.
Uji beda pengaruh antara kelompok perlakuan EMS dengan kelompok kontrol
terhadap tonus menggunakan Mann Whitney
Man Whitney sebelum dan sesudah perlakuan kelompok kontrol dan
eksperimen
Variabel Mean Perlakuan Mean Kontrol P value Kesimpulan
Quadriceps kanan 8,00 1.66 0,003 Ada beda
Quadriceps kiri 7.33 1.33 0,003 Ada beda
Tibialis Anterior kanan 7.33 1.34 0,003 Ada beda
Tibiais Anterior Kiri 5.67 1.33 0,003 Ada beda
Hasil pengujian beda dengan Man Whitney untuk kelompok gabungan pada
kelompok perlakuan maupun kelompok kontrol menunjukan bahwa ada
perbedaan yang signifikan hal ini dilihat dari nilai probabilitasnya yang lebih kecil
dari (p<0,005), maka ada perbedaan pengaruh antara kelompok perlakuan dan
kelompok kontrol .
PEMBAHASAN
Karakteristik responden dilihat dari usia menujukan jumlah terbanyak
terdapat pada usia 1 – 3 tahun. Dalam usia 1- 2 tahun anak mampu melakukan
kemampuan fungsional seperti merangkak, berdiri, dan berjalan dan pada usia 2 –
3 tahun anak mampu berlari dan meloncat.
Tonus otot pada responden dilihat dari usia menunjukan hasil yang rendah
dibandingkan dengan tonus otot dengan anak normal, dilihat dari pengukuran
dengan sphygmomanometer anak hipotonus dan anak normal memiliki rantan
yang jauh dengan nilai tonus terbanyak adalah 44 – 46. Hal ini menunjukan
tingkat rendahnya tonus otot.
1. Pengaruh kelompok perlakuan
Hasil uji pengaruh tersebut menunjukan ada pengaruh penambahan
electrical muscle stimulation terhadap peningkatan tonus otot pada penderita DD
(signifikan). Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Doucet Barbara
(2012) tentang pengaruh Neuromuscular electrical stimulation (NMES) terhadap
kemapuan fungsi otot skelet. Hasil penelitian tersebut menunjukan adanya
pengaruh NMES terhadap peningkatan otot skelet.
EMS merupakan suatu cara penggunaan energy listrik yang merangsang
sistem saraf melalui permukaan kulit (Parjoto, 2006). Menurut Cameron (2009),
bahwa pemberian Transcutaneus Electrical Nerve Stimuation arus byphasic
dengan frekuensi 50 Hz dan durasi yang rendah 200 – 300 µs dapat menghasilkan
cukup stimulus dalam proses potensial aksi di saraf dan de-diinervasi otot. Pada
proses potensial aksi akan terjadi fase depolarisasi diikuti oleh repolarisasi yang
akan menghasilkan rangsangan menuju otak sehingga akan terjadi suatu kontraksi
otot yang akan mengakibatkan tonus meningkat .
Sebagaimana yang di dikemukan Currier (dikutip Widyatama, 2012) TENS
pada kutup positif akan merangsang alpa motorneuron untuk aktif dan mengatifasi
serabut otot berdiameter besar, terjadi potensial aksi pada kutub negatif
memberikan rangsangan pada setiap motor unit. Terjadi kontraksi berulang –ulang
sehingga dapat meningkatkan tonus otot.
Mekanisme peningkatan tonus electrical muscle stimulation dirangsang
oleh kutup positif untuk aktif dan mengaktifasi serabut otot berdiameter besar,
kemudian terjadi potensial aksi pada kutub negatif , dimana akan terjadi proses
depolarisasi yang diikuti proses repolarisasi, kemudian akan terjadi proses
pertukaran ion Na+ dan Ka+, apabila ion Ka+ dan Na+ berada didalam membrane
secara bersamaan akan menghasilkan rangsangan pada motor unit yang akan
menuju otak. Kemudian rangsangan tersebut akan kembali ke jaringan dan akan
terjadi kontraksi otot berulang – ulang yang akan menghasilkan suatu ketegangan
otot berulang – ulang sehingga akan meningkatkan tonus otot (William, 2005).
Adapun tujuan peningkatan tonus otot pada otot quadriceps dan tibialis
anterior adalah meningkatkan stabilisasi knee dan ankle agar mempersiapkan
melakukan kemampuan berdiri maupun berjalan dan membantu dalam proses
berjalan terutama pada fase hell strike dimana pada fase ini otot quadriceps dan
tibialis anterior berperan penting.
2. Uji Pengaruh Kelompok kontrol
Hasil uji pengaruh diatas menunjukan ada pengaruh massage baby dan
exercise therapy terhadap peningkatan tonus otot pada pendrita DD Hal ini
berkaitan dengan penelitian yang dilakukan oleh Hakaana (2008) pengaruh
massage terhadap tonus otot dan pemulihannya. Hasil penelitiannya menunjukan
bahwa massage tidak efektif untuk meningkatkan tonus otot. dalam hal ini yang
berperan penting dalam peningkatan tonus adalah exercise terapi. Dalam
penelitian Barclay (2007) pengaruh oxondlorone ditambah exercise therapy
terhadap peningkatan kekuatan otot dan massa otot pada anak penderita luka
bakar, pada penelitian ini didapatan hasil terdapat peningkatan yang signifikan
pada pada kekuatan otot dan massa otot pada anak tersebut. Mekanisme dalam hal
ini yakni otot memiliki 2 serabut intrafusal dan extrafusal ketika diberikan
aktivitas atau exercise maka serabut intrafusal yang diwakili muscles spindle akan
menghasilkan impuls menuju spinal cord dan kembali ke jaringan dengan cepat
kemudian akan terjadi kontraksi otot.
Adaptasi yang terjadi akibat dari aktivitas atau exercise berulang-ulang
maka akan mempengaruhi motor unit lainnya srabut extrafusal yaitu serabut yang
akan diwakili sarkomer, kemudian selanjutnya akan terjadi peningkatan aktivitas
aktin-myosin yang akan menambah peningkatan kondisi tonus otot (Wilmord et
al., 1994)
3. Beda Pengaruh Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol
Hasil uji beda pengaruh di atas menunjukan ada perbedaan yang
signifikan antara kelompok perlakuan dan kelompok kontrol dilihat dari hasil p
value setiap kolom menunjukan nilai p lebih kecil dari 0,005, berarti pemberian
electrical muscle stimulation lebih berpegaruh terhadap peningkatan tonus
daripada hanya pemberian exercise therapy dan massage baby terhadap tonus otot
pada penderita DD.
4. Keterbatasan Penelitian
Keterbatasan penelitian ini adalah
- Dalam pengukuran tonus otot menggunakan spignomanometer yang kurang
detail hasilnya, sebaiknya menggunakan EMG agar lebih detail hasil dari
kemampuan otot
- Peneliti tidak memperhatikan tentang kriteria usia pasien.
- Peneliti hanya melakukan penelitian selama 1 bulan.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan dari hasil analisa statistik, dapat diambil kesimpulan bahwa:
Ada pengaruh Electrical Muscle Stimulation terhadap peningkatan tonus otot
pada penderita delayed development
Saran
Berdasarkan pelaksanaan dari hasil penelitian yang telah dilakukan maka peneliti
meberikan saran – saran sebagai berikut :
1. Orang tua responden
Disarankan kepada orang tua responden untuk melatih anak secara efektif agar
mendapatkan peningatan tonus otot secara baik dan kemampuan fungsional anak
akan meningkat.
2. Bagi peneliti selanjutnya
a. Untuk memperkuat hasil penelitian ini, disarankan dilakukan penelitian
lanjut dengan menambah jumlah sampel,menambah variasi dari variabel dan
metode penelitian lainnya seperti studi kasus, cross sectional dan lain – lain.
b. Usia responden lebih dibatasi sehingga tidak terjadi rentang yang jauh
c. Disarankan untuk peneliti selanjutnya menggunakan alat ukur yang akurat
atau berbeda.
d. Saran oprasional terkait penelitiaan ini untuk menerapkan dengan EMS
dilakukan sebelum exercise therapy.
DAFTAR PUSTAKA
Babault, N. 2007. Effect Of Electromyostimulation Trainging Non Muscle Stength
and Power Of Elite Rugby Player. J Strength Cond Res.
Barclay, Laurie. 2007. Oxandrolone Plus Exercise Increases Muscle Mass,
Strength in Children With Severe Burns. Medscape Edication
Cameron, H Michelle and Dinesh Verma. 2009. Electrophysical Agents.
Christine, F,Delgado. 2007. Identification of Early Risk Factor of Delay
Development. Exeptionality. Journal Of Physicology .(15) 2 199-136.
Doucet, Barbara M. 2012. Neuromuscular Electrical Stimulation for Skeletal
Muscle Function. Yale Journal Of Biology and Medicine 85 201-15.
Graham, Elisabeth. 2006. The Effect of Rebound Therapy on Muscle Tone.
Dissertation, Leeds Metropolitan University.
Haakana, Piia. 2008. The Acute Effects of Massage on Muscle Tone and
Perceived Recovery . Thesis. University of Jyväskylä
Iwan. 2011. Deteksi Dini Tumbuh Kembang. http://kesehatan-balita-
1plus.blogspot.com/2011/05/ihwansidiq-deteksi-dini-tumbuh
kembang.html. Diakses pada 21 Januari 2013.
Jordan. 2007. Muscle Tone and Spinal Refelexes
http://www.humanneurophysiology.com/muscletone.htm. Diakses pada 9
Januari 2013.
Kaegi, Christine, Marie-Claude Thibault and Francine.1998. The Interrater
Reliability of Force Measurements Using a Modified Sphygmomanometer
in Elderly. Journal of the America Physical Therapy Association.78:1095-
1103.
Marta, Ratna Sari. 2012. Perbedaan Pengaruh Neuromuskular Electrical
Stimulation (NEMS) Metode Group Otot dan Metode Nerve Trunk
Terhadap Peningkatan Kekuatan Quadriceps Femoris pada Atlet Pancak
Silat. Skripsi. Universitas Muhammadiyah Surakarta
Ozhan. 2013 Apa itu Hipotonus. http://ozhanphysio.blogspot.com/. Diakses pada
30 Maret 2013.
Rollings. 2005. Rebound Therapy Handbook. Rebound Therapy for Special
Education Needs. 2 day course. Newcastle.
Scott, Polzin MS. 2005. Hypotonia.
http://www.healthline.com/galecontent/hypotonia-1. Di akses pada 15
maret 2013.
Schuhfried, Othar, Richard Crevenna, Veronika Fialka-Moser, and Tatjana
Paternostro-Sluga. 2012. Non-Invansive Neuromusculer Electrical
Stimulation In Patient With Central Nervous System Lesion. Journal
Rehabilitation Med 2012; 44: 99–105
Parjoto, Slamet.2006. Terapi Listri untuk Modalitas Nyeri. Semarang. IFI
Semarang.
Widyatama, Andri. 2012. Pengaruh Neuromuscular Electrical Stimulation
(NMES) Terhadap Peningkatan Kekuatan Otot Quadricep Femoris dan
Kemampuan Jumping pada Atlet Bola Voli. Skripsi. Universitas
Muhammadiyah Surakarta.
William, E. Prentice. 2005. Therapeutic Modalities in Rehabilitation. Third
Edition. United States of America. The McGraw-Hill Companies.
Wilmord, H Jack and David L Costill. 1994. Physiology Of Sport Exercise.
Second Edition. USA.

