Organisasi kurikulum adalah susunan komponen kurikulum, seperti konten kurikulum,
kegiatan dan pengalaman belajar, yang diorganisasi menjadi mata pelajaran, program,
lessons, topik, unit, dan sebagainya untuk mencapai efektivitas pendidikan (Muhammad
Ansyar, 2015). Organisasi kurikulum adalah susunan pengalaman dan pengetahuan baku
yang harus disampaikan dan dilakukan peserta didik untuk menguasai kompetensi yang
telah ditetapkan (Zainal Arifin, 2011).
Organisasi kurikulum merupakan pola atau desain bahan kurikulum yang tujuannya
untuk mempermudah siswa dalam mempelajari bahan pelajaran serta mempermudah
siswa dalam melakukan kegiatan belajar, sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai
secara efektif. Tujuan pendidikan yang dirumuskan dapat mempengaruhi pola atau desain
kurikulum, karena tujuan tersebut dapat menentukan pola atau kerangka untuk memilih,
merencanakan dan melaksanakan segala pengalaman dan kegiatan belajar di sekolah.
Organisasi kurikulum sangat terkait dengan pengaturan bahan pelajaran yang ada dalam
kurikulum, sedangkan yang menjadi sumber bahan pelajaran dalam kurikulum adalah
nilai budaya, nilai sosial, aspek siswa dan masyarakat serta ilmu pengetahuan dan
teknologi. (Kurniawan, 2014).
1. MAKALAH
Organisasi kurikulum
Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pengembangan Kurikulum
Dosen Pengampuh Mata Kuliah : Drs. H. Sudirman, M.Pd, Ph.D
Oleh: Kelompok 3
(Kelas 30E)
Sahriani Saskia Malisa 200407561061
Liskawati 200407561064
Adhan Fauzi Al-Hakim 200407561071
Desti rahmadani 200407561077
Arya Wahyu Ramadhan 200407562001
Nurcahyani Anugrah 200407562031
PROGRAM PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR S1
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2022
2. i
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Segala puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan karunia-Nya,
kami dapat menyelesaikan tugas penyusunan makalah mata kuliah Pengambangan Kurikulum di
SD tepat waktu. Tidak lupa shalawat serta salam tercurah kepada Rasulullah SAW yang
syafa’atnya kita nantikan kelak.
Makalah ini kami susun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Pengembangan Kurikulum dan
kami berharap makalah ini akan bermanfaat untuk menambah wawasan mengenai organisasi
kurikulum bagi pembaca dan juga penyusun.
Penyusun mengucapkan terima kasih kepada Bapak Drs. H. Sudirman, M.Pd, Ph.D selaku dosen
pengampu Mata Kuliah Pengambangan Kurikulum. Ucapan terima kasih juga disampaikan
kepada semua pihak yang telah membantu diselesaikannya makalah ini.
Penyusun menyadari makalah ini masih memerlukan penyempurnaan, terutama pada bagian isi.
Kami menerima segala bentuk kritik dan saran pembaca demi penyempurnaan makalah. Apabila
terdapat banyak kesalahan pada makalah ini, kami memohon maaf.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Watampone, 18 April 2022
Tim Penulis
3. ii
DAFTAR ISI
Sampul
Kata Pengantar
Daftar Isi
Bab I Pendahuluan
A. Latar Belakang ................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah ...........................................................................................................1
C. Tujuan.............................................................................................................................1
Bab II Pembahasan
A. Konsep Organisasi Kurikulum.........................................................................................2
B. Bentuk Organisasi kurikulum ..........................................................................................2
C. Elemen-elemen Organisasi Kurikulum.............................................................................6
Bab III Penutup
A. Kesimpulan ...................................................................................................................12
B. Saran .............................................................................................................................12
5. 1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan formal di sekolah merupakan tempat siswa mendapatkan ilmu
pengetahuan melalui kegiatan belajar mengajar. Dalam proses kependidikan, kurikulum
bukanlah suatu hal yang statis. Konsep kurikulum dapat diubah sesuai dengan
perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan serta orientasi masyarakat (Razali M.
Thaib & Irman Siswanto, 2015). Dengan perkembangan tersebut, maka lahirlah
organisasi-organisasi kurikulum yang selalu berubah-ubah yang menerapkan beberapa
komponen di dalamnya.
