SlideShare a Scribd company logo
1 of 33
Artikel Seputar LDK
17 07 2010

Latihan Dasar Kepemimpinan / LDK adalah sebuah pelatihan dasar tentang segala hal yang
berkaitan dengan kepemimpinan. Pelatihan ini biasanya yang diberikan oleh Pengurus OSIS
lama kepada calon Pengurus OSIS baru, baik untuk tingkat Sekolah Menengah Pertama maupun
Sekolah Menengah Atas (untuk LDK tingkat sekolah menengah). Pelatihan dasar yang diberikan
ini bertujuan untuk memberikan bekal kepemimpinan kepada Pengurus OSIS baru yang nantinya
akan menjadi pemimpin dari seluruh kesatuan OSIS dari sekolah yang bersangkutan.

LDK biasanya diberikan dalam 2 bagian yaitu LDK Fisik dan LDK Mental. Pemberian materi
dari kedua jenis LDK ini biasanya diberikan di waktu dan tempat yang berbeda. Untuk LDK
Mental, yang menjadi pemberi materi bukanlah lagi para Pengurus OSIS lama melainkan Dewan
Guru, Pembina OSIS, Kepala Sekolah serta Guru Psikologi dan Konseling dari sekolah yang
bersangkutan, atau bisa juga dengan cara menyewa dari suatu Lembaga Psikologi Independen.
LDK Fisik biasanya diberikan di sekolah dalam waktu 3-5 Hari penuh, sedangkan LDK Mental
biasanya diberikan di luar kota dalam waktu 2-4 hari.

Berikut adalah artikel seputar pelaksanaan LDK…

LDK FISIK pada umumnya, materi yang diberikan secara garis besar ialah dalam bentuk PBB /
Pelatihan Baris Berbaris. PBB ini meliputi beberapa hal seperti :

       Baris Berbaris dasar :

             *   Hadap Kanan,
             *   Hadap Kiri,
             *   Balik Kanan,
             *   Hadap Serong Kanan,
             *   Hadap Serong Kiri,
             *   Jalan Ditempat,
             *   Langkah Tegap Maju, dan
             *   Meluruskan Barisan.

       Baris Berbaris Tingkat Menengah :

        * Perpaduan antara Langkah Tegap Maju dengan Balik Kanan serta
keempat jenis hadap-hadapan,
        * Perpaduan antara Jalan Ditempat dengan Balik Kanan serta keempat
jenis hadap-hadapan, dan
        * Buka - Tutup Barisan.

       Baris Berbaris Tingkat Tinggi :

             *   Langkah Tegap Maju beregu,
             *   Haluan Kanan beregu,
             *   Haluan Kiri beregu,
             *   Belok Kanan beregu, dan
* Perpaduan antara Langkah Tegap Maju, Balik Kanan, keempat jenis
hadap-hadapan, dan Jalan Ditempat.

       Ujian Akhir : Perpaduan Keseluruhan Materi PBB.

Dalam LDK Fisik ini peserta dituntut untuk memiliki kedisiplinan yang tinggi, terlebih selama
mengikuti 3-5 hari LDK. Beberapa peraturan yang pada umumnya diterapkan dalam LDK ialah :

       Selama pelaksanaan LDK, peserta harus hadir di tempat LDK tepat waktu,
       Kebersamaan ialah hal yang amat diperhatikan selama pelaksanaan LDK. Jika ada 1
       peserta saja yang tidak membawa air minum, saputangan, topi, ataupun atribut-atribut
       lainnya yang telah ditetapkan, maka seluruh pesertalah yang akan menanggung
       hukumannya,
       Setiap peserta wajib mematuhi seluruh peraturan dan perintah yang diberikan oleh tim
       pemberi LDK. Jika tidak, maka kepadanya akan diberikan hukuman, dan
       Kebersamaan juga diterapkan apabila ada salah satu peserta LDK yang melakukan
       kesalahan

Hukuman dalam LDK Fisik biasanya berupa push-up untuk pria atau scott jump untuk wanita.
Jumlahnya tergantung perintah dari pemberi LDK.

LDK Mental pada umumnya, materi yang diberikan secara garis besar ialah dalam bentuk
Penyuluhan Mental Kepemimpinan. Kegiatan yang biasa dilakukan dalam LDK Mental adalah :

Outbond / Kegiatan Alam, seperti :

       Hiking
       Menyebrangi sungai
       Mendaki bukit
       Menyusuri terasering / pematang sawah

Permainan-permainan yang memiliki nilai kepemimpinan, seperti :

       Memasukkan paku dalam botol dengan mata tertutup. Salah seorang yang lain
       memberikan aba-aba agar paku tersebut masuk. Dibutuhkan kemampuan untuk
       menganalisa segala macam kemungkinan dan kemampuan untuk memerintah secara hati-
       hati dan terpertimbangkan agar bisa mencapai goal dari permainan ini yaitu memasukkan
       paku dalam botol
       Bisik berantai. Dibutuhkan kemampuan sebagai pendengar sekaligus penyampai pesan
       yang baik agar dapat menyampaikan pesan yang benar dari awal hingga akhir.

Pemberian materi kepemimpinan yang dibagi dalam beberapa sessi, seperti :

       Sessi Kepemimpinan : Penyuluhan mengenai karakter pemimpin yang benar.
       Sessi Komunikasi : Penyuluhan mengenai cara-cara berkomunikasi yang benar sebagai
       layaknya seorang pemimpin.
Sessi Problem Solving / Challange : Penyuluhan mengenai cara-cara seorang pemimpin
       memecahkan masalah secara efektif dan benar.
       Sessi Dinamika Kelompok : Berupa permainan.

Nah ini adalah informasi seputar LDK yang dilaksanaan di setiap sekolah masing-masing, jadi
proses LDK memang tidak ada yang berubah dari setiap tahunnya.

Materi " DASAR KEPEMIMPINAN dalam ORGANISASI
oleh SMK TARUNA BANGSA PATI JAWA TENGAH pada 10 November 2009 pukul 1:41

Dasar Kepemimpinan dalam Organisasi
Oleh : Edi Kiswanto, S.Pd.I

Tony Buzan
Kemampuan berfikir atau merencanakan masa depan dengan bijak dan imajinatif
James C. Georges
kepemimpinan adalah kemampuan seseorang untuk memperoleh pengikut.

Pemimpin pada dasarnya adalah orang yang mampu menggerakan sumberdaya (terutama
manusia) untuk bekerja bersama untuk mencapai tujuan.
Kepemimpinan adalah sebuah proses dimana sesorang tidak memperoleh pengikut karena status.
Kemampuan seorang pemimpin dibuktikan pertama dari bagaimana dia mampu meyakinkan
orang-orang yang dipimpinya untuk memahami visi dan misi organisasi untuk kemudian mau
bersama-sama mengupayakan tujuan organisasi tersebut.
Seorang pemimpin berbeda dengan manajer. Pemimpin mempunyai kekuasaan atas pengikutnya
bukan karena jabatannya tetapi karena kemampuan personality. Sikap, tingkah laku yang
kemudian memunculkan wibawa. Sedangkan manajer memiliki kekuasaan karena jabatan yang
dimilikinya. Dia bisa memberi komando karena struktur dan birokrasi, tetapi saat dia sudah tidak
lagi menjabat maka tidak satupun "bekas" bawahanya mau dia perintah.
Perbedaan mendasar antara pemimpin dan manajer adalah dari pola pikir dan cara bekerja.
Seorang pemimpin memiliki visi jauh kedepan, sanggup mengadopsi perubahan, sedangkan
manajer berfikir untuk jangka pendek. Dalam melaksanakan pekerjaanya pemimpin sangat
fleksibel dan tidak kaku sedangkan manajer melakukan apa yang telah digariskan, kaku dan
enggan berubah.
Pemimpin inilah yang mendorong dan menggerakan orang lain agar mau bekerja sama mencapai
tujuan yang telah ditentukan. Fungsi ini penting, sebab bagaimana pun juga baiknya
perencanaan, tertibnya organisasi dan tepatnya penempatan orang dalam organisasi, belum
berarti menjamin geraknya organisasi menuju sasaran dan tujuan. untuk itu diperlukan
kecakapan, keulatan, pengalaman dan kesabaran.
Kemampuan untuk mempengaruhi dan menggerakan orang lain guna mencapai tujuan tertentu
ini disebut Kepemimpinan atau leadership. Kepemimpinan sangat menentukan keberhasilan atas
manajemen, dan lebih dari itu adalah menentukan keberhasilan administrasi. ini berarti bahwa
akan menentukan tercapainya atau tidaknya tujuan.

Dalam menggerakkan orang lain kita harus ingat empat faktor yaitu:
Pertama, Kepemimpinan : kemampuan seseorang untuk mempengaruhi serta menggiatkan orang
lain bekerja sama dalam usaha mencapai tujuan. Kedua, Komunikasi : cara dan media
penyampain pesan. Ketiga, Instruksi : perintah atau petunjuk kerja yang jelas, tagas, tampak
arahnya, jelas bagaimana jalan pelaksanaannya. Dan keempat, Fasilitas : kemudahan yang
menyebabkan pekerjaan mudah dilaksanakan.

Tipe-Tipe Pemimpin

Pemimpin Konvensional
Anda tentu pernah mendengar ada sebutan "Tokoh Masyarakat" Mereka tidak pernah diangkat
secara formal tetapi diakui sebagai pimpinan dalam kelompoknya. Perkataanya didengar,
Pemikiranya dijadikan rujukan. Pemimpin seperti ini biasanya dianggap sebagai panutan kerena
" kelebihan" yang mereka miliki baik secara Ilmu, fisik atau derajat sosial. Biasanya konsep
seperti ini ada pada masyarakat tradisional atau pouse tradisonal

Pemimpin Secara ilmiah
Pemimpin secara ilmiah terbagi dalam 6 jenis kepemimpinan yaitu:
1. Kepemimpinan pribadi /personal leadership yaitu tipe seorang pemimpin yang selalu
mengadakan hubungan langsung dengan anggotanya

2. Kepemimpinan non pribadi / non personal leadership yaitu kebalikan tipe kepemimpinan
pribadi, tetapi melalui jenjang / hierarchie organisasi yang sudah ditentukan.

3. Kepempmpinan otoriter yaitu tipe pemimpin yang menanggap kepemimpinan adalah hak
pribadinya, orang lain tidak ikut campur sehingga setiap perintahnya tidak perlu mendapat
konsultasi dari pengikut – pengikutnya. pemimpin berkuasa penuh, para pengikut tidak mendapat
kesempatan mengemukakan pendapat.
4. Kepemimpinan yang demokratis, yaitu tipe pemimpin yang selalu menerima dan menghargai
saran, pendapat, nasihat dari pengikutnya.

5. Kepemimpinan yang kebapaan / paternalistis, yaitu tipe pemimpin yang bertindak sebagai
ayah,pengasuh,pembimbing dan pelindung dari pengikut-pengikutnya. kelemahannya adalah
sulit memberikan kepercayaan/tanggung jawab secara penuh dan ada rasa khawatir tidak
berhasil.

6. Kepemimpinan bebas,apa maunya/ laissez faire, yaitu tipe kepemimpinan yang menonjolkan
kebebasan, artinya pemimpin kurang menonjol dalam pemimpin pengikutnya dan diserahkan
sepenuhnya kepada pengikutnya untuk memecahkan persoalan dan
tanggungjawabnya.menyerahkan sepenuhnya kepada bawahannya.

7. Kepemimpinan bebas,apa maunya/ laissez faire, yaitu tipe kepemimpinan yang menonjolkan
kebebasan, artinya pemimpin kurang menonjol dalam pemimpin pengikutnya dan diserahkan
sepenuhnya kepada pengikutnya untuk memecahkan persoalan dan
tanggungjawabnya.menyerahkan sepenuhnya kepada bawahannya.

Untuk dapat melaksanakan tugasnya seorang pemimpin harus memiliki dua aspek yaitu :
pertama, aspek internal, yaitu pemimpin harus mengetahui keadaan organisasi, gerak, tujuan dan
keadaannya (pemimpin harus mempunyai pandangan organisasi, mengambil keputusan secara
tepat, tegas dan mudah dilaksanakan, pandai mendelegasikan wewenang, mendapat dukungan
dari anggotannya. Kedua, aspek eksternal yaitu pemimpin harus mengetahui situasi masyarakat
diluar organisasi dan perkembangan organisasi lain.

Kelebihan – kelebihan yang perlu di miliki sebagai seorang Pemimpin
Kelebihan rokhaniah atau ahklak seperti jujur, adil, percaya diri sendiri, ramah, dapat dipercaya
bijaksana, kuat keyakinan beragamanya, sederhana, berjiwa besar, berbudi luhur, berani,dll.
Kelebihan jasmani seperti berbadan kuat, sehat, terampil, tangkas, dll.
Kelebihan penggunaan nalar/ ratio yaitu cerdas, pandai, luas pandangannya mampu melihat
kedepan, inisiatif, kretif, lancar berbicara,dll.
Seorang pemimpin adalah orang yang dapat memimpin dan dapat dipimpin, dapat menjadi
contoh teladan bagi anggotanya. Dalam Kepengelolaan Organisasi Siswa Intra Sekolah ( OSIS )
dituntut untuk mempunyai sifat – sifat kepemimpinan pendidikan.
Mempunyai dedikasi yang tinggi terhadap tugas – tugasnya. Punya kemampuan dan loyal kepada
pekerjaan. Profesional dalam segala hal, inovatif dalam gagasan, selalu menjadi contoh teladan
yang baik, disiplin, komitmen dan jujur.

Asas Kepemimpinan

1) Ke Tuhanan Yang Maha Esa ( Keyakinan agama yang kuat, taat menjalankan kewajiban
agama )
2) Ing ngarsa sung tuladha ( menjadi teladan bagi anggotanya )
3) Ing madya mangun karso ( memberi motivasi, mengugah semangat anggotanya )
4) Tut wuri handayani (memberi pengaruh yang baik dan mendorong anggotanmya untuk maju)
5) Waspada purba wisesa (mengawasi dan mengoreksi anggotanya )
6) Ambeg parama arta ( mampu memilih dan memprioritaskan pekerjaan atau keputusan )
7) Prasaja ( Tingkah laku dan cara hidup yang sederhana )
8) Setya ( sikap loyal terhadap pimpinan, anggota dan sesama rekan )
9) Hemat dan terbuka ( kesadaran dan kemampuan menggunakan secara tepat tenaga, waktu,
harta dan kemauan, kerelaan, berani untuk mempertanggungjawabkan sikap dan tindakan dan
berani menerima kritik )
10) Pewaris ( kemauan, keikhlasan untuk pada saatnya menyerahkan tugas dan tanggungjawab
serta kedudukan kepada generasi berikutnya )



Tugas dan tanggung jawab pemimpin
Mengantarkan atau mengarahkan yaitu; mempengaruhi dan membawa anggotanya kearah tujuan
atau cita-cita yang sudah ditetapkan.
mengetahui artinya menempatkan diri sebagai orang yang dituakan, diandalkan dan mendapat
kepercayaan dari anggotanya untuk mengambil keputusan.
Mempelopori atau merintis yaitu menjadi pelopor,memberi contoh/teladan untukditiru.
Memberi petunjuk, nasihat, petua agar pengikut-pengikutnya bersikap dan bertindak benar.
Memberi bimbingan agar pengikut – pengikutnya maju dalam usaha/pekerjaannya,tidak putus
asa dan berani bertindak.
Membina guna meningkatkan pengetahuan dan ketermapilan anggotanya.
Menggerakkan yaitu memberikan dorongan atas kepada anggotanya agar mau bekerja dan
beusaha mencapai tujuan/cita – cita.

Empat tanggung jawab seorang pemimpin
1. Pada Tuhan Yang Maha Esa
2. Pada diri sendiri dan orang lain
3. Pada masyarakat
4. Pada bangsa dan negara

Mari kita mengenal INDIKATOR DAYA KEPEMIMPINAN diri pribadi atau Anda sekalian.
menurut FRANCES KAMES pakar pendidikan dari AS memberikan beberapa panduan yang
bisa dijadikan indikasi kadar kepemimpinan.

Berilah tanda pada keadaan dibawah ini yang memang dimiliki oleh saudara:

No Sifat dan Tindakan Ceklist
1 Memiliki kepintaran diatas rata – rata
2 Persuasif
3 Suka melakukan banyak aktivitas
4 Bertanggung jawab
5 Tekun
6 Bisa menghadapi tekanan teman –temannya, terutama yang berusia lebih tua.
7 Memiliki cita –cita dan menunjukan usaha untuk menggapainya.
8 Mempunyai kemampuan dalam membuat keputusan.
9 Percaya diri
10 Peka terhadap kebutuhan orang lain.
11 Mandiri
12 Berinisiatif tinggi
13 Mampu bertingkah laku adil pada sesama
14 Suka bergaul

Jika menemukan ada beberapa dari ciri atau tingkah laku di atas yang dimiliki saudara, berarti
saudara memiliki bakat memimpin. Jika tidak ada satu pun yang dimilki saudara, tidak perlu
khawatir. Anda bisa memulai dengan berusaha untuk bisa melaksanakan dan menumbuhkan
kemampuan memimpin melalui belajar dan mencontoh pemimpin –pemimpin besar untuk ditiru
dan diterapkan dalam hidup keseharian.Tidak ada kata terlambat untuk mengembangkan
kemampuan memimpin.


Setiap manusia itu sesungguhnya adalah pemimpin tergantung dari bagaimana manusia melihat
diri dan masa depannya

Jumat, 13 Maret 2009
Pengertian Kepemimpinan (Leadership)




Stogdill (1974) menyimpulkan bahwa banyak sekali definisi mengenai kepemimpinan. Hal ini
dikarenakan banyak sekali orang yang telah mencoba mendefinisikan konsep kepemimpinan tersebut.
Namun demikian, semua definisi kepemimpinan yang ada mempunyai beberapa unsur yang sama.

Sarros dan Butchatsky (1996), "leadership is defined as the purposeful behaviour of influencing others to
contribute to a commonly agreed goal for the benefit of individual as well as the organization or
common good". Menurut definisi tersebut, kepemimpinan dapat didefinisikan sebagai suatu perilaku
dengan tujuan tertentu untuk mempengaruhi aktivitas para anggota kelompok untuk mencapai tujuan
bersama yang dirancang untuk memberikan manfaat individu dan organisasi. Sedangkan menurut
Anderson (1988), "leadership means using power to influence the thoughts and actions of others in such
a way that achieve high performance".


Berdasarkan definisi-definisi di atas, kepemimpinan memiliki beberapa implikasi. Antara lain:
Pertama: kepemimpinan berarti melibatkan orang atau pihak lain, yaitu para karyawan atau bawahan
(followers). Para karyawan atau bawahan harus memiliki kemauan untuk menerima arahan dari
pemimpin. Walaupun demikian, tanpa adanya karyawan atau bawahan, kepemimpinan tidak akan ada
juga.

Kedua: seorang pemimpin yang efektif adalah seseorang yang dengan kekuasaannya (his or herpower)
mampu menggugah pengikutnya untuk mencapai kinerja yang memuaskan. Menurut French dan Raven
(1968), kekuasaan yang dimiliki oleh para pemimpin dapat bersumber dari:

        Reward power, yang didasarkan atas persepsi bawahan bahwa pemimpin mempunyai
        kemampuan dan sumberdaya untuk memberikan penghargaan kepada bawahan yang mengikuti
        arahan-arahan pemimpinnya.

        Coercive power, yang didasarkan atas persepsi bawahan bahwa pemimpin mempunyai
        kemampuan memberikan hukuman bagi bawahan yang tidak mengikuti arahan-arahan
        pemimpinnya
Legitimate power, yang didasarkan atas persepsi bawahan bahwa pemimpin mempunyai hak
       untuk menggunakan pengaruh dan otoritas yang dimilikinya.

       Referent power, yang didasarkan atas identifikasi (pengenalan) bawahan terhadap sosok
       pemimpin. Para pemimpin dapat menggunakan pengaruhnya karena karakteristik pribadinya,
       reputasinya atau karismanya.

       Expert power, yang didasarkan atas persepsi bawahan bahwa pemimpin adalah seeorang yang
       memiliki kompetensi dan mempunyai keahlian dalam bidangnya.

Para pemimpin dapat menggunakan bentuk-bentuk kekuasaan atau kekuatan yang berbeda untuk
mempengaruhi         perilaku      bawahan          dalam         berbagai        situasi.

Ketiga: kepemimpinan harus memiliki kejujuran terhadap diri sendiri (integrity), sikap
bertanggungjawab yang tulus (compassion), pengetahuan (cognizance), keberanian bertindak sesuai
dengan keyakinan (commitment), kepercayaan pada diri sendiri dan orang lain (confidence) dan
kemampuan untuk meyakinkan orang lain (communication) dalam membangun organisasi. Walaupun
kepemimpinan (leadership) seringkali disamakan dengan manajemen (management), kedua konsep
tersebut                                                                               berbeda.

Perbedaan antara pemimpin dan manajer dinyatakan secara jelas oleh Bennis and Nanus (1995).
Pemimpin berfokus pada mengerjakan yang benar sedangkan manajer memusatkan perhatian pada
mengerjakan secara tepat ("managers are people who do things right and leaders are people who do the
right thing, "). Kepemimpinan memastikan tangga yang kita daki bersandar pada tembok secara tepat,
sedangkan manajemen mengusahakan agar kita mendaki tangga seefisien mungkin.

Model-Model                                                                          Kepemimpinan

Banyak studi mengenai kecakapan kepemimpinan (leadership skills) yang dibahas dari berbagai
perspektif yang telah dilakukan oleh para peneliti. Analisis awal tentang kepemimpinan, dari tahun
1900-an hingga tahun 1950-an, memfokuskan perhatian pada perbedaan karakteristik antara pemimpin
(leaders) dan pengikut/karyawan (followers). Karena hasil penelitian pada saat periode tersebut
menunjukkan bahwa tidak terdapat satu pun sifat atau watak (trait) atau kombinasi sifat atau watak
yang dapat menerangkan sepenuhnya tentang kemampuan para pemimpin, maka perhatian para
peneliti bergeser pada masalah pengaruh situasi terhadap kemampuan dan tingkah laku para pemimpin.

Studi-studi kepemimpinan selanjutnya berfokus pada tingkah laku yang diperagakan oleh para
pemimpin yang efektif. Untuk memahami faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi tingkah laku para
pemimpin yang efektif, para peneliti menggunakan model kontingensi (contingency model). Dengan
model kontingensi tersebut para peneliti menguji keterkaitan antara watak pribadi, variabel-variabel
situasi                     dan                        keefektifan                       pemimpin.

Studi-studi tentang kepemimpinan pada tahun 1970-an dan 1980-an, sekali lagi memfokuskan
perhatiannya kepada karakteristik individual para pemimpin yang mempengaruhi keefektifan mereka
dan keberhasilan organisasi yang mereka pimpin. Hasil-hasil penelitian pada periode tahun 1970-an dan
1980-an mengarah kepada kesimpulan bahwa pemimpin dan kepemimpinan adalah persoalan yang
sangat penting untuk dipelajari (crucial), namun kedua hal tersebut disadari sebagai komponen
organisasi                       yang                          sangat                        komplek.

Dalam perkembangannya, model yang relatif baru dalam studi kepemimpinan disebut sebagai model
kepemimpinan transformasional. Model ini dianggap sebagai model yang terbaik dalam menjelaskan
karakteristik pemimpin. Konsep kepemimpinan transformasional ini mengintegrasikan ide-ide yang
dikembangkan        dalam       pendekatan        watak,      gaya       dan       kontingensi.
Berikut ini akan dibahas tentang perkembangan pemikiran ahli-ahli manajemen mengenai
model-model           kepemimpinan           yang         ada          dalam          literatur.

(a)      Model     Watak        Kepemimpinan     (Traits       Model    of      Leadership)
Pada umumnya studi-studi kepemimpinan pada tahap awal mencoba meneliti tentang watak
individu yang melekat pada diri para pemimpin, seperti misalnya: kecerdasan, kejujuran,
kematangan, ketegasan, kecakapan berbicara, kesupelan dalam bergaul, status sosial ekonomi
mereka         dan         lain-lain       (Bass         1960,       Stogdill        1974).

