2. Kisah nabi Idris
Tentang Nabi Idris disebutkan dalam ayat dalam surah Maryam,
ًّايِبَن اًقِّيِد ِص َانَك ُهَّنِإ ۚ َيس ِْردِإ ِبَاتِكْال يِف ْرُكْذا َوًّايِلَع اًناَكَم ُهَانْعَفَر َو
“Dan ceritakanlah (hai Muhammad kepada mereka, kisah) Idris (yang tersebut) di dalam Al Quran. Sesungguhnya ia
adalah seorang yang sangat membenarkan dan seorang nabi. Dan Kami telah mengangkatnya ke martabat yang
tinggi.” (QS. Maryam: 56-57)
Diriwayatkan dari Hilal bin Yasaf, ia berkata, “Ibnu ‘Abbas bertanya kepada Ka’ab sementara aku ada di sana. Ibnu
‘Abbas bertanya padanya, “Apa maksud firman Allah kepada Idris ‘Dan Kami telah mengangkatnya ke martabat
yang tinggi‘. Ka’ab menjawab, “Adapun Idris, Allah berfirman mewahyukan kepadanya sesungguhnya setiap hari Aku
mengangkat untukmu seperti amalan seluruh anak Adam.” Idris terus menambah amal, sampai malaikat
mendatanginya. Idris berkata pada malaikat tersebut, “Sesungguhnya Allah mewahyukan kepadaku demikian dan
demikian. Bicaralah pada malaikat maut agar menunda kematianku hingga aku bisa terus menambah amal.”
Kemudian malaikat tersebut membawa Nabi Idris ke langit keempat lalu bertemu malaikat maut. Lalu dinyatakan
bahwa waktu hidup Nabi Idris sebentar lagi. Malaikat maut pun mencabut ruh idris di langit keempat.
3. Kisah nabi Hud
ٍةَيِتاَع ٍرَص ْرَص ٍيح ِرِب واُكِلْهُأَف ٌداَع اَّمَأ َو
ْال ى َرَتَف اًموُسُح ٍَّاميَأ َةَيِناَمَث َو ٍلاَيَل َعْبَس ْمِهْيَلَع َاهَرَّخَسَْخن ُازَجْعَأ ْمُهَّنَأَك ٰىَع ْرَص اَهيِف َم ْوَقِوَاخ ٍلٍةَي
ٍةَيِقاَب ْنِم ْمُهَل ٰى َرَت ْلَهَف
“Adapun kaum ‘Aad maka mereka telah dibinasakan dengan angin yang
sangat dingin lagi amat kencang, yang Allah menimpakan angin itu kepada
mereka selama tujuh malam dan delapan hari terus menerus; maka kamu
lihat kaum ‘Aad pada waktu itu mati bergelimpangan seakan-akan mereka
tunggul pohon kurma yang telah kosong (lapuk). Maka kamu tidak melihat
seorangpun yang tinggal di antara mereka.” (QS. Al-Haqqah: 6-8)
4. و
َلَخ ْدَق َو ِافَقْحَ ْاْلِب ُهَم ْوَق َرَذْنَأ ْذِإ ٍداَع َاخَأ ْرُكْذا َََخ ْنِم َو ِهْيَدَي ِْنيَب ْنِم ُرُذذنال ِتَت َََّّأ ِهِِْلََِّّإ ُوادُبْع
ٍيمِظَع ٍم ْوَي َابَذَع ْمُكْيَلَع َُافخَأ يِِّنِإ َ َّاَّلل
21. Dan ingatlah (Hud) saudara kaum ‘Aad yaitu ketika dia memberi
peringatan kepada kaumnya di Al Ahqaaf dan sesungguhnya telah
terdahulu beberapa orang pemberi peringatan sebelumnya dan
sesudahnya (dengan mengatakan): “Janganlah kamu menyembah
selain Allah, sesungguhnya aku khawatir kamu akan ditimpa azab hari
yang besar”.
5. ِتْأَف َانِتَهِلآ ْنَع َانَكِفْأَتِل َانَتْئ ِجَأ واُلاَقَّصال َنِم َتْنُك ْنِإ َانُدِعَت اَمِب َانَينِقِدا
22. Mereka menjawab: “Apakah kamu datang kepada kami
untuk memalingkan kami dari (menyembah) tuhan-tuhan
kami? Maka datangkanlah kepada kami azab yang telah
kamu ancamkan kepada kami jika kamu termasuk orang-
orang yang benar”.
6. ُكُغِِّلَبُأ َو ِ َّاَّلل َدْنِع ُمْلِعْال اَمَّنِإ َلاَقاَرَأ يِِّنِكَٰل َو ِهِب ُتْلِس ْرُأ اَم ْمَونُلَهْجَت اًم ْوَق ْمُك
23. Ia berkata: “Sesungguhnya pengetahuan (tentang
itu) hanya pada sisi Allah dan aku (hanya)
menyampaikan kepadamu apa yang aku diutus dengan
membawanya tetapi aku lihat kamu adalah kaum yang
bodoh”.
7. ُلاَق ْمِهِتَيِد ْوَأ َلِبْقَتْسُم اًض ِارَع ُه ْوَأَر اَّمَلَفا اَم َوُه ْلَب ۚ َانُرِطْمُم ٌض ِارَع اَذَٰه واۖ ِهِب ْمُتْلَجْعَتْس
ٌميِلَأ ٌابَذَع اَهيِف ٌحي ِر
24. Maka tatkala mereka melihat azab itu berupa awan yang
menuju ke lembah-lembah mereka, berkatalah mereka: “Inilah
awan yang akan menurunkan hujan kepada kami”. (Bukan!)
bahkan itulah azab yang kamu minta supaya datang dengan
segera (yaitu) angin yang mengandung azab yang pedih,
8. وُحَبْصَأَف اَهِِّب َر ِرْمَأِب ٍءْيَش َّلُك ُرِِّمَدُتِلَٰذَك ۚ ْمُهُنِكاَسَم ََِّّإ ٰىَرُي ََّ اَم ْوَقْال ي ِزَْجن َك
َينِم ِرْجُمْال
25. yang menghancurkan segala sesuatu dengan perintah
Tuhannya, maka jadilah mereka tidak ada yang kelihatan
lagi kecuali (bekas-bekas) tempat tinggal mereka.