Organisasi kurikulum ini berperan penting dalam menentukan urutan materi yang
diajarkan dan cara menyajikannya. Selanjutnya istilah pengorganisasian dalam konteks
penulisan ini diartikan sebagai pola pengorganisasian dari komponen kurikulum dalam
perspektif penyusunan lingkup isi kurikulum dan sekuensi materi pendidikan berdasarkan
urutan tingkat kesukaran (Mustofa, 2014).
Organisasi kurikulum merupakan pola atau desain bahan kurikulum yang tujuannya
untuk mempermudah siswa dalam memperlajari bahan pelajaran dapat dicapai secara
efektif. Tujuan pendidikan yang dirumuskan dapat mempengaruhi pola atau desain
kurikulum karena tujuan tersebut dapat menentukan pola atau kerangka untuk memilih,
merencanakan, dan melaksanakan segala pengalaman dan kegiatan belajar di sekolah
(Rusman, 2009). Organisasi kurikulum tertentu sangat mempengaruhi bentuk-bentuk
pengalaman apakah yang akan disajikan kepada anak-anak, dan tentunya akan
mempermudah dalam mencapai tujuan pendidikan.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep organisasi kurikulum?
2. Bagaimana elemen-elemen organisasi kurikulum ?
3. Bagaimana bentuk organisasi kurikulum ?
C. Tujuan
1. Mengetahui konsep organisasi kurikulum
2. Mengetahui elemen-elemen organisasi kurikulum
3. Mengetahui bentuk organisasi kurikulum
6. 2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsep Organisasi Kurikulum
Menurut Rusman (Abdau, 2014), organisasi kurikulum merupakan pola atau desain
bahan kurikulum yang tujuannya untuk mempermudah siswa dalam mempelajarai bahan
pelajaran serta mempermudah siswa dalam melakukan kegiatan belajar sehingga tujuan
pembelajaran dapat dicapai secara efektif.
Menurut S.Nasution pengertian organisasi kurikulum adalah pola atau bentuk
penyusunan bahan pelajaran yang akan disampaikan kepada murid-murid.
Menurut Nurgiantoro pengertian organisasi kurikulum ialah struktur program
kurikulum yang berupa kerangka umum program pengajaran-pengajaran yang akan
disimpaikan kepada peserta didik.
Menurut Blaney dalam (Subandijah, 1993) pengembangan kurikulum merupakan
suatu proses yang sangat kompleks karena mencangkup pembicaraan penyusunan
kurikulum yang dilaksanakan di sekolah disertai dengan penilaian yang intensif, dan
penyempurnaan-penyempurnaan terhadap komponen kurikulum. Usaha melaksanakan
tiga hal tersebut berarti harus melaksanakan keseluruhan proses penginteraksian
komponen kurikulum, diantaranya adlah komponen tujuan. Adanya berbagai pandangan
yang mendasari pengembangan kurikulum memunculkan terjadinya keragaman dalam
mengorganisasi kurikulum (Sholeh Hidayat, 2013).
Organisasi kurikulum adalah susunan komponen kurikulum, seperti konten kurikulum,
kegiatan dan pengalaman belajar, yang diorganisasi menjadi mata pelajaran, program,
lessons, topik, unit, dan sebagainya untuk mencapai efektivitas pendidikan (Muhammad
Ansyar, 2015). Organisasi kurikulum adalah susunan pengalaman dan pengetahuan baku
yang harus disampaikan dan dilakukan peserta didik untuk menguasai kompetensi yang
telah ditetapkan (Zainal Arifin, 2011).
Organisasi kurikulum merupakan pola atau desain bahan kurikulum yang tujuannya
untuk mempermudah siswa dalam mempelajari bahan pelajaran serta mempermudah
siswa dalam melakukan kegiatan belajar, sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai
secara efektif. Tujuan pendidikan yang dirumuskan dapat mempengaruhi pola atau desain
kurikulum, karena tujuan tersebut dapat menentukan pola atau kerangka untuk memilih,
merencanakan dan melaksanakan segala pengalaman dan kegiatan belajar di sekolah.
Organisasi kurikulum sangat terkait dengan pengaturan bahan pelajaran yang ada dalam
kurikulum, sedangkan yang menjadi sumber bahan pelajaran dalam kurikulum adalah
nilai budaya, nilai sosial, aspek siswa dan masyarakat serta ilmu pengetahuan dan
teknologi. (Kurniawan, 2014).
7. 3
Berdasarkan pengertian di atas bahwa organisasi kurikulum adalah pola dan susunan
komponen-komponen kurikulum yang diorganisasi menjadi mata pelajaran, program,
lessons, topik, unit yang tujuannya untuk mempermudah siswa memahami apa yang
diajarkan sehingga menguasai kompetensi yang telah ditetapkan.