More Related Content

What's hot

Kebutuhan aktivitas (mobilisasi)
Kebutuhan aktivitas (mobilisasi) Kebutuhan aktivitas (mobilisasi)
Kebutuhan aktivitas (mobilisasi) Dedi Kun
 
Mempertahankan adl pada lansia
Mempertahankan adl pada lansiaMempertahankan adl pada lansia
Mempertahankan adl pada lansiaWarung Bidan
 
Mengukur aktivitas fisik
Mengukur aktivitas fisikMengukur aktivitas fisik
Mengukur aktivitas fisikIwan Hariyanto
 
Nesma putri arif widodo fix
Nesma putri arif widodo fixNesma putri arif widodo fix
Nesma putri arif widodo fixMepsa Putra
 
Tinjauan literatur
Tinjauan literaturTinjauan literatur
Tinjauan literaturAzan Hamin
 
makalah Konsep aktivitas - aktivitas tubuh
makalah Konsep aktivitas - aktivitas tubuhmakalah Konsep aktivitas - aktivitas tubuh
makalah Konsep aktivitas - aktivitas tubuhsiakadurban
 
Mobilisasi dan immobilisasi
Mobilisasi dan immobilisasiMobilisasi dan immobilisasi
Mobilisasi dan immobilisasirudi mirino
 
Pemenuhan kebutuhan aktivitas pada pasien
Pemenuhan kebutuhan aktivitas pada pasienPemenuhan kebutuhan aktivitas pada pasien
Pemenuhan kebutuhan aktivitas pada pasienValny Majid
 
3 rancangan ruang pengering berbasis ergonomi menurunkan keluhan muskuloskele...
3 rancangan ruang pengering berbasis ergonomi menurunkan keluhan muskuloskele...3 rancangan ruang pengering berbasis ergonomi menurunkan keluhan muskuloskele...
3 rancangan ruang pengering berbasis ergonomi menurunkan keluhan muskuloskele...Mirmanto
 
Ilham firmansyah universitas muhammadiyah yogyakarta pkm-kc
Ilham firmansyah universitas muhammadiyah yogyakarta pkm-kcIlham firmansyah universitas muhammadiyah yogyakarta pkm-kc
Ilham firmansyah universitas muhammadiyah yogyakarta pkm-kcIlham Reyzer Firmansyah
 
Kebutuhan aktivitas
Kebutuhan aktivitasKebutuhan aktivitas
Kebutuhan aktivitasCahya
 
Maulana yusuf pertemuan 14
Maulana yusuf pertemuan 14Maulana yusuf pertemuan 14
Maulana yusuf pertemuan 14MaulanaYusuf127
 
Konsep aktivitas
Konsep aktivitasKonsep aktivitas
Konsep aktivitasharuna_06
 
PENGARUH TERAPI RELAKSASI OTOT PROGRESIF TERHADAP PERUBAHAN TINGKAT INSOMNIA ...
PENGARUH TERAPI RELAKSASI OTOT PROGRESIF TERHADAP PERUBAHAN TINGKAT INSOMNIA ...PENGARUH TERAPI RELAKSASI OTOT PROGRESIF TERHADAP PERUBAHAN TINGKAT INSOMNIA ...
PENGARUH TERAPI RELAKSASI OTOT PROGRESIF TERHADAP PERUBAHAN TINGKAT INSOMNIA ...Ratih Aini
 
TEKNIK RELAKSASI OTOT PROGRESIF UNTUK MENGURANGI STRES PADA PENDERITA ASMA
TEKNIK RELAKSASI OTOT PROGRESIF UNTUK MENGURANGI STRES PADA PENDERITA ASMATEKNIK RELAKSASI OTOT PROGRESIF UNTUK MENGURANGI STRES PADA PENDERITA ASMA
TEKNIK RELAKSASI OTOT PROGRESIF UNTUK MENGURANGI STRES PADA PENDERITA ASMARatih Aini
 
1566 2835-1-sm
1566 2835-1-sm1566 2835-1-sm
1566 2835-1-smPaul Young
 

What's hot (18)

Kebutuhan aktivitas
Kebutuhan aktivitasKebutuhan aktivitas
Kebutuhan aktivitas
 
Kebutuhan aktivitas (mobilisasi)
Kebutuhan aktivitas (mobilisasi) Kebutuhan aktivitas (mobilisasi)
Kebutuhan aktivitas (mobilisasi)
 