Stogdill (1974) menyatakan bahwa terdapat enam kategori faktor pribadi yang membedakan antara
pemimpin dan pengikut, yaitu kapasitas, prestasi, tanggung jawab, partisipasi, status dan situasi. Namun
demikian banyak studi yang menunjukkan bahwa faktor-faktor yang membedakan antara pemimpin dan
pengikut dalam satu studi tidak konsisten dan tidak didukung dengan hasil-hasil studi yang lain.
Disamping itu, watak pribadi bukanlah faktor yang dominant dalam menentukan keberhasilan kinerja
manajerial para pemimpin. Hingga tahun 1950-an, lebih dari 100 studi yang telah dilakukan untuk
mengidentifikasi watak atau sifat personal yang dibutuhkan oleh pemimpin yang baik, dan dari studi-
studi tersebut dinyatakan bahwa hubungan antara karakteristik watak dengan efektifitas
kepemimpinan, walaupun positif, tetapi tingkat signifikasinya sangat rendah (Stogdill 1970).

Bukti-bukti yang ada menyarankan bahwa "leadership is a relation that exists between persons in a
social situation, and that persons who are leaders in one situation may not necessarily be leaders in
other situation" (Stogdill 1970). Apabila kepemimpinan didasarkan pada faktor situasi, maka pengaruh
watak yang dimiliki oleh para pemimpin mempunyai pengaruh yang tidak signifikan. Kegagalan studi-
studi tentang kepimpinan pada periode awal ini, yang tidak berhasil meyakinkan adanya hubungan yang
jelas antara watak pribadi pemimpin dan kepemimpinan, membuat para peneliti untuk mencari faktor-
faktor lain (selain faktor watak), seperti misalnya faktor situasi, yang diharapkan dapat secara jelas
menerangkan          perbedaan       karakteristik     antara        pemimpin      dan      pengikut.

(b)    Model     Kepemimpinan       Situasional    (Model       of       Situasional     Leadership)
Model kepemimpinan situasional merupakan pengembangan model watak kepemimpinan
dengan fokus utama faktor situasi sebagai variabel penentu kemampuan kepemimpinan. Studi
tentang kepemimpinan situasional mencoba mengidentifikasi karakteristik situasi atau keadaan sebagai
faktor penentu utama yang membuat seorang pemimpin berhasil melaksanakan tugas-tugas organisasi
secara efektif dan efisien. Dan juga model ini membahas aspek kepemimpinan lebih berdasarkan
fungsinya,     bukan      lagi    hanya     berdasarkan   watak     kepribadian     pemimpin.

Hencley (1973) menyatakan bahwa faktor situasi lebih menentukan keberhasilan seorang pemimpin
dibandingkan dengan watak pribadinya. Menurut pendekatan kepemimpinan situasional ini, seseorang
bisa dianggap sebagai pemimpin atau pengikut tergantung pada situasi atau keadaan yang dihadapi.
Banyak studi yang mencoba untuk mengidentifikasi karakteristik situasi khusus yang bagaimana yang
mempengaruhi kinerja para pemimpin. Hoy dan Miskel (1987), misalnya, menyatakan bahwa terdapat
empat faktor yang mempengaruhi kinerja pemimpin, yaitu sifat struktural organisasi (structural
properties of the organisation), iklim atau lingkungan organisasi (organisational climate), karakteristik
tugas atau peran (role characteristics) dan karakteristik bawahan (subordinate characteristics). Kajian
model kepemimpinan situasional lebih menjelaskan fenomena kepemimpinan dibandingkan dengan
model terdahulu. Namun demikian model ini masih dianggap belum memadai karena model ini tidak
dapat memprediksikan kecakapan kepemimpinan (leadership skills) yang mana yang lebih efektif dalam
situasi                                                                                        tertentu.

(c)     Model       Pemimpin       yang       Efektif     (Model     of      Effective      Leaders)
Model kajian kepemimpinan ini memberikan informasi tentang tipe-tipe tingkah laku (types of
behaviours) para pemimpin yang efektif. Tingkah laku para pemimpin dapat dikatagorikan menjadi dua
dimensi, yaitu struktur kelembagaan (initiating structure) dan konsiderasi (consideration). Dimensi
struktur kelembagaan menggambarkan sampai sejauh mana para pemimpin mendefinisikan dan
menyusun interaksi kelompok dalam rangka pencapaian tujuan organisasi serta sampai sejauh mana
para pemimpin mengorganisasikan kegiatan-kegiatan kelompok mereka. Dimensi ini dikaitkan dengan
usaha para pemimpin mencapai tujuan organisasi. Dimensi konsiderasi menggambarkan sampai sejauh
mana tingkat hubungan kerja antara pemimpin dan bawahannya, dan sampai sejauh mana pemimpin
memperhatikan kebutuhan sosial dan emosi bagi bawahan seperti misalnya kebutuhan akan pengakuan,
kepuasan kerja dan penghargaan yang mempengaruhi kinerja mereka dalam organisasi. Dimensi
konsiderasi ini juga dikaitkan dengan adanya pendekatan kepemimpinan yang mengutamakan
komunikasi     dua    arah,   partisipasi   dan      hubungan    manusiawi    (human      relations).

Halpin (1966), Blake and Mouton (1985) menyatakan bahwa tingkah laku pemimpin yang efektif
cenderung menunjukkan kinerja yang tinggi terhadap dua aspek di atas. Mereka berpendapat bahwa
pemimpin yang efektif adalah pemimpin yang menata kelembagaan organisasinya secara sangat
terstruktur, dan mempunyai hubungan yang persahabatan yang sangat baik, saling percaya, saling
menghargai dan senantiasa hangat dengan bawahannya. Secara ringkas, model kepemimpinan efektif
ini mendukung anggapan bahwa pemimpin yang efektif adalah pemimpin yang dapat menangani kedua
aspek         organisasi    dan        manusia        sekaligus       dalam       organisasinya.

(d)        Model          Kepemimpinan          Kontingensi          (Contingency        Model)
Studi kepemimpinan jenis ini memfokuskan perhatiannya pada kecocokan antara karakteristik watak
pribadi pemimpin, tingkah lakunya dan variabel-variabel situasional. Kalau model kepemimpinan
situasional berasumsi bahwa situasi yang berbeda membutuhkan tipe kepemimpinan yang berbeda,
maka model kepemimpinan kontingensi memfokuskan perhatian yang lebih luas, yakni pada aspek-
aspek keterkaitan antara kondisi atau variabel situasional dengan watak atau tingkah laku dan kriteria
kinerja            pemimpin               (Hoy               and            Miskel             1987).

Model kepemimpinan Fiedler (1967) disebut sebagai model kontingensi karena model tersebut
beranggapan bahwa kontribusi pemimpin terhadap efektifitas kinerja kelompok tergantung pada cara
atau gaya kepemimpinan (leadership style) dan kesesuaian situasi (the favourableness of the situation)
yang dihadapinya. Menurut Fiedler, ada tiga faktor utama yang mempengaruhi kesesuaian situasi dan
ketiga faktor ini selanjutnya mempengaruhi keefektifan pemimpin. Ketiga faktor tersebut adalah
hubungan antara pemimpin dan bawahan (leader-member relations), struktur tugas (the task structure)
dan                 kekuatan                  posisi                (position                 power).

Hubungan antara pemimpin dan bawahan menjelaskan sampai sejauh mana pemimpin itu
dipercaya dan disukai oleh bawahan, dan kemauan bawahan untuk mengikuti petunjuk pemimpin.
Struktur tugas menjelaskan sampai sejauh mana tugas-tugas dalam organisasi didefinisikan secara jelas
dan sampai sejauh mana definisi tugas-tugas tersebut dilengkapi dengan petunjuk yang rinci dan
prosedur yang baku. Kekuatan posisi menjelaskan sampai sejauh mana kekuatan atau kekuasaan yang
dimiliki oleh pemimpin karena posisinya diterapkan dalam organisasi untuk menanamkan rasa memiliki
akan arti penting dan nilai dari tugas-tugas mereka masing-masing. Kekuatan posisi juga menjelaskan
sampai sejauh mana pemimpin (misalnya) menggunakan otoritasnya dalam memberikan hukuman dan
penghargaan, promosi dan penurunan pangkat (demotions).Model kontingensi yang lain, Path-Goal
Theory, berpendapat bahwa efektifitas pemimpin ditentukan oleh interaksi antara tingkah laku
pemimpin dengan karakteristik situasi (House 1971). Menurut House, tingkah laku pemimpin dapat
dikelompokkan dalam 4 kelompok: supportive leadership (menunjukkan perhatian terhadap
kesejahteraan bawahan dan menciptakan iklim kerja yang bersahabat), directive leadership
(mengarahkan bawahan untuk bekerja sesuai dengan peraturan, prosedur dan petunjuk yang ada),
participative leadership (konsultasi dengan bawahan dalam pengambilan keputusan) dan achievement-
oriented leadership (menentukan tujuan organisasi yang menantang dan menekankan perlunya kinerja
yang                                                                                   memuaskan).

MenurutPath-Goal Theory, dua variabel situasi yang sangat menentukan efektifitas pemimpin adalah
karakteristik pribadi para bawahan/karyawan dan lingkungan internal organisasi seperti misalnya
peraturan dan prosedur yang ada. Walaupun model kepemimpinan kontingensi dianggap lebih
sempurna dibandingkan modelmodel sebelumnya dalam memahami aspek kepemimpinan dalam
organisasi, namun demikian model ini belum dapat menghasilkan klarifikasi yang jelas tentang
kombinasi yang paling efektif antara karakteristik pribadi, tingkah laku pemimpin dan variabel
situasional.

(e)   Model    Kepemimpinan      Transformasional     (Model    of   Transformational     Leadership)

Model kepemimpinan transformasional merupakan model yang relatif baru dalam studi-studi
kepemimpinan. Burns (1978) merupakan salah satu penggagas yang secara eksplisit mendefinisikan
kepemimpinan transformasional. Menurutnya, untuk memperoleh pemahaman yang lebih baik tentang
model kepemimpinan transformasional, model ini perlu dipertentangkan dengan model kepemimpinan
transaksional. Kepemimpinan transaksional didasarkan pada otoritas birokrasi dan legitimasi di dalam
organisasi. Pemimpin transaksional pada hakekatnya menekankan bahwa seorang pemimpin perlu
menentukan apa yang perlu dilakukan para bawahannya untuk mencapai tujuan organisasi. Disamping
itu, pemimpin transaksional cenderung memfokuskan diri pada penyelesaian tugas-tugas organisasi.

Untuk memotivasi agar bawahan melakukan tanggungjawab mereka, para pemimpin transaksional
sangat mengandalkan pada sistem pemberian penghargaan dan hukuman kepada bawahannya.
Sebaliknya, Burns menyatakan bahwa model kepemimpinan transformasional pada hakekatnya
menekankan seorang pemimpin perlu memotivasi para bawahannya untuk melakukan tanggungjawab
mereka lebih dari yang mereka harapkan. Pemimpin transformasional harus mampu mendefinisikan,
mengkomunikasikan dan mengartikulasikan visi organisasi, dan bawahan harus menerima dan mengakui
kredibilitas pemimpinnya.Hater dan Bass (1988) menyatakan bahwa "the dynamic of transformational
leadership involve strong personal identification with the leader, joining in a shared vision of the future,
or goingbeyond the self-interest exchange of rewards for compliance". Dengan demikian, pemimpin
transformasional merupakan pemimpin yang karismatik dan mempunyai peran sentral dan strategis
dalam membawa organisasi mencapai tujuannya. Pemimpin transformasional juga harusmempunyai
kemampuan untuk menyamakan visi masa depan dengan bawahannya, serta mempertinggi kebutuhan
bawahan pada tingkat yang lebih tinggi dari pada apa yang mereka butuhkan. Menurut Yammarino dan
Bass (1990), pemimpin transformasional harus mampu membujuk para bawahannya melakukan tugas-
tugas mereka melebihi kepentingan mereka sendiri demi kepentingan organisasi yang lebih besar.

Yammarino dan Bass (1990) juga menyatakan bahwa pemimpin transformasional mengartikulasikan visi
masa depan organisasi yang realistik, menstimulasi bawahan dengan cara yang intelektual, dan menaruh
parhatian pada perbedaan-perbedaan yang dimiliki oleh bawahannya. Dengan demikian, seperti yang
diungkapkan oleh Tichy and Devanna (1990), keberadaan para pemimpin transformasional mempunyai
efek transformasi baik pada tingkat organisasi maupun pada tingkat individu.

Dalam buku mereka yang berjudul "Improving Organizational Effectiveness through Transformational
Leadership", Bass dan Avolio (1994) mengemukakan bahwa kepemimpinan transformasional
mempunyai empat dimensi yang disebutnya sebagai "the Four I's". Dimensi yang pertama disebutnya
sebagai idealized influence (pengaruh ideal). Dimensi yang pertama ini digambarkan sebagai perilaku
pemimpin yang membuat para pengikutnya mengagumi, menghormati dan sekaligus mempercayainya.
Dimensi yang kedua disebut sebagai inspirational motivation (motivasi inspirasi). Dalam dimensi ini,
pemimpin transformasional digambarkan sebagai pemimpin yang mampu mengartikulasikan
pengharapan yang jelas terhadap prestasi bawahan, mendemonstrasikan komitmennya terhadap
seluruh tujuan organisasi, dan mampu menggugah spirit tim dalam organisasi melalui penumbuhan
entusiasme dan optimisme. Dimensi yang ketiga disebut sebagai intellectual stimulation (stimulasi
intelektual). Pemimpin transformasional harus mampu menumbuhkan ide-ide baru, memberikan solusi
yang kreatif terhadap permasalahan-permasalahan yang dihadapi bawahan, dan memberikan motivasi
kepada bawahan untuk mencari pendekatan-pendekatan yang baru dalam melaksanakan tugas-tugas
organisasi. Dimensi yang terakhir disebut sebagai individualized consideration (konsiderasi individu).
Dalam dimensi ini, pemimpin transformasional digambarkan sebagai seorang pemimpin yang mau
mendengarkan dengan penuh perhatian masukan-masukan bawahan dan secara khusus mau
memperhatikan kebutuhan-kebutuhan bawahan akan pengembangan karir. Walaupun penelitian
mengenai model transformasional ini termasuk relatif baru, beberapa hasil penelitian mendukung
validitas keempat dimensi yang dipaparkan oleh Bass dan Avilio di atas. Banyak peneliti dan praktisi
manajemen yang sepakat bahwa model kepemimpinan transformasional merupakan konsep
kepemimpinan yang terbaik dalam menguraikan karakteristik pemimpin (Sarros dan Butchatsky 1996).
Konsep kepemimpinan transformasional ini mengintegrasikan ide-ide yang dikembangkan dalam
pendekatan-pendekatan watak (trait), gaya (style) dan kontingensi, dan juga konsep kepemimpinan
transformasional menggabungkan dan menyempurnakan konsep-konsep terdahulu yang dikembangkan
oleh ahli-ahli sosiologi (seperti misalnya Weber 1947) dan ahli-ahli politik (seperti misalnya Burns 1978).

Beberapa ahli manajemen menjelaskan konsep-konsep kepimimpinan yang mirip dengan kepemimpinan
transformasional sebagai kepemimpinan yang karismatik, inspirasional dan yang mempunyai visi
(visionary). Meskipun terminologi yang digunakan berbeda, namun fenomenafenomana kepemimpinan
yang digambarkan dalam konsep-konsep tersebut lebih banyak persamaannya daripada perbedaannya.
Bryman (1992) menyebut kepemimpinan transformasional sebagai kepemimpinan baru (the new
leadership), sedangkan Sarros dan Butchatsky (1996) menyebutnya sebagai pemimpin penerobos
(breakthrough                                                                       leadership).

Disebut sebagai penerobos karena pemimpim semacam ini mempunyai kemampuan untuk membawa
perubahan-perubahan yang sangat besar terhadap individu-individu maupun organisasi dengan jalan:
memperbaiki kembali (reinvent) karakter diri individu-individu dalam organisasi ataupun perbaikan
organisasi, memulai proses penciptaan inovasi, meninjau kembali struktur, proses dan nilai-nilai
organisasi agar lebih baik dan lebih relevan, dengan cara-cara yang menarik dan menantang bagi semua
pihak yang terlibat, dan mencoba untuk merealisasikan tujuan-tujuan organisasi yang selama ini
dianggap tidak mungkin dilaksanakan. Pemimpin penerobos memahami pentingnya perubahan-
perubahan yang mendasar dan besar dalam kehidupan dan pekerjaan mereka dalam mencapai hasil-
hasil yang diinginkannya. Pemimpin penerobos mempunyai pemikiran yang metanoiac, dan dengan
bekal pemikiran ini sang pemimpin mampu menciptakan pergesaran paradigma untuk mengembangkan
Praktekorganisasi yang sekarang dengan yang lebih baru dan lebih relevan. Metanoia berasaldari kata
Yunani     meta      yang    berarti     perubahan,    dan     nous/noos     yang   berarti   pikiran.
Dengan perkembangan globalisasi ekonomi yang makin nyata, kondisi di berbagai pasar dunia makin
ditandai dengan kompetisi yang sangat tinggi (hyper-competition). Tiap keunggulan daya saing
perusahaan yang terlibat dalam permainan global (global game) menjadi bersifat sementara (transitory).
Oleh karena itu, perusahaan sebagai pemain dalam permainan global harus terus menerus
mentransformasi seluruh aspek manajemen internal perusahaan agar selalu relevan dengan kondisi
persaingan                                                                                      baru.

Pemimpin transformasional dianggap sebagai model pemimpin yang tepat dan yang mampu untuk
terus-menerus meningkatkan efisiensi, produktifitas, dan inovasi usaha guna meningkatkan daya saing
dalam dunia yang lebih bersaing.




Komunikasi Seorang Pemimpin: Bukan Memerintah Tetapi Bermohon

Oleh : ROSFAIRIL
Kepala SMAN 3 Batusangkar




                    Peranan seorang pemimpin sangat penting untuk keharmonisan suatu tatanan
social atau organisasi. Seorang pemimpin memiliki banyak peran dan dua di antaranya adalah
untuk : 1) menyelesaikan tugas untuk bisa mencapai target atau perencanaan, 2) memelihara
hubungan yang efektif dengan bawahan dan juga membina hubungan baik sesama bawahan.

Berdasarkan poinh di atas terlihat bahwa seorang pemimpin perlu memiliki ―kiat‖ dalam
menjalankan perannya. Ia harus cerdas dalam menyelesaikan harapan/ tugas sesuai dengan target
yang ditetapkan. Ia juga perlu memiliki kemampuan untuk membangun ―jembatan hati‖ inter
personal dalam organisasi yang dipimpinnya.

Pemimpin yang hanya pandai untuk menuntut target lebih tepat untuk hidup kembali di masa lalu
(pemimpin yang otoriter). Sementara seorang pemimpin yang pro dengan kehidupan modern
(pemimpin bergaya humanistik) perlu memiliki kemampuan untuk ―merangkai keterpautan hati‖
dengan sesama dalam zona kepemimpinannya. Ia perlu menjaga suasana sehati atau ―one heart
situation‖.

Mengapa sering terjadi konflik internal dalam suatu organisasi ? Konflik tersebut dapat
menghambat percepatan pencapaian target yang diinginkan. Adalah fenomena di lapangan
bahwa sering suatu organisasi sulit untuk mewujudkan tujuannya. Penyebabnya adalah
ketidaksamaan paham di antara masing-masing personal. Kondisi awal pemicu adalah karena
tidak tersambungnya jembatan hati satu sama lain. Kemudian mem dengan munculnya rasa
―tidak senang‖ dengan sesama anggota dan selanjutnya berkembang rasa ―saling mencurigai,
saling menyalahkan, dan saling menjatuhkan‖. Ini kemudian akan bermuara pada kehancuran
suatu organisasi itu sendiri. Jika sampai pada titik klimaks, maka tamatlah riwayat peranan
seorang pemimpin.

Seorang ahli tentang kemimpinan, Hildan Carol (1977), berpendapat bahwa seorang pemimpinan
adalah seseorang yang memiliki kemampuan untuk mendorong sejumlah orang untuk bekerja
sama dalam melaksanakan kegiatan yang terarah (mencapai tujuan bersama). Dari pengertian ini
dan berdasarkan implementasinya di lapangan akan terlihat dua dimensi fungsi yaitu: pertama,
dimensi yang berkenaan dengan tingkat kemampuan dalam mengarahkan (direction ability), dan
kedua, berkenaan tingkat dukungan atau support atau keterlibatan orang yang dipimpin.

Dimensi dalam direction ability dapat dilihat pada kemampuan pemimpin untuk mendorong
orang lain agar bekerja. Sementara dimensi support bawahan (dukungan dari orang yang
dipimpin) sangat berguna dalam melaksanakan tugas pokok- terlihat dari bentuk kerjasama
dalam melaksanakan kegiatan yang terarah demi mencapai tujuan bersama.

Dalam operasionalnya bahwa dimensi kepemimpinan akan terlihat dalam bentuk fungsi dari
seorang pemimpin. Beberapa fungsi pokok dari kepemimpinan adalah: 1) fungsi instructif
(memberi perintah), 2) fungsi konsultatif ( tempat bertukar pendapat), 3) fungsi partisipatif
(pemberian kontribusi untuk mencapai tujuan), 4) fungsi delegasi (pelimpahan beberapa
kewenangan pada anggota) dan, 5) fungsi pengendalian.

Strategi adalah langkah-langkah khusus untuk mencapai sasaran. Seorang pemimpin perlu
memiliki strategi untuk mencapai sasarannya. Sekali lagi bahwa seorang pemimpin perlu peduli
untuk membangun ―keterpautan( jembatan ) hati‖ antar sesama anggota. Seorang pemimpin
perlu memiliki strategi yang tepat untuk mewujudkan tujuan organisasi. Kesalahan dalam
menempatkan strategi akan menimbulkan kegagalan dalam memimpin.

Dari pengalaman berorganisasi, bahwa ―pemimpin yang lebih dominan menggunakan‖ fungsi
instructif- yaitu serba gemar memerintah ―tolong kerjakan ini…, tolong kerjakan itu, jangan
lakukan ini…dan jangan lakukan itu‖ ketimbang menggunakan fungsi konsultatif, fungsi
partisipatif serta fungsi delegatif, cendrung membuat dia menjadi pemimpin bergaya otoriter.

Tentu saja ada penekanan- penekanan sari setiap fungsi kepemimpinan tersebut. Pada fungsi
intructif, pemimpin menitik beratkan kepada pencapaian tujuan, namun sering mengabaikan rasa
humaniora (penghargaan rasa kemanusiaan). Pada hal kunci utama untuk mencapai tujuan yang
diinginkan terletak bagaimana seorang pemimpin mampu membangun semangat (memotivasi)
anggotanya untuk bekerja.

Pemimpin perlu memperlakukan karyawannya (anggota) sesuai dengan porsi dari tingkat
keberadaannya. Pemimpin perlu untuk pandai menghargai orang lai- bawahannya. ―Ya,
hargailah sekecil apapun jasa dan hasil kerjanya. Sebab dengan cara demikian, orang akan
melipatgandakan potensinya demi kepentingan bersama‖.

Perlu diingat bahwa ini pula yang akan membawa pemimpin menjadi sukses dan hebat, Sukses,
hebat dan pentingnya seorang pemimpin, sebenarnya bukan karena mengatakan dia orang hebat
dan penting, namun karena ia mampu melakukan pekerjaan-pekerjaan hebat dan juga mampu
menjadikan orang/ anggotanya menjadi hebat. ―Kesuksesan baru ada, kalau juga ada pengakuan
aktualisasi kita sebagai pemimpin yang hebat‖. Seyogiyanya seorang pemimpin harus
memperlihatkan kepada orang yang dipimpin bahwa dia tetap berada dalam kontek ―berpikir
positif‖ dan ―pro-aktif‖ dengan kemampuann yang dimilikinya. Hal ini dalam pandangan
bawahannya akan memberikan kontribusi lebih positif. Citra positif pemimpin perlu di jaga agar
ia selalu tetap berada di hati bawahan.

Tidak menjadi persoalan apapun bentuk lini kepemimpinannya dan apapun pekerjaan yang
dikelola. Kesuksesan pemimpin sangat tergantung pada kemampuan untuk menjaga interaksi
dengan orang lain (bawahan) secara efektif dan harmonis. Berkaitan dengan paparan tentang
kepemimpinan, maka sebetulnya ada satu aspek atau skill seseorang yang belum mendapat
perhatian penuh selama ini. Yaitu aspek assertiveness.