B. Bentuk Organisasi Kurikulum
1. Separated Subject Curriculum (Kurikulum Mata Pelajaran Terpisah-pisah)
Kurikulum ini menyajikan segala bahan pelajaran dalam berbagai macam mata
pelajaran yang terpisah-pisah satu sama lain, seakan-akan ada batas pemisah antara
mata pelajaran yang satu dengan yang lain juga antara suatu kelas dengan kelas yang
lain.
Organisasi kurikulum ini mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
a. Terdiri atas sejumlah mata pelajaran yang terpisah satu sama lain, dan masing-
masing berdiri sendiri.
b. Tiap mata pelajaran seolah-olah tersimpan dalam kotak tersendiri dan
diberikan dalam waktu tertentu.
c. Hanya bertujuan pada penguasaan sejumlah ilmu pengetahuan dan
mengabaikan perkembangan aspek tingkah laku lainnya.
d. Tidak didasarkan pada kebutuhan, minat, dan masalah yang dihadapi para
siswa.
e. Bentuk kurikulum yang tidak mempertimbangkan kebutuhan, masalah, dan
tuntutan dalam masyarakat yang senantiasa berubah dan berkembang.
f. Pendekatan metodologi mengajar yang digunakan adalah sistem penuangan
(imposisi) dan menciptakan perbedaan individual dikalangan para siswa.
g. Guru berperan paling aktif, dengan pelaksanaan sistem guru mata pelajaram
dan mengabaikan unsur belajar aktif dikalangan para siswa.
h. Para siswa sama sekali tidak dilibatkan dalam perencanaan kurikulum secara
kooperatif.
Kelebihan pola mata pelajaran yang terpisah-pisah (separated subject curriculum)
adalah sebagai berikut:
Bahan pelajaran disusun secara sistematis, logis, sederhana dan mudah
dipelajari.
Kurikulum dapat dilaksanakan untuk mewariskan nilai-nilai budaya
terdahulu.
Kurikulum ini mudah diubah dan dikembangkan.
Bentuk kurikulum ini mudah dipola, dibentuk, didesain, bahkan mudah untuk
diperluas dan dipersempit sehingga mudah disesuaikan dengan waktu yang
ada.
8. 4
Sementara itu, kekurangan po;a mata pelajaran yang terpisah-pisah adalah sebagai
berikut:
Bahan pelajaran diberikan atau dipelajari secara terpisah-pisah yang
menggambarkan tidak adanya hubungannya antara materi satu dengan materi
yang lainnya.
Bahan pelajaran yang diberikan atau yang dipelajari siswa tidak bersifat
aktual.
Proses belajar lebih mengutamakan aktivitas guru, sedangkan siswa
cenderung pasif.
Bahan pelajaran tidak didasarkan pada aspek permasalahan sosial yang
dihadapi siswa maupun kebutuhan masyarakat.
Bahan pelajaran merupakan informasi maupun pengetahuan dari masa lalu
yang terlepas dengan kejadian masa sekarang dan yang akan datang.
Proses dan bahan pelajaran sangat kurang memerhatikan bakat, minat, dan
kebutuhan siswa.
2. Correlated Curriculum (Kurikulum dengan Mata Pelajaran Berkolerasi/Gabungan)
Organisasi kurikulum ini menghendaki agar mata pelajaran itu satu sama lain ada
hubungan, bersangkutan walaupun mungkin batas-batas yang satu dengan yang lain
masih dipertahankan.
Prinsip berhubungan satu sama lain (korelasi) ini dapat dilaksanakan dengan beberapa
cara:
a. Antara dua mata pelajaran diadakan hubungan secara insidental.
b. Memperbincangkan masalah-masalah tertentu dalam berbagai macam mata
pelajaran.
c. Mempersatukan beberapa mata pelajaran dengan menghilangkan batas
masing-masing.
Ciri-ciri kurikulum ini diantaranya adalah sebagai berikut:
a. Berbagai mata pelajaran dikorelasikan satu dengan yang lainnya.
b. Sudah dimulai adanya usaha merelevansikan pelajaran dengan permasalahan
kehidupan sehari-hari, walaupun tujuannya masih penguasaan pengetahuan.
c. Sudah dimulai mengusahakan penyesuaian pelajaran dengan minat dan
kemampuan para siswa, meski pelayanan terhadap perebdaan individual
masih sangat terbatas.
d. Metode menyampaikan menggunakan metode korelasi, meski masih banyak
menghadapi kesulitan.
e. Meski guru masih memegang peran aktif, namun aktivitas siswa sudah mulai
dikembangkan.