Mempertahankan adl pada lansia
Mempertahankan adl pada lansiaMempertahankan adl pada lansia
Mempertahankan adl pada lansia
 
Mengukur aktivitas fisik
Mengukur aktivitas fisikMengukur aktivitas fisik
Mengukur aktivitas fisik
 
Nesma putri arif widodo fix
Nesma putri arif widodo fixNesma putri arif widodo fix
Nesma putri arif widodo fix
 
Tinjauan literatur
Tinjauan literaturTinjauan literatur
Tinjauan literatur
 
makalah Konsep aktivitas - aktivitas tubuh
makalah Konsep aktivitas - aktivitas tubuhmakalah Konsep aktivitas - aktivitas tubuh
makalah Konsep aktivitas - aktivitas tubuh
 
Bobat exc
Bobat exc Bobat exc
Bobat exc
 
Mobilisasi dan immobilisasi
Mobilisasi dan immobilisasiMobilisasi dan immobilisasi
Mobilisasi dan immobilisasi
 
Pemenuhan kebutuhan aktivitas pada pasien
Pemenuhan kebutuhan aktivitas pada pasienPemenuhan kebutuhan aktivitas pada pasien
Pemenuhan kebutuhan aktivitas pada pasien
 
3 rancangan ruang pengering berbasis ergonomi menurunkan keluhan muskuloskele...
3 rancangan ruang pengering berbasis ergonomi menurunkan keluhan muskuloskele...3 rancangan ruang pengering berbasis ergonomi menurunkan keluhan muskuloskele...
3 rancangan ruang pengering berbasis ergonomi menurunkan keluhan muskuloskele...
 
Ilham firmansyah universitas muhammadiyah yogyakarta pkm-kc
Ilham firmansyah universitas muhammadiyah yogyakarta pkm-kcIlham firmansyah universitas muhammadiyah yogyakarta pkm-kc
Ilham firmansyah universitas muhammadiyah yogyakarta pkm-kc
 
Kebutuhan aktivitas
Kebutuhan aktivitasKebutuhan aktivitas
Kebutuhan aktivitas
 
Maulana yusuf pertemuan 14
Maulana yusuf pertemuan 14Maulana yusuf pertemuan 14
Maulana yusuf pertemuan 14
 
Konsep aktivitas
Konsep aktivitasKonsep aktivitas
Konsep aktivitas
 
PENGARUH TERAPI RELAKSASI OTOT PROGRESIF TERHADAP PERUBAHAN TINGKAT INSOMNIA ...
PENGARUH TERAPI RELAKSASI OTOT PROGRESIF TERHADAP PERUBAHAN TINGKAT INSOMNIA ...PENGARUH TERAPI RELAKSASI OTOT PROGRESIF TERHADAP PERUBAHAN TINGKAT INSOMNIA ...
PENGARUH TERAPI RELAKSASI OTOT PROGRESIF TERHADAP PERUBAHAN TINGKAT INSOMNIA ...
 
TEKNIK RELAKSASI OTOT PROGRESIF UNTUK MENGURANGI STRES PADA PENDERITA ASMA
TEKNIK RELAKSASI OTOT PROGRESIF UNTUK MENGURANGI STRES PADA PENDERITA ASMATEKNIK RELAKSASI OTOT PROGRESIF UNTUK MENGURANGI STRES PADA PENDERITA ASMA
TEKNIK RELAKSASI OTOT PROGRESIF UNTUK MENGURANGI STRES PADA PENDERITA ASMA
 
1566 2835-1-sm
1566 2835-1-sm1566 2835-1-sm
1566 2835-1-sm
 

Similar to Naskah publikasi rimaaaaaaaaaaaaa

74-Article Text-214-1-10-20211023.pdf
74-Article Text-214-1-10-20211023.pdf74-Article Text-214-1-10-20211023.pdf
74-Article Text-214-1-10-20211023.pdfmuarif5
 
Rahmat hidayat haqiqi 053 2020_b_riview jurnal 3
Rahmat hidayat haqiqi 053 2020_b_riview jurnal 3Rahmat hidayat haqiqi 053 2020_b_riview jurnal 3
Rahmat hidayat haqiqi 053 2020_b_riview jurnal 3RahmatHidayatHaqiqi
 
Riviw jurnal 5 peran fisiologi olahraga prestasi
Riviw jurnal 5 peran fisiologi olahraga prestasiRiviw jurnal 5 peran fisiologi olahraga prestasi
Riviw jurnal 5 peran fisiologi olahraga prestasialfinNugraha3
 
Asuhan Keperawatan Pasien Dengan Gangguan Pemenuhan Kebutuhan Aktifitas
Asuhan Keperawatan Pasien Dengan Gangguan Pemenuhan Kebutuhan AktifitasAsuhan Keperawatan Pasien Dengan Gangguan Pemenuhan Kebutuhan Aktifitas
Asuhan Keperawatan Pasien Dengan Gangguan Pemenuhan Kebutuhan Aktifitaspjj_kemenkes
 
KONSEP PEMENUHAN KEBUTUHAN MOBILISASI DAN IMMOBILISASI.pptx
KONSEP PEMENUHAN KEBUTUHAN MOBILISASI DAN IMMOBILISASI.pptxKONSEP PEMENUHAN KEBUTUHAN MOBILISASI DAN IMMOBILISASI.pptx
KONSEP PEMENUHAN KEBUTUHAN MOBILISASI DAN IMMOBILISASI.pptxawaldarmawan3
 
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptxKONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptxawaldarmawan3
 
Slide sap penjas
Slide sap penjasSlide sap penjas
Slide sap penjasIka Udy
 
Sudut Pandang Moral - Immoral Terhadap Sel Punca by Prof. Dr. Soehartono Taa...
Sudut Pandang Moral - Immoral Terhadap Sel Punca  by Prof. Dr. Soehartono Taa...Sudut Pandang Moral - Immoral Terhadap Sel Punca  by Prof. Dr. Soehartono Taa...
Sudut Pandang Moral - Immoral Terhadap Sel Punca by Prof. Dr. Soehartono Taa...raditio ghifiardi
 
Rahmat hidayat haqiqi 053 2020_b_riview jurnal 4
Rahmat hidayat haqiqi 053 2020_b_riview jurnal 4Rahmat hidayat haqiqi 053 2020_b_riview jurnal 4
Rahmat hidayat haqiqi 053 2020_b_riview jurnal 4RahmatHidayatHaqiqi
 
FISIOTERAPI PEDIATRI - CEREBRAL PALSY.pptx
FISIOTERAPI PEDIATRI - CEREBRAL PALSY.pptxFISIOTERAPI PEDIATRI - CEREBRAL PALSY.pptx
FISIOTERAPI PEDIATRI - CEREBRAL PALSY.pptxJulfiana Mardatillah
 
Review jurnal 3 peran fisiologi olahraga dalam menunjang prestasi
Review jurnal 3 peran fisiologi olahraga dalam menunjang prestasiReview jurnal 3 peran fisiologi olahraga dalam menunjang prestasi
Review jurnal 3 peran fisiologi olahraga dalam menunjang prestasiIMAMHARISUTOMO
 
Sains sukan Tingkatan 4 Bab 1 - Bidang bidang ilmu sains sukan
Sains sukan Tingkatan 4 Bab 1  - Bidang bidang ilmu sains sukanSains sukan Tingkatan 4 Bab 1  - Bidang bidang ilmu sains sukan
Sains sukan Tingkatan 4 Bab 1 - Bidang bidang ilmu sains sukanAbam Izz
 

Similar to Naskah publikasi rimaaaaaaaaaaaaa (20)

74-Article Text-214-1-10-20211023.pdf
74-Article Text-214-1-10-20211023.pdf74-Article Text-214-1-10-20211023.pdf
74-Article Text-214-1-10-20211023.pdf
 
