Teks tersebut membahas tentang kemampuan membaca dan menulis Nabi Muhammad SAW serta relevansi dalil-dalil Alquran terkait. Teks ini juga membahas tentang daya ingat dan daya cipta manusia dalam memperoleh kemampuan tersebut serta faktor-faktor yang mempengaruhinya.
1. KAJIAN ILMIAH – KONTOVERSI – ASUMSI – WACANA – ANALISA – ARGUMENTASI
KRONOLOGIS
RASULULLAH MUHAMMAD S.A.W.
penulis
Coco Al Mahdi
@ Copyright April 2011
2. KEMAMPUAN MUHAMMAD SAW
MEMBACA DAN MENULIS
001. Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan,
002. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah.
003. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah,
004. Yang mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam.
005. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.
-------Dst------
Berikut Relevansi Dalil:
(Al-Qalam : 15)
015. Apabila dibacakan kepadanya ayat-ayat Kami, ia berkata: "(Ini adalah) dongeng-dongengan
orang-orang dahulu kala."
3. (Al-Qalam : 52)
052. Dan Al Qur'an itu tidak lain hanyalah peringatan bagi seluruh umat.
(AL-Baqarah : 26)
026. Sesungguhnya Allah tiada segan membuat perumpamaan berupa nyamuk atau yang lebih
rendah dari itu. Adapun orang-orang yang beriman, maka mereka yakin bahwa perumpamaan itu
benar dari Tuhan mereka, tetapi mereka yang kafir mengatakan: "Apakah maksud Allah menjadikan
ini untuk perumpamaan?" Dengan perumpamaan itu banyak orang yang disesatkan Allah, dan
dengan perumpamaan itu (pula) banyak orang yang diberi-Nya petunjuk. Dan tidak ada yang
disesatkan Allah kecuali orang-orang yang fasik,
(Al-Baqarah : 31-32)
031. Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian
mengemukakannya kepada para Malaikat lalu berfirman: "Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-
benda itu jika kamu memang orang-orang yang benar!"
032. Mereka menjawab: "Maha Suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain dari apa yang telah
Engkau ajarkan kepada kami; sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mengetahui lagi Maha
Bijaksana.
(Al-Baqarah : 78-79)
078. Dan di antara mereka ada yang buta huruf, tidak mengetahui Al Kitab (Taurat), kecuali
dongengan bohong belaka dan mereka hanya menduga-duga.
4. 079. Maka kecelakaan yang besarlah bagi orang-orang yang menulis Al Kitab dengan tangan
mereka sendiri, lalu dikatakannya: "Ini dari Allah", (dengan maksud) untuk memperoleh
keuntungan yang sedikit dengan perbuatan itu. Maka kecelakaan besarlah bagi mereka, akibat dari
apa yang ditulis oleh tangan mereka sendiri, dan kecelakaan besarlah bagi mereka, akibat dari apa
yang mereka kerjakan.
(Al-Baqarah 97-98)
097. Katakanlah: Barangsiapa yang menjadi musuh Jibril, maka Jibril itu telah menurunkannya (Al
Qur'an) ke dalam hatimu dengan seizin Allah; membenarkan apa (kitab-kitab) yang sebelumnya dan
menjadi petunjuk serta berita gembira bagi orang-orang yang beriman.
098. Barangsiapa yang menjadi musuh Allah, malaikat-malaikat-Nya, rasul-rasul-Nya, Jibril dan
Mikail, maka sesungguhnya Allah adalah musuh orang-orang kafir.
(AL-Baqarah 101)
101. Dan setelah datang kepada mereka seorang Rasul dari sisi Allah yang membenarkan apa
(kitab) yang ada pada mereka, sebahagian dari orang-orang yang diberi Kitab (Taurat)
melemparkan Kitab Allah ke belakang (punggung) nya seolah-olah mereka tidak mengetahui
(bahwa itu adalah Kitab Allah).
(Al-Baqarah 106)
106. Ayat mana saja yang Kami nasakhkan, atau Kami jadikan (manusia) lupa kepadanya, Kami
datangkan yang lebih baik daripadanya atau yang sebanding dengannya. Tiadakah kamu
mengetahui bahwa sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu?
5. (Al-Baqarah 113)
113. Dan orang-orang Yahudi berkata: "Orang-orang Nasrani itu
tidak mempunyai suatu pegangan", dan orang-orang Nasrani
berkata: "Orang-orang Yahudi tidak mempunyai sesuatu
pegangan," padahal mereka (sama-sama) membaca Al Kitab.
Demikian pula orang-orang yang tidak mengetahui, mengatakan
seperti ucapan mereka itu. Maka Allah akan mengadili di antara
mereka pada hari kiamat, tentang apa-apa yang mereka
berselisih padanya.
(Al-Baqarah 121)
121. Orang-orang yang telah Kami berikan Al Kitab kepadanya, mereka membacanya dengan
bacaan yang sebenarnya, mereka itu beriman kepadanya. Dan barangsiapa yang ingkar kepadanya,
maka mereka itulah orang-orang yang rugi.
(Al-Baqarah 146)
146. Orang-orang (Yahudi dan Nasrani) yang telah Kami beri Al
Kitab (Taurat dan Injil) mengenal Muhammad seperti mereka
mengenal anak-anaknya sendiri. Dan sesungguhnya sebahagian
di antara mereka menyembunyikan kebenaran, padahal mereka
mengetahui.