9. 5
Ada beberapa kelebihan dan kekurangan dalam pola kurikulum ini. Berikut adalah
kekurangannya:
Bahan pelajaran yang diberikan kurang sistematis serta kurang begitu
mendalam.
Kurikulum ini kurang menggunakan bahan pelajaran yang aktual yang
langsung berhubungan dengan kehidupan nyata siswa.
Apabila prinsip penggabungan belum dipahami, kemungkinan bahan
pelajaran yang disampaikan masih terlampau abstrak.
Sementara itu, kelebihan pola mata pelajaran gabungan adalah sebagai berikut:
Bahan bersifat korelasi walau sebatas beberapa mata pelajaran.
Memberikan wawasan yang lebih luas dalam lingkup satu bidang studi.
Menambah minat siswa berdasarkan korelasi mata pelajaran yang sejenis.
3. Integrated Curriculum (Kurikulum Terpadu/Terintegrasi)
Integrated Curriculum meniadakan batas-batas antara berbagai mata pelajaran dan
menyajikan bahan pelajaran dalam bentuk unit atau keseluruhan. Dengan kebutuhan
bahan pelajaran diharapkan mampu membentuk kepribadian murid yang integral,
selaras dengan kehidupan sekitarnya, apa yang diajarkan di sekolah disesuaikan
dengan kehidupan anak di luar sekolah. (Sulaiman, 2013)
Ciri-ciri kurikulum terintegrasi ini adalah sebagai berikut:
a. Berdasarkan filsafat pendidikan demokrasi
b. Berdasarkan psikologi belajar Gestalt atau organismik
c. Berdasarkan landasan sosiologis dan sosial kultural
d. berdasarkan kebutuhan minat, dan tingkat perkembangan atau pertumbuhan
siswa.
e. Bentuk kurikulum ini tidak hanya ditunjang oleh semua mata pelajaran atau
bidang studi yang ada, tetapi lebih luas. Bahkan, mata pelajaran atau bidang
studi baru dapat saja muncul dan dimanfaatkan guna pemecahan masalah.
f. Sistem penyampaian menggunakan sistem pengajaran unit, baik unit
pengalaman (experince unit) atau unit pelajaran (subject matter unit).
g. Peran guru sama aktifnya dengan para murid. Bahkan, peran murid lebih
menonjol dalam kegiatan belajar-mengajar, dan guru bertindak selaku
pembimbing.
Ada beberapa kekurangan maupun kelebihan dalam kurikulum bentuk ini.
Kekurangan kurikulum ini diantaranya sebagai berikut:
Ditinjau dari ujian akhir atau tes masuk yang uniform, maka kurikulum ini
akan banyak menimbulkan keberatan.
10. 6
Kurikulum dan bahan pelajaran tidak memiliki urutan yang logis dan
sistematis.
Diperlukan waktu yang banyak dan bervariasi sesuai dengan kebutuhan siswa
maupun kelompok.
Guru belum memiliki kemampuan untuk menerapkan kurikulum bentuk ini.
Masyarakat, orang tua, dan siswa belum terbiasa dengan kurikulum ini.
Kurikulum dibuat oleh guru dan siswa sehingga memerlukan kesiapan dan
kemampuan guru secara khusus dalam pengembangan kurikulum seperti ini.
Bahan pelajaran tidak bersifat sederhana.
Dapat memungkinkan kemampuan yang dicapai siswa akan berbeda secara
mencolok
kemungkinan akan memerlukan biaya, waktu dan tenaga yang banyak. Oleh
karena itu, perlu adanya pengorganisasian yang lebih optimal sehingga dapat
mengurangi kekurangan-kekurangan tersebut.
Sementara itu, kelebihan kurikulum ini adalah sebagai berikut:
Mempelajari bahan pelajaran melalui pemecahan maslaah dengan
memadukan beberapa mata pelajaran secara menyeluruh dalam
menyelesaikan suatu topik atau permasalahan.
Memberikan kesempatan pada siswa untuk belajar sesuai dengan bakat,
minat, dan potensi yang dimilikinya secara individu.
Memberikan kesempatan pada siswa untuk menyelesaikan permasalahan
secara komprehensif dan dapat mengembangkan belajar secara bekerja sama
(cooperative)
Mempraktikkan nilai-nilai demokrasi dalam pembelajaran.