Rahmat hidayat haqiqi 053 2020_b_riview jurnal 3
Rahmat hidayat haqiqi 053 2020_b_riview jurnal 3Rahmat hidayat haqiqi 053 2020_b_riview jurnal 3
Rahmat hidayat haqiqi 053 2020_b_riview jurnal 3
 
Smk hj
Smk hjSmk hj
Smk hj
 
Smk
SmkSmk
Smk
 
Chiropractic(1)
Chiropractic(1)Chiropractic(1)
Chiropractic(1)
 
Chiropractic
ChiropracticChiropractic
Chiropractic
 
Makalah jadi
Makalah jadiMakalah jadi
Makalah jadi
 
Riviw jurnal 5 peran fisiologi olahraga prestasi
Riviw jurnal 5 peran fisiologi olahraga prestasiRiviw jurnal 5 peran fisiologi olahraga prestasi
Riviw jurnal 5 peran fisiologi olahraga prestasi
 
Asuhan Keperawatan Pasien Dengan Gangguan Pemenuhan Kebutuhan Aktifitas
Asuhan Keperawatan Pasien Dengan Gangguan Pemenuhan Kebutuhan AktifitasAsuhan Keperawatan Pasien Dengan Gangguan Pemenuhan Kebutuhan Aktifitas
Asuhan Keperawatan Pasien Dengan Gangguan Pemenuhan Kebutuhan Aktifitas
 
Peralatan fisio terapi alamiah
Peralatan fisio terapi alamiahPeralatan fisio terapi alamiah
Peralatan fisio terapi alamiah
 
KONSEP PEMENUHAN KEBUTUHAN MOBILISASI DAN IMMOBILISASI.pptx
KONSEP PEMENUHAN KEBUTUHAN MOBILISASI DAN IMMOBILISASI.pptxKONSEP PEMENUHAN KEBUTUHAN MOBILISASI DAN IMMOBILISASI.pptx
KONSEP PEMENUHAN KEBUTUHAN MOBILISASI DAN IMMOBILISASI.pptx
 
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptxKONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
 
Slide sap penjas
Slide sap penjasSlide sap penjas
Slide sap penjas
 
Sudut Pandang Moral - Immoral Terhadap Sel Punca by Prof. Dr. Soehartono Taa...
Sudut Pandang Moral - Immoral Terhadap Sel Punca  by Prof. Dr. Soehartono Taa...Sudut Pandang Moral - Immoral Terhadap Sel Punca  by Prof. Dr. Soehartono Taa...
Sudut Pandang Moral - Immoral Terhadap Sel Punca by Prof. Dr. Soehartono Taa...
 
Rahmat hidayat haqiqi 053 2020_b_riview jurnal 4
Rahmat hidayat haqiqi 053 2020_b_riview jurnal 4Rahmat hidayat haqiqi 053 2020_b_riview jurnal 4
Rahmat hidayat haqiqi 053 2020_b_riview jurnal 4
 
FISIOTERAPI PEDIATRI - CEREBRAL PALSY.pptx
FISIOTERAPI PEDIATRI - CEREBRAL PALSY.pptxFISIOTERAPI PEDIATRI - CEREBRAL PALSY.pptx
FISIOTERAPI PEDIATRI - CEREBRAL PALSY.pptx
 
130032517 fisiologi-dan-kesehatan-olahraga
130032517 fisiologi-dan-kesehatan-olahraga130032517 fisiologi-dan-kesehatan-olahraga
130032517 fisiologi-dan-kesehatan-olahraga
 
Review jurnal 3 peran fisiologi olahraga dalam menunjang prestasi
Review jurnal 3 peran fisiologi olahraga dalam menunjang prestasiReview jurnal 3 peran fisiologi olahraga dalam menunjang prestasi
Review jurnal 3 peran fisiologi olahraga dalam menunjang prestasi
 
Analisis Jurnal
Analisis JurnalAnalisis Jurnal
Analisis Jurnal
 
Sains sukan Tingkatan 4 Bab 1 - Bidang bidang ilmu sains sukan
Sains sukan Tingkatan 4 Bab 1  - Bidang bidang ilmu sains sukanSains sukan Tingkatan 4 Bab 1  - Bidang bidang ilmu sains sukan
Sains sukan Tingkatan 4 Bab 1 - Bidang bidang ilmu sains sukan
 

Recently uploaded

Farmakologi_Pengelolaan Obat pd Lansia.pptx
Farmakologi_Pengelolaan Obat pd Lansia.pptxFarmakologi_Pengelolaan Obat pd Lansia.pptx
Farmakologi_Pengelolaan Obat pd Lansia.pptxIrfanNersMaulana
 
Webinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatan
Webinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatanWebinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatan
Webinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatanDevonneDillaElFachri
 
Presentasi farmakologi materi hipertensi
Presentasi farmakologi materi hipertensiPresentasi farmakologi materi hipertensi
Presentasi farmakologi materi hipertensissuser1cc42a
 
ppt hipotiroid anak end tf uygu g uygug o.pptx
ppt hipotiroid anak end tf uygu g uygug o.pptxppt hipotiroid anak end tf uygu g uygug o.pptx
ppt hipotiroid anak end tf uygu g uygug o.pptxmarodotodo
 
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinanDwiNormaR
 
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.pptkonsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.pptKianSantang21
 
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod SurabayaToko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabayaajongshopp
 
Presentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah Sakit
Presentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah SakitPresentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah Sakit
Presentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah SakitIrfanNersMaulana
 
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdfMeboix
 
PPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 - 5 TAHUN
PPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 -  5 TAHUNPPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 -  5 TAHUN
PPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 - 5 TAHUNYhoGa3
 
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptx
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptxPPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptx
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptxAcephasan2
 
karbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosi
karbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosikarbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosi
karbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosizahira96431
 
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.ppt
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.pptANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.ppt
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.pptAcephasan2
 
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal Diabetes
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal DiabetesFARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal Diabetes
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal DiabetesNadrohSitepu1
 
Diagnosis ILTB terapi dan monitoring TPT Fix.pptx
Diagnosis ILTB terapi dan monitoring TPT Fix.pptxDiagnosis ILTB terapi dan monitoring TPT Fix.pptx
Diagnosis ILTB terapi dan monitoring TPT Fix.pptxMelisaBSelawati
 
Presentasi materi antibiotik kemoterapeutika
Presentasi materi antibiotik kemoterapeutikaPresentasi materi antibiotik kemoterapeutika
Presentasi materi antibiotik kemoterapeutikassuser1cc42a
 
Materi Asuhan Keperawatan Jiwa Halusinasi
Materi Asuhan Keperawatan Jiwa HalusinasiMateri Asuhan Keperawatan Jiwa Halusinasi
Materi Asuhan Keperawatan Jiwa Halusinasiantoniareong
 
1. Penilaian Konsumsi Pangan dan Masalah Gizi.pptx
1. Penilaian Konsumsi Pangan dan Masalah Gizi.pptx1. Penilaian Konsumsi Pangan dan Masalah Gizi.pptx
1. Penilaian Konsumsi Pangan dan Masalah Gizi.pptxgizifik
 
PPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdf
PPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdfPPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdf
PPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdfhurufd86
 
penyakit jantung koroner pada Prolanis.pptx
penyakit jantung koroner pada Prolanis.pptxpenyakit jantung koroner pada Prolanis.pptx
penyakit jantung koroner pada Prolanis.pptxagussudarmanto9
 

Recently uploaded (20)

Farmakologi_Pengelolaan Obat pd Lansia.pptx
Farmakologi_Pengelolaan Obat pd Lansia.pptxFarmakologi_Pengelolaan Obat pd Lansia.pptx
Farmakologi_Pengelolaan Obat pd Lansia.pptx
 
Webinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatan
Webinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatanWebinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatan
Webinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatan
 
