Dokumen tersebut membahas konsep masyarakat dan prespektif filsafat pendidikan Islam. Secara umum, dibahas tentang pengertian masyarakat secara umum dan dalam Islam, unsur-unsur pembentukan masyarakat, karakteristik masyarakat Muslim, serta peran, tugas, dan tanggung jawab masyarakat terhadap pendidikan Islam.
KONSEP MASYARAKAT DAN PRESFEKTIF FILSAFAH PENDIDIKAN ISLAM
1. KONSEP MASYARAKAT DAN
PRESFEKTIF FILSAFAH
PENDIDIKAN ISLAM
DISUSUN OLEH:
Nissa zahru oktavianti (2101020203)
Nuralam yazied (2101020202)
DOSEN PENGAMPUAngga fahmi, M.pd
MATA KULIAH
FILSAFAT PENDIDIKKAN ISLAM
2. A. Konsep
masyarakat
umum dan
presfektif falsafah
pendidikan islam
Menurut presfektif tokoh ahli seperti muzayyin Arifin
mengatakan bahwa filsafat pendidikan Islam pada
hakikatnya adalah konsep berpikir tentang
kependidikan yang bersumberkan atau berlandaskan
ajaran-ajaran agama Islam tentang hakikat
kemampuan manusia untuk dapat dibina dan
dikembangkan serta dibimbing menjadi manusia
Muslim yang seluruh pribadinya dijiwai oleh ajaran
Islam. Sedangkan menurut omar Muhammad al-
Taomy al-Syaibany, filsafat pendidikan Islam tidak
lain ialah pelaksanaan pandangan filsafat dari kaidah
filsafat Islam dalam bidang pendidikan yang
didasarkan pada ajaran Islam.
3. a. Makna
masyarakat
umum
Dalam bahasa Inggris masyarakat disebut dengan istilah
society, dari bahasa Latin societas (dari socio = mengambil
bagian, berbagi, menyatukan). Dalam pandangan
beberapa filosof, pengertian masyarakat adalah:
1. Plato tidak membedakan antara pengertian negara dan
masyarakat. Negara tersusun dari individu individu dan
tidak disebutkan kesatuan-kesatuan yang lebih besar.
Negara sama dengan masyarakat;
2. Aristoteles membuat perbedaan antara negara dan
masyarakat. Negara adalah kumpulan dari unit-unit
kemasyarakatan. Masyarakat terdiri dari keluarga-
keluarga;
3. Comte memperluas analisis-analisis masyarakat,
dengan menganut suatu pandangan tentang masyarakat
sebagai lebih dari suatu agregat (gerombolan) individu-
individu
4. Secara umum masyarakat adalah sekumpulan manusia yang bertempat
tinggal dalam suatu kawasan dan saling berinteraksi dengan sesama untuk
mencapai tujuan. Anggota masyarakat terdiri dari berbagai ragam
pendidikan, profesi, keahlian, suku bangsa, agama, maupun lapisan sosial
sehingga menjadi masyarakat yang majemuk. Sedangkan Masyarakat
dalam Islam sering diistilahkan dengan ummat atas umma. Istilah ummah
berasal dari kata ‘amma, artinya bermaksud (qashada) dan berniat keras
(‘azima). Pengertian seperti ini terdiri atas tiga arti yakni “gerakan” dan
“tujuan”, dan “ketetapan hati yang sadar”. Dan sepanjang kata ‘amma itu
pada mulanya mencakup arti “kemajuan” maka tentunya ia
memeperlihatkan diri sebagai kata yang terdiri atas empat arti, yaitu
usaha, gerakan, kemajuan, dan tujuan. Di samping hal di atas, perlu
diungkapkan pula beberapa pendapat tentang masyarakat sebagai berikut :
1. Menurut Selo Sumardjan masyarakat adalah orang-orang yang hidup
bersama dan menghasilkan kebudayaan;
2. Menurut Karl Marx masyarakat adalah suatu struktur yang menderita
suatu ketegangan organisasi atau perkembangan akibat adanya
pertentangan antara kelompok-kelompok yang terbagi secara ekonomi;
3. Menurut Emile Durkheim masyarakat merupakan suatu kenyataan
objektif pribadi yang merupakan anggotanya;
4. Menurut Paul B. Horton & C. Hunt masyarakat merupakan kumpulan
manusia yang relatif mandiri, hidup bersama-sama dalam waktu yang
cukup lama, tinggal di suatu wilayah tertentu, mempunyai kebudayaan
sama serta melakukan sebagian besar kegiatan di dalam kelompok /
kumpulan manusia tersebut.