Assertivenes (keasertifan) maksudnya adalah kemampuan berbicara dan bertindak bertindak
seseorang yang akan membuat orang lain merespon secara atentif (penuh perhatian) dan positif.
Aspek- aspek ini sangat esensial dalam system kepemimpinan, namun sering terabaikan. Kunci
pokok keberhasilan memimpin sebenarnya terletak pada aspek keasertifan. Pemimpin yang
kurang mampu memancing respontif dari karyawannya akan mustahil dapat mengaktualisasikan
diri dalam pekerjaannya.

Maksudnya bahwa pemimpin (top leader) harus mampu menggelitik sumber energi kerja dari
karyawan/anggotanya sehingga mereka bisa terangsang untuk berpartisipasi- memberikan
respon atas apa yang diinginkan oleh pemimpin. Sumber kekuatan tersebut pada hakikatnya
terletak pada hati. Maka intinya adalah ―jagalah ketersambungan hati‖ dan jangan buat jarak.

Beberapa ―some do-s‖ dan ―some don’t-s‖ atau beberapa suruhan dan larangan dari pemimpin
terhadap karyawannya. ―Selalulah membentengi hati karyawan dengan semangat yang
menggebu-gebu. Sekali-sekali jangan sakiti hati mereka, buatlah karyawan menjadi rindu karena
tidak bertemu dengan kita dalam satu hari. Jadikan ketersangkutan hati melekat dengan hati kita.
Buatlah diri kita menjadi kebutuhan bagi mereka untuk berinovasi serta berimprovisasi dalam
pekerjaannnya dan dengan keberadaan kita biarkan mereka berkembang sesuai dengan kodratnya
sehingga mereka merasa tersanjung dan terhargai dengan demikian akan dilihat tumpukan energi
pembangunan yang anya terselubung disudut hati yang paling dalam, ini akan membludak
dengan dahsyat dalam bentuk produk sebuah pekerjaan‖.

Terkadang pada saat tertentu, perasaan tidak mendapat perlakuan adil dari karyawan/angota yang
tampil dengan pura-pura jatuh. Maka intinya adalah mohon berikan perhatian yang agak lebih
padanya, seolah-olah ia berkata ― tolong bangkitkan saya…!‖. Di sinilah kepiawaian seorang
pemimpin dalam mencermati secara bijak prilaku berpura-pura tersebut. Hal yang juga sangat
penting untuk dijaga adalah ―hati dan perasaan bawahan jangan sampai terluka oleh perbuatan
dan tindakan kita sebagai pemimpin, ini berguna agar bawahan selalu bersikap loyal‖.

Jelas sudah bahwa keberhasilan seorang pemimpin bukan terletak pada banyak orang yang ikut
dibawah kepemimpinannnya tetapi terletak pada berapa banyak orang loyal dengan yang
dinginkannya. Keberhasilan pimpinan terletak pada berapa banyak orang yang loyal bukan pada
banyak orang yang ikut, maka ini berarti bahwa keberhasilan kepemimpinan seseorang adalah
seberapa jauh ia mampu memancing respon para anggota. Juga seberapa lama ia dapat menjaga
interaktif secara harmonis.
Mengakhiri tulisan ini bahwa kepemimpinan secara hakiki adalah bukanlah memerintah namun
menyembah- ibarat alur sembah yang diperankan oleh ninik mamak dalam masyarakat
Minangkabau, yaitu memohon pada orang agar mau berbuat untuk kita. Dalam hukum social
bahwa setiap permintaan berarti posisi tangan selalu berada di bawah, bukan di atas. Maka untuk
itu para pemimpin harus pandai-pandai dalam menempatkan diri, yaitu jangan meminta dengan
kesombongan, karena kesombongan tidak akan mengantarkan kita pada harapan. Sebaliknya
akan membuat jarak lebih jauh dari keinginan.

Sebuah filosofi ―alfatihah (surat alfatihah) bahwa untuk mengakses kepemimpinan dalam
kehidupan sehari-hari, dengan jelas bahwa Allah Azza Wajalla telah menggambarkan dalam
surat alfatiha ―untuk sampai kepada permohonan, ada empat pujian yang dilakukan terlebih
dahulu‖. Kalimat ―Ihdinasshirathal Mustaqiim- tunjukilah kami jalan yang lurus‖, adalah
didahului dengan beberapa pujian antara lain:

―Alhamdulillahirabbul Alamin, Arrahmanirahim, malikiyaumiddin dan iya kana’budu waiya
kanast’iin‖.

Semua kalimat tersebut adalah pujian pada Allah- Sang Khalik, padahal tanpa dipuji Sang Khalik
tetap esa dan tetap mulia. Namun manusia yang sangat miskin dengan kasih sayang jika
memohon ―ya pandailah memuji terlebih dahulu‖ supaya apa yang diminta akan terkabul/
terbantu. Kepemimpinan yang dilandasi dengan gaya ―membentak dan menghardik‖ akan
membuat para anggota tidak menjadi hormat, melainkan akan bersikap tidak baik.

Pendapat ahli bahwa seorang pemimpin diterima oleh masyarakat, ―80 % ditentukan oleh
kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritualnya‖. Porsi kecerdasan intelektual hanya 20 %.
Malah di Amerika Serikat fenomena tersebut mengalami sedikit pergeseran, yaitu bahwa ―90 %
 kegagalan seorang pemimpin‖ dipengaruhi oleh perilaku buruk sang pemimpin.

Akhir kata, jadilah pemimpin yang amanah, sesuai dengan sunnatullah. Sebab siapapun yang kita
pimpin (dalam kontek bagaimanapun) maka pertanggung jawaban akan tetap diminta oleh sang
Khalik di Yaumil Mahsyar nanti. Nabi Muhammad Saw bersabda: ―setiap kamu adalah
pemimpin dan setiap apa yang kamu pimpin akan diminta pertanggung jawaban disisi Allah.
Dalam memimpin jadikanlah Alquran sebagai tuntunan‖. Moga moga para pemimpin member
kontribusi untuk keharmonisan hidup masyarakat, amiin.



                                                            Sep 14, '06 10:49 AM
              Komunikasi Kepemimpinan
                                                            untuk semuanya
Kategori: Lainnya
Mengapa harus percaya diri?
http://milis-bicara.blogspot.com/2006/08/tips-104-mengapa-harus-percaya-diri.html

Dengan lebih percaya diri berbicara, Anda akan lebih percaya diri
dalam segala aspek kehidupan Anda. Anda akan lebih percaya diri dalam
bekerja, dalam berinteraksi dengan orang lain, dalam memimpin,
menjual dan berpresentasi, dalam mengambil keputusan, dalam
menentukan pilihan, dalam mengeksplorasi peluang, dalam
memanfaatkan kesempatan, dalam mengatasi masalah dan hambatan.

Apa artinya semua itu? Artinya, Anda akan lebih percaya diri dalam
menggapai cita-cita, dalam meraih impian, dalam memenuhi target dan
mencapai sasaran, dalam apapun yang Anda inginkan, dalam apapun yang
Anda kerjakan.

Fakta-fakta:

1. Dengan lebih percaya diri dalam berbicara, Anda akan lebih percaya
diri lagi dalam mencapai kesuksesan.
2. Dengan anggota tim yang lebih percaya diri dalam berbicara, tim
Anda akan lebih percaya diri dalam mencapai kesuksesan.
3. Dengan orang-orang di dalam perusahaan yang lebih percaya diri
dalam berbicara, perusahaan Anda akan makin mendekati kesuksesan!

Batch 1: Peserta puas 100%:
http://speaking.indodigest.com/Feedback_Form-Batch-1.doc

Batch 2: Peserta puas 100%
http://speaking.indodigest.com/Feedback_Form-Batch-2.doc

Tips #108: Komunikasi Kepemimpinan

Materi oleh:
Dr. John A. Kline
Profesor komunikasi pada University of New Mexico dan University of
Missouri Eksekutif Senior dan Provost Akademis pada kampus militer
Air University Pengajar "Concepts for Air Force Leadership"

Seperti yang dilakukan oleh orang lain, setiap tindakan, keputusan,
dan arahan yang diambil atau diberikan oleh seorang pemimpin, juga
dilakukan dengan berkomunikasi. Hanya saja, setiap pemimpin dituntut
untuk lebih efektif dan efisien dalam berkomunikasi, mengingat
krusialnya implikasi dari setiap tindakan, keputusan dan perilaku
seorang pemimpin.

Komunikasi kepemimpinan atau leadership communication, adalah sebuah
model komunikasi bagi para pemimpin, di mana bentuk komunikasi
disesuaikan dengan posisinya sebagai pemimpin. Ini berarti, ada
spesifikasi khusus dari elemen bahasa yang digunakannya.

Berikut ini adalah tips dari Dr. John A. Kline tentang bagaimana
meningkatkan efektifitas komunikasi seorang pemimpin.

MEMANCING UMPAN BALIK

Umpan balik adalah hal penting bagi seorang pemimpin. Dengan umpan
balik, seorang pemimpin akan mengambil keputusan dan menentukan
langkah selanjutnya. Jika Anda adalah pemimpin, tips berikut ini bisa
Anda terapkan untuk mendapatkan umpan balik yang efektif:

1. Katakan kepada bawahan, bahwa Anda menginginkan umpan balik.
Doronglah mereka untuk menyampaikan kabar baik maupun kabar buruk.
Pastikan bahwa Anda memberi semangat dan dorongan positif atas kabar
buruknya, dan bukan malah menghukum mereka.

2. Identifikasikan wilayah atau area, di mana Anda menginginkan umpan
balik. Komunikasikanlah minat Anda akan umpan balik, berkaitan dengan
isu atau wilayah tertentu yang bisa membantu organisasi mencapai
kondisi yang lebih baik.

3. Gunakan "kesunyian" untuk memancing umpan balik. Dengar dan
pancinglah umpan balik, dengan lebih banyak mendengar daripada
langsung memberi komentar terhadap isu yang diangkat oleh bawahan
Anda.

4. Perhatikanlah sinyal non verbal yang didemonstrasikan mereka.

5. Pertimbangkanlah untuk menjadwalkan sebuah 'meeting umpan balik'.
Ini lebih responsif dan terencana, bukan impulsif atau dadakan.

6. Gunakan pernyataan eksplisit untuk meminta umpan balik.

"Coba ceritakan lebih jauh."
"Itu menarik sekali."

Lontarkan pertanyaan yang tidak hanya dijawab 'ya' atau 'tidak'.
Gunakan pertanyaan 5W dan 1H.

MENDENGAR EFEKTIF

Berikut ini adalah tips untuk meningkatkan efektifitas 'pendengaran'
Anda.

1. Mendengar butuh persiapan, jadi bersiap-siaplah untuk mendengar.
Niatkan untuk mendengar. Persiapan untuk mendengar melibatkan mental
dan fisik. Singkirkan kertas, buku dan berbagai materi lain, saat
Anda akan mendengarkan bawahan Anda. Semua itu bisa mengganggu
'pendengaran' Anda. Beritahu sekretaris Anda untuk menahan telepon
yang masuk. Hindari berbagai interupsi yang tidak perlu. Bersiaplah
untuk mendengarkan kata pembuka dari bawahan Anda. Sisa dari
pernyataannya akan dibangun oleh kata pembuka yang diucapkan bawahan
Anda.

2. Dengarkan idenya, bukan hanya fakta-fakta yang disampaikan.
Berkonsentrasilah secara khusus, pada fakta-fakta yang sering membuat
Anda kehilangan ide utama. Berbagai fakta mungkin menarik bagi
bawahan Anda, akan tetapi alasan di belakang fakta itulah yang
seringkali membangun generalisasi di dalam pikiran mereka.

3. Tetaplah bersikap open-minded. Apa yang disampaikan atau cara
penyampaiannya bisa jadi membosankan Anda. Jika tidak berhati-hati,
Anda bisa terjerumus oleh sikap menghakimi, hanya mendengar sebagian
pesan, atau hanya mendengar apa yang ingin Anda dengar.

4. Pahami perbedaan kecepatan antara proses berbicara dan proses
mendengar. Kecepatan berpikir adalah sekian kali lipat lebih cepat
daripada berbicara. Artinya, Anda mendengarkan lebih cepat dari pada
bawahan Anda berbicara. Berhati-hatilah untuk tidak terjebak dalam
'menerawang' atau memikirkan hal lain pada saat mendengarkan bawahan
Anda.

5. Sesuai nasihat Edward De Bono, pakailah sepatu bawahan Anda.
Pahamilah sudut pandang mereka. Manfaatkan apa yang Anda ketahui
tentang pemahaman mereka dan tentang segala hal yang
melatarbelakanginya. Apa makna dari KOMBINASI kata-kata dan sinyal
non verbal mereka?

Tips ini juga berguna untuk meningkatkan efektifitas 'pendengaran'
Anda:

http://www.indodigest.com/indonesia-special-article-48.html

MENGURANGI MISKOMUNIKASI

1. Kendala #1: Arti kata.

Pertama, kata yang sama bisa memiliki arti yang berbeda bagi orang
yang berbeda.

"Lima menit" bisa berarti "segera", atau bisa berarti "300 detik".
Pastikan hal ini.

Kedua, kata yang berbeda bisa memiliki arti yang sama bagi orang yang
berbeda. Ada banyak hal yang Anda ketahui, punya nama sama. Nama yang
digunakan tergantung pada siapa yang sedang berbicara. Anda bisa
menamai rumah dengan 'kandang', pesawat tempur dengan 'capung', kapal
induk dengan 'paus', boss pemarah dengan 'orang gila' dan sebagainya.

Untuk tidak terjebak, pahamilah sebuah fakta: Pengertian tidak
terletak pada kata-kata, pengertian adanya pada manusia. Anda sebagai
pemimpin, akan berkomunikasi dengan lebih efektif jika bisa
menghubungkan pesan dengan pembawanya.

2. Kendala #2: Salah interpretasi atas tindakan.

Kontak mata, gerak tubuh, dan ekspresi wajah adalah tindakan. Saat
seseorang berjalan dengan cepat meninggalkan ruangan ketika sedang
meeting, atau perilaku mengetuk-ngetukkan pensil ke atas meja, bisa
disimpulkan sebagai sikap terburu-buru atau rasa bosan. Kesimpulan
ini bisa benar dan bisa salah. Jika seseorang terlihat terbata-bata,
Anda mungkin akan menyimpulkan bahwa dia gugup, padahal belum tentu.

3. Kendala #3: Salah interpretasi atas simbol non tindakan

Pakaian yang Anda kenakan, kendaraan yang Anda pakai, benda-benda di
ruang kantor Anda, semuanya mengkomunikasikan segala hal tentang
Anda. Begitu pula, sikap hormat Anda atas waktu dan tempat yang
diperlukan oleh orang lain, apa yang melekat padanya atau apa yang
dikenakannya, mempengaruhi cara Anda menginterpretasi berbagai pesan
mereka. Termasuk, pilihan waktu yang diambil oleh bawahan Anda.
Misalnya, jika bawahan Anda melaporkan urusan dinas langsung ke rumah
Anda setelah jam kerja, maka hal ini bisa mempengaruhi cara Anda
memahami pesan yang dibawanya.

4. Kendala #4: Salah interpretasi suara.

Kualitas dan variasi suara, mempengaruhi pemahaman Anda. Kualitas
suara mengacu pada impresi terhadap orang lain. Anda sebagai pemimpin
yang mendengar, sering terpengaruh oleh suara bawahan Anda. Apakah ia
sedang senang, sedih, takut atau percaya diri. Pemahaman dan
pengertian, tergantung pada artikulasi, pengucapan dan akurasi tata
bahasa. Variasi suara, adalah bumbunya bicara. Ini berpengaruh pada
kemampuan Anda dalam memahami pesan bawahan.

BERKOMUNIKASI DENGAN PERSONIL KUNCI

1. Tunjukkan ketertarikan dan perhatian Anda yang asli, dengan
ekspresi wajah, cara menegakkan kepala, dan gerak tubuh, yang
merefleksikan keterbukaan dan dorongan positif untuk mereka.
2. Posisikan diri mereka senyaman mungkin di hadapan Anda. Ini bisa
dilakukan jika Anda mendemonstrasikan posisi rileks dan menunjukkan
rasa persahabatan.

3. Bersikaplah alamiah, sebab kemurnian dan ketulusan adalah fondasi
untuk komunikasi yang efektif.

4. Jangan tunjukkan sikap superior secara berlebihan, atau berpura-
pura menjadi seseorang yang bukan Anda.

5. Kembangkanlah komunikasi dengan komentar yang spontan, daripada
merencanakan komentar dan argumen.

6. Hargai cara pandang mereka.

7. Capailah pemahaman tentang apa yang sebenarnya mereka maksudkan,
tidak usah terlalu mengandalkan pada apa yang keluar dari mulutnya.

8. Kurangi sikap defensif Anda.

9. Jangan mendominasi pembicaraan, sehingga membuatnya hanya terdiam
dan terpaku...

10. Dengarlah apa yang mereka katakan, dan tidak usah terlalu
merencanakan apa yang akan Anda katakan.

MENCAPAI KONSENSUS KELOMPOK

1. Klarifikasikan diskusi. Yakinkan bahwa aktivitas kelompok yang
bersangkutan bisa dimengerti, teratur dan berfokus pada SATU isu pada
SATU waktu.Doronglah setiap anggota kelompok agar tetap fokus,
menghindari diskusi sempalan, dan mengklarifikasi isu dengan berbagai
pertanyaan.

2. Gunakan 'pernyataan proses'. Pernyataan proses berkaitan dengan
apa yang sedang terjadi pada kelompok yang bersangkutan.

"Apa yang Anda katakan cukup masuk akal. Bagaimana dengan Anda yang
lain?"
"Sejauh ini, kita menyepakati dua poin yang pertama. Mari kita
bergerak ke poin ketiga."
"Anda sudah mendengar dari Tuan Midun?"

Pernyataan proses akan sangat membantu dalam mencapai solusi dan
kepuasan bersama.
3. Carilah perbedaan pandangan. Doronglah setiap anggota kelompok
untuk menyampaikan cara pandangnya, dan memberi informasi atau bukti
yang mendukung cara pandang itu. Ini penting untuk pembelajaran dan
pencapaian solusi. Partisipasi akan membuat mereka merasa 'didengar'
sehingga akan meningkatkan rasa puas mereka.

4. Tetaplah bersikap terbuka untuk menerima cara pandang yang
berbeda. Waspadai gejala "merasa terbuka, akan tetapi tidak mau
terpengaruh".

5. Gunakan kata ganti yang mewakili kelompok. Kami, kita, kita semua,
Anda dan saya, tim, kelompok, perusahaan kita, organisasi ini, dan
sebagainya.

KESIMPULAN

Pemimpin yang efektif memahami pentingnya komunikasi yang baik.
Masalah dalam komunikasi dapat menyebabkan bottleneck di dalam
organisasi. Jika lain kali, Anda sebagai pemimpin diuji dengan
keinginan untuk menghukum dan menyalahkan bawahan, berhentilah, dan
cek kembali 'botol' Anda.

Yakinkan bahwa Anda mengecek lehernya, bukan pantatnya.

KOMUNIKASI dalam ORGANISASI

M

anusia di dalam kehidupannya harus berkomunikasi, artinya memerlukan orang lain dan
membutuhkan kelompok atau masyarakat untuk saling berinteraksi. Hal ini merupakan suatu
hakekat bahwa sebagian besar pribadi manusia terbentuk dari hasil integrasi sosial dengan
sesama dalam kelompok dan masyarakat. Di dalam kelompok/organisasi itu selalu terdapat
bentuk kepemimpinan yang merupakan masalah penting untuk kelangsungan hidup kelompok,
yang terdiri dari pemimpin dan bawahan/karyawan. Di antara kedua belah pihak harus ada two-
way-communications atau komunikasi dua arah atau komunikasi timbal balik, untuk itu
diperlukan adanya kerja sama yang diharapkan untuk mencapai cita-cita, baik cita-cita pribadi,
maupun kelompok, untuk mencapai tujuan suatu organisasi. Kerja sama tersebut terdiri dari
berbagai maksud yang meliputi hubungan sosial/kebudayaan. Hubungan yang terjadi merupakan
suatu proses adanya suatu keinginan masing-masing individu, untuk memperoleh suatu hasil
yang nyata dan dapat memberikan manfaat untuk kehidupan yang berkelanjutan.

Hubungan yang dilakukan oleh unsur pimpinan antara lain kelangsungan hidup berorganisasi
untuk mencapai perkembangan ke arah yang lebih baik dengan menciptakan hubungan kerja
sama dengan bawahannya. Hubungan yang dilakukan oleh bawahan sudah tentu mengandung
maksud untuk mendapatkan simpati dari pimpinan yang merupakan motivasi untuk
meningkatkan prestasi kerja ke arah yang lebih baik. Hal ini tergantung dari kebutuhan dan cara
masing-masing individu, karena satu sama lain erat hubungannya dengan keahlian dan tugas-
tugas yang harus dilaksanakan.

Bila sasaran komunikasi dapat diterapkan dalam suatu organisasi baik organisasi pemerintah,
organisasi kemasyarakatan, maupun organisasi perusahaan, maka sasaran yang dituju pun akan
beraneka ragam, tapi tujuan utamanya tentulah untuk mempersatukan individu-individu yang
tergabung dalam organisasi tersebut.

Berdasarkan sifat komunikasi dan jumlah komunikasi menurut Onong Uchyana Effendi, dalam
bukunya ―Dimensi-Dimensi Komunikasi‖ hal. 50, komunikasi dapat digolongkan ke dalam tiga
kategori:

1. Komunikasi antar pribadi

Komunikasi ini penerapannya antara pribadi/individu dalam usaha menyampaikan informasi
yang dimaksudkan untuk mencapai kesamaan pengertian, sehingga dengan demikian dapat
tercapai keinginan bersama.

2. Komunikasi kelompok

Pada prinsipnya dalam melakukan suatu komunikasi yang ditekankan adalah faktor kelompok,
sehingga komunikasi menjadi lebih luas. Dalam usaha menyampaikan informasi, komunikasi
dalam kelompok tidak seperti komunikasi antar pribadi.

3. Komunikasi massa

Komunikasi massa dilakukan dengan melalui alat, yaitu media massa yang meliputi cetak dan
elektronik.

Dalam kehidupan organisasi terdiri dari berbagai unsur, yang mempunyai maksud dan tujuan
agar organisasi yang dimilikinya tetap dipertahankan dan diarahkan demi untuk perkembangan
yang lebih dinamis.

Pada dasarnya komunikasi di dalam organisasi, terbagi kepada tiga bentuk:

1. Komunikasi vertikal

Bentuk komunikasi ini merupakan bentuk komunikasi yang terjadi dari atas ke bawah dan
sebaliknya. Artinya komunikasi yang disampaikan pimpinan kepada bawahan, dan dari bawahan
kepada pimpinan secara timbal balik.

Fungsi komunikasi ke bawah digunakan pimpinan untuk:

a. Melaksanakan kebijaksanaan, prosedur kerja, peraturan, instruksi, mengenai pelaksanaan kerja
bawahan.
b. Menyampaikan pengarahan doktrinasi, evaluasi, teguran.

c. Memberikan informasi mengenai tujuan organisasi, kebijaksanaan-kebijaksaan organisasi,
insentif.

Seorang pimpinan harus lebih memperhatikan komunikasi dengan bawahannya, dan memahami
cara-cara mengambil kebijaksanaan, terhadap bawahannya.

Keberhasilan organisasi dilandasi oleh perencanaan yang tepat, dan seorang pimpinan organisasi
yang memiliki jiwa kepemimpinan. Kedua hal terseut merupakan modal utama untuk kemajuan
organisasi yang dipimpinnya.

Fungsi komunikasi ke atas digunakan untuk:

a. Memberikan pengertian mengenai laporan prestasi kerja, saran, usulan, opini, permohonan
bantuan, dan keluhan.

b. Memperoleh informasi dari bawahan mengenai kegiatan dan pelaksanaan pekerjaan bawahan
dari tingkat yang lebih rendah.

Bawahan tentulah berharap agar ide, saran, pendapat, tanggapan maupun kritikannya dapat
diterima dengan lapang dada, dan hati terbuka oleh pimpinan.

2. Komunikasi horizontal

Bentuk komunikasi secara mendatar, diantara sesama karyawan dsbnya. Komunikasi horizontal
sering kali berlangsung tidak formal.