Presentasi farmakologi materi hipertensi
Presentasi farmakologi materi hipertensiPresentasi farmakologi materi hipertensi
Presentasi farmakologi materi hipertensi
 
ppt hipotiroid anak end tf uygu g uygug o.pptx
ppt hipotiroid anak end tf uygu g uygug o.pptxppt hipotiroid anak end tf uygu g uygug o.pptx
ppt hipotiroid anak end tf uygu g uygug o.pptx
 
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
 
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.pptkonsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
 
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod SurabayaToko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
 
Presentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah Sakit
Presentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah SakitPresentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah Sakit
Presentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah Sakit
 
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
 
PPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 - 5 TAHUN
PPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 -  5 TAHUNPPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 -  5 TAHUN
PPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 - 5 TAHUN
 
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptx
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptxPPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptx
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptx
 
karbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosi
karbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosikarbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosi
karbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosi
 
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.ppt
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.pptANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.ppt
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.ppt
 
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal Diabetes
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal DiabetesFARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal Diabetes
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal Diabetes
 
Diagnosis ILTB terapi dan monitoring TPT Fix.pptx
Diagnosis ILTB terapi dan monitoring TPT Fix.pptxDiagnosis ILTB terapi dan monitoring TPT Fix.pptx
Diagnosis ILTB terapi dan monitoring TPT Fix.pptx
 
Presentasi materi antibiotik kemoterapeutika
Presentasi materi antibiotik kemoterapeutikaPresentasi materi antibiotik kemoterapeutika
Presentasi materi antibiotik kemoterapeutika
 
Materi Asuhan Keperawatan Jiwa Halusinasi
Materi Asuhan Keperawatan Jiwa HalusinasiMateri Asuhan Keperawatan Jiwa Halusinasi
Materi Asuhan Keperawatan Jiwa Halusinasi
 
1. Penilaian Konsumsi Pangan dan Masalah Gizi.pptx
1. Penilaian Konsumsi Pangan dan Masalah Gizi.pptx1. Penilaian Konsumsi Pangan dan Masalah Gizi.pptx
1. Penilaian Konsumsi Pangan dan Masalah Gizi.pptx
 
PPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdf
PPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdfPPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdf
PPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdf
 
penyakit jantung koroner pada Prolanis.pptx
penyakit jantung koroner pada Prolanis.pptxpenyakit jantung koroner pada Prolanis.pptx
penyakit jantung koroner pada Prolanis.pptx
 