6. (Al-Baqarah 213)
213. Manusia itu adalah umat yang satu. (Setelah timbul
perselisihan), maka Allah mengutus para nabi sebagai pemberi
kabar gembira dan pemberi peringatan, dan Allah menurunkan
bersama mereka Kitab dengan benar, untuk memberi keputusan
di antara manusia tentang perkara yang mereka perselisihkan.
Tidaklah berselisih tentang Kitab itu melainkan orang yang telah
didatangkan kepada mereka Kitab, yaitu setelah datang kepada
mereka keterangan-keterangan yang nyata, karena dengki
antara mereka sendiri. Maka Allah memberi petunjuk orang-
orang yang beriman kepada kebenaran tentang hal yang mereka
perselisihkan itu dengan kehendak-Nya. Dan Allah selalu
memberi petunjuk orang yang dikehendaki-Nya kepada jalan
yang lurus.
7. PENDAHULUAN.
Membaca dan menulis adalah aktifitas manusia yang sering dilakukan dalam hidup dan
kehidupan. Sebagian besar manusia juga tanpa disadari dapat melakukan dua hal ini dalam
sembarang waktu dan kesempatan yang ada dalam kehidupan sehari-hari. Kemampuan membaca
dan menulis setiap manusia diperoleh secara bertahap atas dasar keinginan dan atau paksaan dari
manusia lainnya. Berbeda dengan kemampuan manusia untuk bisa berbicara, maka kemampuan
membaca atau menulis melalui proses perantara indera penglihatan (mata). Mata merekam segala
hal yang bersifat obyektif dan realistis dari berbagai macam bentuk dan gambaran-gambaran yang
kemudian tercetak dalam otak dan menjadi ingatan seseorang. Inilah yang disebut Daya ingat dan
Daya cipta manusia. Daya ingat ataupun Daya cipta adalah kemampuan manusia yang mempunyai
nilai tersendiri. Nilai-nilai ini diukur berdasarkan volume otak manusia yang disebut IQ (Intellegent
Quatation). IQ merupakan anugerah Tuhan yang diberikan kepada siapa saja yang dikehendakinya
dan atas pertimbangan hak Allah semata. Dia-lah yang berkenan memberikan batasan atau takaran
IQ seseorang hambanya.
Membaca dan menulis adalah dua hal yang mungkin saja terpisah korelasinya dalam
struktur manajemen otak manusia. Ada manusia yang hanya mampu belajar membaca namun tidak
mampu untuk belajar menulis. Namun tidak sebaliknya; bahwa manusia yang mampu belajar
menulis sudah dipastikan mampu membaca tulisan dengan lancar. Mengapa ada manusia yang tidak
mampu untuk belajar kedua-duanya (membaca dan menulis). Yang terakhir ini, dapatlah dipastikan
bahwa orang yang tidak bisa membaca dan menulis adalah termasuk type manusia yang tidak 'up-
to-date'. Maksudnya adalah kemampuan otak orang tersebut sulit untuk menerima dan menyerap
berbagai macam 'ilmu' yang diserap oleh mata, sehingga otak tidak mendapat input 'ilmu' tersebut.
Akibatnya otak tidak memiliki memori/ingatan ini. Hal-hal yang diserap melalui telinga hanya
memberi efek kemampuan pengucapan dalam aspek 'dialektika' (Pengucapan/Berbicara), dan hal ini
tidak memberi efek kemampuan membaca, karena mata sulit menafsirkan sinyal-sinyal bentuk dan
gambaran-gambaran yang dilihatnya, sekalipun itu berada satu jengkal didepan mata. Oleh karena
itu, kemampuan berbicara hanya berdasarkan kemampuan telinga (pendengaran) seseorang dalam
menangkap sinyal-sinyal suara yang masuk ketelinganya, yang kemudian melahirkan efek-efek
peniruan pengucapan. Inilah yang disebut gaya bicara yang membentuk gaya bahasa (dialek
bahasa). Apabila telinga (pendengaran) mengalami gangguan, maka berakibat seseorang tidak dapat
memiliki kemampuan berbicara dan berbahasa melalui peniruan pengucapan. Inilah yang terjadi
pada orang Tuna Rungu.
Kemampuan membaca tulisan diperoleh melalui proses penglihatan. Mata menangkap
sinyal-sinyal bentuk dengan mengesampingkan warna dari suatu bentuk, dan otak menafsirkan dan
merekam bentuk tersebut hingga seseorang memiliki 'Daya Ingat'. Dari sini manusia akan dapat
merangkai bentuk-bentuk tersebut dan kemudian membentuknya menjadi suatu arti yang dapat
dipahami maksudnya. Oleh karena itu, kemampuan membaca seseorang adalah berdasarkan
kemampuan mata (penglihatan) dalam menangkap sinyal-sinyal bentuk/gambar, yang kemudian
menciptakan daya ingat yang jelas dan kuat sesuai volume memori otaknya. Apa yang terjadi pada
orang Tuna Netra, adalah penglihatan (mata) tidak dapat menangkap sinyal-sinyal bentuk/gambar,
sehingga daya ingat pada memori otak tidak tercipta/terbentuk. Sehingga seseorang yang Tuna
Netra hanya dapat membaca melalui indera perasa/peraba pada jaringan kulitnya untuk memberi
input ke otak dari bentuk-bentuk yang tersentuh pada jaringan kulitnya tersebut.