Memberikan kesempatan pada siswa untuk belajar secara maksimal
Memberikan kepada siswa untuk belajar berdasarkan pada pengalaman
langsung.
Dapat membantu meningkatkan hubungan antara sekolah dengan masyarakat
Dapat menghilangkan batas-batas yang terdapat dalam pola kurikulum yang
lain.
C. Elemen – Elemen Organisasi kurikulum
Adapun unsur-unsur organisasi kurikulum dalam (Zainal Arifin, 2011) antara lain:
a. Konsep
Yaitu definisi secara singkat dari sekelompok fakta atau gejala. Konsep
merupakan definisi dari apa yang perlu diamati, konsep menentukan adanya
hubungan empiris. Hampir setiap bentuk organisasi kurikulum dibangun berdasarkan
konsep, seperti peserta didik, masyarakat, kebudayaan, kuantitas, dan kualitas,
ruangan, dan evolusi.
11. 7
b. Generalisasi
Membuat kesimpulan-kesimpulan yang jelas dari suatu fenomena di sekitarnya.
c. Keterampilan
Yaitu kemampuan dalam merencanakan organisasi kurikulum dan digunakan
sebagai dasar untuk menyusun program yang berkesinambungan. Misalnya,
organisasi pengalaman belajar berhubungan dengan keterampilan komprehensif,
keterampilan dasar untuk mengerjakan matematika, dan keterampilan
menginterpretasikan data.
d. Nilai-nilai
Yaitu norma atau kepercayaan yang diagungkan, sesuatu yang bersifat absolut
untuk mengendalikan perilaku. Misalnya, menghargai diri sendiri, menghargai
kemuliaan dan kedudukan setiap orang tanpa memperhatikan ras, agama, kebangsaan,
dan status sosial-ekonomi. Mengorganiasi unsur-unsur kurikulum bahwa mampu
memilih tujuan yang jelas yang sesuai dengan kebutuhan peserta didik, baik minta
maupun bakat peserta didik. Jika tujuan kurikulum berkaitan dengan domain moral
dan etika sebagai fungsi dan integratif, maka nilai-nilai merupakan unsur organisasi
yang tepat (Zainal Arifin, 2011).(Sugiana, 2018).
Faktor-faktor dalam Organisasi Kurikulum Dalam organisasi kurikulum ada
beberapa faktor yang harus diperhatikan menurut (Sugiana, 2018) , yaitu:
1) Ruang Lingkup (Scope)
Ruang lingkup kurikulum tidak dapat dipisahkan dari kebutuhan peserta didik,
kebutuhan keluarga, masyarakat, bangsa, dan negara. Ruan lingkup bahan
pelajaran juga harus dengan visi, misi, dan tujuan pendidikan nasional, standar
kompetensi lulusan, dan standar kompetensi mata pelajaran yang telah
ditetapkan. Sebagaimana telah dijelaskan dalam jenis-jenis organisasi kurikulum
bahwa setiap organisasi mempunyai ruang lingkup bahan pelajaran yang berbeda
sehingga kegiatan dan pengalaman belajar pun juga berbeda. Setelah memilih
dan menentukan ruang lingkup bahan pelajaran, kemudian disusun dalam
organisasi kurikulum tertentu sesuai dengan yang diinginkan (Abdullah Idi,
2007).
2) Urutan (Sequence)
Sequence menentukan urutan bahan pelajaran disajikan, apa yang dahulu apa
yang kemudian, dengan maksud agar proses belajar berjalan dengan baik.
Sesuatu yang baru misalnya hanya dapat dipelajari bila bahan sebelumnya telah
dipahami, atau bila telah dimiliki keterampilanketerampilan tertentu atau bila
perkembangan-perkembangan anak telah mencapai taraf tertentu. Faktor-faktor
yang turut menentukan urutan bahan pelajaran antara lain; 1) kematangan anak,
2) latar belakang pengalaman atau pengetahuan, 3) tingkat inteligensi, 4) minat,
5) kegunaan bahan, dan 6) kesulitan bahan pelajaran (Nasution, 1993).
12. 8
3) Kesinambungan (Continuity)
Kontinuitas kurikulum dalam organisasi kurikulum perlu diperhatikan, terutama
berkaitan dengan substansi bahan yang dipelajari siswa, jangan sampai terjadi
pengulangan ataupun loncat-loncat yang tidak jelas tingkat kesukarannya.