Demikianlah Kami memberi balasan kepada kaum yang
berdosa. (QS. Al-Ahqaf: 21-25)
Nabi Hud ‘alaihis salam sendiri memisahkan diri di suatu
tembok bersama dengan orang beriman. Hanya angin yang
lembut yang mengusap kulit dan menenangkan jiwa
mereka.
9. Kisah nabi Saleh
Kaumnya Nabi Shalih adalah Tsamud. Tsamud adalah kabilah yang sudah masyhur. Mereka
disebut Tsamud karena nama kakek mereka, Tsamud, saudara laki-laki dari Jadis. Jadis dan
Tsamud adalah anak dari ‘Amir bin Iram bin Sam bin Nuh.
Kaum Tsamud adalah bangsa Arab dari ‘Aribah. Kaum Tsamud tinggal di Al-Hijr, daerah antara
Hijaz dan Tabuk. Tsamud datang setelah kaum ‘Aad. Kaum Tsamud itu menyembah berhala
sebagaimana kaum ‘Aad. Akhirnya diutuslah nabi dari kalangan mereka yaitu Shalih bin ‘Ubaid
bin Masikh bin ‘Ubaid bin Hajir bin Tsamud bin ‘Abir bin Iram bin Sam bin Nuh.
Nabi Shalih mengajak kaumnya untuk mentauhidkan Allah, beribadah kepada Allah semata,
agar mereka meninggalkan berhala, dan tidak berbuat syirik kepada Allah sedikit pun. Sebagian
dari mereka mau beriman. Namun, mayoritas dari mereka itu kafir. Kaum Tsamud mencela
Nabi Shalih dengan ucapan dan perbuatan hingga mereka ingin membunuh Nabi Shalih dan
untanya yang dijadikan hujah bagi mereka.
10. Disebutkan tentang kaum Tsamud,
ِم ْمُكَل اَم َ َّاَّلل ُوادُبْعا ِم ْوَق اَي َلاَق ۗ اًحِلاَص ْمُهَاخَأ َدوُمَث ٰىَلِإ َوِِّيَب ْمُكْتَءاَج ْدَق ۖ ُهُْريَغ ٍهَٰلِإ ْنَر ْنِم ٌَةنًةَيآ ْمُكَل ِ َّاَّلل ُةَقَان ِهِذَٰه ۖ ْمُكِِّب
َذُخْأَيَف ٍوءُسِب َاهوذسَمَت ََّ َو ۖ ِ َّاَّلل ِض ْرَأ يِف ْلُكْأَت َاهوُرَذَف ٌَۖميِلَأ ٌابَذَع ْمُك
“Dan (Kami telah mengutus) kepada kaum Tsamud saudara mereka Shalih. Ia berkata:
“Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada Rabb bagimu selain-Nya.
Sesungguhnya telah datang bukti yang nyata kepadamu dari Rabbmu. Unta betina
Allah ini menjadi tanda bagimu, maka biarkanlah dia makan di bumi Allah, dan
janganlah kamu mengganggunya dengan gangguan apapun, (yang karenanya) kamu
akan ditimpa siksaan yang pedih”.” (QS. Al-A’raf: 73)
11. Kisah Unta Nabi Shalih
Kaum Tsamud meminta unta bunting tua kepada Nabi Shalih dan dikeluarkan dari
sebuah batu. Kalau itu dipenuhi, mereka akan beriman kepada Allah. Kemudian
permintaan tersebut terpenuhi dengan sebelumnya Nabi Shalih melaksanakan shalat
lalu berdoa. Unta tersebut keluar dari batu. Setelah melihat kejadian tersebut, ada
yang beriman, tetapi mayoritas masih kafir. Unta tersebut dimanfaatkan oleh kaum
Tsamud dengan diambil susunya, bahkan berlangsung dalam waktu lama. Tetapi kaum
Tsamud setelah itu malah bersepakat untuk menyembelihnya. Orang yang
bertanggung jawab menyembelih unta tersebut adalah Qudar bin Salif.
ُْريَغ ٌدْع َو َكِلَٰذ ۖ ٍَّاميَأ َةَث ََلَث ْمُك ِارَد يِف واُعَّتَمَت َلاَقَف َاهوُرَقَعَفوبُذْكَم
“Mereka membunuh unta itu, maka berkata Shaleh: “Bersukarialah kamu sekalian di
rumahmu selama tiga hari, itu adalah janji yang tidak dapat didustakan”.” (QS. Hud:
65)
12. Siksaan pada Kaum Tsamud
Pembesar kaum Tsamud disiksa sebelum kaumnya yaitu dengan
dilemparkan bebatuan yang menghancurkan kepala mereka.
Pada hari Kamis, wajah mereka kuning (cemas dan khawatir). Pada hari
kedua, wajah mereka menjadi berwarna merah. Pada hari ketiga,
wajah mereka berwarna hitam. Pada hari Ahad, mereka telah matang
dan ketika matahari terbit, datanglah satu pekikan suara dari langit dan
guncangan dari bumi. Karena itulah ruh mereka keluar.