Daya ingat belum bisa membangkitkan daya cipta. Karena Daya cipta hanya bisa muncul
apabila daya ingat telah terbentuk dalam otak. Daya ingat berfungsi sebagai 'trigger' (Pemicu) daya
cipta. Oleh karena itu kemampuan menulis baru dapat dicapai apabila sudah ada kemampuan
membaca. Daya ciptalah yang menjadikan seseorang memiliki kemampuan menulis. Proses ini
dimulai dari otak yang menyimpan memori ingatan yang telah terekam oleh mata, kemudian
disalurkan ke daya cipta yang menggerakan berbagai panca indera untuk menjalankan perintah-
perintah otak menjadi sesuatu yang tercipta. Tangan menciptakan bentuk-bentuk dan gambar-
8. gambar serta gerakan-gerakan tertentu. Tulisan adalah salah satu hasil olah gerak tangan yang telah
diberi output dari memori otak (Daya Ingat dan Daya Cipta). Semua hasil inilah yang menjadi
sumber berbagai macam ilmu tulisan/penulisan, seperti; Stenograph, Hierogliph, Kaligraph, dsb.
DAYA TAHAN MEMORI OTAK.
Otak manusia itu berisi berbagai macam fungsi dan pengaturan. Sistem kerja otak mirip
dengan sistem kerja pada komputer. Komputer akan dapat berfungsi bila memiliki volume memori
didalamnya. Apabila volume memori ini tidak ada, maka komputer akan 'Hang' dan tidak akan
berfungsi. Perintah apapun pada sistem komputer harus memiliki kapasitas memori yang
diperlukan, sekecil apapun kapasitasnya akan menentukan berfungsi atau tidaknya komputer
tersebut. Sama halnya dengan otak manusia. Apabila memori tidak ada pada otak manusia, maka
otak tidak akan berfungsi. Apa yang terjadi pada orang tidur; adalah memori pada otak mengalami
'hibernasi' . Segala ingatan/memori mengalami istirahat sementara dan ini tidak menghilangkan isi
dari daya ingat manusia itu sendiri. Seluruh isi memori/ingatan seseorang akan berfungsi kembali
setelah dia bangun dari tidurnya. Perlu diketahui bahwa ada pula gangguan memori otak sebagian.
Artinya adalah beberapa isi memori otak mengalami kekacauan susunannya dan bahkan bisa pula
beberapa isi memori hilang dari daya ingat seseorang. Hal ini disebabkan beberapa faktor eksternal
dan internal. Namun faktor internal tidak dpt menghalangi musnahnya isi memori pada otak, dan
hanya bersifat menghambat sistem kerja otak dan bersifat sementara saja. Lihatlah seperti yang
terjadi pada 'Pembiusan' dengan obat bius untuk menghilangkan kesadaran seseorang. Memori otak
hanya mengalami 'hibernasi' karena gangguan internal syaraf otak. Faktor eksternal adalah faktor
penyebab dari pengaruh luar yang dapat menghilangkan isi memori pada otak manusia. Kalau
dalam dunia komputer, seperti 'virus komputer' yang di input untuk memusnahkan seluruh isi
memori pada komputer secara bertahap; seperti musnahnya seluruh isi memori Folder, Aplikasi,
Program, Database, hingga memori utama pada RAM bahkan memori sistem OS pun bisa hilang,
maka komputer tidak berfungsi total. Penyebab eksternal yang dapat menghilangkan sebagian isi
memori pada otak manusia, contohnya adalah seperti pengaruh Hipnotis, Kesurupan, santet/Pelet,
Gila, dsb. Ada pula penyebab eksternal yang dapat menghilangkan seluruh isi memori pada otak
manusia baik sementara atau bisa juga permanen; seperti Pingsan, Meditasi/kundalini, Mati suri dan
Mati (Wafat).
Oleh karena itu Daya Tahan memori pada otak manusia tidak sepenuhnya berasal dari
pengaruh internal seperti makan/minum, namun sepenuhnya dipengaruhi dari faktor eksternal yaitu
lingkungan dimana manusia itu hidup. Menyegarkan kembali memori pada otak sangat diperlukan
dalam hidup, karena hal ini membawa pengaruh dari daya tahan memori otak itu sendiri. Seperti
halnya komputer yang kapasitas memorinya terbebani (overload) akan membawa pengaruh pada
sistem kerja yang semakin lambat bahkan berakibat 'hang'. Begitupun memori pada otak akan
mengalami gangguan sistem pada memori/ingatan seseorang; seperti susah untuk mengingat
sesuatu, tidak cepat merespon pembicaraan, sulit berfikir serius, tidak konsentrasi, dendam
membara, sakit hati, dsb. Oleh sebab itu manusia memerlukan sekali cara menyegarkan kembali
(refresh) pada memori otaknya tersebut. Banyak cara untuk me-refresh-kan kembali memori otak;
contohnya seperti; mengabaikan sesuatu yang bersifat sepele, menghindari hal yang mubazir,
meminta maaf atas kesalahan seperti yang dilakukan umat Islam pada setiap setahun sekali yaitu
Idul Fitri.
