SlideShare a Scribd company logo
1 of 30
FilsafatIlmudanPendekatanPascadisiplin
Dr. Ahmad Ibrahim Badr y, S.Fil., M.Hum.
School of Global and Strategic Studies
Universitas Indonesia
BagianVIII:
Posmodernisme,
EraInformasi,
danParadigma
Ilmu,serta
Cyberculture
Posmodernisme dan Perubahan
Paradimatik dalam Ilmu
Lyotard, Posmodern, Narasi
Besar, dan Ekonomi Hasrat
Baudrillard: Ekonomi Politik
Tanda dan Permainan Simulakra
Era Informasi dan Problemnya
Budaya Siber dalamTinjauan
PosmodernismedanPerubahanParadimatikdalamIlmu
DuaPendekatanPosmodernisme
Pendekatan yang pertama menekankan sifat eksistensi yang
terfragmentasi, tidak stabil, tidak pasti, terputus-putus, bermigrasi, hiper-
nyata, yang mengarahkan mereka untuk mengusulkan berbagai versi dari
tidak- atau anti- mentotalisasi praktik yang transgresif atau disruptif. Hal ini
membuat karya mereka menolak, dan meragukan, narasi “meta” atau
“agung”, sistematika, atau koherensi dalam seni atau interpretasi.
Pendekatan kedua berbicara dari perspektif ekonomi Marxis, Fredric
Jameson, dan menekankan krisis representasi, kapitalisme (belakangan)
yang semakin monolitik yang didominasi oleh kelompok multinasional yang
semakin kecil, dan penilaian utilitas dan kemampuan pemasaran daripada
etika dalam domain pengetahuan. Dari sudut pandang ini, posmodernitas
adalah periode sejarah, tahap kapitalisme, bahkan “cara produksi.” Budaya
menawarkan beberapa medan untuk eksplorasi fenomena ini, ruang untuk
menelusuri “gejala” dari tahap ini dan studi tentang karakteristiknya yang
mencolok, yang sering digambarkan dengan latar belakang globalisasi,
universalisasi kapitalis, atau akhir sejarah.
(Barsky, 2001, pp. 304-305).
Etimologi & Sejarah: Berasal dari
kombinasi yang membingungkan secara
etimologis dari “post” (sesudah) dan
“modo” (saat sekarang), dan dengan
atribut yang dapat ditelusuri melalui
sejarah pemikiran modern tetapi yang
mengambil bentuk saat ini setelah
Perang Dunia Kedua, posmodernitas
sekarang secara longgar mencakup atau
berkaitan dengan serangkaian gerakan,
terkadang tidak sesuai, yang muncul di
negara-negara kaya di Eropa dan
keturunan Eropa dalam seni, arsitektur,
sastra, musik, ilmu sosial, dan
humaniora.
ModernismevsPosmodernisme (Hassan,1982,pp.267-268)
Modernisme Posmodernisme
Romantisisme/Simbolisme Patafisik/Dadaisme
Bentuk (konjungtif, tertutup) Anti-bentuk (disjungtif, terbuka)
Bertujuan Bermain
Desain Kesempatan
Hierarki Anarki
Kuasa/Logos Payah/Sunyi
Objek Seni/Karya Selesai Proses/Pertunjukkan/Kejadian
Jarak Partisipasi
Kreasi/Totalisasi Dekreasi/Dekonstruksi
Sintesis Antitesis
Kehadiran Ketakhadiran
Memusat Menyebar
Genre/Batasan Teks/Antarteks
Semantik Retorik
Paradigma Sintagma
Hipotaksis Parataksis
Modernisme Posmodernisme
Metafor Metonimi
Seleksi Kombinasi
Akar/Kedalaman Rizoma/Permukaan
Penafsiran/Pembacaan Menentang Penafsiran/Salah-baca
Petanda Penanda
Dapat-didengar (Dibaca) Dapat-ditulis (Ditulis)
Naratif/Grande Histoire Anti-Naratif/Petit Histoire
Penguasa Kode Idiolek
Gelagat Hasrat
Tipe Mutan
Genital/Phallus Polimorf/Androgini
Paranoia Skizoprenia
Asal Muasal/Sebab Différence-Différance/Jejak
Tuhan (Sang Bapa) Roh Kudus
Metafisika Ironi
Determinasi Indeterminasi
Transendensi Imanensi
Lyotard,Posmodern,NarasiBesar,danEkonomiHasrat
Posmodern adalah posmodern yang, ada dalam modern, mengedepankan
hal yang tidak dapat dihadirkan dalam presentasi itu sendiri; sesuatu yang
menyangkal dirinya sendiri sebagai pelipur lara atau bentuk-bentuk yang
baik, konsensus rasa yang memungkinkan untuk berbagi secara kolektif
nostalgia untuk yang tak terjangkau; apa yang mencari presentasi baru,
bukan untuk menikmatinya tetapi untuk memberikan kesan yang lebih
kuat tentang hal yang tidak dapat ditampilkan. Seorang seniman atau
penulis posmodern berada pada posisi seorang filsuf: teks yang dia tulis,
karya yang dia hasilkan pada prinsipnya tidak diatur oleh aturan yang
telah ditetapkan sebelumnya, dan mereka tidak dapat dinilai menurut
pertimbangan yang menentukan, dengan menerapkan kategori yang
sudah dikenal pada teks atau pada karya tersebut.Aturan dan kategori
itulah yang dicari oleh karya seni itu sendiri. Maka seniman dan penulis
bekerja tanpa aturan untuk merumuskan aturan tentang apa yang perlu
diselesaikan.Oleh karena itu, fakta bahwa karya dan teks memiliki
karakter dari suatu peristiwa; oleh karena itu pula, mereka selalu datang
terlambat untuk penulis mereka, atau, apa artinya sama, mereka
dimasukkan ke dalam pekerjaan, realisasi mereka (mise en oeuvre) selalu
dimulai terlalu cepat. Post modern tentunya harus dipahami sesuai
paradoks masa depan (post) yang anterior (modo).
(Lyotard, 1984, p. 81)
Posmodern sebagai Paradoks
Tesis: Sebuah frase, bahkan yang paling biasa, dibentuk menurut seperangkat
aturan (regimennya). Ada sejumlah regimen frase: menalar, mengetahui,
mendeskripsikan, menghitung ulang, mempertanyakan, menunjukkan, menata,
dll. Frase dari regimen heterogen tidak dapat diterjemahkan dari satu ke yang
lain. Mereka dapat dihubungkan satu sama lain sesuai dengan tujuan yang
ditetapkan oleh genre wacana. Misalnya, dialog menghubungkan pameran
(pertunjukan) atau definisi (mendeskripsikan) ke pertanyaan;Yang dipertaruhkan
adalah kedua pihak mencapai kesepakatan tentang arti referensi. Genre wacana
menyediakan aturan untuk menghubungkan bersama frase heterogen, aturan