Fungsi komunikasi horizontal/ke samping digunakan oleh dua pihak yang mempunyai level yang
sama. Komunikasi ini berlangsung dengan cara tatap muka, melalui media elektronik seperti
telepon, atau melalui pesan tertulis.

3. Komunikasi diagonal

Bentuk komunikasi ini sering disebut juga komunikasi silang. Berlangsung dari seseorang
kepada orang lain dalam posisi yang berbeda. Dalam arti pihak yang satu tidak berada pada jalur
struktur yang lain.

Fungsi komunikasi diagonal digunakan oleh dua pihak yang mempunyai level berbeda tetapi
tidak mempunyai wewenang langsung kepada pihak lain.

Jadi pada garis besarnya setiap organisasi kepemimpinan di dalam melaksanakan dan kewajiban
diperlukan pengertian yang sama diantara dua pihak yaitu atasan dan bawahan. Karena hal
tersebut akan lebih memberi dorongan semangat dan gairah kerja untuk dapat menyelesaikan
tugas dan tanggung jawab yang diberikan, artinya mengembangkan suatu kerja sama demi
mewujudkan hasil kerja untuk mencapai tujuan organisasi.
Melalui jalur hierarkhi/tingkatan seorang pimpinan harus lebih memperhatikan komunikasi
dengan bawahannya secara baik, sehingga dapat membangkitkan minat dan gairah kerja disertai
komunikasi yang baik untuk mencapai tujuan yang diharapkan.

Dalam penerapannya komunikasi dapat dilakukan secara formal dan informal. Umumnya
komunikasi formal ada dalam setiap organisasi dan dapat terjadi antar personal dalam organisasi
melalui jalur hirarkhi dengan prinsip pembagian tugas untuk mencapai tujuan yang diharapkan.
Komunikasi formal merupakan suatu sistem dimana para anggotanya bekerjasama secara tepat
untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Komunikasi formal pada dasarnya berhubungan dengan
masalah kedinasan. Komunikasi informal adalah kebalikan dari komunikasi formal biasanya
terjadi dengan spontan sebagai akibat dari adanya persamaan perasaan, kebutuhan, persamaan
tugas dan tanggung jawab. Komunikasi informal pada pelaksanaannya tidak terikat oleh waktu,
ruang dan tempat, kadang-kadang komunikasi informal lebih berhasil, dan peranannya tidak
kalah penting, karena dapat disampaikan setiap saat, asalkan bermanfaat untuk kemajuan
organisasi. Namun penyampaiannya kurang sistematis, karena pertumbuhan dan penyebarannya
tidak teratur.

Kadang-kadang seorang pimpinan selalu beranggapan bahwa keberadaan organisasi informal
merupakan suatu hal yang janggal, yang merupakan akibat gagalnya komunikasi formal yang
memunculkan ketidakstabilan organisasi formal. Bentuk komunikasi informal dapat berupa
pertemuan yang tidak direncanakan, seperti: bertemu dan ngobrol di kantin pada jam makan
siang, di resepsi, atau pertemuan lainnya. Komunikasi informal ini mempunyai hal-hal yang
positif, seperti:

a. Bila jalan yang ditempuh melalui komunikasi formal melewati hambatan, dengan terpaksa
digunakan komunikasi informal.

b. Dalam suasana konflik dan penuh ketegangan.

c. Sebagai sarana komunikasi.

Dari kedua bentuk komunikasi tersebut di atas, setiap pimpinan harus dapat menempatkan diri
agar tidak timbul perasaan suka atau tidak tidak suka. Pimpinan harus mencari dan melaksanakan
nilai-nilai positif dari hubungan-hubungan tersebut. Ukuran sukses tidaknya seorang pimpinan
terletak pada bagaimana pimpinan memadukan nilai positif yang dihasilkan dari komunikasi
formal dan informal.

Setiap bawahan dari suatu organisasi tentunya mempunyai motivasi. Adanya kebutuhan,
keinginan, ketegangan, ketidaksenangan dan harapan termasuk ke dalam motivasi.

Pimpinan juga harus dapat memotivasi bawahannya, misalnya memberikan apresiasi, perlakuan
yang adil, dan suasana kerja.

9 CARA MENJADI SEORANG PEMIMPIN YANG DISEGANI
KEPEMIMPINAN: Seorang pemimpin yang baik tahu bagaimana cara memecahkan
masalah, serta dapat mengenali kapan harus meminta bantuan kepada orang lain. Kejadian
yang melibatkan rekan-rekan kerja Anda di kantor dapat membantu meningkatkan semangat
dan hubungan kerja. (STOCKXPERT)

Tiap perusahaan sangat membutuhkan seorang pemimpin yang cakap dan memiliki keterampilan
yang kuat.

Berikut saran bagaimana menjadi seorang pemimpin dalam organisasi yang Anda kelola dan
bagaimana membuat diri Anda menjadi semakin berharga.

1. Beritahu Pengawas Saat Bawahan Melakukan Pekerjaannya Dengan Baik

Jika seseorang melakukan pekerjaan yang luar biasa, beritahu pengawas mereka. Acapkali
komunikasi dengan bertatap muka langsung hasilnya baik, bahkan sebuah e-mail pun bisa
efektif. Beritahukan pengawas tepat apakah yang dilakukan oleh bawahan sudah maksimal atau
jauh di atas standar normal. Hal ini akan berpengaruh terhadap peningkatan status karyawan di
tempat kerja dan seringkali demikian, dan karyawan pada akhirnya akan menyadari siapa yang
memberikan penghargaan dan rekomendasi tersebut.

2. Bersedia dan Bersemangat Untuk Bekerja Sama Dengan Tim

Saya dulu seorang penyendiri dan cenderung menghindari pekerjaan yang melibatkan tim kerja.
Meski akhirnya saya menyadari bahwa bekerja dalam tim merupakan satu-satunya kesempatan
terbaik untuk membangun hubungan yang kuat dengan orang-orang di sekitar Anda. Semakin
banyak Anda berpartisipasi dalam tim maka akan makin banyak yang akan melihat Anda sebagai
seorang dapat diandalkan dan dipercaya.

3. Ambil Bagian Dalam Tim — Namun Jangan Menjadi Diktator

Pendekatan saya sangat sederhana. Jika saya adalah bagian dari tim yang baru terbentuk, saya
akan segera menentukan langkah dan menyusun rencana, kemudian mengirimkannya kepada
yang lain untuk dipertimbangkan. Kecuali jika seseorang merobeknya, umumnya kurang lebih
ini akan menjadi rencana dan aku akan menjadi pemimpin kelompok yang diakui.

Anda biasanya berbicara bagi mereka yang malu bersuara atau mengungkapkan gagasan, dan
mereka merasa senang Anda melakukannya apabila Anda tidak memaksa tentang hal itu.
Biasanya saya akan melakukan sesuatu seperti mengemukakan sebuah rencana kasar dan
mengatakan kepada mereka, "Ini ide saya untuk bagaimana kita menangani hal ini. Bagaimana
menurut kalian semua?"

4. Turut Merayakan Pencapaian dan Prestasi Kerja Bawahan

Seorang yang dulu pernah bekerja dengan saya memiliki kalender di mana ia menyimpan hari
ulang tahun teman-temannya dan dua jenis produk favorit mereka dari mesin penjual otomatis.
Pada hari ulang tahun temannya, ia pergi ke mesin tersebut dan memasukkan $ 2 ke dalamnya,
lalu menyerahkan kepada temannya sekaleng soda dan sebungkus camilan yang merupakan dua
produk favorit sang teman dan berkata dengan senyum yang lebar, "Selamat ulang tahun!".

Ini adalah hal kecil, namun memiliki makna yang dalam dan sangat bijaksana. Tidak heran jika
ia sangat disukai oleh teman-teman dalam kelompoknya dan seringkali pendapatnya didengar
dan dihormati setiap kali ia punya ide atau rencana. Juga tidak mengherankan, dia melakukannya
dengan sangat baik dalam kehidupannya sekarang.

Luangkan waktu dua menit untuk mengenali apa yang telah dicapai dan yang menjadi sorotan
hidup orang lain. Jika bisa, perhatikan dan telusuri pengalaman mereka. Cari cara untuk
membuat semua orang tersenyum. Lakukanlah hal ini dan Anda akan selalu menang.

5. Menyelesaikan Masalah Hingga Tuntas

Jika Anda menemukan sebuah masalah yang dapat dengan mudah Anda pecahkan, makan
pecahkanlah. Jangan khawatir dengan konotasi politik atau sesuatu seperti itu. Jika seseorang
datang kepada Anda dengan sebuah masalah dan Anda merasa mampu menyelesaikannya tanpa
upaya yang terlalu banyak, maka selesaikanlah masalah itu hingga tuntas.

Semakin sering Anda menyelesaikan masalah-masalah yang ada, semakin banyak orang melihat
Anda sebagai sumber jawaban atas penyelesaian masalah dan mereka akan semakin
mendengarkan nasihat Anda atau apapun yang Anda katakan.

6. Mintalah Bantuan

Terkadang ada saatnya Anda membutuhkan bantuan. Beberapa orang takut untuk menunjukkan
kelemahan dan menghindari meminta bantuan kecuali bila benar-benar penting. Hal ini tidak
masuk akal dan tidak akan efisien. Apabila ada unsur-unsur tertentu yang dapat dilakukan orang
lain jauh lebih mudah daripada yang Anda bisa, mintalah bantuan kepada mereka (kecuali, tentu
saja, itu akan menambah pekerjaan bagi mereka). Jika Anda telah secara konsisten membantu
orang lain, dengan sendirinya mereka akan membantu Anda.

7. Buat Acara yang Melibatkan Karyawan
Jadilah orang yang bisa merangkul kelompoknya untuk makan siang bersama. Libatkan diri
Anda dalam pekerjaan perencanaan pesta kantor - atau bahkan menjadi ketua. Rencanakan pesta
bagi orang-orang yang akan segera meninggalkan kantor. Ini bukan berarti Anda harus
melakukan semuanya sendiri, tapi kembangkanlah rencana Anda sendiri. Orang-orang akan
melihat Anda sebagai orang yang mengambil alih tanggung jawab - dan peristiwa semacam itu
mudah untuk menarik orang lain untuk bekerja sama.

8. Kemukakan Saran Yang Berguna

Dalam dunia yang sibuk, sangat mudah untuk berkata, "kelihatannya bagus!" ketika seseorang
menginginkan umpan balik atas sesuatu. Sebaliknya, cobalah renungkan selama 10 menit dan
kemukakan tiga hal yang dapat menunjang perbaikan. Sebelum Anda mengungkapkan saran,
dahulukanlah dengan pujian, kemudian kemukakan tiga saran Anda dengan jelas dan sepositif
mungkin, dan akhiri dengan mengatakan sesuatu seperti keinginan untuk mengubah sesuatu yang
sangat baik menjadi sesuatu yang benar-benar hebat.

Jika saran Anda benar-benar bermanfaat, mereka akan kembali melihat Anda sebagai seseorang
yang bisa diandalkan meski pada situasi yang sulit sekalipun.

9. Katakan Sejujurnya — Jangan Memilah-milah Kata

Ketika Anda diminta untuk mengeluarkan pendapat, katakanlah dengan jujur, jangan memilah
milah kata. Pendapat Anda yang jujur jauh lebih berharga daripada berpura-pura setuju —
bahkan jika hal itu buruk, Anda tidak seharusnya merasa tersinggung. Biasanya saya berusaha
semampunya memuji, tetapi jika ada masalah serius dengan apa yang saya lihat, saya akan
mengatakannya. Jika tidak mengatakan maka akan menyakiti rekan kerja (karena mereka
menyajikan pendapat yang miskin) namun dari sudut asosiasi, akan menyakiti Anda (karena
Anda mengatakan kepada mereka pendapat yang miskin ini baik ketika akhirnya ibarat
melemparkan telur ke wajah mereka).

Hal-hal kecil ini, bila dilakukan se-tiap hari maka akan membuat Anda secara tidak langsung
menjadi orang yang sangat dibutuhkan di tempat kerja, dan sebagai pribadi, orang-orang akan
melihat Anda sebagai sosok seorang pemimpin.
Cara Seorang Pemimpin Memecahkan Masalah
Posted by Annyonghaseyo.... 05:22, under Warna-warni | No comments



MEMECAHKAN MASALAH

Jangan biarkan berbagai persoalan anda menjadi masalah.



Para pemimpin yang memiliki kemampuan dalam memecahkan persoalan memperlihatkan lima kualitas:
1. Mereka mengantisipasikan berbagai persoalan

Karena persoalan-persoalan itu tak terhindarkan, para pemimpin yang baik mengantisipasikannya. Siapa
pun yang berharap untuk menjalani hidup yang mudah akan terus mengalami kesulitan.



   2. Mereka menerima kebenaran.

Ada beberapa cara orang menghadapi persoalan : menolaknya, menerima dan menanggungnya, atau
menerima dan berusaha menjadikan segalanya lebih baik. Para pemimpin harus selalu memilih respon
yang terakhir.
Penyiar Paul Harvey mengatakan, “di masa-masa seperti ini, sebaiknya kita ingat bahwa selalu ada saja
masa-masa seperti ini”. Tidak ada pemimpin yang dapat berdiam di daratan sambil mengarahkan orang-
orangnya melalui perairan yang ganas. Para pemimpin yang efektif akan menghadapi kenyataan dari
situasi yang ada.



   3. Mereka melihat gambaran besarnya.

Para pemimpin harus selalu melihat gambaran besarnya. Mereka tidak boleh dikuasai oleh emosi atau
membiarkan diri begitu terpuruk dengan detail sehingga melupakan hal yang penting. Penulis Alfred
armand montapert menulis, “mayoritas orang melihat hambatannya, hanya sedikit yang melihat
tujuannya, namun sejarah mencatat kesuksesan yang diraih oleh orang-orang yang melihat tujuannya
sementara tak satupun orang yang mengingat mereka yang hanya melihat hambatannya.



   4. Mereka menanganinya satu persatu.

Richard sloma menyampaikan nasehatnya, “jangan pernah mencoba memecahkan seluruh persoalannya
sekaligus-mintalah mereka antri satu persatu.” Pemimpin yang paling sering mengalami masalah adalah
mereka yang kewalahan akibat besarnya atau banyaknya persoalan meraka, lalu mencoba untuk
mengatasi semuanya sekaligus. Jika anda dihadapkan pada banyak persoalan, pastikan bahwa anda
benar-benar menuntaskan yang sedang anda atasi sebelum pintah ke persoalan berikutnya.



   5. Mereka pantang menyerah.

Pemimpin-pemimpin yang efektif memahami prinsip puncak ke puncak. Mereka mengambil keputusan-
keputusan besar ketika sedang mengalami ayunan positif dalam kepemimpinannya, bukan ketika
mengalami masa sulit. Seperti yang dilakukan oleh pemain NFL, Bob Christian. ”saya tidak pernah
memutuskan apakah sekarang tiba saatnya untuk pension ketika saya sedang berlatih.” Ia tahu bahwa ia
tidak boleh menyerah ketika berada dalam keterpurukan.
Untuk meningkatkan kemampuan anda dalam memecahkan masalah, lakukanlah hal-hal berikut ini :

        carilah masalah.

Jika selama ini anda menghindari masalah, mulailah mencarinya sekarang. Anda hanya akan menjadi
lebih baik jika mendapatkan pengalaman dalam mengatasinya. Carilah berbagai macam situasi yang
perlu dibereskan, pertimbangkanlah berbagai solusi yang mungkin, lalu bawalah kepada seorang
pemimpin yang sudah berpengalaman dalam memecahkan masalah. Anda dapat mempelajari caranya
berfikir ketika menghadapi kesulitan melalui keputusan-keputusannya.

        Kembangkanlah metode

Ada banyak orang yang sulit memecahkan persoalan karena tidak tahu caranya. Cobalah proses TEACH
berikut ini :
TIME. Luangkan waktu untuk menemukan inti persoalannya.

EXPOSURE. cari tahu apa yang orang alin lakukan.

ASSISTANCE. mintalah tim anda mempelajarinya dari berbagai sudut.

CREATIVITY. Mintalah masukan mengenai berbagai macam solusi yang mungkin.

HIT IT. Laksanakan solusi terbaik.

        Kelilingilah diri anda dengan orang-orang yang pandai memecahkan masalah.

Jika anda bukan seorang pemecah masalah yang baik, ajaklah pemecah masalah ke dalam tim anda.
Mereka pasti akan melengkapi kelemahan-kelemahan anda dan anda juga akan belajar dari mereka.


Cara Pemimpin Brilian dalam membuat keputusan
oleh Motivasi Untuk Generasi Muda Brilian pada 8 Januari 2012 pukul 8:09

Setiap orang adalah Pemimpin. Setiap kali mendengar kalimat ini mungkin ada diantara kita
yang mengatakan "Ah... masa seh...?", atau "Ah yang benar aja...saya kan tidak punya anak buah
atau bawahan?". Apapun pendapat Anda, tetap tidak dapat menghindari fakta bahwa Anda
adalah Pemimpin bagi diri sendiri, bukankah Anda yang memutuskan siapa yang akan Anda
'Add' atau 'Confirm' hari ini di Facebook Anda?, bukankah Anda juga yang memutuskan apa
yang akan Anda katakan di 'BBM' Anda kepada teman atau kekasih Anda? , bukankah Anda
juga yang memutuskan apa yang akan Anda katakan kepada orang-orang di sekitar Anda hari
ini?. Oleh karena itu, anda layak mendapat sebutan "Pemimpin bagi diri sendiri" yang kemudian
akan berlanjut menjadi "Pemimpin bagi orang lain" (semoga, Amin). Sejatinya seorang
Pemimpin harus mampu mempengaruhi dan membuat keputusan yang tepat untuk menghadapi
dan menyelesaikan masalah yang ada. Seorang Pemimpin yang Brilian akan dinilai dari setiap
keputusan dan tindakannya dalam menyelesaikan masalah yang ada. Oleh sebab itu, sangat
penting bagi kita semua yang ingin menjadi Pemimpin yang Brilian bagi orang lain untuk
memahami bagaimana cara membuat keputusan yang tepat. Mari kiita bahas bagaimana cara
untuk mengambil keputusan yang Brilian.




                                                                                                1.
Menyadari masalah yang timbul. Seorang Pemimpin harus peka dalam memimpin, jika sesuatu
berjalan tidak sesuai dengan yang diharapkan atau terdapat suatu masalah. Kenali gejala-gejala
dari masalah yang timbul, seperti seorang dokter yang mengetahui dan mengenali gejala-gejala
penyakit pasiennya. Kemudian pastikan Anda mengetahui akar dari permasalahan yang ada.
Dalam hal ini, jangan mencari siapa yang salah, tetapi cari tahu mengapa masalah itu bisa terjadi.
  2. Mencari informasi dari berbagai sumber yang dapat membantu dalam memecahkan masalah.
Seorang Pemimpin harus rendah hati dan tetap mau belajar, pelajari bagaimana cara untuk
memecahkan masalah yang kita hadapi, karena ada kemungkinan bahwa ternyata ada seseorang
atau kelompok orang yang pernah mengalami masalah yang serupa dan berhasil memecahkan
masalah tersebut. Manfaatkan juga berbagai sumber yang dapat membantu seperti buku-buku,
majalah, program TV, internet, dan sebagainya, dimana informasi yang kita butuhkan tersedia.
Cara belajar yang terbaik adalah belajar dari orang yang sudah terbukti sukses dan masih sukses
sampai sekarang. 3. Mencari solusi untuk memecahkan masalah. Pertimbangkan kembali
informasi yang telah Anda dapatkan dari orang atau kelompok orang yang telah berhasil
memecahkan masalah tersebut, berbagai media yang ada, pertimbangkan apakah informasi
tersebut dapat Anda terapkan pada situasi dan masalah yang anda hadapi tersebut. Sangat penting
juga untuk menggali dan memanfaatkan pengalaman-pengalaman pribadi. Gabungkanlah semua
hal-hal penting tersebut. Dalam hal ini Anda dituntut untuk menggunakan intuisi Anda sebagai
sebagai seorang Pemimpin. 4. Membicarakan solusi untuk menyelesaikan masalah.
Membicarakan solusi yang akan diambil kepada pihak-pihak yang terpengaruh sebagai akibat
solusi yang akan dijalankan. Satu kata yaitu "komunikasi". Komunikasikan solusi-solusi yang
akan diambil kepada orang-orang yang Anda pimpin atau pihak-pihak yang akan terpengaruh
sebagai akibat solusi yang akan dijalankan. Seraplah seluruh informasi dan tanggapan orang-
orang tersebut sebagai bahan pertimbangan Anda dalam mengambil keputusan. 5. Membuat
keputusan dan segera melaksanakannya dengan tetap memperhatikan pihak-pihak yang
terpengaruh sebagai akibat pelaksanaan keputusan tersebut. 6. Mengevaluasi keputusan dan
hasil yang dicapai. Dalam hal ini Anda dituntut untuk jujur dalam mengevaluasi keputusan yang
telah Anda ambil dan bertanyalah kepada diri sendiri "Apakah masalah tersebut telah berhasil
anda pecahkan?". Jika masalah tersebut belum berhasil dipecahkan dengan tuntas, maka Anda
harus bersedia mengubah dan memperbaiki tindakan bahkan mengubah keputusan yang telah
Anda ambil. Jangan pernah putus asa, terus berubah untuk menjadi lebih baik itu adalah
kewajiban seorang Pemimpin yang Brilian. Selalu ingat kata-kata ini: "Definisi kegilaan adalah
melakukan hal yang sama terus menerus tetapi mengharapkan hasil berbeda" (Albert Einstein).
 Semoga bermanfaat :-) Common Guys! Always be Brilliant!. God Bless Us

More Related Content

What's hot

4. pengembangan pribadi with Pdt Chris Hukubun M.Th
4. pengembangan pribadi with Pdt Chris Hukubun M.Th 4. pengembangan pribadi with Pdt Chris Hukubun M.Th
4. pengembangan pribadi with Pdt Chris Hukubun M.Th Chris Hukubun
 
Leadership (kepemimpinan)
Leadership (kepemimpinan)Leadership (kepemimpinan)
Leadership (kepemimpinan)Rijal STIE Bima
 
The Five Levels of Leadership
The Five Levels of LeadershipThe Five Levels of Leadership
The Five Levels of LeadershipDharaniKassapa
 
Kepemimpinan kharismatik dalam pendidikan islam
Kepemimpinan kharismatik dalam pendidikan islamKepemimpinan kharismatik dalam pendidikan islam
Kepemimpinan kharismatik dalam pendidikan islamrahman rahman
 
Kepemimpinan Dalam Perilaku Orgnisasi
Kepemimpinan Dalam Perilaku OrgnisasiKepemimpinan Dalam Perilaku Orgnisasi
Kepemimpinan Dalam Perilaku OrgnisasiMarselina Marselina
 
5. teori dan konsep kepemimpinan with Pdt Chris Hukubun M.Th
5. teori dan konsep kepemimpinan with Pdt Chris Hukubun M.Th5. teori dan konsep kepemimpinan with Pdt Chris Hukubun M.Th
5. teori dan konsep kepemimpinan with Pdt Chris Hukubun M.ThChris Hukubun
 
Syarat Kepimpinan Berkualiti
Syarat Kepimpinan BerkualitiSyarat Kepimpinan Berkualiti
Syarat Kepimpinan BerkualitiImsamad
 
Workshop pendidikan karakter henmaidi
Workshop pendidikan karakter henmaidiWorkshop pendidikan karakter henmaidi
Workshop pendidikan karakter henmaidiHenmaidi Alfian
 
New models for leadership (konsep-konsep kepemimpinan masa kini)
New models for leadership (konsep-konsep kepemimpinan masa kini)New models for leadership (konsep-konsep kepemimpinan masa kini)
New models for leadership (konsep-konsep kepemimpinan masa kini)Dina Haya Sufya
 

What's hot (18)

4. pengembangan pribadi with Pdt Chris Hukubun M.Th
4. pengembangan pribadi with Pdt Chris Hukubun M.Th 4. pengembangan pribadi with Pdt Chris Hukubun M.Th
4. pengembangan pribadi with Pdt Chris Hukubun M.Th
 
Leadership (kepemimpinan)
Leadership (kepemimpinan)Leadership (kepemimpinan)
Leadership (kepemimpinan)
 
The Five Levels of Leadership
The Five Levels of LeadershipThe Five Levels of Leadership
The Five Levels of Leadership
 