Cara-cara seperti itu bila dilakukan akan dapat me-refresh-kan kembali memori otak dan
membuat daya tahan memori otak kembali segar dan kuat. Bila hal ini tidak pernah dilakukan, dapat
berakibat pada daya tahan memori yang semakin lemah dan 'overload', alhasil akan menjadi 'stress'
bahkan sakit secara fisik, tubuh mengalami gangguan penyakit, dan sebagainya yang bersifat
negatif.
9. PENGARUH DAN PENYEBAB KEMAMPUAN BACA-TULIS.
Seperti yang sudah saya jelaskan di atas, bahwa kemampuan baca tulis seseorang
berdasarkan keinginan sendiri atau bahkan tekanan/paksaan dari orang lain. Yang saya maksud di
sini adalah adanya pihak-pihak lain yang menjadikan seseorang mampu untuk membaca dan
menulis, seperti halnya seorang guru yang mengajarkan muridnya atau seorang murid yang
berkeinginan belajar dari orang lain yang telah memiliki kemampuan tersebut.
Dalam beberapa kasus, saya ingin mengungkap sebuah fenomena yang tak lazim terjadi
pada kebanyakan manusia untuk kita telusuri lebih jauh. Ada seorang bocah yang berusia 7 tahun
memiliki kemampuan berbahasa asing (English). Hal itu tidak pernah sekalipun orang tuanya
mengajarkan kepada anak tersebut atau bahkan tidak seorangpun mengajarkannya. Mengapa hal ini
bisa terjadi, dan mengapa hal itu terjadi pada seorang bocah berusia muda sekali. Kemampuan
bocah tersebut sesungguhnya hal yang istimewa baginya. Ada juga kasus lain; seorang anak yang
tiba-tiba lancar membaca Kitab Qur'an dengan hafalan yang luar biasa. Padahal sebelumnya ia tidak
kenal huruf-huruf Hijaiyyah, namun dalam tempo satu malam saja ia sudah memiliki kemampuan
membaca kitab Qur'an tanpa ada orang lain yang mengajarinya. Sungguh luar biasa sekali.
Tahapan atau proses pembelajaran otak manusia menerima suatu 'ilmu' biasanya
memerlukan kurun waktu yang sangat lama bahkan hingga akhir hayat. Allah memberikan
perlengkapan 'hidup' manusia berkala dan bertahap hingga menuju kesempurnaan diri manusia yang
akan menjadi kodratnya ini. Di mulai dari usia balita hingga dewasa. Ibarat dalam tahapan/proses
penciptaan oleh Tuhan Semesta Alam, yang memiliki ketentuan (Qadha) dan ketetapan (Qadar).
Merangkak tanpa berfikir, melihat tanpa mengingat, berbuat tanpa kesadaran, mendengar
tanpa memahaminya, berbicara tanpa aturan bahasa, bergerak tanpa perintah, semua ini proses
yang dilakoni setiap manusia dalam usia bayi dan balita. Apa yang kita pahami dari semua ini
adalah bagaimana cara Tuhan mengajarkan manusia untuk kelanjutan hidupnya kelak. Lalu Tuhan
memberikan perlengkapan yang lain pada kurun waktu tertentu usia manusia, seperti rasa sakit,
rasa penasaran, belajar mendengar, belajar melihat, meniru gerakan, meniru pembicaraan, lalu
menambah lagi perlengkapan lanjutan pada usia remaja/puber, seperti mulai dapat merasakan
sedih, memiliki rasa kecewa, rasa cinta dan mencintai manusia lain, lalu menambah lagi dengan
perlengkapan kecerdasan lainnya; seperti kemampuan berfikir cepat, kemampuan mengingat
sesuatu yang telah berlalu sekian lama, cepat menyerap ilmu pengetahuan, rasa ingin tahu
sesuatu yang baru, memilah kebaikan dan keburukan, memilih jalan hidup dan selanjutnya.
Inilah tahap kesempurnaan seorang manusia yang telah digariskan Allah sejak dulu. Seperti halnya
Adam a.s yang telah diajarkan Allah SWT hingga ia mencapai kesempurnaan seorang insan
(manusia). Peristiwa Harut & Marut adalah sebuah contoh dari bagaimana proses pembelajaran
kepada manusia hingga manusia memiliki kecerdasan yang sangat cepat. Pada intinya adalah
'Pembelajaran' atas 'ketidakberdayaan' otak manusia.
Belajar dan mengajarkan adalah dua sisi seperti dua sisi pada satu uang logam. Kemampuan
manusia ditentukan dari kedua sisi ini. Dan tidak ada seorang manusiapun yang dapat memiliki
kemampuan tanpa ada pihak lain yang mengintervensi otaknya sehingga memiliki kemampuan
dirinya yang bertambah itu. Dan sangat mustahil ada seorang manusia yang memiliki kemampuan
tanpa pembelajaran sebelumnya, kecuali pembelajaran tersebut langsung dari Allah seperti Adam
dahulu. Apa yang terjadi pada kasus bocah tersebut di atas sangat mungkin terjadi bila ada
'intervensi' dari makhluk-makhluk cerdas yang lain, seperti Malaikat. Malaikat adalah makhluk
yang memiliki kecerdasan yang sangat tinggi diatas rata-rata kecerdasan makhluk Jin dan Manusia.