yang tepat untuk mencapai tujuan tertentu: untuk mengetahui, untuk mengajar,
untuk menjadi adil, untuk merayu, untuk membenarkan, untuk mengevaluasi,
untuk membangkitkan emosi, untuk mengawasi. ...Tidak ada “bahasa” secara
umum, kecuali sebagai objek dari sebuah Idea.
Konteks: “LinguisticTurn” dari filsafat Barat (karya Heidegger kemudian,
penetrasi filsafat Anglo-Amerika ke dalam pemikiran Eropa, perkembangan
teknologi bahasa); dan secara korelatif, kemunduran wacana universalis (doktrin
metafisik zaman modern: narasi kemajuan, sosialisme, kelimpahan,
pengetahuan). Keletihan sehubungan dengan “teori,” dan kelambanan
menyedihkan yang menyertainya (baru ini, baru itu, pasca-ini, pasca-itu, dll.).
Waktunya telah tiba untuk berfilsafat.
(Lyotard, 1988, pp. xii-xiii)
Le Differend: Bahasa dan Runtuhnya Narasi Besar
Ketentuan pertukaran tidak dapat ditukar, setiap segmen pita libidinal sepenuhnya
singular. Namun, dengan konvensi, di bawah nama kebutuhan, tekanan dari
kekuatan hasrat pada titik mana pun dari pita ini akan menjadi terukur, dan
dengan konvensi orang akan membandingkannya, di bawah nama barang, untuk
mencolokkan dan melepaskan, dengan proporsi tubuh atau produk lain dari tubuh
itu. Siapa yang satu ini? Suatu dispositif dari politeia-koinonia. Dan sehubungan
dengan uang, itu adalah standar sebagai uang akuntansi dan yang netral dari
belas-kasih sebagai uang pembayaran: konvensi dari konvensi kebutuhan.
Kebutuhan adalah apa yang benar-benar dihamburkan melalui uang. Uang adalah
nol kebutuhan. Akan tetapi, oleh karena kebutuhan pertama-tama adalah situs
median hasrat, reabsorpsi intensitas berlaku sebagai niat yang terukur, seperti
halnya warga negara isonomik diperoleh melalui penindasan heteronomies dan
anomies. Kebutuhan adalah hasrat yang dipertahankan dalam kanon identitas, itu
dapat dipertukarkan karena tak beda, atau tak-berbeda (indifferent).
(Lyotard, 1993, pp. 161-162)
Ekonomi Libido sebagai Ekonomi Politik
‘Apa yang dilakukan uang bagi kita adalah bertindak sebagai jaminan (egguètès) pertukaran
di masa depan: bahwa jika dibutuhkan sekarang, uang itu akan terjadi saat kebutuhan
muncul ...’ (Aristotle, Nicomachean Ethics , BookV, 5 , 1 1 33a-b). Oleh karena itu, nol uang
ini masih merupakan sesuatu yang lain: itu adalah contoh temporal, kehadiran kekal dari
kemungkinan pertukaran, dan karenanya dari kebutuhan dan kemungkinan kebutuhan. Ini
adalah 'untuk semua waktu' pasar dan komunitas. Uang memperkenalkan
omnitemporalitas (berlaku di semua waktu), baik dalam siklus ekonomi dan pemikiran
sejauh keduanya diterima sebagai sesuatu yang berarti. Nol uang adalah wilayah
pembatalan, potensi, selalu mungkin: saya lapar, saya beli, saya makan; di mana ada
eksterioritas kebutuhan dan barang, tidak ada yang tersisa (kebutuhan dipuaskan, barang
dikonsumsi) tetapi nol dari uang yang dibayarkan, diteruskan ke tangan penjual.
Pengalaman terakhir tidak perlu, nol di tangannya ini meyakinkan saya, meyakinkan kita
semua (yang ada di lingkaran ini) bahwa dia akan mengembalikannya ke sirkulasi terhadap
beberapa barang kita. Nol masa lalu pertukaran ini yang membuat kita berhenti, pada saat
yang sama merupakan nol dari simpanan terhadap penyelesaian di masa depan. Antara
kebutuhan, bentuk politik-ekonomi dari hasrat, yang karakteristik dasarnya adalah
kedapatselesaian, yaitu kemungkinan resolusi atau penindasan melalui uang, antara
kebutuhan dan penindasan ini sendiri, nol uang membuka durasi dan yang dapat tahan
lama, kebertetapan. Kebutuhan yang dapat selesai, dengan sendirinya, sama-sama dapat
diprediksi. Dan segala sesuatu yang ada di pinggiran lingkaran politik perdagangan
menemukan dirinya kemudian diterima pada kemungkinan.Tetapi tidak ada yang lebih
tidak diketahui dari denyut nadi yang dikaitkan ke segmen kecil film dua dimensinya, selain
kemungkinannya.
(Lyotard, 1993, p. 162)
Ekonomi Libido sebagai Ekonomi Politik
Baudrillard:EkonomiPolitikTandadanPermainanSimulakra
MemahamiLogikaMasyarakatKonsumsi
Yang benar bukanlah bahwa “adalah buah dari produksi,” tetapi bahwa sistem
kebutuhan adalah produk dari sistem produksi, yang merupakan hal yang sangat
berbeda.Yang kami maksud dengan sistem kebutuhan adalah bahwa kebutuhan tidak
diproduksi satu per satu, dalam kaitannya dengan objeknya masing-masing.
Kebutuhan diproduksi sebagai daya konsumsi, dan sebagai cadangan potensial global
(disponibilité globale) dalam kerangka daya produktif yang lebih besar. Dalam
pengertian inilah kita dapat mengatakan bahwa teknostruktur sedang memperluas
kerajaannya. Sistem produksi tidak “membelenggu” sistem kesenangan (jouissance)
pada tujuannya sendiri (secara tegas, ini tidak ada artinya). Hipotesis ini menyangkal
otonomi untuk sistem kesenangan dan menggantikan dirinya sendiri dengan mengatur
ulang segala sesuatu menjadi sistem daya produktif.
(Baudrillard, 2001, p. 42)
MemahamiLogikaMasyarakatKonsumsi
Kita dapat menelusuri genealogi konsumsi ini dalam perjalanan sejarah sistem industri:
1. Urutan produksi menghasilkan mesin/tenaga produktif, sistem teknis yang sangat
berbeda dari alat tradisional.
2. Ia menghasilkan kapital/kekuatan produktif yang dirasionalisasi, sebuah sistem investasi
dan sirkulasi rasional yang secara radikal berbeda dari bentuk-bentuk “kekayaan” dan cara-
cara pertukaran sebelumnya.
3. Ini menghasilkan angkatan kerja-upahan, sebuah tenaga produktif yang abstrak dan