Kepemimpinan kharismatik dalam pendidikan islam
Kepemimpinan kharismatik dalam pendidikan islamKepemimpinan kharismatik dalam pendidikan islam
Kepemimpinan kharismatik dalam pendidikan islam
 
Kepemimpinan Dalam Perilaku Orgnisasi
Kepemimpinan Dalam Perilaku OrgnisasiKepemimpinan Dalam Perilaku Orgnisasi
Kepemimpinan Dalam Perilaku Orgnisasi
 
Kepemimpinan osis
Kepemimpinan osisKepemimpinan osis
Kepemimpinan osis
 
Kepemimpinan
KepemimpinanKepemimpinan
Kepemimpinan
 
Kepemimpinan administratif
Kepemimpinan administratifKepemimpinan administratif
Kepemimpinan administratif
 
Konsep kepimpinan
Konsep kepimpinanKonsep kepimpinan
Konsep kepimpinan
 
Makalah kepemimpinan
Makalah kepemimpinanMakalah kepemimpinan
Makalah kepemimpinan
 
Kepimpinan
KepimpinanKepimpinan
Kepimpinan
 
5. teori dan konsep kepemimpinan with Pdt Chris Hukubun M.Th
5. teori dan konsep kepemimpinan with Pdt Chris Hukubun M.Th5. teori dan konsep kepemimpinan with Pdt Chris Hukubun M.Th
5. teori dan konsep kepemimpinan with Pdt Chris Hukubun M.Th
 
Kepemimpinan
Kepemimpinan Kepemimpinan
Kepemimpinan
 
Paper leader manager
Paper leader manager Paper leader manager
Paper leader manager
 
Syarat Kepimpinan Berkualiti
Syarat Kepimpinan BerkualitiSyarat Kepimpinan Berkualiti
Syarat Kepimpinan Berkualiti
 
Workshop pendidikan karakter henmaidi
Workshop pendidikan karakter henmaidiWorkshop pendidikan karakter henmaidi
Workshop pendidikan karakter henmaidi
 
New models for leadership (konsep-konsep kepemimpinan masa kini)
New models for leadership (konsep-konsep kepemimpinan masa kini)New models for leadership (konsep-konsep kepemimpinan masa kini)
New models for leadership (konsep-konsep kepemimpinan masa kini)
 
MAKALAH KEPEMIMPINAN
MAKALAH KEPEMIMPINANMAKALAH KEPEMIMPINAN
MAKALAH KEPEMIMPINAN
 

Similar to Pemimpin (20)

Artikel tentang Kepemimpinan
Artikel tentang KepemimpinanArtikel tentang Kepemimpinan
Artikel tentang Kepemimpinan
 
FISIK DAN MENTAL
FISIK DAN MENTALFISIK DAN MENTAL
FISIK DAN MENTAL
 
Kepemimpinan (sosiologi)
Kepemimpinan (sosiologi)Kepemimpinan (sosiologi)
Kepemimpinan (sosiologi)
 
Makalah Leadership
Makalah LeadershipMakalah Leadership
Makalah Leadership
 
Leadership
LeadershipLeadership
Leadership
 
Kep Warna(C)
Kep Warna(C)Kep Warna(C)
Kep Warna(C)
 
Pemimpin dan kepemimpinan k.2 agb a
Pemimpin dan kepemimpinan k.2 agb aPemimpin dan kepemimpinan k.2 agb a
Pemimpin dan kepemimpinan k.2 agb a
 
Makalah kepemimpinan 2
Makalah kepemimpinan 2Makalah kepemimpinan 2
Makalah kepemimpinan 2
 
Dasar2 Kepemimpinan.ppt
Dasar2 Kepemimpinan.pptDasar2 Kepemimpinan.ppt
Dasar2 Kepemimpinan.ppt
 
Cirikepimpinanpelajar 130912220738-phpapp01
Cirikepimpinanpelajar 130912220738-phpapp01Cirikepimpinanpelajar 130912220738-phpapp01
Cirikepimpinanpelajar 130912220738-phpapp01
 
Makalah tentang kepemimpinan
Makalah tentang kepemimpinanMakalah tentang kepemimpinan
Makalah tentang kepemimpinan
 
Makalah kepemimpinan
Makalah kepemimpinanMakalah kepemimpinan
Makalah kepemimpinan
 
KEPEMIMPINAN DALAM ORGANISASI.ppt
KEPEMIMPINAN DALAM ORGANISASI.pptKEPEMIMPINAN DALAM ORGANISASI.ppt
KEPEMIMPINAN DALAM ORGANISASI.ppt
 
Manajemen kepemimpinan fix
Manajemen kepemimpinan fixManajemen kepemimpinan fix
Manajemen kepemimpinan fix
 
Makalah kepemimpinan 2
Makalah kepemimpinan 2Makalah kepemimpinan 2
Makalah kepemimpinan 2
 
Makalah kepemimpinan 2
Makalah kepemimpinan 2Makalah kepemimpinan 2
Makalah kepemimpinan 2
 
Makalah kepemimpinan 2
Makalah kepemimpinan 2Makalah kepemimpinan 2
Makalah kepemimpinan 2
 
3. kepemimpinan pendidikan
3. kepemimpinan pendidikan3. kepemimpinan pendidikan
3. kepemimpinan pendidikan
 
Makalah kepemimpinan
Makalah kepemimpinanMakalah kepemimpinan
Makalah kepemimpinan
 