Dan diantara golongan malaikat, Jibril a.s. Adalah malaikat yang sangat cerdas diantara para
malaikat yang lain. Dan ini bukan karena unsur ciptaannya yang berbeda dengan malaikat lainnya,
namun memang Jibril malaikat yang telah banyak belajar dan telah sekian lama proses
pembelajaran itu ia jalani sejak ia diciptakan Allah. Maka tidaklah salah bila Allah memilihnya
sebagai pengemban amanat Tuhan karena kecerdasannya menyerap 'ilmu' Tuhan dan 'pengetahuan'
akan sesuatu hal.
10. Dimensi waktu dari berbagai alam kehidupan diantara makhluk-makhluk Allah sangatlah
berbeda, misalkan manusia mengalami kurun waktu satu bulan lamanya dalam perhitungan
manusia, bisa saja hanya satu minggu dalam perhitungan di alam Jin, atau mungkin saja hanya satu
hari dalam kurun waktu di alam malaikat. Hal inilah yang menjadi pertimbangan seberapa cepat
kemampuan tersebut diserap oleh otak seseorang. Mungkin saja seorang malaikat telah
mengajarkan seorang manusia dalam 'dimensi' kehidupan malaikat, yang apabila diukur kurun
waktunya berbeda dengan perhitungan manusia. Sebagai contoh; berapa lama seseorang akan
mampu menyerap suatu 'ilmu' hingga manusia itu memiliki kemampuannya tersebut? Atau
dalam kurun waktu berapa lama manusia memiliki kecerdasannya tersebut? Pada perhitungan
kurun waktu manusia sekarang; pendidikan SD memerlukan waktu 6 tahun, SMP 3 tahun, SMA 3
tahun, Pendidikan tinggi 4-10 tahun, atau kalau Anda belajar mengaji Qur'an perlu waktu 6-8 bulan
mulai dari kenal huruf hingga kenal tata bahasanya, atau bisa saja satu tahun lamanya Anda baru
memiliki kemampuan mengaji Qur'an. Lalu bagaimana bila 'dimensi' malaikat yang mengambil alih
pembelajaran tersebut, tentu sangat berbeda. Bisa saja seorang anak manusia diajarkan malaikat
dalam tempo singkat, dengan perbandingan; ibarat malaikat hanya lewat sebentar, manusia belajar
dari Maghrib sampai Subuh. Dan mungkin saja ada seorang 'makhluk' cerdas yang mengajarkan
bocah tersebut dalam tempo beberapa hari saja menurut kurun waktu kita, sehingga bocah tersebut
memiliki kemampuan berbahasa asing yang bukan bahasanya sendiri itu dalam sekejap. Atau
'makhluk cerdas' tersebut memasukkan 'ilmu' itu kedalam otak bocah tersebut, sehingga ia memiliki
pemahaman dan kecerdasan diatas kecerdasan manusia lainnya, yang bagi malaikat perumpamaan
itu tak ubahnya seperti halnya bila kita menanyakan arah jalan kepada seseorang, sangat mudah--
bertanya-- dan sangat cepat – jawabannya--. Jadi kemampuan otak bocah tersebut sangat cepat
menerima pelajaran yang diberikan kepadanya. Seperti halnya kemampuan memori komputer
dalam mengolah database yang diinput ke dalam prosesornya, apabila kita menambahkan aplikasi
'turbo' yang dapat meningkatkan proses kerja sistem, maka sistem akan bekerja sangat cepat,
sehingga proses pembacaan isi memori dilakukan dalam sekejap saja. Dan yang terjadi pada
memori otak kedua bocah tersebut sama halnya demikian.
MENGHAFAL DAN MENIRU PENGUCAPAN.
Munculnya bentuk bahasa dan gaya bahasa dilalui dengan proses 'pendengaran' lewat
telinga yang kemudian diteruskan dengan pengulangan pengucapan dari apa yang telah terekam di
memori otak Daya ingat. Memori Daya Ingat seseoranglah yang memberikan output kepada lisan
untuk mengulanginya kembali, dan inilah cikal bakal terbentuknya bahasa dan gaya bahasa.
Sebagai contoh; Ada seorang bayi yang dilahirkan dari rahim seorang wanita Indonesia,
kemudian bayi itu diadopsi oleh orang tua yang asli Amerika dan menetap disana. Bayi tadi
yang tinggal disana akan menyerap seluruh suara-suara yang ada disekelilingnya, termasuk
suara dari kedua orang tua angkatnya itu. Sinyal-sinyal suara yang masuk ke pendengaran sang
bayi itu terekam dalam memori Daya ingat pada otaknya. Lambat laun hingga tumbuh dewasa
sang bayi akan memiliki kemampuan berbicara dalam bentuk bahasa dan gaya bahasa Amerika
sana. Seandainya sang bayi yang telah dewasa itu mencoba tinggal di Indonesia, dia akan
kebingungan dengan suara-suara yang dia dengar. Dia akan menganggap suara-suara tersebut
asing bagi dirinya, sehingga ia belum mengerti bahasa dan gaya bahasa serta tata bahasa
Indonesia. Mengapa demikian? Karena suara-suara sekeliling dirinya belum terekam dalam
memori Daya ingatnya, sehingga dia sulit untuk melakukan pengulangan kata-kata. Karena
pengulangan kata-kata baru akan dapat dimulai bila memori otaknya menyimpan dan
memprosesnya dalam kurun waktu tertentu. Nah, Padahal dahulu sewaktu dia dilahirkan di
sini dari orang tua yang asli Indonesia, lantas mengapa ia tidak mampu mengucapkan kata-kata
dalam bahasa Indonesia? Perlu diingat kembali bahwa pada tahap usia Bayi, sinyal pendengaran
belum dapat tersimpan dalam memori otak, karena Daya ingat belum terbentuk di otaknya. Baru
pada meningkatnya usia, kesempurnaan sistem pendengaran mulai terbentuk. Dan selanjutnya
Tuhan membekalinya dengan kelengkapan lainnya hingga 'terpasang' pada manusia usia bayi
11. tersebut. Inilah 'pola kerja' yang kita namakan kesempurnaan proses penciptaan (insan) dari Tuhan
yang telah menciptakan---bertahap---.