sistematis yang secara radikal berbeda dari kerja konkret dan “keterampilpengerjaan"
tradisional.
4. Dengan cara ini, ia menghasilkan kebutuhan, sistem kebutuhan, permintaan/ kekuatan
produktif sebagai satu kesatuan yang dirasionalkan, dikendalikan dan terintegrasi,
melengkapi tiga lainnya dalam suatu proses kendali total atas tenaga-tenaga produktif dan
proses-proses produksi. Sebagai suatu sistem, kebutuhan juga sangat berbeda dari
kesenangan dan kepuasan. Mereka diproduksi sebagai elemen dari suatu sistem dan bukan
sebagai hubungan antara individu dan objek. Dalam pengertian yang sama bahwa tenaga
kerja tidak lagi terhubung, dan bahkan menyangkal, hubungan pekerja dengan produk
kerjanya, sehingga nilai tukar tidak lagi terkait dengan pertukaran konkret dan pribadi,
maupun bentuk komoditas dengan barang aktual, dll.)
(Baudrillard, 2001, p. 42)
LogikadariPolitikEkonomiTanda
Nilai Guna (UseValue - UV):
1 UV — EcEV; 2 UV — SgEV; 3 UV — SbE
NilaiTukar Ekonomi (Economic ExchangeValue - EcEV):
1 EcEV — UV; 2 EcEV — SgEV; 3 EcEV — SbE
NilaiTukarTanda (Sign ExchangeValue - SgEV):
1 SgEV — UV; 2 SgKV — EcEV; 3 SgEV — SbE
Pertukaran Simbolik (Symbolic Exchange - SbE):
1 SbE — UV; 2 SbE — EcEV; 3 SbE — SgEV
Di sini tidak ada upaya artikulasi teoretis dari berbagai logika ini. Hanya ada upaya untuk menandai bidang masing-
masing dan transit dari satu bidang ke bidang lainnya.
1. UV — EcEV: Bidang proses produksi nilai tukar, bentuk komoditas (forme-marchandise), dll., dijelaskan oleh ekonomi
politik. Konsumsi produktif.
LogikadariPolitikEkonomiTanda
2 UV — SgEV: Bidang produksi tanda-tanda yang berasal dari penghancuran utilitas ("konsumsi yang mencolok;" nilai
tempat berlindung). Konsumsi yang "tidak produktif" (waktu juga, dalam kemalasan dan waktu luang yang mencolok),
sebenarnya menghasilkan perbedaan: ini adalah perbedaan fungsional yang bermain sebagai perbedaan menurut
undang-undang (mesin cuci semi-otomatis vs mesin cuci sepenuhnya otomatis). Di sini, proses periklanan pemberian
nilai mengubah penggunaan barang (biens d'usage) menjadi nilai-nilai tanda. Di sini teknik dan pengetahuan dipisahkan
dari praktik objektif mereka dan dipulihkan oleh sistem diferensiasi "budaya." Dengan demikian, ini adalah bidang
konsumsi yang diperluas, dalam arti yang telah kita berikan pada produksi, sistem, dan interaksi tanda-tanda. Tentu
saja, bidang ini juga mencakup produksi tanda-tanda yang berasal dari pertukaran ekonomi (lihat 5 di bawah).
3 UV-SbE: Bidang konsumsi (consumation sebagai lawan dari bahasa Prancis biasa, consommation), yaitu,
penghancuran nilai guna (atau nilai tukar ekonomi, lih. 6); Namun, tidak lagi untuk menghasilkan nilai-nilai tanda, tetapi
dalam modus transgresi ekonomi, memulihkan pertukaran simbolik. Presentasi, hadiah, festival (fête).
4 EcEV — UV: Ini adalah proses "konsumsi" dalam pengertian ekonomi tradisional dari istilah tersebut, yaitu,
pengubahan nilai tukar menjadi nilai guna (oleh individu swasta dalam tindakan pembelian atau produksi dalam
konsumsi produktif) . Bidang 4 dan 1 adalah dua momen siklus ekonomi politik klasik (dan Marxis), yang tidak
memperhitungkan ekonomi politik tanda. Ini juga merupakan bidang konsekrasi nilai tukar dengan nilai guna, dari
transfigurasi bentuk komoditas ke dalam bentuk objek.
LogikadariPolitikEkonomiTanda
5 EcEV — SgEV: Proses konsumsi menurut definisi ulangnya dalam ekonomi politik tanda.Termasuk didalamnya
tindakan pengeluaran sebagai produksi nilai tanda dan, bersama dengan 2, termasuk bidang nilai tempat tinggal.Tetapi
di sini, lebih tepatnya, kita melihat kenaikan bentuk komoditas menjadi bentuk tanda, transfigurasi ekonomi menjadi
sistem tanda dan transmutasi kekuatan ekonomi menjadi dominasi dan hak istimewa kasta sosial.
6 EcEV — SbE: Sementara 2 dan 5 menggambarkan transfigurasi nilai guna dan nilai tukar menjadi nilai tanda (atau lagi:
dari bentuk objek dan bentuk komoditas menjadi bentuk tanda), 3 dan 6 menandai transgresi kedua bentuk ini (yaitu,
dari ekonomi) dalam pertukaran simbolik. Menurut reformulasi kita, yang berimplikasi pada bentuk tanda di bidang
ekonomi politik umum, 9 melengkapi 3 dan 6 sebagai transgresi bentuk tanda menuju pertukaran simbolik.Tidak ada
artikulasi antara ketiga bentuk ini (yang menggambarkan ekonomi politik umum) dan pertukaran simbolik. Sebaliknya,
ada pemisahan dan pelanggaran radikal, akhirnya dekonstruksi bentuk-bentuk ini, yang merupakan kode-kode nilai.
Tepatnya, tidak ada "nilai" simbolis, yang ada hanya "pertukaran" simbolis, yang mendefinisikan dirinya secara tepat
sebagai sesuatu yang berbeda dari, dan di luar nilai dan kode. Semua bentuk nilai (objek, komoditas atau tanda) harus
dinegasikan untuk memulai pertukaran simbolik. Ini adalah pemecahan radikal dari bidang nilai.
7 SgEV — UV:Tanda, seperti komoditas, sekaligus merupakan nilai guna dan nilai tukar. Hierarki sosial, perbedaan yang
tidak jelas, hak istimewa kasta dan budaya yang mereka dukung, diperhitungkan sebagai keuntungan, sebagai
kepuasan pribadi, dan dihidupi sebagai "kebutuhan" (kebutuhan akan penciptaan nilai sosial yang sesuai dengan
"kegunaan" dari tanda-tanda diferensial dan "konsumsi" mereka).
LogikadariPolitikEkonomiTanda
8 SgEV — EcEV: Ini melibatkan perubahan hak istimewa budaya, monopoli tanda, dll., menjadi hak istimewa ekonomi.