Leadership
LeadershipLeadership
Leadership
 

Pemimpin

  • 1. Artikel Seputar LDK 17 07 2010 Latihan Dasar Kepemimpinan / LDK adalah sebuah pelatihan dasar tentang segala hal yang berkaitan dengan kepemimpinan. Pelatihan ini biasanya yang diberikan oleh Pengurus OSIS lama kepada calon Pengurus OSIS baru, baik untuk tingkat Sekolah Menengah Pertama maupun Sekolah Menengah Atas (untuk LDK tingkat sekolah menengah). Pelatihan dasar yang diberikan ini bertujuan untuk memberikan bekal kepemimpinan kepada Pengurus OSIS baru yang nantinya akan menjadi pemimpin dari seluruh kesatuan OSIS dari sekolah yang bersangkutan. LDK biasanya diberikan dalam 2 bagian yaitu LDK Fisik dan LDK Mental. Pemberian materi dari kedua jenis LDK ini biasanya diberikan di waktu dan tempat yang berbeda. Untuk LDK Mental, yang menjadi pemberi materi bukanlah lagi para Pengurus OSIS lama melainkan Dewan Guru, Pembina OSIS, Kepala Sekolah serta Guru Psikologi dan Konseling dari sekolah yang bersangkutan, atau bisa juga dengan cara menyewa dari suatu Lembaga Psikologi Independen. LDK Fisik biasanya diberikan di sekolah dalam waktu 3-5 Hari penuh, sedangkan LDK Mental biasanya diberikan di luar kota dalam waktu 2-4 hari. Berikut adalah artikel seputar pelaksanaan LDK… LDK FISIK pada umumnya, materi yang diberikan secara garis besar ialah dalam bentuk PBB / Pelatihan Baris Berbaris. PBB ini meliputi beberapa hal seperti : Baris Berbaris dasar : * Hadap Kanan, * Hadap Kiri, * Balik Kanan, * Hadap Serong Kanan, * Hadap Serong Kiri, * Jalan Ditempat, * Langkah Tegap Maju, dan * Meluruskan Barisan. Baris Berbaris Tingkat Menengah : * Perpaduan antara Langkah Tegap Maju dengan Balik Kanan serta keempat jenis hadap-hadapan, * Perpaduan antara Jalan Ditempat dengan Balik Kanan serta keempat jenis hadap-hadapan, dan * Buka - Tutup Barisan. Baris Berbaris Tingkat Tinggi : * Langkah Tegap Maju beregu, * Haluan Kanan beregu, * Haluan Kiri beregu, * Belok Kanan beregu, dan
  • 2. * Perpaduan antara Langkah Tegap Maju, Balik Kanan, keempat jenis hadap-hadapan, dan Jalan Ditempat. Ujian Akhir : Perpaduan Keseluruhan Materi PBB. Dalam LDK Fisik ini peserta dituntut untuk memiliki kedisiplinan yang tinggi, terlebih selama mengikuti 3-5 hari LDK. Beberapa peraturan yang pada umumnya diterapkan dalam LDK ialah : Selama pelaksanaan LDK, peserta harus hadir di tempat LDK tepat waktu, Kebersamaan ialah hal yang amat diperhatikan selama pelaksanaan LDK. Jika ada 1 peserta saja yang tidak membawa air minum, saputangan, topi, ataupun atribut-atribut lainnya yang telah ditetapkan, maka seluruh pesertalah yang akan menanggung hukumannya, Setiap peserta wajib mematuhi seluruh peraturan dan perintah yang diberikan oleh tim pemberi LDK. Jika tidak, maka kepadanya akan diberikan hukuman, dan Kebersamaan juga diterapkan apabila ada salah satu peserta LDK yang melakukan kesalahan Hukuman dalam LDK Fisik biasanya berupa push-up untuk pria atau scott jump untuk wanita. Jumlahnya tergantung perintah dari pemberi LDK. LDK Mental pada umumnya, materi yang diberikan secara garis besar ialah dalam bentuk Penyuluhan Mental Kepemimpinan. Kegiatan yang biasa dilakukan dalam LDK Mental adalah : Outbond / Kegiatan Alam, seperti : Hiking Menyebrangi sungai Mendaki bukit Menyusuri terasering / pematang sawah Permainan-permainan yang memiliki nilai kepemimpinan, seperti : Memasukkan paku dalam botol dengan mata tertutup. Salah seorang yang lain memberikan aba-aba agar paku tersebut masuk. Dibutuhkan kemampuan untuk menganalisa segala macam kemungkinan dan kemampuan untuk memerintah secara hati- hati dan terpertimbangkan agar bisa mencapai goal dari permainan ini yaitu memasukkan paku dalam botol Bisik berantai. Dibutuhkan kemampuan sebagai pendengar sekaligus penyampai pesan yang baik agar dapat menyampaikan pesan yang benar dari awal hingga akhir. Pemberian materi kepemimpinan yang dibagi dalam beberapa sessi, seperti : Sessi Kepemimpinan : Penyuluhan mengenai karakter pemimpin yang benar. Sessi Komunikasi : Penyuluhan mengenai cara-cara berkomunikasi yang benar sebagai layaknya seorang pemimpin.
  • 3. Sessi Problem Solving / Challange : Penyuluhan mengenai cara-cara seorang pemimpin memecahkan masalah secara efektif dan benar. Sessi Dinamika Kelompok : Berupa permainan. Nah ini adalah informasi seputar LDK yang dilaksanaan di setiap sekolah masing-masing, jadi proses LDK memang tidak ada yang berubah dari setiap tahunnya. Materi " DASAR KEPEMIMPINAN dalam ORGANISASI oleh SMK TARUNA BANGSA PATI JAWA TENGAH pada 10 November 2009 pukul 1:41 Dasar Kepemimpinan dalam Organisasi Oleh : Edi Kiswanto, S.Pd.I Tony Buzan Kemampuan berfikir atau merencanakan masa depan dengan bijak dan imajinatif James C. Georges kepemimpinan adalah kemampuan seseorang untuk memperoleh pengikut. Pemimpin pada dasarnya adalah orang yang mampu menggerakan sumberdaya (terutama manusia) untuk bekerja bersama untuk mencapai tujuan. Kepemimpinan adalah sebuah proses dimana sesorang tidak memperoleh pengikut karena status. Kemampuan seorang pemimpin dibuktikan pertama dari bagaimana dia mampu meyakinkan orang-orang yang dipimpinya untuk memahami visi dan misi organisasi untuk kemudian mau bersama-sama mengupayakan tujuan organisasi tersebut. Seorang pemimpin berbeda dengan manajer. Pemimpin mempunyai kekuasaan atas pengikutnya bukan karena jabatannya tetapi karena kemampuan personality. Sikap, tingkah laku yang kemudian memunculkan wibawa. Sedangkan manajer memiliki kekuasaan karena jabatan yang dimilikinya. Dia bisa memberi komando karena struktur dan birokrasi, tetapi saat dia sudah tidak lagi menjabat maka tidak satupun "bekas" bawahanya mau dia perintah. Perbedaan mendasar antara pemimpin dan manajer adalah dari pola pikir dan cara bekerja. Seorang pemimpin memiliki visi jauh kedepan, sanggup mengadopsi perubahan, sedangkan manajer berfikir untuk jangka pendek. Dalam melaksanakan pekerjaanya pemimpin sangat fleksibel dan tidak kaku sedangkan manajer melakukan apa yang telah digariskan, kaku dan enggan berubah. Pemimpin inilah yang mendorong dan menggerakan orang lain agar mau bekerja sama mencapai tujuan yang telah ditentukan. Fungsi ini penting, sebab bagaimana pun juga baiknya perencanaan, tertibnya organisasi dan tepatnya penempatan orang dalam organisasi, belum berarti menjamin geraknya organisasi menuju sasaran dan tujuan. untuk itu diperlukan kecakapan, keulatan, pengalaman dan kesabaran. Kemampuan untuk mempengaruhi dan menggerakan orang lain guna mencapai tujuan tertentu ini disebut Kepemimpinan atau leadership. Kepemimpinan sangat menentukan keberhasilan atas manajemen, dan lebih dari itu adalah menentukan keberhasilan administrasi. ini berarti bahwa akan menentukan tercapainya atau tidaknya tujuan. Dalam menggerakkan orang lain kita harus ingat empat faktor yaitu:
  • 4. Pertama, Kepemimpinan : kemampuan seseorang untuk mempengaruhi serta menggiatkan orang lain bekerja sama dalam usaha mencapai tujuan. Kedua, Komunikasi : cara dan media penyampain pesan. Ketiga, Instruksi : perintah atau petunjuk kerja yang jelas, tagas, tampak arahnya, jelas bagaimana jalan pelaksanaannya. Dan keempat, Fasilitas : kemudahan yang menyebabkan pekerjaan mudah dilaksanakan. Tipe-Tipe Pemimpin Pemimpin Konvensional Anda tentu pernah mendengar ada sebutan "Tokoh Masyarakat" Mereka tidak pernah diangkat secara formal tetapi diakui sebagai pimpinan dalam kelompoknya. Perkataanya didengar, Pemikiranya dijadikan rujukan. Pemimpin seperti ini biasanya dianggap sebagai panutan kerena " kelebihan" yang mereka miliki baik secara Ilmu, fisik atau derajat sosial. Biasanya konsep seperti ini ada pada masyarakat tradisional atau pouse tradisonal Pemimpin Secara ilmiah Pemimpin secara ilmiah terbagi dalam 6 jenis kepemimpinan yaitu: 1. Kepemimpinan pribadi /personal leadership yaitu tipe seorang pemimpin yang selalu mengadakan hubungan langsung dengan anggotanya 2. Kepemimpinan non pribadi / non personal leadership yaitu kebalikan tipe kepemimpinan pribadi, tetapi melalui jenjang / hierarchie organisasi yang sudah ditentukan. 3. Kepempmpinan otoriter yaitu tipe pemimpin yang menanggap kepemimpinan adalah hak pribadinya, orang lain tidak ikut campur sehingga setiap perintahnya tidak perlu mendapat konsultasi dari pengikut – pengikutnya. pemimpin berkuasa penuh, para pengikut tidak mendapat kesempatan mengemukakan pendapat. 4. Kepemimpinan yang demokratis, yaitu tipe pemimpin yang selalu menerima dan menghargai saran, pendapat, nasihat dari pengikutnya. 5. Kepemimpinan yang kebapaan / paternalistis, yaitu tipe pemimpin yang bertindak sebagai ayah,pengasuh,pembimbing dan pelindung dari pengikut-pengikutnya. kelemahannya adalah sulit memberikan kepercayaan/tanggung jawab secara penuh dan ada rasa khawatir tidak berhasil. 6. Kepemimpinan bebas,apa maunya/ laissez faire, yaitu tipe kepemimpinan yang menonjolkan kebebasan, artinya pemimpin kurang menonjol dalam pemimpin pengikutnya dan diserahkan sepenuhnya kepada pengikutnya untuk memecahkan persoalan dan tanggungjawabnya.menyerahkan sepenuhnya kepada bawahannya. 7. Kepemimpinan bebas,apa maunya/ laissez faire, yaitu tipe kepemimpinan yang menonjolkan kebebasan, artinya pemimpin kurang menonjol dalam pemimpin pengikutnya dan diserahkan sepenuhnya kepada pengikutnya untuk memecahkan persoalan dan tanggungjawabnya.menyerahkan sepenuhnya kepada bawahannya. Untuk dapat melaksanakan tugasnya seorang pemimpin harus memiliki dua aspek yaitu :
  • 5. pertama, aspek internal, yaitu pemimpin harus mengetahui keadaan organisasi, gerak, tujuan dan keadaannya (pemimpin harus mempunyai pandangan organisasi, mengambil keputusan secara tepat, tegas dan mudah dilaksanakan, pandai mendelegasikan wewenang, mendapat dukungan dari anggotannya. Kedua, aspek eksternal yaitu pemimpin harus mengetahui situasi masyarakat diluar organisasi dan perkembangan organisasi lain. Kelebihan – kelebihan yang perlu di miliki sebagai seorang Pemimpin Kelebihan rokhaniah atau ahklak seperti jujur, adil, percaya diri sendiri, ramah, dapat dipercaya bijaksana, kuat keyakinan beragamanya, sederhana, berjiwa besar, berbudi luhur, berani,dll. Kelebihan jasmani seperti berbadan kuat, sehat, terampil, tangkas, dll. Kelebihan penggunaan nalar/ ratio yaitu cerdas, pandai, luas pandangannya mampu melihat kedepan, inisiatif, kretif, lancar berbicara,dll. Seorang pemimpin adalah orang yang dapat memimpin dan dapat dipimpin, dapat menjadi contoh teladan bagi anggotanya. Dalam Kepengelolaan Organisasi Siswa Intra Sekolah ( OSIS ) dituntut untuk mempunyai sifat – sifat kepemimpinan pendidikan. Mempunyai dedikasi yang tinggi terhadap tugas – tugasnya. Punya kemampuan dan loyal kepada pekerjaan. Profesional dalam segala hal, inovatif dalam gagasan, selalu menjadi contoh teladan yang baik, disiplin, komitmen dan jujur. Asas Kepemimpinan 1) Ke Tuhanan Yang Maha Esa ( Keyakinan agama yang kuat, taat menjalankan kewajiban agama ) 2) Ing ngarsa sung tuladha ( menjadi teladan bagi anggotanya ) 3) Ing madya mangun karso ( memberi motivasi, mengugah semangat anggotanya ) 4) Tut wuri handayani (memberi pengaruh yang baik dan mendorong anggotanmya untuk maju) 5) Waspada purba wisesa (mengawasi dan mengoreksi anggotanya ) 6) Ambeg parama arta ( mampu memilih dan memprioritaskan pekerjaan atau keputusan ) 7) Prasaja ( Tingkah laku dan cara hidup yang sederhana ) 8) Setya ( sikap loyal terhadap pimpinan, anggota dan sesama rekan ) 9) Hemat dan terbuka ( kesadaran dan kemampuan menggunakan secara tepat tenaga, waktu, harta dan kemauan, kerelaan, berani untuk mempertanggungjawabkan sikap dan tindakan dan berani menerima kritik ) 10) Pewaris ( kemauan, keikhlasan untuk pada saatnya menyerahkan tugas dan tanggungjawab serta kedudukan kepada generasi berikutnya ) Tugas dan tanggung jawab pemimpin Mengantarkan atau mengarahkan yaitu; mempengaruhi dan membawa anggotanya kearah tujuan atau cita-cita yang sudah ditetapkan. mengetahui artinya menempatkan diri sebagai orang yang dituakan, diandalkan dan mendapat kepercayaan dari anggotanya untuk mengambil keputusan. Mempelopori atau merintis yaitu menjadi pelopor,memberi contoh/teladan untukditiru. Memberi petunjuk, nasihat, petua agar pengikut-pengikutnya bersikap dan bertindak benar. Memberi bimbingan agar pengikut – pengikutnya maju dalam usaha/pekerjaannya,tidak putus
  • 6. asa dan berani bertindak. Membina guna meningkatkan pengetahuan dan ketermapilan anggotanya. Menggerakkan yaitu memberikan dorongan atas kepada anggotanya agar mau bekerja dan beusaha mencapai tujuan/cita – cita. Empat tanggung jawab seorang pemimpin 1. Pada Tuhan Yang Maha Esa 2. Pada diri sendiri dan orang lain 3. Pada masyarakat 4. Pada bangsa dan negara Mari kita mengenal INDIKATOR DAYA KEPEMIMPINAN diri pribadi atau Anda sekalian. menurut FRANCES KAMES pakar pendidikan dari AS memberikan beberapa panduan yang bisa dijadikan indikasi kadar kepemimpinan. Berilah tanda pada keadaan dibawah ini yang memang dimiliki oleh saudara: No Sifat dan Tindakan Ceklist 1 Memiliki kepintaran diatas rata – rata 2 Persuasif 3 Suka melakukan banyak aktivitas 4 Bertanggung jawab 5 Tekun 6 Bisa menghadapi tekanan teman –temannya, terutama yang berusia lebih tua. 7 Memiliki cita –cita dan menunjukan usaha untuk menggapainya. 8 Mempunyai kemampuan dalam membuat keputusan. 9 Percaya diri 10 Peka terhadap kebutuhan orang lain. 11 Mandiri 12 Berinisiatif tinggi 13 Mampu bertingkah laku adil pada sesama 14 Suka bergaul Jika menemukan ada beberapa dari ciri atau tingkah laku di atas yang dimiliki saudara, berarti saudara memiliki bakat memimpin. Jika tidak ada satu pun yang dimilki saudara, tidak perlu khawatir. Anda bisa memulai dengan berusaha untuk bisa melaksanakan dan menumbuhkan kemampuan memimpin melalui belajar dan mencontoh pemimpin –pemimpin besar untuk ditiru dan diterapkan dalam hidup keseharian.Tidak ada kata terlambat untuk mengembangkan kemampuan memimpin. Setiap manusia itu sesungguhnya adalah pemimpin tergantung dari bagaimana manusia melihat diri dan masa depannya Jumat, 13 Maret 2009
  • 7. Pengertian Kepemimpinan (Leadership) Stogdill (1974) menyimpulkan bahwa banyak sekali definisi mengenai kepemimpinan. Hal ini dikarenakan banyak sekali orang yang telah mencoba mendefinisikan konsep kepemimpinan tersebut. Namun demikian, semua definisi kepemimpinan yang ada mempunyai beberapa unsur yang sama. Sarros dan Butchatsky (1996), "leadership is defined as the purposeful behaviour of influencing others to contribute to a commonly agreed goal for the benefit of individual as well as the organization or common good". Menurut definisi tersebut, kepemimpinan dapat didefinisikan sebagai suatu perilaku dengan tujuan tertentu untuk mempengaruhi aktivitas para anggota kelompok untuk mencapai tujuan bersama yang dirancang untuk memberikan manfaat individu dan organisasi. Sedangkan menurut Anderson (1988), "leadership means using power to influence the thoughts and actions of others in such a way that achieve high performance". Berdasarkan definisi-definisi di atas, kepemimpinan memiliki beberapa implikasi. Antara lain: Pertama: kepemimpinan berarti melibatkan orang atau pihak lain, yaitu para karyawan atau bawahan (followers). Para karyawan atau bawahan harus memiliki kemauan untuk menerima arahan dari pemimpin. Walaupun demikian, tanpa adanya karyawan atau bawahan, kepemimpinan tidak akan ada juga. Kedua: seorang pemimpin yang efektif adalah seseorang yang dengan kekuasaannya (his or herpower) mampu menggugah pengikutnya untuk mencapai kinerja yang memuaskan. Menurut French dan Raven (1968), kekuasaan yang dimiliki oleh para pemimpin dapat bersumber dari: Reward power, yang didasarkan atas persepsi bawahan bahwa pemimpin mempunyai kemampuan dan sumberdaya untuk memberikan penghargaan kepada bawahan yang mengikuti arahan-arahan pemimpinnya. Coercive power, yang didasarkan atas persepsi bawahan bahwa pemimpin mempunyai kemampuan memberikan hukuman bagi bawahan yang tidak mengikuti arahan-arahan pemimpinnya
  • 8. Legitimate power, yang didasarkan atas persepsi bawahan bahwa pemimpin mempunyai hak untuk menggunakan pengaruh dan otoritas yang dimilikinya. Referent power, yang didasarkan atas identifikasi (pengenalan) bawahan terhadap sosok pemimpin. Para pemimpin dapat menggunakan pengaruhnya karena karakteristik pribadinya, reputasinya atau karismanya. Expert power, yang didasarkan atas persepsi bawahan bahwa pemimpin adalah seeorang yang memiliki kompetensi dan mempunyai keahlian dalam bidangnya. Para pemimpin dapat menggunakan bentuk-bentuk kekuasaan atau kekuatan yang berbeda untuk mempengaruhi perilaku bawahan dalam berbagai situasi. Ketiga: kepemimpinan harus memiliki kejujuran terhadap diri sendiri (integrity), sikap bertanggungjawab yang tulus (compassion), pengetahuan (cognizance), keberanian bertindak sesuai dengan keyakinan (commitment), kepercayaan pada diri sendiri dan orang lain (confidence) dan kemampuan untuk meyakinkan orang lain (communication) dalam membangun organisasi. Walaupun kepemimpinan (leadership) seringkali disamakan dengan manajemen (management), kedua konsep tersebut berbeda. Perbedaan antara pemimpin dan manajer dinyatakan secara jelas oleh Bennis and Nanus (1995). Pemimpin berfokus pada mengerjakan yang benar sedangkan manajer memusatkan perhatian pada mengerjakan secara tepat ("managers are people who do things right and leaders are people who do the right thing, "). Kepemimpinan memastikan tangga yang kita daki bersandar pada tembok secara tepat, sedangkan manajemen mengusahakan agar kita mendaki tangga seefisien mungkin. Model-Model Kepemimpinan Banyak studi mengenai kecakapan kepemimpinan (leadership skills) yang dibahas dari berbagai perspektif yang telah dilakukan oleh para peneliti. Analisis awal tentang kepemimpinan, dari tahun 1900-an hingga tahun 1950-an, memfokuskan perhatian pada perbedaan karakteristik antara pemimpin (leaders) dan pengikut/karyawan (followers). Karena hasil penelitian pada saat periode tersebut menunjukkan bahwa tidak terdapat satu pun sifat atau watak (trait) atau kombinasi sifat atau watak yang dapat menerangkan sepenuhnya tentang kemampuan para pemimpin, maka perhatian para peneliti bergeser pada masalah pengaruh situasi terhadap kemampuan dan tingkah laku para pemimpin. Studi-studi kepemimpinan selanjutnya berfokus pada tingkah laku yang diperagakan oleh para pemimpin yang efektif. Untuk memahami faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi tingkah laku para pemimpin yang efektif, para peneliti menggunakan model kontingensi (contingency model). Dengan model kontingensi tersebut para peneliti menguji keterkaitan antara watak pribadi, variabel-variabel situasi dan keefektifan pemimpin. Studi-studi tentang kepemimpinan pada tahun 1970-an dan 1980-an, sekali lagi memfokuskan
  • 9. perhatiannya kepada karakteristik individual para pemimpin yang mempengaruhi keefektifan mereka dan keberhasilan organisasi yang mereka pimpin. Hasil-hasil penelitian pada periode tahun 1970-an dan 1980-an mengarah kepada kesimpulan bahwa pemimpin dan kepemimpinan adalah persoalan yang sangat penting untuk dipelajari (crucial), namun kedua hal tersebut disadari sebagai komponen organisasi yang sangat komplek. Dalam perkembangannya, model yang relatif baru dalam studi kepemimpinan disebut sebagai model kepemimpinan transformasional. Model ini dianggap sebagai model yang terbaik dalam menjelaskan karakteristik pemimpin. Konsep kepemimpinan transformasional ini mengintegrasikan ide-ide yang dikembangkan dalam pendekatan watak, gaya dan kontingensi. Berikut ini akan dibahas tentang perkembangan pemikiran ahli-ahli manajemen mengenai model-model kepemimpinan yang ada dalam literatur. (a) Model Watak Kepemimpinan (Traits Model of Leadership) Pada umumnya studi-studi kepemimpinan pada tahap awal mencoba meneliti tentang watak individu yang melekat pada diri para pemimpin, seperti misalnya: kecerdasan, kejujuran, kematangan, ketegasan, kecakapan berbicara, kesupelan dalam bergaul, status sosial ekonomi mereka dan lain-lain (Bass 1960, Stogdill 1974). Stogdill (1974) menyatakan bahwa terdapat enam kategori faktor pribadi yang membedakan antara pemimpin dan pengikut, yaitu kapasitas, prestasi, tanggung jawab, partisipasi, status dan situasi. Namun demikian banyak studi yang menunjukkan bahwa faktor-faktor yang membedakan antara pemimpin dan pengikut dalam satu studi tidak konsisten dan tidak didukung dengan hasil-hasil studi yang lain. Disamping itu, watak pribadi bukanlah faktor yang dominant dalam menentukan keberhasilan kinerja manajerial para pemimpin. Hingga tahun 1950-an, lebih dari 100 studi yang telah dilakukan untuk mengidentifikasi watak atau sifat personal yang dibutuhkan oleh pemimpin yang baik, dan dari studi- studi tersebut dinyatakan bahwa hubungan antara karakteristik watak dengan efektifitas kepemimpinan, walaupun positif, tetapi tingkat signifikasinya sangat rendah (Stogdill 1970). Bukti-bukti yang ada menyarankan bahwa "leadership is a relation that exists between persons in a social situation, and that persons who are leaders in one situation may not necessarily be leaders in other situation" (Stogdill 1970). Apabila kepemimpinan didasarkan pada faktor situasi, maka pengaruh watak yang dimiliki oleh para pemimpin mempunyai pengaruh yang tidak signifikan. Kegagalan studi- studi tentang kepimpinan pada periode awal ini, yang tidak berhasil meyakinkan adanya hubungan yang jelas antara watak pribadi pemimpin dan kepemimpinan, membuat para peneliti untuk mencari faktor- faktor lain (selain faktor watak), seperti misalnya faktor situasi, yang diharapkan dapat secara jelas menerangkan perbedaan karakteristik antara pemimpin dan pengikut. (b) Model Kepemimpinan Situasional (Model of Situasional Leadership) Model kepemimpinan situasional merupakan pengembangan model watak kepemimpinan dengan fokus utama faktor situasi sebagai variabel penentu kemampuan kepemimpinan. Studi tentang kepemimpinan situasional mencoba mengidentifikasi karakteristik situasi atau keadaan sebagai
  • 10. faktor penentu utama yang membuat seorang pemimpin berhasil melaksanakan tugas-tugas organisasi secara efektif dan efisien. Dan juga model ini membahas aspek kepemimpinan lebih berdasarkan fungsinya, bukan lagi hanya berdasarkan watak kepribadian pemimpin. Hencley (1973) menyatakan bahwa faktor situasi lebih menentukan keberhasilan seorang pemimpin dibandingkan dengan watak pribadinya. Menurut pendekatan kepemimpinan situasional ini, seseorang bisa dianggap sebagai pemimpin atau pengikut tergantung pada situasi atau keadaan yang dihadapi. Banyak studi yang mencoba untuk mengidentifikasi karakteristik situasi khusus yang bagaimana yang mempengaruhi kinerja para pemimpin. Hoy dan Miskel (1987), misalnya, menyatakan bahwa terdapat empat faktor yang mempengaruhi kinerja pemimpin, yaitu sifat struktural organisasi (structural properties of the organisation), iklim atau lingkungan organisasi (organisational climate), karakteristik tugas atau peran (role characteristics) dan karakteristik bawahan (subordinate characteristics). Kajian model kepemimpinan situasional lebih menjelaskan fenomena kepemimpinan dibandingkan dengan model terdahulu. Namun demikian model ini masih dianggap belum memadai karena model ini tidak dapat memprediksikan kecakapan kepemimpinan (leadership skills) yang mana yang lebih efektif dalam situasi tertentu. (c) Model Pemimpin yang Efektif (Model of Effective Leaders) Model kajian kepemimpinan ini memberikan informasi tentang tipe-tipe tingkah laku (types of behaviours) para pemimpin yang efektif. Tingkah laku para pemimpin dapat dikatagorikan menjadi dua dimensi, yaitu struktur kelembagaan (initiating structure) dan konsiderasi (consideration). Dimensi struktur kelembagaan menggambarkan sampai sejauh mana para pemimpin mendefinisikan dan menyusun interaksi kelompok dalam rangka pencapaian tujuan organisasi serta sampai sejauh mana para pemimpin mengorganisasikan kegiatan-kegiatan kelompok mereka. Dimensi ini dikaitkan dengan usaha para pemimpin mencapai tujuan organisasi. Dimensi konsiderasi menggambarkan sampai sejauh mana tingkat hubungan kerja antara pemimpin dan bawahannya, dan sampai sejauh mana pemimpin memperhatikan kebutuhan sosial dan emosi bagi bawahan seperti misalnya kebutuhan akan pengakuan, kepuasan kerja dan penghargaan yang mempengaruhi kinerja mereka dalam organisasi. Dimensi konsiderasi ini juga dikaitkan dengan adanya pendekatan kepemimpinan yang mengutamakan komunikasi dua arah, partisipasi dan hubungan manusiawi (human relations). Halpin (1966), Blake and Mouton (1985) menyatakan bahwa tingkah laku pemimpin yang efektif cenderung menunjukkan kinerja yang tinggi terhadap dua aspek di atas. Mereka berpendapat bahwa pemimpin yang efektif adalah pemimpin yang menata kelembagaan organisasinya secara sangat terstruktur, dan mempunyai hubungan yang persahabatan yang sangat baik, saling percaya, saling menghargai dan senantiasa hangat dengan bawahannya. Secara ringkas, model kepemimpinan efektif ini mendukung anggapan bahwa pemimpin yang efektif adalah pemimpin yang dapat menangani kedua aspek organisasi dan manusia sekaligus dalam organisasinya. (d) Model Kepemimpinan Kontingensi (Contingency Model) Studi kepemimpinan jenis ini memfokuskan perhatiannya pada kecocokan antara karakteristik watak pribadi pemimpin, tingkah lakunya dan variabel-variabel situasional. Kalau model kepemimpinan