Sinyal-sinyal suara yang masuk melalui pendengaran sebanyak apapun akan berpengaruh
pada menumpuknya input data-data suara yang ada pada memori Daya ingat seseorang. Apabila isi
memori ini tidak tersusun rapi dan sekedar acak (random), maka jelas kemampuan pengulangan
pengucapanpun hanya sebatas itu pula. Maka ada orang yang sekedarnya saja mampu mengucapkan
kata-kata dalam bahasa asing, dan ada pula yang lancar pengulangan bahasanya hingga gaya
bahasanya. Yang satu ini karena Daya ingat mengatur dan menyusun rapi seluruh isi memori Daya
ingat di otaknya. Semua itu dipengaruhi oleh faktor eksternal. Karena faktor eksternal sama halnya
seperti input aplikasi 'turbo' pada dunia komputer. Tergantung Aplikasi apa yang akan dipasang dan
terpasang pada komputer Anda. Manusia pun tergantung pada siapa dan dari siapa 'pembelajaran'
tersebut diperoleh. Inilah yang membentuk pola bahasa dan gaya bahasa yang dipakai dalam
kehidupannya tersebut.
Dan yang pernah terjadi oleh Nabi Muhammad SAW adalah seperti itu pula prosesnya.
Memori Daya ingat beliau yang awalnya kuat karena proses 'refresh' di Gua Hira, memberikan efek
yang sangat cepat dalam memproses 'suara-suara' yang masuk melalui 'pendengaran' yang berasal
dari manapun; entah itu berasal dari Jibril as., atau bahkan suara-suara dari alam kubur sekalipun.
Segala input yang diberikan Jibril a.s sangat cepat diproses dalam memori ingatan beliau, sehingga
proses pengulangan kata-kata tersusun dengan jelas dan terekam permanen dalam memori otaknya.
Inilah yang terjadi pada proses penyampaian wahyu Tuhan dari Jibril as. kepada Muhammad SAW.
Jibril a.s memberikan input kepada Muhammad SAW untuk didengarkan baik-baik,
kemudian seluruh 'berita' dari Jibril itu direkam dalam memori Daya ingat Muhammad, yang
kemudian Muhammad mencoba mengulanginya dengan pengucapan dan pengulangan berulang-
ulang hingga memori tersebut tersusun rapi di otaknya. Daya ingat telah bekerja memproses 'berita'
Jibril dan Muhammad mulailah menggerakkan lisannya. Adakalanya Daya ingat beliau 'memicu'
Daya cipta yang melahirkan olah gerak tangan hingga membentuk tulisan-tulisan yang outputnya
berasal dari memori Daya ingat. Hal itu dilakukan untuk mencocokkan kembali apa yang
diperolehnya dari Daya ingat, sehingga hal ini membuat 'berita' apapun yang berasal dari Jibril
terekam kuat dalam Daya ingat dan Daya cipta beliau. Dalam hal ini tidak terjadi benturan atau
tumpang tindihnya isi memori dalam otak seseorang, sekalipun apa yang masuk melalui
pendengaran adalah sesuatu yang baru didengarnya. Untuk memahami hal ini, saya akan berikan
contoh di bawah ini;
Contoh pertama:
Seandainya Saya orang Betawi dan Saya ingin belajar bahasa Jawa, maka Saya akan banyak
mendengarkan kata-kata dalam bahasa Jawa. Lalu Saya akan merekam dalam memori ingatan Saya
kata demi kata, dan kemudian terjadi interaksi pembicaraan antara Saya dengan orang lain dalam
satu bahasa yaitu bahasa Jawa. Apa yang terucap oleh Saya adalah persis bahasa Jawa, tapi dalam
logat yang belum sepenuhnya hampir serupa dengan logat Jawa. Orang Jawa akan memahami apa
yang saya sampaikan atau Saya ucapkan kata demi kata. Namun orang Jawa akan sedikit merasa
aneh dengan logat bahasa yang Saya ucapkan itu. Namun logat Saya tidak mempengaruhi arti dari
ucapan Saya tersebut, karena orang Jawa akan tetap menyangka bahwa Saya menggunakan kata-
kata bahasa Jawa dalam logat Betawi, bukan dalam logat Jawa.