Ditambah dengan 5, rekonversi ini menggambarkan siklus total ekonomi politik di mana eksploitasi ekonomi yang
didasarkan pada monopoli kapital dan dominasi "budaya" yang didasarkan pada monopoli kode tersebut saling
melahirkan satu sama lain tanpa henti.
9 SgEV — SbE: Dekonstruksi dan pelanggaran bentuk tanda menuju pertukaran simbolik (lih. 3 dan 6).
10, 11 & 12 SbE — UV, EcEV, SgEV: Ketiganya menggambarkan satu proses, kebalikan dari pelanggaran yang dijelaskan
dalam 3, 6, dan 9: proses memutus dan mengurangi pertukaran simbolik, dan pelantikan ekonomi. Secara keseluruhan,
mereka menjadi semacam "analisis biaya" dari pertukaran simbolik di bawah yurisdiksi abstrak dan rasional dari
berbagai kode nilai (nilai guna, nilai tukar, nilai tanda). Misalnya: objek-objek yang terlibat dalam pertukaran timbal
balik, yang sirkulasinya yang tidak terputus membentuk hubungan sosial, yaitu makna sosial, memusnahkan diri
mereka sendiri dalam pertukaran yang terus-menerus ini tanpa mengambil nilai apa pun dari miliknya (yaitu, nilai apa
pun yang pantas). Setelah pertukaran simbolis dipatahkan, materi yang sama ini diabstraksi menjadi nilai utilitas, nilai
komersial, nilai undang-undang. Simbolik diubah menjadi instrumental, baik komoditas maupun tanda. Salah satu dari
berbagai kode tersebut mungkin secara khusus terlibat, tetapi semuanya tergabung dalam satu bentuk ekonomi politik
yang secara keseluruhan menentang pertukaran simbolik.
CitradanSimulakra
Fase Pergantian Citra:
1. Itu adalah cerminan dari realitas dasar (penampilan yang baik).
2. Itu menutupi dan memutarbalikkan realitas dasar (penampilan jahat).
3. Ini menutupi tidak adanya realitas dasar (bermain sebagai penampilan).
4. Ia tidak ada hubungannya dengan, realitas apapun: ia adalah simulacrum murni
(simulasi) sendiri.
Tatanan Simulakra:
1. Pemalsuan adalah skema dominan dari periode "klasik", dari Renaisans hingga
revolusi industri;
2. Produksi adalah skema dominan di era industri;
3. Simulasi adalah skema yang mengatur fase saat ini yang dikendalikan oleh kode.
(Baudrillard, 1983, pp. 11-12 & 83)
EraInformasidanProblemnya
Sumber:
https://www.visualcapitalist.com/every-minute-
internet-2020/
Cyber Risks
(DQ Institute, 2017)
SkemaRekayasaberbasis
InformasidiMasaDepan
Dalam skema rekayasa berbasis informasi
ini, empat bidang tekno-ilmu menjadi
fondasi bagi pelaksanaannya, yaitu
Nanoteknologi, Bioteknologi,Teknologi
Informasi dan Komunikasi, serta Ilmu
Kognisi.Gabungan keempat bidang ini
disebut dengan NBIC atau Nanokonvergensi
dan menjadi tumpuan dari pengembangan
Industri 4.0, yang merupakan tahap dasar
dari terapan keempatnya, sebelum masuk
pada tahap berikutnya.
(Badry, 2014)
BudayaSiberdalamTinjauan
FondasiKomunikasidalamDuniaSiber
 Cyberspace: Komunikasi manusia dengan mesin.
Contoh: Pemprograman komputer.
 Cybersphere: Komunikasi manusia dengan manusia
via mesin. Contoh: SMS/Telepon/Chat/VoIP/Video
Streaming.
 Cyberhook: Komunikasi mesin dengan mesin.
Contoh: AI Facebook.
(Badry, 2018)
Manusia
Manusia
Mesin Mesin
DataPribadidalamGenggamanKapitalisme
Dalam kehidupan kontemporer sekarang ini, kehidupan manusia
sangat bergantung sekali pada gawai. Budaya kita menjadi
budaya berbasis gawai (gadget culture). Apalagi, dengan
munculnya Kecerdasan Buatan (Artificial Intelligence, AI) dan
Internet of Things (IoT) membuat kita menjadi semakin
bergantung pada kedua teknologi dalam melakukan banyak hal.
Dengan cara demikian, cyberculture bergerak menuju
komodifikasi realitas dalam pola kode sebagaimana diperkirakan
oleh Baudrillard.
Sumber Gambar:
https://www.visualcapitalist.com/personal-data-ecosystem/
Referensi
Barsky, R. (2001). “Postmodernism.” DalamV. E.Taylor & C. E. Winquist (Eds.). Encyclopedia of Postmodernism.
London & NewYork: Routledge.
Baudrillard, J. (1983). Simulations. NewYork: Semiotext(e).
___________. (2001). SelectedWritings (2nd Ed.). Stanford, CA: Stanford University Press.
Hassan, I. (1982). The Dismemberment of Orpheus:Toward a Postmodern Literature. London:The University of
Wisconsin Press.
Lyotard, J-F. (1984). The Postmodern Condition: A Report on Knowledge. Manchester: Manchester University Press.
__________. (1988). The Differend: Phrases in Dispute. Manchester: Manchester University Press.
__________. (1993). Libidinal Economy. Indiana & Bloomington: Indiana University Press.
Sumber Gambar danVideo:
en.wikipedia.org
www.pexels.com
www.videvo.net
Thanks
BiografiSingkat
Februari 2017–Sekarang
Dosen Luar Biasa • Sekolah Kajian Strategik dan Global, Universitas Indonesia,
Jakarta.
Agustus 2003–Agustus 2020
DosenTetap • SekolahTinggi Hukum Galunggung,Tasikmalaya.
November 2017–Agustus 2019
Direktur Pendidikan Keunggulan Digital • Sakola,Tangerang.
Agustus 2018–November 2018
Koordinator Penyusun Masterplan Perpustakaan Umum DKI Jakarta 2018 •
Dinas Perpustakaan dan Kearsipan DKI Jakarta, Jakarta.
Januari 2016–Desember 2016
Tenaga Ahli pada Program Usaha Bersama Komunitas • Kementerian Desa, IDT,
danTransmigrasi, Jakarta.
Juni 2013–Desember 2013
Konsultan Manajemen Organisasi & Koordinator Program Pelatihan Riset •
Desantara Foundation, Depok.
April 2009–Juni 2013
Konsultan Junior UMKM • Pusat Pengembangan dan Pendampingan Usaha Kecil
Menengah (P3UKM) Bank Indonesia,Tasikmalaya.
Catatan: Di Sakola, saya juga merangkap jabatan sebagai Duta Kecerdasan
DigitaI (Digital Intelligence Quotient Ambassador) dari DQ Institute di
Singapore.