5. B. Unsur-unsur
pembentukan
masyarakat
Ikatan apa yang membuat suatu kesatuan
manusia itu menjadi suatu masyarakat ? Yaitu pola
tingkah laku yang khas mengenai semua factor
kehidupannya dalam batas kesatuan itu. Bahwa mereka
memang merupakan suatu kesatuan khusus yang
berbeda dari kesatuan-kesatuan manusia lainnya.
Soekanto menyebutkan beberapa unsur masyarakat
(Society) sebagai berikut:
1. Manusia yang hidup bersama.
2.Berampur untuk waktu yang lama.
3. Adanya kesadaran bahwa mereka adalah satu
kesatuan.
4.Mereka merupakan suatu system hidup bersama.
6. c. Karakter
masyarakat
muslim
Al- Qur’an memberikan informasi tentang karakter yang perlu
dimiliki oleh masyarakat Islam. Karakter tersebut antara lain
1. masyarakat komunikatif. Manusia adalah makhluk yang
saling berhubungan, :
2. Masyarakat penafsir. Manusia dalam kultur yang berbeda
akan memberikan penafsiran yang berbeda pula.
3. masyarakat nilai. Nilai-nilai ajaran Islam merupakan satu
kesatuan. Masyarakat islam adalah masyarakat yang patuh
terhadap nilai-nilai.
4. Masyarakat keluarga. Masyarakat Islam adalah masyarakat
yang terdiri atas keluarga-keluarga. Institusi keluarga terbentuk
karena perkawinan.
5. Masyarakat berorientasi pada mustadh›afin. Masyarakat
Islam adalah masyarakat yang sangat kuat memihak kepada
masyarakat yang lemah.
6. Masyarakat egaliter. Masyarakat Islam adalah masyarakat
yang egaliter,penuh persamaan, terbuka bagi pengembangan
warganya, tanpa melihat asal strata sosial warga bersangkutan.
7. d.
Peran,tugas,dan
tanggung jawab
terhadap
pendidikan islam
masyarakat terutama peran pendidikan agama Islam
dan peran Undang-Undang Sisdiknas Nomor 20 Tahun
2003, maka bentuk peran serta masyarakat dalam
rangka ikut serta meningkatkan pembelajaran
pendidikan agama Islam yaitu:
1. Revitalisasi serta reorientasi didalam pendidikan
keIslaman terutama pada keluarga dan anggota
keluarga merupakan bagian tak terpisakan dari
individu-individu masyarakat, serta memiliki peranan
dalam masyarakat yang strategis didalam memberikan
dorongan terhadap pendidikan agama Islam.
2. Berpartsipasi aktif dalam Komite
Madrasah/Sekolah Salah satu dari sarana untuk ikut
berperan serta di dalam meningkatkan suatu kualitas
pendidikan agama adalah masyarakat yang juga dapat
ikut berperan aktif di Komite Sekolah/Madrasah
sebagaimana yang diatur di dalam pasal 56 UU
Sisdiknas No. 20 Tahun 2003, bahwa masyarakat juga
dapat ikut berperan aktif dalam peningkatan mutu
pelayanan pendidikan yang meliputi yaitu perencanaan,
8. 3. Suatu lembaga pendidikan keagamaan secara umum masih
tetap dianggap lembaga pendidikan nomor dua jika dibandingkan
dengan sekolah-sekolah umum lainnya. Masalah ini juga yang
dapat menjadikanperhatian para pengamat pendidikan Islam,
maka wujud nyata peran serta dalam masyarakat sebagai usaha
untuk meningkatkan kualitas mutu pendidikan keagamaan yaitu
mendirikan serta mengembangkan lembaga-lembaga keagamaan
yang bersifat nonforman berbasis mutu keislaman.
4. Mendorong dan mendukung dalam semua program
Pendidikan Agama di madrasah/sekolah; Peran serta masyakat
dalam meningkatkan mutu pendidikan agama juga bisa dapat
dilakukan dengan cara mendorong dan mendukung disemua
kebijakan yang dilakukan Sekolah/madrasah yang terkait dalam
peningkatan suatu mutu pendidikan agama, baik melalui
program kegiatan kurikuler, misalnya, dengan adanya jam
tambahan khusus untuk jam pelajaran agama (Membaca Al-
Qur’an setiap harinya pada awal memulai pembelajaran dikelas,
seperti di Al-Azhar, di MAN, di MTS, dan Islamic Fullday School,
atau dari beberapa sekolah umum lainnya, dan juga
membiasakan dengan berbusana Muslim di Sekolah umum juga
tentunya dapat mendukung di dalam program-program ekstra,
seperti pengamalan ibadah, praktikum Dhuha, bimbingan baca
quran, dll.