  • 11. situasional berasumsi bahwa situasi yang berbeda membutuhkan tipe kepemimpinan yang berbeda, maka model kepemimpinan kontingensi memfokuskan perhatian yang lebih luas, yakni pada aspek- aspek keterkaitan antara kondisi atau variabel situasional dengan watak atau tingkah laku dan kriteria kinerja pemimpin (Hoy and Miskel 1987). Model kepemimpinan Fiedler (1967) disebut sebagai model kontingensi karena model tersebut beranggapan bahwa kontribusi pemimpin terhadap efektifitas kinerja kelompok tergantung pada cara atau gaya kepemimpinan (leadership style) dan kesesuaian situasi (the favourableness of the situation) yang dihadapinya. Menurut Fiedler, ada tiga faktor utama yang mempengaruhi kesesuaian situasi dan ketiga faktor ini selanjutnya mempengaruhi keefektifan pemimpin. Ketiga faktor tersebut adalah hubungan antara pemimpin dan bawahan (leader-member relations), struktur tugas (the task structure) dan kekuatan posisi (position power). Hubungan antara pemimpin dan bawahan menjelaskan sampai sejauh mana pemimpin itu dipercaya dan disukai oleh bawahan, dan kemauan bawahan untuk mengikuti petunjuk pemimpin. Struktur tugas menjelaskan sampai sejauh mana tugas-tugas dalam organisasi didefinisikan secara jelas dan sampai sejauh mana definisi tugas-tugas tersebut dilengkapi dengan petunjuk yang rinci dan prosedur yang baku. Kekuatan posisi menjelaskan sampai sejauh mana kekuatan atau kekuasaan yang dimiliki oleh pemimpin karena posisinya diterapkan dalam organisasi untuk menanamkan rasa memiliki akan arti penting dan nilai dari tugas-tugas mereka masing-masing. Kekuatan posisi juga menjelaskan sampai sejauh mana pemimpin (misalnya) menggunakan otoritasnya dalam memberikan hukuman dan penghargaan, promosi dan penurunan pangkat (demotions).Model kontingensi yang lain, Path-Goal Theory, berpendapat bahwa efektifitas pemimpin ditentukan oleh interaksi antara tingkah laku pemimpin dengan karakteristik situasi (House 1971). Menurut House, tingkah laku pemimpin dapat dikelompokkan dalam 4 kelompok: supportive leadership (menunjukkan perhatian terhadap kesejahteraan bawahan dan menciptakan iklim kerja yang bersahabat), directive leadership (mengarahkan bawahan untuk bekerja sesuai dengan peraturan, prosedur dan petunjuk yang ada), participative leadership (konsultasi dengan bawahan dalam pengambilan keputusan) dan achievement- oriented leadership (menentukan tujuan organisasi yang menantang dan menekankan perlunya kinerja yang memuaskan). MenurutPath-Goal Theory, dua variabel situasi yang sangat menentukan efektifitas pemimpin adalah karakteristik pribadi para bawahan/karyawan dan lingkungan internal organisasi seperti misalnya peraturan dan prosedur yang ada. Walaupun model kepemimpinan kontingensi dianggap lebih sempurna dibandingkan modelmodel sebelumnya dalam memahami aspek kepemimpinan dalam organisasi, namun demikian model ini belum dapat menghasilkan klarifikasi yang jelas tentang kombinasi yang paling efektif antara karakteristik pribadi, tingkah laku pemimpin dan variabel situasional. (e) Model Kepemimpinan Transformasional (Model of Transformational Leadership) Model kepemimpinan transformasional merupakan model yang relatif baru dalam studi-studi
  • 12. kepemimpinan. Burns (1978) merupakan salah satu penggagas yang secara eksplisit mendefinisikan kepemimpinan transformasional. Menurutnya, untuk memperoleh pemahaman yang lebih baik tentang model kepemimpinan transformasional, model ini perlu dipertentangkan dengan model kepemimpinan transaksional. Kepemimpinan transaksional didasarkan pada otoritas birokrasi dan legitimasi di dalam organisasi. Pemimpin transaksional pada hakekatnya menekankan bahwa seorang pemimpin perlu menentukan apa yang perlu dilakukan para bawahannya untuk mencapai tujuan organisasi. Disamping itu, pemimpin transaksional cenderung memfokuskan diri pada penyelesaian tugas-tugas organisasi. Untuk memotivasi agar bawahan melakukan tanggungjawab mereka, para pemimpin transaksional sangat mengandalkan pada sistem pemberian penghargaan dan hukuman kepada bawahannya. Sebaliknya, Burns menyatakan bahwa model kepemimpinan transformasional pada hakekatnya menekankan seorang pemimpin perlu memotivasi para bawahannya untuk melakukan tanggungjawab mereka lebih dari yang mereka harapkan. Pemimpin transformasional harus mampu mendefinisikan, mengkomunikasikan dan mengartikulasikan visi organisasi, dan bawahan harus menerima dan mengakui kredibilitas pemimpinnya.Hater dan Bass (1988) menyatakan bahwa "the dynamic of transformational leadership involve strong personal identification with the leader, joining in a shared vision of the future, or goingbeyond the self-interest exchange of rewards for compliance". Dengan demikian, pemimpin transformasional merupakan pemimpin yang karismatik dan mempunyai peran sentral dan strategis dalam membawa organisasi mencapai tujuannya. Pemimpin transformasional juga harusmempunyai kemampuan untuk menyamakan visi masa depan dengan bawahannya, serta mempertinggi kebutuhan bawahan pada tingkat yang lebih tinggi dari pada apa yang mereka butuhkan. Menurut Yammarino dan Bass (1990), pemimpin transformasional harus mampu membujuk para bawahannya melakukan tugas- tugas mereka melebihi kepentingan mereka sendiri demi kepentingan organisasi yang lebih besar. Yammarino dan Bass (1990) juga menyatakan bahwa pemimpin transformasional mengartikulasikan visi masa depan organisasi yang realistik, menstimulasi bawahan dengan cara yang intelektual, dan menaruh parhatian pada perbedaan-perbedaan yang dimiliki oleh bawahannya. Dengan demikian, seperti yang diungkapkan oleh Tichy and Devanna (1990), keberadaan para pemimpin transformasional mempunyai efek transformasi baik pada tingkat organisasi maupun pada tingkat individu. Dalam buku mereka yang berjudul "Improving Organizational Effectiveness through Transformational Leadership", Bass dan Avolio (1994) mengemukakan bahwa kepemimpinan transformasional mempunyai empat dimensi yang disebutnya sebagai "the Four I's". Dimensi yang pertama disebutnya sebagai idealized influence (pengaruh ideal). Dimensi yang pertama ini digambarkan sebagai perilaku pemimpin yang membuat para pengikutnya mengagumi, menghormati dan sekaligus mempercayainya. Dimensi yang kedua disebut sebagai inspirational motivation (motivasi inspirasi). Dalam dimensi ini, pemimpin transformasional digambarkan sebagai pemimpin yang mampu mengartikulasikan pengharapan yang jelas terhadap prestasi bawahan, mendemonstrasikan komitmennya terhadap seluruh tujuan organisasi, dan mampu menggugah spirit tim dalam organisasi melalui penumbuhan entusiasme dan optimisme. Dimensi yang ketiga disebut sebagai intellectual stimulation (stimulasi intelektual). Pemimpin transformasional harus mampu menumbuhkan ide-ide baru, memberikan solusi yang kreatif terhadap permasalahan-permasalahan yang dihadapi bawahan, dan memberikan motivasi
  • 13. kepada bawahan untuk mencari pendekatan-pendekatan yang baru dalam melaksanakan tugas-tugas organisasi. Dimensi yang terakhir disebut sebagai individualized consideration (konsiderasi individu). Dalam dimensi ini, pemimpin transformasional digambarkan sebagai seorang pemimpin yang mau mendengarkan dengan penuh perhatian masukan-masukan bawahan dan secara khusus mau memperhatikan kebutuhan-kebutuhan bawahan akan pengembangan karir. Walaupun penelitian mengenai model transformasional ini termasuk relatif baru, beberapa hasil penelitian mendukung validitas keempat dimensi yang dipaparkan oleh Bass dan Avilio di atas. Banyak peneliti dan praktisi manajemen yang sepakat bahwa model kepemimpinan transformasional merupakan konsep kepemimpinan yang terbaik dalam menguraikan karakteristik pemimpin (Sarros dan Butchatsky 1996). Konsep kepemimpinan transformasional ini mengintegrasikan ide-ide yang dikembangkan dalam pendekatan-pendekatan watak (trait), gaya (style) dan kontingensi, dan juga konsep kepemimpinan transformasional menggabungkan dan menyempurnakan konsep-konsep terdahulu yang dikembangkan oleh ahli-ahli sosiologi (seperti misalnya Weber 1947) dan ahli-ahli politik (seperti misalnya Burns 1978). Beberapa ahli manajemen menjelaskan konsep-konsep kepimimpinan yang mirip dengan kepemimpinan transformasional sebagai kepemimpinan yang karismatik, inspirasional dan yang mempunyai visi (visionary). Meskipun terminologi yang digunakan berbeda, namun fenomenafenomana kepemimpinan yang digambarkan dalam konsep-konsep tersebut lebih banyak persamaannya daripada perbedaannya. Bryman (1992) menyebut kepemimpinan transformasional sebagai kepemimpinan baru (the new leadership), sedangkan Sarros dan Butchatsky (1996) menyebutnya sebagai pemimpin penerobos (breakthrough leadership). Disebut sebagai penerobos karena pemimpim semacam ini mempunyai kemampuan untuk membawa perubahan-perubahan yang sangat besar terhadap individu-individu maupun organisasi dengan jalan: memperbaiki kembali (reinvent) karakter diri individu-individu dalam organisasi ataupun perbaikan organisasi, memulai proses penciptaan inovasi, meninjau kembali struktur, proses dan nilai-nilai organisasi agar lebih baik dan lebih relevan, dengan cara-cara yang menarik dan menantang bagi semua pihak yang terlibat, dan mencoba untuk merealisasikan tujuan-tujuan organisasi yang selama ini dianggap tidak mungkin dilaksanakan. Pemimpin penerobos memahami pentingnya perubahan- perubahan yang mendasar dan besar dalam kehidupan dan pekerjaan mereka dalam mencapai hasil- hasil yang diinginkannya. Pemimpin penerobos mempunyai pemikiran yang metanoiac, dan dengan bekal pemikiran ini sang pemimpin mampu menciptakan pergesaran paradigma untuk mengembangkan Praktekorganisasi yang sekarang dengan yang lebih baru dan lebih relevan. Metanoia berasaldari kata Yunani meta yang berarti perubahan, dan nous/noos yang berarti pikiran. Dengan perkembangan globalisasi ekonomi yang makin nyata, kondisi di berbagai pasar dunia makin ditandai dengan kompetisi yang sangat tinggi (hyper-competition). Tiap keunggulan daya saing perusahaan yang terlibat dalam permainan global (global game) menjadi bersifat sementara (transitory). Oleh karena itu, perusahaan sebagai pemain dalam permainan global harus terus menerus mentransformasi seluruh aspek manajemen internal perusahaan agar selalu relevan dengan kondisi persaingan baru. Pemimpin transformasional dianggap sebagai model pemimpin yang tepat dan yang mampu untuk
  • 14. terus-menerus meningkatkan efisiensi, produktifitas, dan inovasi usaha guna meningkatkan daya saing dalam dunia yang lebih bersaing. Komunikasi Seorang Pemimpin: Bukan Memerintah Tetapi Bermohon Oleh : ROSFAIRIL Kepala SMAN 3 Batusangkar Peranan seorang pemimpin sangat penting untuk keharmonisan suatu tatanan social atau organisasi. Seorang pemimpin memiliki banyak peran dan dua di antaranya adalah untuk : 1) menyelesaikan tugas untuk bisa mencapai target atau perencanaan, 2) memelihara hubungan yang efektif dengan bawahan dan juga membina hubungan baik sesama bawahan. Berdasarkan poinh di atas terlihat bahwa seorang pemimpin perlu memiliki ―kiat‖ dalam menjalankan perannya. Ia harus cerdas dalam menyelesaikan harapan/ tugas sesuai dengan target yang ditetapkan. Ia juga perlu memiliki kemampuan untuk membangun ―jembatan hati‖ inter personal dalam organisasi yang dipimpinnya. Pemimpin yang hanya pandai untuk menuntut target lebih tepat untuk hidup kembali di masa lalu (pemimpin yang otoriter). Sementara seorang pemimpin yang pro dengan kehidupan modern (pemimpin bergaya humanistik) perlu memiliki kemampuan untuk ―merangkai keterpautan hati‖ dengan sesama dalam zona kepemimpinannya. Ia perlu menjaga suasana sehati atau ―one heart situation‖. Mengapa sering terjadi konflik internal dalam suatu organisasi ? Konflik tersebut dapat menghambat percepatan pencapaian target yang diinginkan. Adalah fenomena di lapangan bahwa sering suatu organisasi sulit untuk mewujudkan tujuannya. Penyebabnya adalah ketidaksamaan paham di antara masing-masing personal. Kondisi awal pemicu adalah karena tidak tersambungnya jembatan hati satu sama lain. Kemudian mem dengan munculnya rasa ―tidak senang‖ dengan sesama anggota dan selanjutnya berkembang rasa ―saling mencurigai, saling menyalahkan, dan saling menjatuhkan‖. Ini kemudian akan bermuara pada kehancuran suatu organisasi itu sendiri. Jika sampai pada titik klimaks, maka tamatlah riwayat peranan seorang pemimpin. Seorang ahli tentang kemimpinan, Hildan Carol (1977), berpendapat bahwa seorang pemimpinan adalah seseorang yang memiliki kemampuan untuk mendorong sejumlah orang untuk bekerja
  • 15. sama dalam melaksanakan kegiatan yang terarah (mencapai tujuan bersama). Dari pengertian ini dan berdasarkan implementasinya di lapangan akan terlihat dua dimensi fungsi yaitu: pertama, dimensi yang berkenaan dengan tingkat kemampuan dalam mengarahkan (direction ability), dan kedua, berkenaan tingkat dukungan atau support atau keterlibatan orang yang dipimpin. Dimensi dalam direction ability dapat dilihat pada kemampuan pemimpin untuk mendorong orang lain agar bekerja. Sementara dimensi support bawahan (dukungan dari orang yang dipimpin) sangat berguna dalam melaksanakan tugas pokok- terlihat dari bentuk kerjasama dalam melaksanakan kegiatan yang terarah demi mencapai tujuan bersama. Dalam operasionalnya bahwa dimensi kepemimpinan akan terlihat dalam bentuk fungsi dari seorang pemimpin. Beberapa fungsi pokok dari kepemimpinan adalah: 1) fungsi instructif (memberi perintah), 2) fungsi konsultatif ( tempat bertukar pendapat), 3) fungsi partisipatif (pemberian kontribusi untuk mencapai tujuan), 4) fungsi delegasi (pelimpahan beberapa kewenangan pada anggota) dan, 5) fungsi pengendalian. Strategi adalah langkah-langkah khusus untuk mencapai sasaran. Seorang pemimpin perlu memiliki strategi untuk mencapai sasarannya. Sekali lagi bahwa seorang pemimpin perlu peduli untuk membangun ―keterpautan( jembatan ) hati‖ antar sesama anggota. Seorang pemimpin perlu memiliki strategi yang tepat untuk mewujudkan tujuan organisasi. Kesalahan dalam menempatkan strategi akan menimbulkan kegagalan dalam memimpin. Dari pengalaman berorganisasi, bahwa ―pemimpin yang lebih dominan menggunakan‖ fungsi instructif- yaitu serba gemar memerintah ―tolong kerjakan ini…, tolong kerjakan itu, jangan lakukan ini…dan jangan lakukan itu‖ ketimbang menggunakan fungsi konsultatif, fungsi partisipatif serta fungsi delegatif, cendrung membuat dia menjadi pemimpin bergaya otoriter. Tentu saja ada penekanan- penekanan sari setiap fungsi kepemimpinan tersebut. Pada fungsi intructif, pemimpin menitik beratkan kepada pencapaian tujuan, namun sering mengabaikan rasa humaniora (penghargaan rasa kemanusiaan). Pada hal kunci utama untuk mencapai tujuan yang diinginkan terletak bagaimana seorang pemimpin mampu membangun semangat (memotivasi) anggotanya untuk bekerja. Pemimpin perlu memperlakukan karyawannya (anggota) sesuai dengan porsi dari tingkat keberadaannya. Pemimpin perlu untuk pandai menghargai orang lai- bawahannya. ―Ya, hargailah sekecil apapun jasa dan hasil kerjanya. Sebab dengan cara demikian, orang akan melipatgandakan potensinya demi kepentingan bersama‖. Perlu diingat bahwa ini pula yang akan membawa pemimpin menjadi sukses dan hebat, Sukses, hebat dan pentingnya seorang pemimpin, sebenarnya bukan karena mengatakan dia orang hebat dan penting, namun karena ia mampu melakukan pekerjaan-pekerjaan hebat dan juga mampu menjadikan orang/ anggotanya menjadi hebat. ―Kesuksesan baru ada, kalau juga ada pengakuan aktualisasi kita sebagai pemimpin yang hebat‖. Seyogiyanya seorang pemimpin harus memperlihatkan kepada orang yang dipimpin bahwa dia tetap berada dalam kontek ―berpikir positif‖ dan ―pro-aktif‖ dengan kemampuann yang dimilikinya. Hal ini dalam pandangan
  • 16. bawahannya akan memberikan kontribusi lebih positif. Citra positif pemimpin perlu di jaga agar ia selalu tetap berada di hati bawahan. Tidak menjadi persoalan apapun bentuk lini kepemimpinannya dan apapun pekerjaan yang dikelola. Kesuksesan pemimpin sangat tergantung pada kemampuan untuk menjaga interaksi dengan orang lain (bawahan) secara efektif dan harmonis. Berkaitan dengan paparan tentang kepemimpinan, maka sebetulnya ada satu aspek atau skill seseorang yang belum mendapat perhatian penuh selama ini. Yaitu aspek assertiveness. Assertivenes (keasertifan) maksudnya adalah kemampuan berbicara dan bertindak bertindak seseorang yang akan membuat orang lain merespon secara atentif (penuh perhatian) dan positif. Aspek- aspek ini sangat esensial dalam system kepemimpinan, namun sering terabaikan. Kunci pokok keberhasilan memimpin sebenarnya terletak pada aspek keasertifan. Pemimpin yang kurang mampu memancing respontif dari karyawannya akan mustahil dapat mengaktualisasikan diri dalam pekerjaannya. Maksudnya bahwa pemimpin (top leader) harus mampu menggelitik sumber energi kerja dari karyawan/anggotanya sehingga mereka bisa terangsang untuk berpartisipasi- memberikan respon atas apa yang diinginkan oleh pemimpin. Sumber kekuatan tersebut pada hakikatnya terletak pada hati. Maka intinya adalah ―jagalah ketersambungan hati‖ dan jangan buat jarak. Beberapa ―some do-s‖ dan ―some don’t-s‖ atau beberapa suruhan dan larangan dari pemimpin terhadap karyawannya. ―Selalulah membentengi hati karyawan dengan semangat yang menggebu-gebu. Sekali-sekali jangan sakiti hati mereka, buatlah karyawan menjadi rindu karena tidak bertemu dengan kita dalam satu hari. Jadikan ketersangkutan hati melekat dengan hati kita. Buatlah diri kita menjadi kebutuhan bagi mereka untuk berinovasi serta berimprovisasi dalam pekerjaannnya dan dengan keberadaan kita biarkan mereka berkembang sesuai dengan kodratnya sehingga mereka merasa tersanjung dan terhargai dengan demikian akan dilihat tumpukan energi pembangunan yang anya terselubung disudut hati yang paling dalam, ini akan membludak dengan dahsyat dalam bentuk produk sebuah pekerjaan‖. Terkadang pada saat tertentu, perasaan tidak mendapat perlakuan adil dari karyawan/angota yang tampil dengan pura-pura jatuh. Maka intinya adalah mohon berikan perhatian yang agak lebih padanya, seolah-olah ia berkata ― tolong bangkitkan saya…!‖. Di sinilah kepiawaian seorang pemimpin dalam mencermati secara bijak prilaku berpura-pura tersebut. Hal yang juga sangat penting untuk dijaga adalah ―hati dan perasaan bawahan jangan sampai terluka oleh perbuatan dan tindakan kita sebagai pemimpin, ini berguna agar bawahan selalu bersikap loyal‖. Jelas sudah bahwa keberhasilan seorang pemimpin bukan terletak pada banyak orang yang ikut dibawah kepemimpinannnya tetapi terletak pada berapa banyak orang loyal dengan yang dinginkannya. Keberhasilan pimpinan terletak pada berapa banyak orang yang loyal bukan pada banyak orang yang ikut, maka ini berarti bahwa keberhasilan kepemimpinan seseorang adalah seberapa jauh ia mampu memancing respon para anggota. Juga seberapa lama ia dapat menjaga interaktif secara harmonis.
  • 17. Mengakhiri tulisan ini bahwa kepemimpinan secara hakiki adalah bukanlah memerintah namun menyembah- ibarat alur sembah yang diperankan oleh ninik mamak dalam masyarakat Minangkabau, yaitu memohon pada orang agar mau berbuat untuk kita. Dalam hukum social bahwa setiap permintaan berarti posisi tangan selalu berada di bawah, bukan di atas. Maka untuk itu para pemimpin harus pandai-pandai dalam menempatkan diri, yaitu jangan meminta dengan kesombongan, karena kesombongan tidak akan mengantarkan kita pada harapan. Sebaliknya akan membuat jarak lebih jauh dari keinginan. Sebuah filosofi ―alfatihah (surat alfatihah) bahwa untuk mengakses kepemimpinan dalam kehidupan sehari-hari, dengan jelas bahwa Allah Azza Wajalla telah menggambarkan dalam surat alfatiha ―untuk sampai kepada permohonan, ada empat pujian yang dilakukan terlebih dahulu‖. Kalimat ―Ihdinasshirathal Mustaqiim- tunjukilah kami jalan yang lurus‖, adalah didahului dengan beberapa pujian antara lain: ―Alhamdulillahirabbul Alamin, Arrahmanirahim, malikiyaumiddin dan iya kana’budu waiya kanast’iin‖. Semua kalimat tersebut adalah pujian pada Allah- Sang Khalik, padahal tanpa dipuji Sang Khalik tetap esa dan tetap mulia. Namun manusia yang sangat miskin dengan kasih sayang jika memohon ―ya pandailah memuji terlebih dahulu‖ supaya apa yang diminta akan terkabul/ terbantu. Kepemimpinan yang dilandasi dengan gaya ―membentak dan menghardik‖ akan membuat para anggota tidak menjadi hormat, melainkan akan bersikap tidak baik. Pendapat ahli bahwa seorang pemimpin diterima oleh masyarakat, ―80 % ditentukan oleh kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritualnya‖. Porsi kecerdasan intelektual hanya 20 %. Malah di Amerika Serikat fenomena tersebut mengalami sedikit pergeseran, yaitu bahwa ―90 % kegagalan seorang pemimpin‖ dipengaruhi oleh perilaku buruk sang pemimpin. Akhir kata, jadilah pemimpin yang amanah, sesuai dengan sunnatullah. Sebab siapapun yang kita pimpin (dalam kontek bagaimanapun) maka pertanggung jawaban akan tetap diminta oleh sang Khalik di Yaumil Mahsyar nanti. Nabi Muhammad Saw bersabda: ―setiap kamu adalah pemimpin dan setiap apa yang kamu pimpin akan diminta pertanggung jawaban disisi Allah. Dalam memimpin jadikanlah Alquran sebagai tuntunan‖. Moga moga para pemimpin member kontribusi untuk keharmonisan hidup masyarakat, amiin. Sep 14, '06 10:49 AM Komunikasi Kepemimpinan untuk semuanya Kategori: Lainnya Mengapa harus percaya diri? http://milis-bicara.blogspot.com/2006/08/tips-104-mengapa-harus-percaya-diri.html Dengan lebih percaya diri berbicara, Anda akan lebih percaya diri dalam segala aspek kehidupan Anda. Anda akan lebih percaya diri dalam
  • 18. bekerja, dalam berinteraksi dengan orang lain, dalam memimpin, menjual dan berpresentasi, dalam mengambil keputusan, dalam menentukan pilihan, dalam mengeksplorasi peluang, dalam memanfaatkan kesempatan, dalam mengatasi masalah dan hambatan. Apa artinya semua itu? Artinya, Anda akan lebih percaya diri dalam menggapai cita-cita, dalam meraih impian, dalam memenuhi target dan mencapai sasaran, dalam apapun yang Anda inginkan, dalam apapun yang Anda kerjakan. Fakta-fakta: 1. Dengan lebih percaya diri dalam berbicara, Anda akan lebih percaya diri lagi dalam mencapai kesuksesan. 2. Dengan anggota tim yang lebih percaya diri dalam berbicara, tim Anda akan lebih percaya diri dalam mencapai kesuksesan. 3. Dengan orang-orang di dalam perusahaan yang lebih percaya diri dalam berbicara, perusahaan Anda akan makin mendekati kesuksesan! Batch 1: Peserta puas 100%: http://speaking.indodigest.com/Feedback_Form-Batch-1.doc Batch 2: Peserta puas 100% http://speaking.indodigest.com/Feedback_Form-Batch-2.doc Tips #108: Komunikasi Kepemimpinan Materi oleh: Dr. John A. Kline Profesor komunikasi pada University of New Mexico dan University of Missouri Eksekutif Senior dan Provost Akademis pada kampus militer Air University Pengajar "Concepts for Air Force Leadership" Seperti yang dilakukan oleh orang lain, setiap tindakan, keputusan, dan arahan yang diambil atau diberikan oleh seorang pemimpin, juga dilakukan dengan berkomunikasi. Hanya saja, setiap pemimpin dituntut untuk lebih efektif dan efisien dalam berkomunikasi, mengingat krusialnya implikasi dari setiap tindakan, keputusan dan perilaku seorang pemimpin. Komunikasi kepemimpinan atau leadership communication, adalah sebuah model komunikasi bagi para pemimpin, di mana bentuk komunikasi disesuaikan dengan posisinya sebagai pemimpin. Ini berarti, ada spesifikasi khusus dari elemen bahasa yang digunakannya. Berikut ini adalah tips dari Dr. John A. Kline tentang bagaimana
  • 19. meningkatkan efektifitas komunikasi seorang pemimpin. MEMANCING UMPAN BALIK Umpan balik adalah hal penting bagi seorang pemimpin. Dengan umpan balik, seorang pemimpin akan mengambil keputusan dan menentukan langkah selanjutnya. Jika Anda adalah pemimpin, tips berikut ini bisa Anda terapkan untuk mendapatkan umpan balik yang efektif: 1. Katakan kepada bawahan, bahwa Anda menginginkan umpan balik. Doronglah mereka untuk menyampaikan kabar baik maupun kabar buruk. Pastikan bahwa Anda memberi semangat dan dorongan positif atas kabar buruknya, dan bukan malah menghukum mereka. 2. Identifikasikan wilayah atau area, di mana Anda menginginkan umpan balik. Komunikasikanlah minat Anda akan umpan balik, berkaitan dengan isu atau wilayah tertentu yang bisa membantu organisasi mencapai kondisi yang lebih baik. 3. Gunakan "kesunyian" untuk memancing umpan balik. Dengar dan pancinglah umpan balik, dengan lebih banyak mendengar daripada langsung memberi komentar terhadap isu yang diangkat oleh bawahan Anda. 4. Perhatikanlah sinyal non verbal yang didemonstrasikan mereka. 5. Pertimbangkanlah untuk menjadwalkan sebuah 'meeting umpan balik'. Ini lebih responsif dan terencana, bukan impulsif atau dadakan. 6. Gunakan pernyataan eksplisit untuk meminta umpan balik. "Coba ceritakan lebih jauh." "Itu menarik sekali." Lontarkan pertanyaan yang tidak hanya dijawab 'ya' atau 'tidak'. Gunakan pertanyaan 5W dan 1H. MENDENGAR EFEKTIF Berikut ini adalah tips untuk meningkatkan efektifitas 'pendengaran' Anda. 1. Mendengar butuh persiapan, jadi bersiap-siaplah untuk mendengar. Niatkan untuk mendengar. Persiapan untuk mendengar melibatkan mental dan fisik. Singkirkan kertas, buku dan berbagai materi lain, saat Anda akan mendengarkan bawahan Anda. Semua itu bisa mengganggu
  • 20. 'pendengaran' Anda. Beritahu sekretaris Anda untuk menahan telepon yang masuk. Hindari berbagai interupsi yang tidak perlu. Bersiaplah untuk mendengarkan kata pembuka dari bawahan Anda. Sisa dari pernyataannya akan dibangun oleh kata pembuka yang diucapkan bawahan Anda. 2. Dengarkan idenya, bukan hanya fakta-fakta yang disampaikan. Berkonsentrasilah secara khusus, pada fakta-fakta yang sering membuat Anda kehilangan ide utama. Berbagai fakta mungkin menarik bagi bawahan Anda, akan tetapi alasan di belakang fakta itulah yang seringkali membangun generalisasi di dalam pikiran mereka. 3. Tetaplah bersikap open-minded. Apa yang disampaikan atau cara penyampaiannya bisa jadi membosankan Anda. Jika tidak berhati-hati, Anda bisa terjerumus oleh sikap menghakimi, hanya mendengar sebagian pesan, atau hanya mendengar apa yang ingin Anda dengar. 4. Pahami perbedaan kecepatan antara proses berbicara dan proses mendengar. Kecepatan berpikir adalah sekian kali lipat lebih cepat daripada berbicara. Artinya, Anda mendengarkan lebih cepat dari pada bawahan Anda berbicara. Berhati-hatilah untuk tidak terjebak dalam 'menerawang' atau memikirkan hal lain pada saat mendengarkan bawahan Anda. 5. Sesuai nasihat Edward De Bono, pakailah sepatu bawahan Anda. Pahamilah sudut pandang mereka. Manfaatkan apa yang Anda ketahui tentang pemahaman mereka dan tentang segala hal yang melatarbelakanginya. Apa makna dari KOMBINASI kata-kata dan sinyal non verbal mereka? Tips ini juga berguna untuk meningkatkan efektifitas 'pendengaran' Anda: http://www.indodigest.com/indonesia-special-article-48.html MENGURANGI MISKOMUNIKASI 1. Kendala #1: Arti kata. Pertama, kata yang sama bisa memiliki arti yang berbeda bagi orang yang berbeda. "Lima menit" bisa berarti "segera", atau bisa berarti "300 detik". Pastikan hal ini. Kedua, kata yang berbeda bisa memiliki arti yang sama bagi orang yang