More Related Content

Similar to PosmodernTanda

Kritisisme dan kehidupan bersama
Kritisisme dan kehidupan bersamaKritisisme dan kehidupan bersama
Kritisisme dan kehidupan bersamaDavid Jones
 
teori teori dasar dalam antropologi
teori teori dasar dalam antropologiteori teori dasar dalam antropologi
teori teori dasar dalam antropologiMAHASISWI
 
Perbandingan Filsafat Ilmu Modern dan Postmodern
Perbandingan Filsafat Ilmu Modern dan PostmodernPerbandingan Filsafat Ilmu Modern dan Postmodern
Perbandingan Filsafat Ilmu Modern dan PostmodernYulia Eolia
 
Faktor kebudayaan-2 ik1-b (1)
Faktor kebudayaan-2 ik1-b (1)Faktor kebudayaan-2 ik1-b (1)
Faktor kebudayaan-2 ik1-b (1)oowoo
 
Filsafat Ilmu dan Pendekatan Pascadisiplin 09: Masyarakat Jaringan dan Komple...
Filsafat Ilmu dan Pendekatan Pascadisiplin 09: Masyarakat Jaringan dan Komple...Filsafat Ilmu dan Pendekatan Pascadisiplin 09: Masyarakat Jaringan dan Komple...
Filsafat Ilmu dan Pendekatan Pascadisiplin 09: Masyarakat Jaringan dan Komple...Ahmad Ibrahim
 
teori nalar kritis.ppt
teori nalar kritis.pptteori nalar kritis.ppt
teori nalar kritis.ppthendriunduh1
 
DISKURSUS TENTANG IDEOLOGI
DISKURSUS TENTANG IDEOLOGIDISKURSUS TENTANG IDEOLOGI
DISKURSUS TENTANG IDEOLOGIMira Veranita
 
6 buku HEGEMONI gramsci.pdf
6 buku HEGEMONI gramsci.pdf6 buku HEGEMONI gramsci.pdf
6 buku HEGEMONI gramsci.pdfaureliagao
 
presentasi publik
presentasi publikpresentasi publik
presentasi publikHasrul Azis
 
2. Konsep Dasar Sosiologi dalam komunitas masyarakat
2. Konsep Dasar Sosiologi dalam komunitas masyarakat2. Konsep Dasar Sosiologi dalam komunitas masyarakat
2. Konsep Dasar Sosiologi dalam komunitas masyarakatssuser9df8d0
 
Teori dan Praktek Filsafat ilmu by Arif Partono
Teori dan Praktek Filsafat ilmu   by Arif PartonoTeori dan Praktek Filsafat ilmu   by Arif Partono
Teori dan Praktek Filsafat ilmu by Arif PartonoArif Partono
 
Nilai-nilai Dari Macam-macam Ideologi di Dunia Yang Menjadi Dasar Berkesinamb...
Nilai-nilai Dari Macam-macam Ideologi di Dunia Yang Menjadi Dasar Berkesinamb...Nilai-nilai Dari Macam-macam Ideologi di Dunia Yang Menjadi Dasar Berkesinamb...
Nilai-nilai Dari Macam-macam Ideologi di Dunia Yang Menjadi Dasar Berkesinamb...norma 28
 
Teori-modernitas-kontemporer
Teori-modernitas-kontemporerTeori-modernitas-kontemporer
Teori-modernitas-kontemporerEwald Frederik
 

Similar to PosmodernTanda (20)

4. badiou
4. badiou4. badiou
4. badiou
 
Kritisisme dan kehidupan bersama
Kritisisme dan kehidupan bersamaKritisisme dan kehidupan bersama
Kritisisme dan kehidupan bersama
 
teori teori dasar dalam antropologi
teori teori dasar dalam antropologiteori teori dasar dalam antropologi
teori teori dasar dalam antropologi
 
Katalepsi sinkretisme
Katalepsi sinkretismeKatalepsi sinkretisme
Katalepsi sinkretisme
 
Perbandingan Filsafat Ilmu Modern dan Postmodern
Perbandingan Filsafat Ilmu Modern dan PostmodernPerbandingan Filsafat Ilmu Modern dan Postmodern
Perbandingan Filsafat Ilmu Modern dan Postmodern
 