Naskah publikasi rimaaaaaaaaaaaaa

  • 1. PENGARUH PENAMBAHAN ELECTRICAL MUSCLE STIMULATION (EMS) TERHADAP PENINGKATAN TONUS OTOT PADA PENDERITA DELAYED DEVELOPMENT Naskah Publikasi Disusun untuk memenuhi sebagian Persyaratan Dalam Mendapatkan Gelar Sarjana Sains Terapan Disusun oleh : BJ. ZIA YUCCA PRADITYA J 110 090 030 PROGRAM STUDI D IV FISIOTERAPI FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2013
  • 2.
  • 3. ABSTRAK PROGRAM STUDI DIPLOMA IV FISIOTERAPI FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SYRAKARTA SKRIPSI, 22 JULI 2013 BJ. ZIA YUCCA PRADITYA “PENGARUH ELECTRICAL MUSCLE STIMULATION PENINGKATAN TONUS OTOT PADA PENDERITA DELAYED DEVELOPMENT ” V Bab, 25 Halaman, 6 tabel, 2 Gambar, 9 Lampiran. (Dibimbing oleh: Agus Widodo, SST.FT, SKM, M.Fis dan Umi Budi Rahayu.SST.FT, S.Pd, M.Kes) Latar Belakang: Delayed development adalah klasifikasi ciri anak menunjukkan keterlambatan signifikan dalam satu atau lebih domain perkembangan kognitif, emosional atau fisik. Permasalahan yang timbul pada delayed development yakni hipotonus pada otot yang menyebabkan keterlambatan kemampuan fungsional anak. Tujuan: Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui pengaruh Electrical Muscle Stimulation (EMS) terhadap peningkatan tonus otot penderita delayed development. Metodologi Penelitian: Penelitian ini menggunakan metode quasi experimental dengan menggunakan rancangan penilitian pre and post test two group design. Sample sebanyak 12 siswa yang usianya 1-3 tahun. Pengukuran tonus otot menggunakan sphygmomanometer sebelum dan sesudah diberikan perlakuan selama 4 minggu. Uji Pengaruh menggunakan wilcoxon, uji beda pengaruh dengan menggunakan mann whitney test. Hasil: Hasil pengujian Wilcoxon menunjukkan pengaruh electrical muscle stimulation terhadap tonus otot hal ini dilihat dari nilai p value quadriceps kanan (p =0,026), quadriceps kiri (p =0,024) , tibialis anterior kanan (p =0,024) dan tibialis anterior kiri (p =0,024). Dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh pemberian Electrical Muscle stimulation terhadap peningkatan tonus otot pada pada penderita Delayed Development Kesimpulan :Electrical muscle stimulation terbukti dapat menngkatkan tonus otot pada anak delayed development. Dan pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol terdapat beda pengaruh yang signifikan Kata kunci: Electrical Muscle Stimulation, Sphygmomanometer dan tonus otot delayed development
  • 4. PENDAHULUAN LATAR BELAKANG Proses tumbuh kembang pada anak tidak lepas dari pengaruh neurosensomotorik. Hal ini dikenal dalam bentuk perkembangan dan selanjutnya berpengaruh terhadap motorik dan volunterrnya. Dalam perkembangan gerak itu sendiri, meliputi adanya proses yang diawali dari gerak primitive atau reflex dan fisiologis volunter adaptasi. Hal inilah yang lebih penting dilihat pada setiap perkembangan pada anak seperti melihat pertumbuhan motorik anak. Tetapi salah satu masalah utama tumbuh kembang pada bayi apabila terjadi suatu delayed development atau keterlambatan dalam tumbuh kembang, sehingga proses suatu perkembangan anak akan menjadi terhambat. Delayed development adalah klasifikasi ciri anak menunjukkan keterlambatan signifikan dalam satu atau lebih domain perkembangan kognitif, emosional atau fisik (Christine et al., 2007). Indonesia khususnya di Jakarta, telah dilakukan Stimulasi Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang Anak (SSDIDTK). Hasilnya, dari 476 anak yang diberi pelayanan SDIDTK, ditemukan 57 (11,9%) anak dengan kelainan tumbuh kembang. Adapun lima jenis kelainan tumbuh kembang yang paling banyak dijumpai adalah, Delayeded Development (tumbuh kembang yang terlambat) sebanyak 22 anak, Global Delayeded Development sebanyak 4 anak, gizi kurang sebayak 10 anak, Mikrochepali sebanyak 7 anak dan anak yang tidak mengalami kenaikan berat badan dalam beberapa bulan terakhir sebanyak 7 anak (Iwan, 2011). Salah satu masalah pada penderita delayed development yakni terdapat hypotonus. Hypotonus adalah penurunan massa otot dan biasanya terjadi suatu peningkatan mobilitas sendi (Rollings, 2005). Tonus otot menurun disebabkan karena oleh menurunnya impuls dari otak ke otot melalui saraf perifer (Jordan, 2005). Akibatnya mengalami kesulitan dalam beraktifitas dan melakukan kemampuan fungsional. Dalam menanggulangi hypotonus banyak metode-metode yang digunakan berupa manual terapi atau metode lainnya. Peneliti menggunakan Electrical Muscle Stimulation (EMS) sebagai metode dalam menangani hypotonus. EMS menggunakan arus listrik yang dapat merangsang proses Na+ dan K+ dalam mekanisme potensial aksi dengan harapan akan terjadi peningkatan tonusnya sehingga dapat terjadi peningkatan kemampuan otot pada anak DD. Stimulasi listrik neuromuskuler menciptakan tetani otot melalui aktivasi fiber motor menuju otak (Doucet et al., 2012). Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka peneliti ingin mengambil judul pengaruh EMS terhadap peningkatan tonus pada penderita delayeded development di Klinik Children’s House Yogyakarta.
  • 5. TUJUAN PENELITIAN Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui pengaruh penambahan Electrical Muscle Stimulation (EMS) terhadap peningkatn tonus otot penderita delayed development di Klinik Children’s House. LANDASAN TEORI A. Kerangka Teori 1. Delayed development (DD) DD adalah klasifikasi ciri anak menunjukkan keterlambatan signifikan dalam satu atau lebih domain perkembangan kognitif, emosional atau fisik (Christine et al., 2007). DD disebabkan kerusakan pada otak yang akibatkan kondisi patologis pada otak, spinal cord dan otot (Polzin, 2005) Pada DD salah satu permasalahan utama perkembangan fisiknya, yakni tonus otot yang rendah yang disebabkan oleh menrunnya impuls dari otak ke otot melalui saraf perifer (Jordan, 2005). Pada dasarnya tonus dikendalikan impuls oleh otak, meskipun reseptor khusus dalam otot itu sendiri juga berperan dalam pengaturannya. Otak bergantung pada masukan dari reseptor serta reseptor dalam tendon dan sendi untuk memberikan informasi yang dibutuhkan untuk mengarahkan gerakan otot polos dan terkoordinasi. Reseptor terus-menerus memasok otak dengan informasi yang diperlukan tonus untuk memberi suatu gerakan pada otot selama gerakan berlangsung. Otot mempunyai regulator utama yaitu muscle spindle. Muscle spindle terletak sejajar dengan serat otot, yakni akan meregang atau memendek apabila berkontraksi. Ketika meregang muscle spindle menjadi aktif sehingga menyebabkan terjadi suatu peningkatakan pada impuls serabut saraf aferen dari spindle ke spinal cord kemudian ke otak bahkan cortex cerebry dan merangsang neuron motorik alpha besar innervating serat otot rangka (Jordan, 2005). 2. Hypotonus Hypotonus adalah penurunan tonus otot dan biasanya terjadi suatu peningkatan mobilitas sendi (Rollings, 2005). Pada penderita DD mereka mengalami gangguan di motor neuron otot dimana mengalami kerusakan, sehingga otot menjadi lembek (Graham, 2006). Ketika tonus otot menurun muscle spindle akan menjadi kendur dan tidak sensitive terhadap terhadap perubahan panjang otot. Hal ini menyebabkan aktivasi lambat yang membuat gerakan sulit. Anak-anak DD tonus postural mereka terlalu rendah sehingga sering mengalami kesulitan dalam beraktifitas. Hal ini terlihat saat melakukan gerakan cepat dan akurat (Graham, 2006) yang sebagian dapat dikaitkan dengan respon aktivasi tertunda. Untuk deteksi ini pada hypotonus ada beberapa parameter yang digunakan seperti palpanometer, stabilizer biofeedback, dan Sphygmomanometer. Pada