Pendekatan spiral merupakan salah satu upaya dalam menerapkan faktor ini.
Artinya materi yang dipelajari siswa semakin lama semakin mendalam yang
dikembangkan berdasarkan keluasan secara vertikal maupun horizontal (Rusman,
2009). Perguruan tinggi sering mempermasalahkan SMA karena lulusan sukar
mempelajari bahan perguruan tinggi, walaupun sebenarnya guruguru SMA telah
banting tulang menyelesaikan kurikulum. Jika masih tak berhasil maka kesalahan
dicari pada SMP yang juga tak rela memikul segala tanggung jawab dan
menuduh SD sebagai kambing hitam segala penyakit pendidikan (Nasution,
1993). Contohnya, peserta didik sudah belajar bahasa Inggris dari SMP sampai
perguruan tinggi (lebih kurang 10 tahun), ternyata belum dapat berkomunikasi
dengan bahasa Inggris dengan baik (Abdullah Idi, 2007).
4) Terpadu (Integrated)
Faktor ini berangkat dari asumsi bahwa bidang-bidang kehidupan memerlukan
pemecahan secara multidisiplin. Artinya, jika guru menggunkan subject centered
curriculum, maka besar kemungkinan pengetahuan yang diperoleh peserta didik
menjadi terlepas-lepas dan tidak fungsional. Maka dari itu harus adanya fokus
pada permasalahan yang perlu dipecahkan berdasarkan bidang-bidang kehidupan.
Untuk mencapai pemahaman yang utuh dan menyeluruh, maka keterpaduan ini
bukan hanya dilakukan oleh guru dalam berbagai mata pelajaran, tetapi juga oleh
peserta didik melalui pengetahuan dari berbagai sumber belajar yang saling
berhubungan (Abdullah Idi, 2007).
5) Keseimbangan (Balance).
Keseimbangan ini dapat dipandang dari dua segi, yakni; 1) keseimbangan isi,
yaitu tentang apa yang dipelajari, dan 2) keseimbangan cara atau proses belajar
(Nasution, 1993). Dalam menentukan keseimbangan isi, maka perlu
dipertimbangkan betapa penting dan perlunya masing-masing mata pelajaran,
suatu hal yang tidak mudah karena sukar menentukan kriterianya. Ada yang
menganggap bahwa semua mata pelajaran sama pentingnya dari segi edukatif,
ekonomi, studi lanjutan, pembangunan negara, dan sebagainya. Masalah
keseimbangan atau balance ini kurang dirasakan pada sekolah komprehensif yang
menggunakan sistem kredit. Di samping mata pelajaran wajib tersedia sejumlah
mata pelajaran pilihan yang dapat diambil siswa dengan bimbingan guru. Pada
umumnya akan diusahakan adanya keseimbangan yang berkenaan dengan
pendidikan intelektual, moral, sosial, fisik, estitis, dan keterampilan agar tiap
13. 9
anak mendapat pendidikan yang harmonis (Nasution, 1993). Kalau hanya
berbicara tentang kepentingan tentu semua bahan pelajaran adalah penting, tetapi
kepentingan tersebut harus dikaitkan dengan pembentukan pribadi peserta didik
secara utuh dan menyeluruh (Abdullah Idi, 2007).
6) Waktu (Times)
Kurikulum akhirnya harus dituangkan dalam bentuk mata pelajaran atau kegiatan
belajar beserta waktu yang disediakan untuk masing-masing mata pelajaran.
Disini dihadapi masalah distribusi atau pembagian waktu yang harus menjawab
pertanyaan seperti berapa tahun suatu mata pelajaran harus diberikan, berapa kali
seminggu dan berapa lama tiap mata pelajaran. Apakah mata pelajaran itu
dipadatkan pada satu semester ataukah disebarkan selama beberapa tahun.
Penelitian tentang distribusi dan efektivitas kurikulum sangat langka. Maka
karena itu distribusi waktu kebanyakan didasarkan atas tradisi pengalaman, atau
pertimbangan para pengembang kurikulum. Sering juga terjadi tawar-menawar.
Sebagai pasangan biasanya digunakan betapa pentingnya nilai dan tujuan mata
pelajaran. Nilai ini dapat berubah menurut keadaan zaman sehingga jumlah jam
yang disediakan dapat berkurang atau bertambah (Nasution, 1993).