Faktor kebudayaan-2 ik1-b (1)
Faktor kebudayaan-2 ik1-b (1)Faktor kebudayaan-2 ik1-b (1)
Faktor kebudayaan-2 ik1-b (1)
 
Filsafat Ilmu dan Pendekatan Pascadisiplin 09: Masyarakat Jaringan dan Komple...
Filsafat Ilmu dan Pendekatan Pascadisiplin 09: Masyarakat Jaringan dan Komple...Filsafat Ilmu dan Pendekatan Pascadisiplin 09: Masyarakat Jaringan dan Komple...
Filsafat Ilmu dan Pendekatan Pascadisiplin 09: Masyarakat Jaringan dan Komple...
 
teori nalar kritis.ppt
teori nalar kritis.pptteori nalar kritis.ppt
teori nalar kritis.ppt
 
DISKURSUS TENTANG IDEOLOGI
DISKURSUS TENTANG IDEOLOGIDISKURSUS TENTANG IDEOLOGI
DISKURSUS TENTANG IDEOLOGI
 
6 buku HEGEMONI gramsci.pdf
6 buku HEGEMONI gramsci.pdf6 buku HEGEMONI gramsci.pdf
6 buku HEGEMONI gramsci.pdf
 
presentasi publik
presentasi publikpresentasi publik
presentasi publik
 
7 Tradisi Komunikasi
7 Tradisi Komunikasi7 Tradisi Komunikasi
7 Tradisi Komunikasi
 
Astina edisi 2
Astina edisi 2Astina edisi 2
Astina edisi 2
 
2. Konsep Dasar Sosiologi dalam komunitas masyarakat
2. Konsep Dasar Sosiologi dalam komunitas masyarakat2. Konsep Dasar Sosiologi dalam komunitas masyarakat
2. Konsep Dasar Sosiologi dalam komunitas masyarakat
 
Dasar pendidikan iv
Dasar pendidikan ivDasar pendidikan iv
Dasar pendidikan iv
 
Teori dan Praktek Filsafat ilmu by Arif Partono
Teori dan Praktek Filsafat ilmu   by Arif PartonoTeori dan Praktek Filsafat ilmu   by Arif Partono
Teori dan Praktek Filsafat ilmu by Arif Partono
 
protagoras
protagorasprotagoras
protagoras
 
Nilai-nilai Dari Macam-macam Ideologi di Dunia Yang Menjadi Dasar Berkesinamb...
Nilai-nilai Dari Macam-macam Ideologi di Dunia Yang Menjadi Dasar Berkesinamb...Nilai-nilai Dari Macam-macam Ideologi di Dunia Yang Menjadi Dasar Berkesinamb...
Nilai-nilai Dari Macam-macam Ideologi di Dunia Yang Menjadi Dasar Berkesinamb...
 
Pdf1
Pdf1Pdf1
Pdf1
 
Teori-modernitas-kontemporer
Teori-modernitas-kontemporerTeori-modernitas-kontemporer
Teori-modernitas-kontemporer
 

More from Ahmad Ibrahim

Filsafat Ilmu dan Pendekatan Pascadisiplin 06: Teori Kritis I (Kaitan antara ...
Filsafat Ilmu dan Pendekatan Pascadisiplin 06: Teori Kritis I (Kaitan antara ...Filsafat Ilmu dan Pendekatan Pascadisiplin 06: Teori Kritis I (Kaitan antara ...
Filsafat Ilmu dan Pendekatan Pascadisiplin 06: Teori Kritis I (Kaitan antara ...Ahmad Ibrahim
 
Filsafat Ilmu dan Pendekatan Pascadisiplin 05: Paradigma, Positivisme, dan Pa...
Filsafat Ilmu dan Pendekatan Pascadisiplin 05: Paradigma, Positivisme, dan Pa...Filsafat Ilmu dan Pendekatan Pascadisiplin 05: Paradigma, Positivisme, dan Pa...
Filsafat Ilmu dan Pendekatan Pascadisiplin 05: Paradigma, Positivisme, dan Pa...Ahmad Ibrahim
 
Filsafat Ilmu dan Pendekatan Pascadisiplin 04: Aksiologi
Filsafat Ilmu dan Pendekatan Pascadisiplin 04: AksiologiFilsafat Ilmu dan Pendekatan Pascadisiplin 04: Aksiologi
Filsafat Ilmu dan Pendekatan Pascadisiplin 04: AksiologiAhmad Ibrahim
 
Filsafat Ilmu dan Pendekatan Pascadisiplin 03: Epistemologi
Filsafat Ilmu dan Pendekatan Pascadisiplin 03: EpistemologiFilsafat Ilmu dan Pendekatan Pascadisiplin 03: Epistemologi
Filsafat Ilmu dan Pendekatan Pascadisiplin 03: EpistemologiAhmad Ibrahim
 
Filsafat Ilmu dan Pendekatan Pascadisiplin 02: Ontologi
Filsafat Ilmu dan Pendekatan Pascadisiplin 02: OntologiFilsafat Ilmu dan Pendekatan Pascadisiplin 02: Ontologi
Filsafat Ilmu dan Pendekatan Pascadisiplin 02: OntologiAhmad Ibrahim
 
Filsafat Ilmu dan Pendekatan Pascadisiplin 01: Logika
Filsafat Ilmu dan Pendekatan Pascadisiplin 01: LogikaFilsafat Ilmu dan Pendekatan Pascadisiplin 01: Logika
Filsafat Ilmu dan Pendekatan Pascadisiplin 01: LogikaAhmad Ibrahim
 
Digital Identity Appropriation
Digital Identity AppropriationDigital Identity Appropriation
Digital Identity AppropriationAhmad Ibrahim
 

More from Ahmad Ibrahim (7)

Filsafat Ilmu dan Pendekatan Pascadisiplin 06: Teori Kritis I (Kaitan antara ...
Filsafat Ilmu dan Pendekatan Pascadisiplin 06: Teori Kritis I (Kaitan antara ...Filsafat Ilmu dan Pendekatan Pascadisiplin 06: Teori Kritis I (Kaitan antara ...
Filsafat Ilmu dan Pendekatan Pascadisiplin 06: Teori Kritis I (Kaitan antara ...
 