Memori ingatan dalam Daya ingat saya telah menyimpan setiap kata-kata dalam logat yang
Saya gunakan sehari hari yaitu logat Betawi. Sekalipun sinyal suara yang terekam dalam
pendengaran saya ---bahasa Jawa---- berbeda dari sebelumnya, maka pengucapan lisan saya tetap
dalam logat sebelumnya ---logat Betawi---. Ini mengindikasikan bahwa apa yang masuk ke dalam
memori ingatan Saya adalah hanya kata-kata atau kalimat-kalimat yang tersusun dalam bahasa
Jawa. Daya ingat Saya berusaha memilah yang tercepat untuk direkam dalam memori Daya ingat,
dan ternyata Daya ingat Saya hanya memilih 'kata-kata' dan bukan 'intonasi nada suara' yang
keluar dari kata-kata tersebut yang berasal dari suara orang Jawa itu. Pembelajaran itu hanya
menyentuh sebagian dari memori Daya ingat Saya untuk merekamnya yaitu “KATA/KALIMAT”
12. dan hal lain yang tidak ikut terekam dalam memori Daya ingat Saya adalah “LOGAT/INTONASI
SUARA”.
Ini terjadi karena hal itu adalah 'sesuatu' yang baru bagi otak Saya, dan pembelajaran ini
menghasilkan satu sisi saja dari kecerdasan yang saya dapatkan itu. Apabila IQ Saya memiliki
kemampuan 'turbo' tentulah Saya akan dapat pula menerima kemampuan merekam
“LOGAT/INTONASI SUARA” ---bahasa Jawa--- sehingga pengucapan Saya ---logat--- akan sama
persis dengan yang sering diucapkan oleh orang Jawa asli.
Contoh kedua, adalah pemutar balikan dari contoh pertama;
Kalo Saya bukan seorang Pujangga yang pandai bersyair dan melantunkan puisi indah,
apabila saya ingin menuliskan sebuah syair dengan merangkai kata-kata indah yang mengandung
arti, tentulah saya akan banyak belajar 'bersyair' atau 'berpuisi' dalam intonasi nada suara yang
'berlagu'. Intonasi nada suara yang dibutuhkan dalam melantunkan sebuah syair puisi bukanlah
intonasi yang dikenal sebagai 'Logat' bicara seseorang dalam kesehariannya. Keindahan berbicara
dalam syair/puisi berbeda dengan keindahan berbicara seseorang dalam logatnya masing-masing.
Kemampuan melantunkan nada-nada syair/puisi bukan dipicu oleh data-data input yang berada
pada memori Daya ingat, melainkan berasal dari memori sementara yang terdapat pada memori
otak Daya ingat. Ini berasal dari memori ingatan yang tak sengaja menyimpannya karena
pendengaran pernah merekam sinyal-sinyal suara yang 'bersifat' syair/puisi tersebut pada masa
sebelumnya.
Perumpamaan ini seperti dalam sistem komputer soal ROM (Read Only Memory) dan RAM
(Random Access Memory). Anda pasti sudah tahu bagaimana perbedaan kedua sistem komputer
ini.
Apabila Saya sedang melantunkan sebuah syair/puisi itu jelas bukanlah intonasi nada suara
yang menjadi bagian dari logat saya. Dan ini pun hanya bersifat sementara, artinya; tidak secara
terus menerus saya menggunakannya dalam keseharian. Seandainya saya melakukannya secara
permanen dengan gaya bahasa dan intonasi suara yang demikian, maka tentulah Saya akan
dianggap sebagai 'orang gila'. Perhatikanlah;
“ ...Wahai Rembulanku,...sudikah engkau mencurahkan segenap lumpur hitam kedalam
genggamanku,...Agar dahaga terlepas dari hasratku yang merona ini......” (*) (Syair/puisi #Saya
terhadap Istri saya)
Perhatikan pula yang ini;
“....Maa...buatkan aku kopi segelas, ya...” (**) (Logat bicara #Saya terhadap Istri saya)
Keduanya memiliki maksud yang sama, yaitu perintah Saya terhadap istri untuk membuatkan
secangkir kopi.
Dari kedua lantunan suara di atas itu, Anda akan dapat membedakan, mana lantunan suara yang
bersifat syair/puisi dengan lantunan suara yang bersifat logat bicara. Keduanya Saya lakukan dalam
sekali waktu. Yang pertama (*) tentu akan memberi kesan 'tidak serius' atau main-main/guyon,
Saya terhadap Istri Saya. Yang kedua (**) sudah pasti memberi kesan 'serius' atas apa yang Saya
lantunkan yakni sebuah perintah terhadap Istri Saya. Dan kedua-duanya memang bersifat 'perintah'
yang sedang saya lakukan, yaitu 'Bicara' dalam dua versi ---intonasi nada suara---.
Seandainya Saya menggunakan versi yang pertama itu (*) ---secara permanen--- tentulah Istri Saya
akan mengatakan “Mas, kamu kaya orang gila...minta kopi kok kaya gitu ngomongnya...” Ini
baru sebagian kecil yang Saya gunakan dalam pembicaraan, walaupun dalam hal ini Istri Saya
memahami arti dari apa yang Saya ucapkan.
Bagaimana seandainya saya menggunakan seluruh pembicaraan Saya dengan gaya bahasa dan
13. intonasi bicara yang 'bersifat' syair/puisi? Tentu semua orang akan menganggap Saya gila, sok
puitislah, pujangga kampungan-lah dan sebagainya.
Itulah yang pernah terjadi pada masa lalu nabi Muhammad SAW, tatkala beliau
melantunkan ayat-ayat Qur'an kepada siapa saja sebagai nasehat atau pun pemberitahuan yang di
sampaikan Beliau terhadap umatnya.