Berdasarkan faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam organisasi kurikulum
bahwa beberapa komponen-komponen di atas harus di pertimbangan adanya. Karena
dengan adanya dengan komponen tersebut, baik dalam scope dan sequence nya
tentang bagaimana peserta didik diajarkan/ diberikan ilmu sesuai kebutuhannya nanti
di masyarakat, dan bagaimana urutan pelajaran tersebut. Di tambah lagi keterpaduan
ilmu pengetahuan yang saling berhubungan antara mata pelajaran dengan mata
pelajaran yang lainnya, dan tentunya keseimbangan dengan intelektual, sosial, estetis
dan dalam diberikan dalam waktu yang telah direncanakan. sehingga menjadikan
proses pembelajaran lebih terarah dan lebih efektif serta lebih efisien.
Prosedur Mereorganisasi Kurikulum Beberapa cara mereorganisasi kurikulum dalam
(Zainal Arifin, 2011) yaitu sebagai berikut:
1) Reorganisasi melalui Mata Pelajaran
Reorganisasi melalui mata pelajaran ialah buku merupakan sumber belajar yang
penting bagi peserta didik dalam memperlajari kurikulum.
2) Reorganisasi dengan Cara Tambal Sulam
Memilih kurikulum yang baik yang sesuai dengan kondisi dan tujuan sekolah.
Dengan demikian, kurikulum sekolah menjadi kaya dengan program-program
terbaik dan berusaha menghilangkan program yang dianggap kurang baik.
3) Reorganisasi melalui Analisis Kegiatan
14. 10
Dengan menganalisis kegiatan yang berhubungan dengan segala jegiatan yang
ada dalam kehidupan masyarakat siswa. Bahwa analisis kegiatan ini bertujuan
supaya bahan/ materi pelajaran dapat diarahkan pada kehidupan masyarakat yang
nyata.
4) Reorganisasi melalui Fungsi Sosial
Merumuskan fungsi sosial ialah bahan pelajaran disampaikan dengan mengarah
ke dalam kehidupan sosial, bagaimana siswa nantinya hidup bersosial antar
individu atau kelompok dalam masyarakat.
5) Reorganisasi melalui Survei Pendapat
Survei pendapat bisa dilakukan dari beberapa pihak. seperti peserta didik, orang
tua, guru, pengawas, kepala sekolah, tokoh masyarakat, dan mitra sekolah (Zainal
Arifin, 2011).
6) Reorganisasi melalui Studi Kesalahan
Pada tahap ini asalisis studi kesalahan terhadap proses belajar dan hasilnya.
7) Reorganisasi melalui Analisis Masalah Remaja
Ross Moaney dan kawan-kawan menganaslisis 330 masalah kebutuhan remaja
yang dibagi menjadi 11 kelompok, yaitu: perkembangan jasmani dan kesehatan,
biaya hidup dan pekerjaan, kegiatan sosial dan rekreasi, berkeluarga, minikah dan
seks, hubungan sosial secara psikologis, hubungan pribadi, moral, dan
keagamaan, rumah tangga dan kerabat, pendidikan dan kerja sama, penyesuaian
terhadap pekerjaan sekolah, kurikulum dan prosedur pembelajaran (Zainal Arifin,
2011).
Berdasarkan prosedur dalam mereorganisasi kurikulum di atas bahwa setiap
pengembang kurikulum survey dan menganaliss serta menyimpulkan sehingga
materi pelajaran yang disampaikan mampu bersaing dengan dunia yang semakin
maju. Materi pelajaran yang disampaikan oleh guru memberikan pengetahuan
terkini, yang di dalamnya terdapat berbagai bidang kehidupan sosial, baik dalam
keluarga, masyarakat, hidup sebagai warga negara.
Pendidikan di Indonesia saat ini menggunakan salah satu organisasi kurikulum
integrated curriculum (kurikulum terpadu). Yang mana dalam kurikulum terpadu ini
terdapat penyajian bahan pembelajaran secara unit dan keseluruhan. Kurikulum 2013
merubah sistem dalam pembelajarannya yang tadinya proses pembelajarannya
berpusat pada guru (teacher centred learning) menjadi berpusat pada siswa (student
centred learning). Siswa harus mampu aktif dalam proses pembelajaran, guru hanya
sebagai fasilitator. Proses belajar mengajar bisa menggunakan sebuah pendekatan
active learning. Menurut Syafrudin Nurdin dan Basyiruddin Usman dalam (Hasan
Baharun, 2015) bahwa pendekatan active learning dalam merupakan istilah dalam
dunia pendidikan yaitu sebagai strategi belajar mengajar yang bertujuan untuk
15. 11
meningkatkan mutu pendidikan. Dan untuk mencapai keterlibatan siswa agar efektif
dan efisien dalam belajar membutuhkan berbagai pendukung dalam proses belajar
mengajar. Kurikulum 2013 yang merupakan salah satu upaya memperbaiki kualitas
pendidikan. Kurikulum 2013 ini yang menekankan pada empat aspek penilaian, baik
dari pengetahuan, sikap (spritual dan sosial), dan psikomotorik.