Filsafat Ilmu dan Pendekatan Pascadisiplin 05: Paradigma, Positivisme, dan Pa...
Filsafat Ilmu dan Pendekatan Pascadisiplin 05: Paradigma, Positivisme, dan Pa...Filsafat Ilmu dan Pendekatan Pascadisiplin 05: Paradigma, Positivisme, dan Pa...
Filsafat Ilmu dan Pendekatan Pascadisiplin 05: Paradigma, Positivisme, dan Pa...
 
Filsafat Ilmu dan Pendekatan Pascadisiplin 04: Aksiologi
Filsafat Ilmu dan Pendekatan Pascadisiplin 04: AksiologiFilsafat Ilmu dan Pendekatan Pascadisiplin 04: Aksiologi
Filsafat Ilmu dan Pendekatan Pascadisiplin 04: Aksiologi
 
Filsafat Ilmu dan Pendekatan Pascadisiplin 03: Epistemologi
Filsafat Ilmu dan Pendekatan Pascadisiplin 03: EpistemologiFilsafat Ilmu dan Pendekatan Pascadisiplin 03: Epistemologi
Filsafat Ilmu dan Pendekatan Pascadisiplin 03: Epistemologi
 
Filsafat Ilmu dan Pendekatan Pascadisiplin 02: Ontologi
Filsafat Ilmu dan Pendekatan Pascadisiplin 02: OntologiFilsafat Ilmu dan Pendekatan Pascadisiplin 02: Ontologi
Filsafat Ilmu dan Pendekatan Pascadisiplin 02: Ontologi
 
Filsafat Ilmu dan Pendekatan Pascadisiplin 01: Logika
Filsafat Ilmu dan Pendekatan Pascadisiplin 01: LogikaFilsafat Ilmu dan Pendekatan Pascadisiplin 01: Logika
Filsafat Ilmu dan Pendekatan Pascadisiplin 01: Logika
 
Digital Identity Appropriation
Digital Identity AppropriationDigital Identity Appropriation
Digital Identity Appropriation
 

Recently uploaded

soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptxsoal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptxazhari524
 
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SDPPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SDNurainiNuraini25
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKirwan461475
 
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docxTugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docxmawan5982
 
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptxAksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptxsdn3jatiblora
 
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Abdiera
 
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxBab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxssuser35630b
 
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdfsdn3jatiblora
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BAbdiera
 
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptxGiftaJewela
 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfCandraMegawati
 
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxPEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxsukmakarim1998
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMmulyadia43
 
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ikabab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ikaAtiAnggiSupriyati
 
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genapDinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genapsefrida3
 
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UTKeterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UTIndraAdm
 
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfAksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfDimanWr1
 
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxPaparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxIgitNuryana13
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASKurniawan Dirham
 
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfREFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfirwanabidin08
 

Recently uploaded (20)

soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptxsoal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
 
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SDPPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
 
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docxTugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
 
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptxAksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
 
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
 
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxBab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
 
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
 
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
 
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxPEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
 
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ikabab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
 
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genapDinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
 
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UTKeterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
 
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfAksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
 
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxPaparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
 
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfREFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
 