  • 6. penelitian ini peneliti mengguanakan parameter Sphygmomanometer dalam mengukur tonus otot, yakni dengan cara manset dipasang pada quadriceps dan tibialis anterior kemudian pompa dengan nilai tekanan 40 mmHg, kemudian pasien distimulasi untuk melakukan gerakan dan hitung selisih nilai antara awal dan akhir gerakan (Kaegi et al., 1998). Adapun manfaat peningkatan tonus otot pada otot quadriceps dan tibialis anterior adalah meningkatkan stabilisasi knee dan ankle agar mempersiapkan melakukan kemampuan berdiri maupun berjalan dan membantu dalam proses berjalan terutama pada fase hell strike dimana pada fase ini otot quadriceps dan tibialis anterior berperan penting. 3. Electrical Muscle Stimulation (EMS) a. Defenisi EMS EMS merupakan suatu cara penggunaan energy listrik yang merangsang system syaraf melalui permukaan kulit (Parjoto, 2006). b. Manfaat EMS EMS digunakan untuk meningkatkan voluntary motor control dengan meningkatkan kekuatan otot, meningkatkan motor kontrol, mengurangi spastisitas, mengurangi rasa sakit dan meningatkan lingkup gerak sendi (Schuhfried, 2012). EMS suatu modalitas yang digunakan sebagai alat penelitian fungsi neuromuskuler yang sehat dan gangguan otot, dalam kondisi baik maupun lelah (Horstman dikutip Marta, 2012). EMS juga dapat digunakan untuk mempertahankan massa otot dan fungsi selama jangka waktu lama, untuk pemulihan massa otot dan untuk perbaikan fungsi otot pada kelompok sehat seperti lansia, atlet, dewasa (Babault et al., 2007). c. Arus EMS Arus yang digunakan arus DC dengan bentuk gelombang byphasic, frequensi 50 Hz dan Pulse duration 200-300 µs (Arkov et al.,2009). d. Prosedur EMS Penatalaksanaan dengan cara posisi terlentang atau duduk, metode yang digunakan adalah segmental yakni letakkan 1 elektrode pada daerah trunk, 1 elektrode di letakkan pada otot quadriceph dan otot tibialis anterior dan menggunakan Arus DC dengan bentuk gelombang byphasic, frekuensi 50 Hz dan durasi fase 200 – 300 µs tiap sesi 15 menit.
  • 7. e. Fisiologis EMS Menurut Cameron (2009), bahwa pemberian Transcutaneus Electrical Nerve Stimuation arus DC dengan bentuk gelombang byphasic dengan intensitas yang rendah dan durasi yang rendah 200 – 300 µs dapat menghasilkan cukup stimulus dalam proses potensial aksi di saraf dan de-diinervasi otot. Pada proses potensial aksi akan terjadi fase depolarisasi diikuti oleh repolarisasi yang akan menghasilkan rangsangan menuju otak sehingga akan terjadi suatu kontraksi otot yang akan mengakibatkan tonus meningkat . f. Tanggapan electrical stimulation terhadap saraf Ketika serabut saraf afferent di root posterior yang berulang dirangsang oleh stimulator elektronik, senyawa potensial aksi dapat direkam dari Anterior Horn Cell (AHC). Serabut saraf aferen merangsang AHC baik secara langsung maupun tidak langsung. yang kemudian melakukan impuls recordable keluar melalui serat eferen ke otak. Sebuah potensial aksi senyawa adalah jumlah dari beberapa otentials aksi individu. Hal ini diperoleh ketika potensial aksi dari beberapa serabut saraf direkam secara bersamaan. Tidak semua rangsangan yang efektif dalam menyebabkan potensial aksi dan depolarisasi. Untuk menjadi agen yang efektif, stimulus harus memiliki intensitas yang memadai dan cukup panjang melebihi ambang batas dasar membran untuk eksitasi, sehingga sejumlah ion didorong melintasi membran, melebihi kemampuan pompa transpor aktif untuk menjaga potensi istirahat. Sebuah stimulus sebesar ini memaksa membran untuk depolarize dan menghasilkan potensial aksi (William, 2005.) kemudian akan terjadi proses pertukaran ion Na+ dan Ka+ yang akan menghasilkan rangsangan pada motor unit menuju otak. Kemudian rangsangan tersebut akan terjadi kontraksi otot berulang – ulang yang akan menghasilkan suatu ketegangan otot berulang – ulang sehingga akan meningkatkan tonus otot (William, 2005). g. Tanggapan electrical stimulation terhadap otot Stimulasi motorik dalam kontraksi otot dengan menggunakan stimulasi listrik dapat dirangsang melalui depolarisasi membrane otot. Pada proses ini akan membuat suatu kontraksi sebagai stimulus alami. Aktivitas terus menerus dari pompa natrium dalam membran sel saraf, sel saraf terus bergerak, Na+ dari dalam sel ke luar membran sel sementara tegangan-diaktifkan saluran kalium memungkinkan K+ untuk pindah ke sel. Ini mempertahankan konsentrasi yang lebih besar dari K+ pada bagian dalam membran sel. Stimulasi elektris pada prisipnya harus menimbulkan kontraksi otot, sehingga akan merangsang golgi tendon dan muscle spindle. Rangsangan pada muscle spindle dan golgi tendon akan diinformasikan melalui afferent ke susunan
  • 8. saraf pusat sehingga akan mengkontribusikan fasilitasi dan inhibisi. Rangsangan elektris yang diulang – ulang akan memberikan informasi ke supra spinal mechanism dan akan mengahasilkan kontraksi otot berulang- ulang ulang yang akan terjadi suatu ketegangan otot berulang – ulang sehingga akan meningkatkan tonus otot (Ozhan, 2013). METODE PENELITIAN suatu penelitian yang bertujuan untuk mengetahui gejala atau pengaruh yang akan timbul akibat adanya perlakuan tertentu, dengan design penelitian pre and post test with control group design. Design ini melibatkan suatu tindakan dan dua kelompok di observasi sebelum dan sesudah melakukan tindakan. Design ini bertujuan untuk melihat kemungkinan adanya hubungan sebab akibat yang muncul sesudah diberikan perlakuan,kemudian hasil dari perlakuan dibandingkan dengan kelompok kontrol ( kelompok tanpa perlakuan). HASIL DAN PEMBAHASAN Karekteristik Subyek penelitiaan Penelitian ini berempat di Klinik Children House Bantul. Subjek penelitian adalah penderita DD dengan hipotonus di Children House. Jumlah populasi sebanya 49 orang, yang memenuhi kreteria penelitian adalah sebanyak adalah 12 anak yang dibagi dalam dua kelompok yaitu kelompok perlakuan (Massage baby, exercise therapy dah electrical stimulation) sebanyak 6 anak dan kelompok kontrol (massage baby, exercise therapy ) sebanyak 6 anak . Parameter yang diukur pada penelitian ini adalah tonus otot pada quadriceps kanan, quadriceps kiri, tibialis anterior kanan dan tibialis anterior kiri dengan menggunakan alat ukur spignomanometer. Karakteristik Usia Pasien (Kelompok Kontrol dan perlakuan) Usia Kelompok Eksperimen Kelompok Kontrol 1,0 – 2,0 tahun 3 6 2,1 – 3,0 tahun 3 0 Hasil Mean tonus otot pre dan post pemberian electrical stimulation pada penderita delayed development dan pada kelompok kontrol (massage baby dan exercise therapy) Karakteristik Tonus otot kelompok Perlakuan Variable Mean Pre Mean Post Selisih mean Quadriceps kanan 55.33 63.33 8,00 Quadriceps kiri 51.00 58.66 7.33 Tibialis Anterior kanan 51.33 57.66 6.33 Tibialis Anterior kiri 48.66 54.33 5.67
  • 9. Karakteristik Tonus otot kelompok Kontrol Variable Mean Pre Mean Post Selisih mean Quadriceps kanan 46 47.66 1.66 Quadriceps kiri 44.33 45.66 1.33 Tibialis Anterior kanan 44.66 46.00 1,34 Tibialis Anterior kiri 44.33 45.66 1.33 Berdasarkan table diatas menunjukan hasil mean pre – post memiliki nilai selisih ini menunjukan bahwa ada pengaruh pemberian electrical stimulation terhadap tonus otot, dan pada mean pre – post kelompok kontrol memiliki nilai selisih menunjuka ada pengaruh hanya pemberian massage baby dan exercise therapy pada tonus otot Pengaruh EMS terhadap tonus otot pada penderita DD Pengaruh EMS terhadap tonus otot pada penderita DD dengan uji Wilcoxon. Hasil Uji Wilcoxon pada kelompok perlakuan Variable P Value Kesimpulan Quadriceps kanan 0.026 H0 ditolak Quadriceps kiri 0.024 H0 ditolak Tibialis Anterior kanan 0.024 H0 ditolak Tibialis Anterior kiri 0.026 H0 ditolak Berdasarkan tabel hasil pengujian didapatkan hasil nilai p value lebih kecil dari bilangan 0,05, berarti ada pengaruh penambahan electrical stimulasi terhadap peningkatan tonus otot pada anak DD. Hasil Uji Wilcoxon pada kelompok Kontrol Variable P Value Kesimpulan Quadriceps kanan 0.025 H0 ditolak Quadriceps kiri 0.046 H0 ditolak Tibialis Anterior kanan 0.046 H0 ditolak Tibialis Anterior kiri 0.046 H0 ditolak Hasil pengujian didapatkan hasil nilai p value lebih kecil dari bilangan 0,05 berarti ada pengaruh pemberian massage baby dan exercise therapy pada tonus otot pada penderita DD. Uji beda pengaruh antara kelompok perlakuan EMS dengan kelompok kontrol terhadap tonus menggunakan Mann Whitney Man Whitney sebelum dan sesudah perlakuan kelompok kontrol dan eksperimen Variabel Mean Perlakuan Mean Kontrol P value Kesimpulan Quadriceps kanan 8,00 1.66 0,003 Ada beda Quadriceps kiri 7.33 1.33 0,003 Ada beda