Pendidikan di Indonesia saat ini menggunakan salah satu organisasi kurikulum
integrated curriculum (kurikulum terpadu). Yang mana dalam kurikulum terpadu ini
terdapat penyajian bahan pembelajaran secara unit dan keseluruhan. Kurikulum 2013
merubah sistem dalam pembelajarannya yang tadinya proses pembelajarannya
berpusat pada guru (teacher centred learning) menjadi berpusat pada siswa (student
centred learning). Siswa harus mampu aktif dalam proses pembelajaran, guru hanya
sebagai fasilitator. Proses belajar mengajar bisa menggunakan sebuah pendekatan
active learning. Menurut Syafrudin Nurdin dan Basyiruddin Usman dalam (Hasan
Baharun, 2015) bahwa pendekatan active learning dalam merupakan istilah dalam
dunia pendidikan yaitu sebagai strategi belajar mengajar yang bertujuan untuk
meningkatkan mutu pendidikan. Dan untuk mencapai keterlibatan siswa agar efektif
dan efisien dalam belajar membutuhkan berbagai pendukung dalam proses belajar
mengajar. Kurikulum 2013 yang merupakan salah satu upaya memperbaiki kualitas
pendidikan. Kurikulum 2013 ini yang menekankan pada empat aspek penilaian, baik
dari pengetahuan, sikap (spritual dan sosial), dan psikomotorik
16. 12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Organisasi kurikulum adalah pola dan susunan komponen-komponen kurikulum yang
diorganisasi menjadi mata pelajaran, program, lessons, topik, unit yang tujuannya untuk
mempermudah siswa memahami apa yang diajarkan sehingga menguasai kompetensi
yang telah ditetapkan. Adapun bentuk-bentuk organisasi kurikulum yaitu Separated
Subject Curriculum (Kurikulum Mata Pelajaran Terpisah-pisah), Correlated Curriculum
(Kurikulum dengan Mata Pelajaran Berkolerasi/Gabungan), dan Integrated Curriculum
(Kurikulum Terpadu/Terintegrasi).
Adapun elemen-elemen organisasi kurikulum yaitu konsep, generalisasi,
keterampilan, dan nilai-nilai. Dan ada beberapa faktor yang harus diperhatikan dalam
organisasi kurikulum, yaitu : ruang lingkup, urutan, kesinambungan, terpadu,
keseimbangan, dan waktu.
B. Saran
Pendidikan di Indonesia saat ini menggunakan salah satu organisasi kurikulum
integrated curriculum (kurikulum terpadu). Yang mana dalam kurikulum terpadu ini
terdapat penyajian bahan pembelajaran secara unit dan keseluruhan. Kurikulum 2013
merubah sistem dalam pembelajarannya yang tadinya proses pembelajarannya berpusat
pada guru (teacher centred learning) menjadi berpusat pada siswa (student centred
learning). Siswa harus mampu aktif dalam proses pembelajaran, guru hanya sebagai
fasilitator. Jadi, sebagai calon fasilitator kami berharap nantinya kurikulum yang akan
ada kedepannya dapat berkesinambungan dengan kurikulum sebelumnya dengan
mempertimbangkan tujuannya yang lebih berpusat pada siswa.
17. 13
DAFTAR PUSTAKA
Habib, Qur’ani, Abdau. (2014). Makalah : Organisasi Kurikulum dalam Pendidikan.
https://www.academia.edu Diakses pada 18 April 2022.
Kurniawan, D. (2014). Model dan Organisasi Kurikulum. Kurikulum Pembelajaran, 1–45.
Sugiana, A. (2018). Proses Pengembangan Organisasi Kurikulum Dalam Meningkatkan
Pendidikan Di Indonesia. Jurnal Pendagogik, 05(02), 11.
https://ejournal.unuja.ac.id/index.php/pedagogik
Sulaiman, S. (2013). Pola Modern Organisasi Pengembangan Kurikulum. Jurnal Ilmiah
Didaktika, 14(1), 60–73. https://doi.org/10.22373/jid.v14i1.489