  • 21. berbeda. Ada banyak hal yang Anda ketahui, punya nama sama. Nama yang digunakan tergantung pada siapa yang sedang berbicara. Anda bisa menamai rumah dengan 'kandang', pesawat tempur dengan 'capung', kapal induk dengan 'paus', boss pemarah dengan 'orang gila' dan sebagainya. Untuk tidak terjebak, pahamilah sebuah fakta: Pengertian tidak terletak pada kata-kata, pengertian adanya pada manusia. Anda sebagai pemimpin, akan berkomunikasi dengan lebih efektif jika bisa menghubungkan pesan dengan pembawanya. 2. Kendala #2: Salah interpretasi atas tindakan. Kontak mata, gerak tubuh, dan ekspresi wajah adalah tindakan. Saat seseorang berjalan dengan cepat meninggalkan ruangan ketika sedang meeting, atau perilaku mengetuk-ngetukkan pensil ke atas meja, bisa disimpulkan sebagai sikap terburu-buru atau rasa bosan. Kesimpulan ini bisa benar dan bisa salah. Jika seseorang terlihat terbata-bata, Anda mungkin akan menyimpulkan bahwa dia gugup, padahal belum tentu. 3. Kendala #3: Salah interpretasi atas simbol non tindakan Pakaian yang Anda kenakan, kendaraan yang Anda pakai, benda-benda di ruang kantor Anda, semuanya mengkomunikasikan segala hal tentang Anda. Begitu pula, sikap hormat Anda atas waktu dan tempat yang diperlukan oleh orang lain, apa yang melekat padanya atau apa yang dikenakannya, mempengaruhi cara Anda menginterpretasi berbagai pesan mereka. Termasuk, pilihan waktu yang diambil oleh bawahan Anda. Misalnya, jika bawahan Anda melaporkan urusan dinas langsung ke rumah Anda setelah jam kerja, maka hal ini bisa mempengaruhi cara Anda memahami pesan yang dibawanya. 4. Kendala #4: Salah interpretasi suara. Kualitas dan variasi suara, mempengaruhi pemahaman Anda. Kualitas suara mengacu pada impresi terhadap orang lain. Anda sebagai pemimpin yang mendengar, sering terpengaruh oleh suara bawahan Anda. Apakah ia sedang senang, sedih, takut atau percaya diri. Pemahaman dan pengertian, tergantung pada artikulasi, pengucapan dan akurasi tata bahasa. Variasi suara, adalah bumbunya bicara. Ini berpengaruh pada kemampuan Anda dalam memahami pesan bawahan. BERKOMUNIKASI DENGAN PERSONIL KUNCI 1. Tunjukkan ketertarikan dan perhatian Anda yang asli, dengan ekspresi wajah, cara menegakkan kepala, dan gerak tubuh, yang merefleksikan keterbukaan dan dorongan positif untuk mereka.
  • 22. 2. Posisikan diri mereka senyaman mungkin di hadapan Anda. Ini bisa dilakukan jika Anda mendemonstrasikan posisi rileks dan menunjukkan rasa persahabatan. 3. Bersikaplah alamiah, sebab kemurnian dan ketulusan adalah fondasi untuk komunikasi yang efektif. 4. Jangan tunjukkan sikap superior secara berlebihan, atau berpura- pura menjadi seseorang yang bukan Anda. 5. Kembangkanlah komunikasi dengan komentar yang spontan, daripada merencanakan komentar dan argumen. 6. Hargai cara pandang mereka. 7. Capailah pemahaman tentang apa yang sebenarnya mereka maksudkan, tidak usah terlalu mengandalkan pada apa yang keluar dari mulutnya. 8. Kurangi sikap defensif Anda. 9. Jangan mendominasi pembicaraan, sehingga membuatnya hanya terdiam dan terpaku... 10. Dengarlah apa yang mereka katakan, dan tidak usah terlalu merencanakan apa yang akan Anda katakan. MENCAPAI KONSENSUS KELOMPOK 1. Klarifikasikan diskusi. Yakinkan bahwa aktivitas kelompok yang bersangkutan bisa dimengerti, teratur dan berfokus pada SATU isu pada SATU waktu.Doronglah setiap anggota kelompok agar tetap fokus, menghindari diskusi sempalan, dan mengklarifikasi isu dengan berbagai pertanyaan. 2. Gunakan 'pernyataan proses'. Pernyataan proses berkaitan dengan apa yang sedang terjadi pada kelompok yang bersangkutan. "Apa yang Anda katakan cukup masuk akal. Bagaimana dengan Anda yang lain?" "Sejauh ini, kita menyepakati dua poin yang pertama. Mari kita bergerak ke poin ketiga." "Anda sudah mendengar dari Tuan Midun?" Pernyataan proses akan sangat membantu dalam mencapai solusi dan kepuasan bersama.
  • 23. 3. Carilah perbedaan pandangan. Doronglah setiap anggota kelompok untuk menyampaikan cara pandangnya, dan memberi informasi atau bukti yang mendukung cara pandang itu. Ini penting untuk pembelajaran dan pencapaian solusi. Partisipasi akan membuat mereka merasa 'didengar' sehingga akan meningkatkan rasa puas mereka. 4. Tetaplah bersikap terbuka untuk menerima cara pandang yang berbeda. Waspadai gejala "merasa terbuka, akan tetapi tidak mau terpengaruh". 5. Gunakan kata ganti yang mewakili kelompok. Kami, kita, kita semua, Anda dan saya, tim, kelompok, perusahaan kita, organisasi ini, dan sebagainya. KESIMPULAN Pemimpin yang efektif memahami pentingnya komunikasi yang baik. Masalah dalam komunikasi dapat menyebabkan bottleneck di dalam organisasi. Jika lain kali, Anda sebagai pemimpin diuji dengan keinginan untuk menghukum dan menyalahkan bawahan, berhentilah, dan cek kembali 'botol' Anda. Yakinkan bahwa Anda mengecek lehernya, bukan pantatnya. KOMUNIKASI dalam ORGANISASI M anusia di dalam kehidupannya harus berkomunikasi, artinya memerlukan orang lain dan membutuhkan kelompok atau masyarakat untuk saling berinteraksi. Hal ini merupakan suatu hakekat bahwa sebagian besar pribadi manusia terbentuk dari hasil integrasi sosial dengan sesama dalam kelompok dan masyarakat. Di dalam kelompok/organisasi itu selalu terdapat bentuk kepemimpinan yang merupakan masalah penting untuk kelangsungan hidup kelompok, yang terdiri dari pemimpin dan bawahan/karyawan. Di antara kedua belah pihak harus ada two- way-communications atau komunikasi dua arah atau komunikasi timbal balik, untuk itu diperlukan adanya kerja sama yang diharapkan untuk mencapai cita-cita, baik cita-cita pribadi, maupun kelompok, untuk mencapai tujuan suatu organisasi. Kerja sama tersebut terdiri dari berbagai maksud yang meliputi hubungan sosial/kebudayaan. Hubungan yang terjadi merupakan suatu proses adanya suatu keinginan masing-masing individu, untuk memperoleh suatu hasil yang nyata dan dapat memberikan manfaat untuk kehidupan yang berkelanjutan. Hubungan yang dilakukan oleh unsur pimpinan antara lain kelangsungan hidup berorganisasi untuk mencapai perkembangan ke arah yang lebih baik dengan menciptakan hubungan kerja sama dengan bawahannya. Hubungan yang dilakukan oleh bawahan sudah tentu mengandung maksud untuk mendapatkan simpati dari pimpinan yang merupakan motivasi untuk
  • 24. meningkatkan prestasi kerja ke arah yang lebih baik. Hal ini tergantung dari kebutuhan dan cara masing-masing individu, karena satu sama lain erat hubungannya dengan keahlian dan tugas- tugas yang harus dilaksanakan. Bila sasaran komunikasi dapat diterapkan dalam suatu organisasi baik organisasi pemerintah, organisasi kemasyarakatan, maupun organisasi perusahaan, maka sasaran yang dituju pun akan beraneka ragam, tapi tujuan utamanya tentulah untuk mempersatukan individu-individu yang tergabung dalam organisasi tersebut. Berdasarkan sifat komunikasi dan jumlah komunikasi menurut Onong Uchyana Effendi, dalam bukunya ―Dimensi-Dimensi Komunikasi‖ hal. 50, komunikasi dapat digolongkan ke dalam tiga kategori: 1. Komunikasi antar pribadi Komunikasi ini penerapannya antara pribadi/individu dalam usaha menyampaikan informasi yang dimaksudkan untuk mencapai kesamaan pengertian, sehingga dengan demikian dapat tercapai keinginan bersama. 2. Komunikasi kelompok Pada prinsipnya dalam melakukan suatu komunikasi yang ditekankan adalah faktor kelompok, sehingga komunikasi menjadi lebih luas. Dalam usaha menyampaikan informasi, komunikasi dalam kelompok tidak seperti komunikasi antar pribadi. 3. Komunikasi massa Komunikasi massa dilakukan dengan melalui alat, yaitu media massa yang meliputi cetak dan elektronik. Dalam kehidupan organisasi terdiri dari berbagai unsur, yang mempunyai maksud dan tujuan agar organisasi yang dimilikinya tetap dipertahankan dan diarahkan demi untuk perkembangan yang lebih dinamis. Pada dasarnya komunikasi di dalam organisasi, terbagi kepada tiga bentuk: 1. Komunikasi vertikal Bentuk komunikasi ini merupakan bentuk komunikasi yang terjadi dari atas ke bawah dan sebaliknya. Artinya komunikasi yang disampaikan pimpinan kepada bawahan, dan dari bawahan kepada pimpinan secara timbal balik. Fungsi komunikasi ke bawah digunakan pimpinan untuk: a. Melaksanakan kebijaksanaan, prosedur kerja, peraturan, instruksi, mengenai pelaksanaan kerja bawahan.
  • 25. b. Menyampaikan pengarahan doktrinasi, evaluasi, teguran. c. Memberikan informasi mengenai tujuan organisasi, kebijaksanaan-kebijaksaan organisasi, insentif. Seorang pimpinan harus lebih memperhatikan komunikasi dengan bawahannya, dan memahami cara-cara mengambil kebijaksanaan, terhadap bawahannya. Keberhasilan organisasi dilandasi oleh perencanaan yang tepat, dan seorang pimpinan organisasi yang memiliki jiwa kepemimpinan. Kedua hal terseut merupakan modal utama untuk kemajuan organisasi yang dipimpinnya. Fungsi komunikasi ke atas digunakan untuk: a. Memberikan pengertian mengenai laporan prestasi kerja, saran, usulan, opini, permohonan bantuan, dan keluhan. b. Memperoleh informasi dari bawahan mengenai kegiatan dan pelaksanaan pekerjaan bawahan dari tingkat yang lebih rendah. Bawahan tentulah berharap agar ide, saran, pendapat, tanggapan maupun kritikannya dapat diterima dengan lapang dada, dan hati terbuka oleh pimpinan. 2. Komunikasi horizontal Bentuk komunikasi secara mendatar, diantara sesama karyawan dsbnya. Komunikasi horizontal sering kali berlangsung tidak formal. Fungsi komunikasi horizontal/ke samping digunakan oleh dua pihak yang mempunyai level yang sama. Komunikasi ini berlangsung dengan cara tatap muka, melalui media elektronik seperti telepon, atau melalui pesan tertulis. 3. Komunikasi diagonal Bentuk komunikasi ini sering disebut juga komunikasi silang. Berlangsung dari seseorang kepada orang lain dalam posisi yang berbeda. Dalam arti pihak yang satu tidak berada pada jalur struktur yang lain. Fungsi komunikasi diagonal digunakan oleh dua pihak yang mempunyai level berbeda tetapi tidak mempunyai wewenang langsung kepada pihak lain. Jadi pada garis besarnya setiap organisasi kepemimpinan di dalam melaksanakan dan kewajiban diperlukan pengertian yang sama diantara dua pihak yaitu atasan dan bawahan. Karena hal tersebut akan lebih memberi dorongan semangat dan gairah kerja untuk dapat menyelesaikan tugas dan tanggung jawab yang diberikan, artinya mengembangkan suatu kerja sama demi mewujudkan hasil kerja untuk mencapai tujuan organisasi.
  • 26. Melalui jalur hierarkhi/tingkatan seorang pimpinan harus lebih memperhatikan komunikasi dengan bawahannya secara baik, sehingga dapat membangkitkan minat dan gairah kerja disertai komunikasi yang baik untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Dalam penerapannya komunikasi dapat dilakukan secara formal dan informal. Umumnya komunikasi formal ada dalam setiap organisasi dan dapat terjadi antar personal dalam organisasi melalui jalur hirarkhi dengan prinsip pembagian tugas untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Komunikasi formal merupakan suatu sistem dimana para anggotanya bekerjasama secara tepat untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Komunikasi formal pada dasarnya berhubungan dengan masalah kedinasan. Komunikasi informal adalah kebalikan dari komunikasi formal biasanya terjadi dengan spontan sebagai akibat dari adanya persamaan perasaan, kebutuhan, persamaan tugas dan tanggung jawab. Komunikasi informal pada pelaksanaannya tidak terikat oleh waktu, ruang dan tempat, kadang-kadang komunikasi informal lebih berhasil, dan peranannya tidak kalah penting, karena dapat disampaikan setiap saat, asalkan bermanfaat untuk kemajuan organisasi. Namun penyampaiannya kurang sistematis, karena pertumbuhan dan penyebarannya tidak teratur. Kadang-kadang seorang pimpinan selalu beranggapan bahwa keberadaan organisasi informal merupakan suatu hal yang janggal, yang merupakan akibat gagalnya komunikasi formal yang memunculkan ketidakstabilan organisasi formal. Bentuk komunikasi informal dapat berupa pertemuan yang tidak direncanakan, seperti: bertemu dan ngobrol di kantin pada jam makan siang, di resepsi, atau pertemuan lainnya. Komunikasi informal ini mempunyai hal-hal yang positif, seperti: a. Bila jalan yang ditempuh melalui komunikasi formal melewati hambatan, dengan terpaksa digunakan komunikasi informal. b. Dalam suasana konflik dan penuh ketegangan. c. Sebagai sarana komunikasi. Dari kedua bentuk komunikasi tersebut di atas, setiap pimpinan harus dapat menempatkan diri agar tidak timbul perasaan suka atau tidak tidak suka. Pimpinan harus mencari dan melaksanakan nilai-nilai positif dari hubungan-hubungan tersebut. Ukuran sukses tidaknya seorang pimpinan terletak pada bagaimana pimpinan memadukan nilai positif yang dihasilkan dari komunikasi formal dan informal. Setiap bawahan dari suatu organisasi tentunya mempunyai motivasi. Adanya kebutuhan, keinginan, ketegangan, ketidaksenangan dan harapan termasuk ke dalam motivasi. Pimpinan juga harus dapat memotivasi bawahannya, misalnya memberikan apresiasi, perlakuan yang adil, dan suasana kerja. 9 CARA MENJADI SEORANG PEMIMPIN YANG DISEGANI
  • 27. KEPEMIMPINAN: Seorang pemimpin yang baik tahu bagaimana cara memecahkan masalah, serta dapat mengenali kapan harus meminta bantuan kepada orang lain. Kejadian yang melibatkan rekan-rekan kerja Anda di kantor dapat membantu meningkatkan semangat dan hubungan kerja. (STOCKXPERT) Tiap perusahaan sangat membutuhkan seorang pemimpin yang cakap dan memiliki keterampilan yang kuat. Berikut saran bagaimana menjadi seorang pemimpin dalam organisasi yang Anda kelola dan bagaimana membuat diri Anda menjadi semakin berharga. 1. Beritahu Pengawas Saat Bawahan Melakukan Pekerjaannya Dengan Baik Jika seseorang melakukan pekerjaan yang luar biasa, beritahu pengawas mereka. Acapkali komunikasi dengan bertatap muka langsung hasilnya baik, bahkan sebuah e-mail pun bisa efektif. Beritahukan pengawas tepat apakah yang dilakukan oleh bawahan sudah maksimal atau jauh di atas standar normal. Hal ini akan berpengaruh terhadap peningkatan status karyawan di tempat kerja dan seringkali demikian, dan karyawan pada akhirnya akan menyadari siapa yang memberikan penghargaan dan rekomendasi tersebut. 2. Bersedia dan Bersemangat Untuk Bekerja Sama Dengan Tim Saya dulu seorang penyendiri dan cenderung menghindari pekerjaan yang melibatkan tim kerja. Meski akhirnya saya menyadari bahwa bekerja dalam tim merupakan satu-satunya kesempatan terbaik untuk membangun hubungan yang kuat dengan orang-orang di sekitar Anda. Semakin banyak Anda berpartisipasi dalam tim maka akan makin banyak yang akan melihat Anda sebagai seorang dapat diandalkan dan dipercaya. 3. Ambil Bagian Dalam Tim — Namun Jangan Menjadi Diktator Pendekatan saya sangat sederhana. Jika saya adalah bagian dari tim yang baru terbentuk, saya akan segera menentukan langkah dan menyusun rencana, kemudian mengirimkannya kepada yang lain untuk dipertimbangkan. Kecuali jika seseorang merobeknya, umumnya kurang lebih
  • 28. ini akan menjadi rencana dan aku akan menjadi pemimpin kelompok yang diakui. Anda biasanya berbicara bagi mereka yang malu bersuara atau mengungkapkan gagasan, dan mereka merasa senang Anda melakukannya apabila Anda tidak memaksa tentang hal itu. Biasanya saya akan melakukan sesuatu seperti mengemukakan sebuah rencana kasar dan mengatakan kepada mereka, "Ini ide saya untuk bagaimana kita menangani hal ini. Bagaimana menurut kalian semua?" 4. Turut Merayakan Pencapaian dan Prestasi Kerja Bawahan Seorang yang dulu pernah bekerja dengan saya memiliki kalender di mana ia menyimpan hari ulang tahun teman-temannya dan dua jenis produk favorit mereka dari mesin penjual otomatis. Pada hari ulang tahun temannya, ia pergi ke mesin tersebut dan memasukkan $ 2 ke dalamnya, lalu menyerahkan kepada temannya sekaleng soda dan sebungkus camilan yang merupakan dua produk favorit sang teman dan berkata dengan senyum yang lebar, "Selamat ulang tahun!". Ini adalah hal kecil, namun memiliki makna yang dalam dan sangat bijaksana. Tidak heran jika ia sangat disukai oleh teman-teman dalam kelompoknya dan seringkali pendapatnya didengar dan dihormati setiap kali ia punya ide atau rencana. Juga tidak mengherankan, dia melakukannya dengan sangat baik dalam kehidupannya sekarang. Luangkan waktu dua menit untuk mengenali apa yang telah dicapai dan yang menjadi sorotan hidup orang lain. Jika bisa, perhatikan dan telusuri pengalaman mereka. Cari cara untuk membuat semua orang tersenyum. Lakukanlah hal ini dan Anda akan selalu menang. 5. Menyelesaikan Masalah Hingga Tuntas Jika Anda menemukan sebuah masalah yang dapat dengan mudah Anda pecahkan, makan pecahkanlah. Jangan khawatir dengan konotasi politik atau sesuatu seperti itu. Jika seseorang datang kepada Anda dengan sebuah masalah dan Anda merasa mampu menyelesaikannya tanpa upaya yang terlalu banyak, maka selesaikanlah masalah itu hingga tuntas. Semakin sering Anda menyelesaikan masalah-masalah yang ada, semakin banyak orang melihat Anda sebagai sumber jawaban atas penyelesaian masalah dan mereka akan semakin mendengarkan nasihat Anda atau apapun yang Anda katakan. 6. Mintalah Bantuan Terkadang ada saatnya Anda membutuhkan bantuan. Beberapa orang takut untuk menunjukkan kelemahan dan menghindari meminta bantuan kecuali bila benar-benar penting. Hal ini tidak masuk akal dan tidak akan efisien. Apabila ada unsur-unsur tertentu yang dapat dilakukan orang lain jauh lebih mudah daripada yang Anda bisa, mintalah bantuan kepada mereka (kecuali, tentu saja, itu akan menambah pekerjaan bagi mereka). Jika Anda telah secara konsisten membantu orang lain, dengan sendirinya mereka akan membantu Anda. 7. Buat Acara yang Melibatkan Karyawan
  • 29. Jadilah orang yang bisa merangkul kelompoknya untuk makan siang bersama. Libatkan diri Anda dalam pekerjaan perencanaan pesta kantor - atau bahkan menjadi ketua. Rencanakan pesta bagi orang-orang yang akan segera meninggalkan kantor. Ini bukan berarti Anda harus melakukan semuanya sendiri, tapi kembangkanlah rencana Anda sendiri. Orang-orang akan melihat Anda sebagai orang yang mengambil alih tanggung jawab - dan peristiwa semacam itu mudah untuk menarik orang lain untuk bekerja sama. 8. Kemukakan Saran Yang Berguna Dalam dunia yang sibuk, sangat mudah untuk berkata, "kelihatannya bagus!" ketika seseorang menginginkan umpan balik atas sesuatu. Sebaliknya, cobalah renungkan selama 10 menit dan kemukakan tiga hal yang dapat menunjang perbaikan. Sebelum Anda mengungkapkan saran, dahulukanlah dengan pujian, kemudian kemukakan tiga saran Anda dengan jelas dan sepositif mungkin, dan akhiri dengan mengatakan sesuatu seperti keinginan untuk mengubah sesuatu yang sangat baik menjadi sesuatu yang benar-benar hebat. Jika saran Anda benar-benar bermanfaat, mereka akan kembali melihat Anda sebagai seseorang yang bisa diandalkan meski pada situasi yang sulit sekalipun. 9. Katakan Sejujurnya — Jangan Memilah-milah Kata Ketika Anda diminta untuk mengeluarkan pendapat, katakanlah dengan jujur, jangan memilah milah kata. Pendapat Anda yang jujur jauh lebih berharga daripada berpura-pura setuju — bahkan jika hal itu buruk, Anda tidak seharusnya merasa tersinggung. Biasanya saya berusaha semampunya memuji, tetapi jika ada masalah serius dengan apa yang saya lihat, saya akan mengatakannya. Jika tidak mengatakan maka akan menyakiti rekan kerja (karena mereka menyajikan pendapat yang miskin) namun dari sudut asosiasi, akan menyakiti Anda (karena Anda mengatakan kepada mereka pendapat yang miskin ini baik ketika akhirnya ibarat melemparkan telur ke wajah mereka). Hal-hal kecil ini, bila dilakukan se-tiap hari maka akan membuat Anda secara tidak langsung menjadi orang yang sangat dibutuhkan di tempat kerja, dan sebagai pribadi, orang-orang akan melihat Anda sebagai sosok seorang pemimpin. Cara Seorang Pemimpin Memecahkan Masalah Posted by Annyonghaseyo.... 05:22, under Warna-warni | No comments MEMECAHKAN MASALAH Jangan biarkan berbagai persoalan anda menjadi masalah. Para pemimpin yang memiliki kemampuan dalam memecahkan persoalan memperlihatkan lima kualitas:
  • 30. 1. Mereka mengantisipasikan berbagai persoalan Karena persoalan-persoalan itu tak terhindarkan, para pemimpin yang baik mengantisipasikannya. Siapa pun yang berharap untuk menjalani hidup yang mudah akan terus mengalami kesulitan. 2. Mereka menerima kebenaran. Ada beberapa cara orang menghadapi persoalan : menolaknya, menerima dan menanggungnya, atau menerima dan berusaha menjadikan segalanya lebih baik. Para pemimpin harus selalu memilih respon yang terakhir. Penyiar Paul Harvey mengatakan, “di masa-masa seperti ini, sebaiknya kita ingat bahwa selalu ada saja masa-masa seperti ini”. Tidak ada pemimpin yang dapat berdiam di daratan sambil mengarahkan orang- orangnya melalui perairan yang ganas. Para pemimpin yang efektif akan menghadapi kenyataan dari situasi yang ada. 3. Mereka melihat gambaran besarnya. Para pemimpin harus selalu melihat gambaran besarnya. Mereka tidak boleh dikuasai oleh emosi atau membiarkan diri begitu terpuruk dengan detail sehingga melupakan hal yang penting. Penulis Alfred armand montapert menulis, “mayoritas orang melihat hambatannya, hanya sedikit yang melihat tujuannya, namun sejarah mencatat kesuksesan yang diraih oleh orang-orang yang melihat tujuannya sementara tak satupun orang yang mengingat mereka yang hanya melihat hambatannya. 4. Mereka menanganinya satu persatu. Richard sloma menyampaikan nasehatnya, “jangan pernah mencoba memecahkan seluruh persoalannya sekaligus-mintalah mereka antri satu persatu.” Pemimpin yang paling sering mengalami masalah adalah mereka yang kewalahan akibat besarnya atau banyaknya persoalan meraka, lalu mencoba untuk mengatasi semuanya sekaligus. Jika anda dihadapkan pada banyak persoalan, pastikan bahwa anda benar-benar menuntaskan yang sedang anda atasi sebelum pintah ke persoalan berikutnya. 5. Mereka pantang menyerah. Pemimpin-pemimpin yang efektif memahami prinsip puncak ke puncak. Mereka mengambil keputusan- keputusan besar ketika sedang mengalami ayunan positif dalam kepemimpinannya, bukan ketika mengalami masa sulit. Seperti yang dilakukan oleh pemain NFL, Bob Christian. ”saya tidak pernah memutuskan apakah sekarang tiba saatnya untuk pension ketika saya sedang berlatih.” Ia tahu bahwa ia tidak boleh menyerah ketika berada dalam keterpurukan.
  • 31. Untuk meningkatkan kemampuan anda dalam memecahkan masalah, lakukanlah hal-hal berikut ini : carilah masalah. Jika selama ini anda menghindari masalah, mulailah mencarinya sekarang. Anda hanya akan menjadi lebih baik jika mendapatkan pengalaman dalam mengatasinya. Carilah berbagai macam situasi yang perlu dibereskan, pertimbangkanlah berbagai solusi yang mungkin, lalu bawalah kepada seorang pemimpin yang sudah berpengalaman dalam memecahkan masalah. Anda dapat mempelajari caranya berfikir ketika menghadapi kesulitan melalui keputusan-keputusannya. Kembangkanlah metode Ada banyak orang yang sulit memecahkan persoalan karena tidak tahu caranya. Cobalah proses TEACH berikut ini : TIME. Luangkan waktu untuk menemukan inti persoalannya. EXPOSURE. cari tahu apa yang orang alin lakukan. ASSISTANCE. mintalah tim anda mempelajarinya dari berbagai sudut. CREATIVITY. Mintalah masukan mengenai berbagai macam solusi yang mungkin. HIT IT. Laksanakan solusi terbaik. Kelilingilah diri anda dengan orang-orang yang pandai memecahkan masalah. Jika anda bukan seorang pemecah masalah yang baik, ajaklah pemecah masalah ke dalam tim anda. Mereka pasti akan melengkapi kelemahan-kelemahan anda dan anda juga akan belajar dari mereka. Cara Pemimpin Brilian dalam membuat keputusan oleh Motivasi Untuk Generasi Muda Brilian pada 8 Januari 2012 pukul 8:09 Setiap orang adalah Pemimpin. Setiap kali mendengar kalimat ini mungkin ada diantara kita yang mengatakan "Ah... masa seh...?", atau "Ah yang benar aja...saya kan tidak punya anak buah atau bawahan?". Apapun pendapat Anda, tetap tidak dapat menghindari fakta bahwa Anda adalah Pemimpin bagi diri sendiri, bukankah Anda yang memutuskan siapa yang akan Anda 'Add' atau 'Confirm' hari ini di Facebook Anda?, bukankah Anda juga yang memutuskan apa yang akan Anda katakan di 'BBM' Anda kepada teman atau kekasih Anda? , bukankah Anda juga yang memutuskan apa yang akan Anda katakan kepada orang-orang di sekitar Anda hari ini?. Oleh karena itu, anda layak mendapat sebutan "Pemimpin bagi diri sendiri" yang kemudian akan berlanjut menjadi "Pemimpin bagi orang lain" (semoga, Amin). Sejatinya seorang Pemimpin harus mampu mempengaruhi dan membuat keputusan yang tepat untuk menghadapi
  • 32. dan menyelesaikan masalah yang ada. Seorang Pemimpin yang Brilian akan dinilai dari setiap keputusan dan tindakannya dalam menyelesaikan masalah yang ada. Oleh sebab itu, sangat penting bagi kita semua yang ingin menjadi Pemimpin yang Brilian bagi orang lain untuk memahami bagaimana cara membuat keputusan yang tepat. Mari kiita bahas bagaimana cara untuk mengambil keputusan yang Brilian. 1. Menyadari masalah yang timbul. Seorang Pemimpin harus peka dalam memimpin, jika sesuatu berjalan tidak sesuai dengan yang diharapkan atau terdapat suatu masalah. Kenali gejala-gejala dari masalah yang timbul, seperti seorang dokter yang mengetahui dan mengenali gejala-gejala penyakit pasiennya. Kemudian pastikan Anda mengetahui akar dari permasalahan yang ada. Dalam hal ini, jangan mencari siapa yang salah, tetapi cari tahu mengapa masalah itu bisa terjadi. 2. Mencari informasi dari berbagai sumber yang dapat membantu dalam memecahkan masalah. Seorang Pemimpin harus rendah hati dan tetap mau belajar, pelajari bagaimana cara untuk memecahkan masalah yang kita hadapi, karena ada kemungkinan bahwa ternyata ada seseorang atau kelompok orang yang pernah mengalami masalah yang serupa dan berhasil memecahkan masalah tersebut. Manfaatkan juga berbagai sumber yang dapat membantu seperti buku-buku, majalah, program TV, internet, dan sebagainya, dimana informasi yang kita butuhkan tersedia. Cara belajar yang terbaik adalah belajar dari orang yang sudah terbukti sukses dan masih sukses sampai sekarang. 3. Mencari solusi untuk memecahkan masalah. Pertimbangkan kembali informasi yang telah Anda dapatkan dari orang atau kelompok orang yang telah berhasil memecahkan masalah tersebut, berbagai media yang ada, pertimbangkan apakah informasi tersebut dapat Anda terapkan pada situasi dan masalah yang anda hadapi tersebut. Sangat penting juga untuk menggali dan memanfaatkan pengalaman-pengalaman pribadi. Gabungkanlah semua hal-hal penting tersebut. Dalam hal ini Anda dituntut untuk menggunakan intuisi Anda sebagai sebagai seorang Pemimpin. 4. Membicarakan solusi untuk menyelesaikan masalah. Membicarakan solusi yang akan diambil kepada pihak-pihak yang terpengaruh sebagai akibat
  • 33. solusi yang akan dijalankan. Satu kata yaitu "komunikasi". Komunikasikan solusi-solusi yang akan diambil kepada orang-orang yang Anda pimpin atau pihak-pihak yang akan terpengaruh sebagai akibat solusi yang akan dijalankan. Seraplah seluruh informasi dan tanggapan orang- orang tersebut sebagai bahan pertimbangan Anda dalam mengambil keputusan. 5. Membuat keputusan dan segera melaksanakannya dengan tetap memperhatikan pihak-pihak yang terpengaruh sebagai akibat pelaksanaan keputusan tersebut. 6. Mengevaluasi keputusan dan hasil yang dicapai. Dalam hal ini Anda dituntut untuk jujur dalam mengevaluasi keputusan yang telah Anda ambil dan bertanyalah kepada diri sendiri "Apakah masalah tersebut telah berhasil anda pecahkan?". Jika masalah tersebut belum berhasil dipecahkan dengan tuntas, maka Anda harus bersedia mengubah dan memperbaiki tindakan bahkan mengubah keputusan yang telah Anda ambil. Jangan pernah putus asa, terus berubah untuk menjadi lebih baik itu adalah kewajiban seorang Pemimpin yang Brilian. Selalu ingat kata-kata ini: "Definisi kegilaan adalah melakukan hal yang sama terus menerus tetapi mengharapkan hasil berbeda" (Albert Einstein). Semoga bermanfaat :-) Common Guys! Always be Brilliant!. God Bless Us