Padahal mereka telah mengetahui artinya dan mereka memahaminya, dan nabi pun telah
menjelaskannya bahwa ini berasal dari Tuhan Allah. Tetapi kebanyakan dari mereka menganggap
itu sebagai hasil karya pujangga-pujangga dahulu kala dalam bersyair dan berpuisi, dan mereka
mengganggap Nabi Muhammad telah meniru-niru gaya bicara para pujangga/penyair tempo dulu,
sehingga mereka tidak percaya bahwa ucapan 'Qur'an' itu ---dari Muhammad SAW--- adalah
wahyu Tuhan yang telah Beliau peroleh dariNya. Allah pun menantang mereka-mereka yang tidak
percaya bahwa lantunan itu adalah milikNya, yang dengan apa adanya telah disampaikan oleh
seorang hamba pilihanNya, sebagai bentuk teguran, pedoman hidup, nasehat-nasehat kebaikan, dan
lain-lain.
Dalam hal ini mereka (kaum kafir) menganggap 'lantunan' yang disuarakan Muhammad
adalah lantunan para penyair/pujangga yang mereka ketahui sebelumnya. Padahal mereka yang
meyakini sepenuhnya soal kriteria syair/puisi yang telah mereka kenal dan tak asing di telinga
mereka, tentulah akan merasa takjub dengan intonasi dan gaya bahasa yang sangat berbeda dari apa
yang sudah mereka ketahui selama itu. Ya, intonasi dan gaya bahasa yang sangat berbeda dari
kebanyakan pujangga pada masa itu ataupun masa lampau. Mereka yang telah paham akan sangat
mudah memilah bahwa 'lantunan' yang disuarakan oleh Muhammad adalah bukan dari pujangga
manapun, sekalipun Muhammad dianggap telah mempelajari gaya bahasa seperti itu. Kebanyakan
mereka mempertanyakan darimana asal 'gaya bahasa' seperti itu, dan Muhammad meyakinkan
mereka bahwa 'lantunan' yang dia ucapkan bukan hasil karyanya, melainkan hasil karya Tuhan
Sang Pencipta. Muhammad menjelaskan dengan logat bahasa yang biasa beliau gunakan dalam
kesehariannya terhadap mereka-mereka yang berminat mengetahui 'lantunan' tersebut. Pada
sesekali beliau melantunkan, mereka mendengarkan sambil mengamati intonasi nada suara serta
gaya bahasa yang dipakai Muhammad kala itu. Mereka merasa aneh dengan gaya bahasa yang
diucapkan Muhammad saat melantunkan 'Qur'an'. Sekalipun Qur'an diturunkan dalam bahasa Arab,
namun gaya bahasa Arab yang terdapat di dalamnya berbeda dengan gaya bahasa Arab yang
dipakai oleh mereka dalam kesehariannya. Sekiranya dibandingkan dengan gaya bahasa syair dari
pujangga-pujangga Arab masa lalu, akan terlihat perbedaan yang jauh sekali dengan syair/puisi dari
Allah ini. Itulah yang membuat kemantapan hati mereka untuk meyakini bahwa ini berasal dari
Allah (Tuhan Sang Pencipta) dan bukan karya pujangga terkenal manapun atau bukan pula dari
Muhammad.
Dan yang membuat keteguhan hati mereka beriman terhadap Tuhan adalah karena
kepercayaan mereka terhadap Muhammad akan apa yang disampaikan, bahwa Tuhan-lah yang
mengajarkan semua itu kepada dirinya, Tuhan-lah yang telah mengajarkan dirinya hingga bisa
membaca dan menulis, Tuhan-lah yang telah mengajarkan dirinya hingga mampu berbicara lancar
dan melantunkan 'ayat-ayatNya' dengan gaya bahasa yang indah, Tuhan-lah yang mengajarkan
bagaimana cara mengatur intonasi nada pada lantunan 'ayat-ayatNya' tersebut hingga siapapun yang
mendengarkannya akan terbawa dalam renungan-renungan suci dalam dirinya, Tuhan-lah yang
mengajarkan bagaimana cara mengingat kata-kata dan menghafalnya hingga bisa mengucapkannya
kembali, Tuhan-lah yang mengajarkannya bagaimana menyusun 'wahyu' dan mengarsipkannya
hingga dia mampu mengingatnya dari awal hingga akhir berita 'wahyu' tersebut, Tuhan-lah yang
memberi pengertian menyeluruh soal berita 'wahyu' secara mendetail kepadanya hingga
Muhammad mampu menjelaskan kepada mereka yang tidak/belum percaya akan kebenaran Tuhan,
atau bahkan kepada mereka yang belum tahu arti Tuhan dan Ketuhanan bagi diri mereka itu.
Mereka yang telah mendapat penjelasan soal ketuhanan dari Muhammad, semakin mengerti dan
memahami apa itu Tuhan. Hal-hal baru seperti inilah ---masalah ketuhanan-- yang membuat diri
mereka semakin penasaran dengan pribadi Muhammad. Yang mana telah mereka ketahui
14. sebelumnya bahwa Muhammad dulu belum kenal apa itu Tuhan, hingga Muhammad sendiri yang
menjelaskan kepada mereka apa itu Tuhan bagi manusia. Sehingga mereka semakin yakin bahwa
Muhammad tidak main-main dengan perbuatannya itu ---melantunkan syair Tuhan dan menjelaskan
soal Tuhan---.
***