  • 10. Tibialis Anterior kanan 7.33 1.34 0,003 Ada beda Tibiais Anterior Kiri 5.67 1.33 0,003 Ada beda Hasil pengujian beda dengan Man Whitney untuk kelompok gabungan pada kelompok perlakuan maupun kelompok kontrol menunjukan bahwa ada perbedaan yang signifikan hal ini dilihat dari nilai probabilitasnya yang lebih kecil dari (p<0,005), maka ada perbedaan pengaruh antara kelompok perlakuan dan kelompok kontrol . PEMBAHASAN Karakteristik responden dilihat dari usia menujukan jumlah terbanyak terdapat pada usia 1 – 3 tahun. Dalam usia 1- 2 tahun anak mampu melakukan kemampuan fungsional seperti merangkak, berdiri, dan berjalan dan pada usia 2 – 3 tahun anak mampu berlari dan meloncat. Tonus otot pada responden dilihat dari usia menunjukan hasil yang rendah dibandingkan dengan tonus otot dengan anak normal, dilihat dari pengukuran dengan sphygmomanometer anak hipotonus dan anak normal memiliki rantan yang jauh dengan nilai tonus terbanyak adalah 44 – 46. Hal ini menunjukan tingkat rendahnya tonus otot. 1. Pengaruh kelompok perlakuan Hasil uji pengaruh tersebut menunjukan ada pengaruh penambahan electrical muscle stimulation terhadap peningkatan tonus otot pada penderita DD (signifikan). Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Doucet Barbara (2012) tentang pengaruh Neuromuscular electrical stimulation (NMES) terhadap kemapuan fungsi otot skelet. Hasil penelitian tersebut menunjukan adanya pengaruh NMES terhadap peningkatan otot skelet. EMS merupakan suatu cara penggunaan energy listrik yang merangsang sistem saraf melalui permukaan kulit (Parjoto, 2006). Menurut Cameron (2009), bahwa pemberian Transcutaneus Electrical Nerve Stimuation arus byphasic dengan frekuensi 50 Hz dan durasi yang rendah 200 – 300 µs dapat menghasilkan cukup stimulus dalam proses potensial aksi di saraf dan de-diinervasi otot. Pada proses potensial aksi akan terjadi fase depolarisasi diikuti oleh repolarisasi yang akan menghasilkan rangsangan menuju otak sehingga akan terjadi suatu kontraksi otot yang akan mengakibatkan tonus meningkat . Sebagaimana yang di dikemukan Currier (dikutip Widyatama, 2012) TENS pada kutup positif akan merangsang alpa motorneuron untuk aktif dan mengatifasi serabut otot berdiameter besar, terjadi potensial aksi pada kutub negatif memberikan rangsangan pada setiap motor unit. Terjadi kontraksi berulang –ulang sehingga dapat meningkatkan tonus otot.
  • 11. Mekanisme peningkatan tonus electrical muscle stimulation dirangsang oleh kutup positif untuk aktif dan mengaktifasi serabut otot berdiameter besar, kemudian terjadi potensial aksi pada kutub negatif , dimana akan terjadi proses depolarisasi yang diikuti proses repolarisasi, kemudian akan terjadi proses pertukaran ion Na+ dan Ka+, apabila ion Ka+ dan Na+ berada didalam membrane secara bersamaan akan menghasilkan rangsangan pada motor unit yang akan menuju otak. Kemudian rangsangan tersebut akan kembali ke jaringan dan akan terjadi kontraksi otot berulang – ulang yang akan menghasilkan suatu ketegangan otot berulang – ulang sehingga akan meningkatkan tonus otot (William, 2005). Adapun tujuan peningkatan tonus otot pada otot quadriceps dan tibialis anterior adalah meningkatkan stabilisasi knee dan ankle agar mempersiapkan melakukan kemampuan berdiri maupun berjalan dan membantu dalam proses berjalan terutama pada fase hell strike dimana pada fase ini otot quadriceps dan tibialis anterior berperan penting. 2. Uji Pengaruh Kelompok kontrol Hasil uji pengaruh diatas menunjukan ada pengaruh massage baby dan exercise therapy terhadap peningkatan tonus otot pada pendrita DD Hal ini berkaitan dengan penelitian yang dilakukan oleh Hakaana (2008) pengaruh massage terhadap tonus otot dan pemulihannya. Hasil penelitiannya menunjukan bahwa massage tidak efektif untuk meningkatkan tonus otot. dalam hal ini yang berperan penting dalam peningkatan tonus adalah exercise terapi. Dalam penelitian Barclay (2007) pengaruh oxondlorone ditambah exercise therapy terhadap peningkatan kekuatan otot dan massa otot pada anak penderita luka bakar, pada penelitian ini didapatan hasil terdapat peningkatan yang signifikan pada pada kekuatan otot dan massa otot pada anak tersebut. Mekanisme dalam hal ini yakni otot memiliki 2 serabut intrafusal dan extrafusal ketika diberikan aktivitas atau exercise maka serabut intrafusal yang diwakili muscles spindle akan menghasilkan impuls menuju spinal cord dan kembali ke jaringan dengan cepat kemudian akan terjadi kontraksi otot. Adaptasi yang terjadi akibat dari aktivitas atau exercise berulang-ulang maka akan mempengaruhi motor unit lainnya srabut extrafusal yaitu serabut yang akan diwakili sarkomer, kemudian selanjutnya akan terjadi peningkatan aktivitas aktin-myosin yang akan menambah peningkatan kondisi tonus otot (Wilmord et al., 1994) 3. Beda Pengaruh Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol Hasil uji beda pengaruh di atas menunjukan ada perbedaan yang signifikan antara kelompok perlakuan dan kelompok kontrol dilihat dari hasil p
  • 12. value setiap kolom menunjukan nilai p lebih kecil dari 0,005, berarti pemberian electrical muscle stimulation lebih berpegaruh terhadap peningkatan tonus daripada hanya pemberian exercise therapy dan massage baby terhadap tonus otot pada penderita DD. 4. Keterbatasan Penelitian Keterbatasan penelitian ini adalah - Dalam pengukuran tonus otot menggunakan spignomanometer yang kurang detail hasilnya, sebaiknya menggunakan EMG agar lebih detail hasil dari kemampuan otot - Peneliti tidak memperhatikan tentang kriteria usia pasien. - Peneliti hanya melakukan penelitian selama 1 bulan. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan dari hasil analisa statistik, dapat diambil kesimpulan bahwa: Ada pengaruh Electrical Muscle Stimulation terhadap peningkatan tonus otot pada penderita delayed development Saran Berdasarkan pelaksanaan dari hasil penelitian yang telah dilakukan maka peneliti meberikan saran – saran sebagai berikut : 1. Orang tua responden Disarankan kepada orang tua responden untuk melatih anak secara efektif agar mendapatkan peningatan tonus otot secara baik dan kemampuan fungsional anak akan meningkat. 2. Bagi peneliti selanjutnya a. Untuk memperkuat hasil penelitian ini, disarankan dilakukan penelitian lanjut dengan menambah jumlah sampel,menambah variasi dari variabel dan metode penelitian lainnya seperti studi kasus, cross sectional dan lain – lain. b. Usia responden lebih dibatasi sehingga tidak terjadi rentang yang jauh c. Disarankan untuk peneliti selanjutnya menggunakan alat ukur yang akurat atau berbeda. d. Saran oprasional terkait penelitiaan ini untuk menerapkan dengan EMS dilakukan sebelum exercise therapy. DAFTAR PUSTAKA Babault, N. 2007. Effect Of Electromyostimulation Trainging Non Muscle Stength and Power Of Elite Rugby Player. J Strength Cond Res. Barclay, Laurie. 2007. Oxandrolone Plus Exercise Increases Muscle Mass, Strength in Children With Severe Burns. Medscape Edication
  • 13. Cameron, H Michelle and Dinesh Verma. 2009. Electrophysical Agents. Christine, F,Delgado. 2007. Identification of Early Risk Factor of Delay Development. Exeptionality. Journal Of Physicology .(15) 2 199-136. Doucet, Barbara M. 2012. Neuromuscular Electrical Stimulation for Skeletal Muscle Function. Yale Journal Of Biology and Medicine 85 201-15. Graham, Elisabeth. 2006. The Effect of Rebound Therapy on Muscle Tone. Dissertation, Leeds Metropolitan University. Haakana, Piia. 2008. The Acute Effects of Massage on Muscle Tone and Perceived Recovery . Thesis. University of Jyväskylä Iwan. 2011. Deteksi Dini Tumbuh Kembang. http://kesehatan-balita- 1plus.blogspot.com/2011/05/ihwansidiq-deteksi-dini-tumbuh kembang.html. Diakses pada 21 Januari 2013. Jordan. 2007. Muscle Tone and Spinal Refelexes http://www.humanneurophysiology.com/muscletone.htm. Diakses pada 9 Januari 2013. Kaegi, Christine, Marie-Claude Thibault and Francine.1998. The Interrater Reliability of Force Measurements Using a Modified Sphygmomanometer in Elderly. Journal of the America Physical Therapy Association.78:1095- 1103. Marta, Ratna Sari. 2012. Perbedaan Pengaruh Neuromuskular Electrical Stimulation (NEMS) Metode Group Otot dan Metode Nerve Trunk Terhadap Peningkatan Kekuatan Quadriceps Femoris pada Atlet Pancak Silat. Skripsi. Universitas Muhammadiyah Surakarta Ozhan. 2013 Apa itu Hipotonus. http://ozhanphysio.blogspot.com/. Diakses pada 30 Maret 2013. Rollings. 2005. Rebound Therapy Handbook. Rebound Therapy for Special Education Needs. 2 day course. Newcastle. Scott, Polzin MS. 2005. Hypotonia. http://www.healthline.com/galecontent/hypotonia-1. Di akses pada 15 maret 2013. Schuhfried, Othar, Richard Crevenna, Veronika Fialka-Moser, and Tatjana Paternostro-Sluga. 2012. Non-Invansive Neuromusculer Electrical Stimulation In Patient With Central Nervous System Lesion. Journal Rehabilitation Med 2012; 44: 99–105 Parjoto, Slamet.2006. Terapi Listri untuk Modalitas Nyeri. Semarang. IFI Semarang. Widyatama, Andri. 2012. Pengaruh Neuromuscular Electrical Stimulation (NMES) Terhadap Peningkatan Kekuatan Otot Quadricep Femoris dan Kemampuan Jumping pada Atlet Bola Voli. Skripsi. Universitas Muhammadiyah Surakarta. William, E. Prentice. 2005. Therapeutic Modalities in Rehabilitation. Third Edition. United States of America. The McGraw-Hill Companies. Wilmord, H Jack and David L Costill. 1994. Physiology Of Sport Exercise. Second Edition. USA.