PosmodernTanda

  • 1. FilsafatIlmudanPendekatanPascadisiplin Dr. Ahmad Ibrahim Badr y, S.Fil., M.Hum. School of Global and Strategic Studies Universitas Indonesia
  • 2. BagianVIII: Posmodernisme, EraInformasi, danParadigma Ilmu,serta Cyberculture Posmodernisme dan Perubahan Paradimatik dalam Ilmu Lyotard, Posmodern, Narasi Besar, dan Ekonomi Hasrat Baudrillard: Ekonomi Politik Tanda dan Permainan Simulakra Era Informasi dan Problemnya Budaya Siber dalamTinjauan
  • 4. DuaPendekatanPosmodernisme Pendekatan yang pertama menekankan sifat eksistensi yang terfragmentasi, tidak stabil, tidak pasti, terputus-putus, bermigrasi, hiper- nyata, yang mengarahkan mereka untuk mengusulkan berbagai versi dari tidak- atau anti- mentotalisasi praktik yang transgresif atau disruptif. Hal ini membuat karya mereka menolak, dan meragukan, narasi “meta” atau “agung”, sistematika, atau koherensi dalam seni atau interpretasi. Pendekatan kedua berbicara dari perspektif ekonomi Marxis, Fredric Jameson, dan menekankan krisis representasi, kapitalisme (belakangan) yang semakin monolitik yang didominasi oleh kelompok multinasional yang semakin kecil, dan penilaian utilitas dan kemampuan pemasaran daripada etika dalam domain pengetahuan. Dari sudut pandang ini, posmodernitas adalah periode sejarah, tahap kapitalisme, bahkan “cara produksi.” Budaya menawarkan beberapa medan untuk eksplorasi fenomena ini, ruang untuk menelusuri “gejala” dari tahap ini dan studi tentang karakteristiknya yang mencolok, yang sering digambarkan dengan latar belakang globalisasi, universalisasi kapitalis, atau akhir sejarah. (Barsky, 2001, pp. 304-305). Etimologi & Sejarah: Berasal dari kombinasi yang membingungkan secara etimologis dari “post” (sesudah) dan “modo” (saat sekarang), dan dengan atribut yang dapat ditelusuri melalui sejarah pemikiran modern tetapi yang mengambil bentuk saat ini setelah Perang Dunia Kedua, posmodernitas sekarang secara longgar mencakup atau berkaitan dengan serangkaian gerakan, terkadang tidak sesuai, yang muncul di negara-negara kaya di Eropa dan keturunan Eropa dalam seni, arsitektur, sastra, musik, ilmu sosial, dan humaniora.
  • 5. ModernismevsPosmodernisme (Hassan,1982,pp.267-268) Modernisme Posmodernisme Romantisisme/Simbolisme Patafisik/Dadaisme Bentuk (konjungtif, tertutup) Anti-bentuk (disjungtif, terbuka) Bertujuan Bermain Desain Kesempatan Hierarki Anarki Kuasa/Logos Payah/Sunyi Objek Seni/Karya Selesai Proses/Pertunjukkan/Kejadian Jarak Partisipasi Kreasi/Totalisasi Dekreasi/Dekonstruksi Sintesis Antitesis Kehadiran Ketakhadiran Memusat Menyebar Genre/Batasan Teks/Antarteks Semantik Retorik Paradigma Sintagma Hipotaksis Parataksis
  • 6. Modernisme Posmodernisme Metafor Metonimi Seleksi Kombinasi Akar/Kedalaman Rizoma/Permukaan Penafsiran/Pembacaan Menentang Penafsiran/Salah-baca Petanda Penanda Dapat-didengar (Dibaca) Dapat-ditulis (Ditulis) Naratif/Grande Histoire Anti-Naratif/Petit Histoire Penguasa Kode Idiolek Gelagat Hasrat Tipe Mutan Genital/Phallus Polimorf/Androgini Paranoia Skizoprenia Asal Muasal/Sebab Différence-Différance/Jejak Tuhan (Sang Bapa) Roh Kudus Metafisika Ironi Determinasi Indeterminasi Transendensi Imanensi
  • 8. Posmodern adalah posmodern yang, ada dalam modern, mengedepankan hal yang tidak dapat dihadirkan dalam presentasi itu sendiri; sesuatu yang menyangkal dirinya sendiri sebagai pelipur lara atau bentuk-bentuk yang baik, konsensus rasa yang memungkinkan untuk berbagi secara kolektif nostalgia untuk yang tak terjangkau; apa yang mencari presentasi baru, bukan untuk menikmatinya tetapi untuk memberikan kesan yang lebih kuat tentang hal yang tidak dapat ditampilkan. Seorang seniman atau penulis posmodern berada pada posisi seorang filsuf: teks yang dia tulis, karya yang dia hasilkan pada prinsipnya tidak diatur oleh aturan yang telah ditetapkan sebelumnya, dan mereka tidak dapat dinilai menurut pertimbangan yang menentukan, dengan menerapkan kategori yang sudah dikenal pada teks atau pada karya tersebut.Aturan dan kategori itulah yang dicari oleh karya seni itu sendiri. Maka seniman dan penulis bekerja tanpa aturan untuk merumuskan aturan tentang apa yang perlu diselesaikan.Oleh karena itu, fakta bahwa karya dan teks memiliki karakter dari suatu peristiwa; oleh karena itu pula, mereka selalu datang terlambat untuk penulis mereka, atau, apa artinya sama, mereka dimasukkan ke dalam pekerjaan, realisasi mereka (mise en oeuvre) selalu dimulai terlalu cepat. Post modern tentunya harus dipahami sesuai paradoks masa depan (post) yang anterior (modo). (Lyotard, 1984, p. 81) Posmodern sebagai Paradoks
  • 9. Tesis: Sebuah frase, bahkan yang paling biasa, dibentuk menurut seperangkat aturan (regimennya). Ada sejumlah regimen frase: menalar, mengetahui, mendeskripsikan, menghitung ulang, mempertanyakan, menunjukkan, menata, dll. Frase dari regimen heterogen tidak dapat diterjemahkan dari satu ke yang lain. Mereka dapat dihubungkan satu sama lain sesuai dengan tujuan yang ditetapkan oleh genre wacana. Misalnya, dialog menghubungkan pameran (pertunjukan) atau definisi (mendeskripsikan) ke pertanyaan;Yang dipertaruhkan adalah kedua pihak mencapai kesepakatan tentang arti referensi. Genre wacana menyediakan aturan untuk menghubungkan bersama frase heterogen, aturan yang tepat untuk mencapai tujuan tertentu: untuk mengetahui, untuk mengajar, untuk menjadi adil, untuk merayu, untuk membenarkan, untuk mengevaluasi, untuk membangkitkan emosi, untuk mengawasi. ...Tidak ada “bahasa” secara umum, kecuali sebagai objek dari sebuah Idea. Konteks: “LinguisticTurn” dari filsafat Barat (karya Heidegger kemudian, penetrasi filsafat Anglo-Amerika ke dalam pemikiran Eropa, perkembangan teknologi bahasa); dan secara korelatif, kemunduran wacana universalis (doktrin metafisik zaman modern: narasi kemajuan, sosialisme, kelimpahan, pengetahuan). Keletihan sehubungan dengan “teori,” dan kelambanan menyedihkan yang menyertainya (baru ini, baru itu, pasca-ini, pasca-itu, dll.). Waktunya telah tiba untuk berfilsafat. (Lyotard, 1988, pp. xii-xiii) Le Differend: Bahasa dan Runtuhnya Narasi Besar
  • 10. Ketentuan pertukaran tidak dapat ditukar, setiap segmen pita libidinal sepenuhnya singular. Namun, dengan konvensi, di bawah nama kebutuhan, tekanan dari kekuatan hasrat pada titik mana pun dari pita ini akan menjadi terukur, dan dengan konvensi orang akan membandingkannya, di bawah nama barang, untuk mencolokkan dan melepaskan, dengan proporsi tubuh atau produk lain dari tubuh itu. Siapa yang satu ini? Suatu dispositif dari politeia-koinonia. Dan sehubungan dengan uang, itu adalah standar sebagai uang akuntansi dan yang netral dari belas-kasih sebagai uang pembayaran: konvensi dari konvensi kebutuhan. Kebutuhan adalah apa yang benar-benar dihamburkan melalui uang. Uang adalah nol kebutuhan. Akan tetapi, oleh karena kebutuhan pertama-tama adalah situs median hasrat, reabsorpsi intensitas berlaku sebagai niat yang terukur, seperti halnya warga negara isonomik diperoleh melalui penindasan heteronomies dan anomies. Kebutuhan adalah hasrat yang dipertahankan dalam kanon identitas, itu dapat dipertukarkan karena tak beda, atau tak-berbeda (indifferent). (Lyotard, 1993, pp. 161-162) Ekonomi Libido sebagai Ekonomi Politik
  • 11. ‘Apa yang dilakukan uang bagi kita adalah bertindak sebagai jaminan (egguètès) pertukaran di masa depan: bahwa jika dibutuhkan sekarang, uang itu akan terjadi saat kebutuhan muncul ...’ (Aristotle, Nicomachean Ethics , BookV, 5 , 1 1 33a-b). Oleh karena itu, nol uang ini masih merupakan sesuatu yang lain: itu adalah contoh temporal, kehadiran kekal dari kemungkinan pertukaran, dan karenanya dari kebutuhan dan kemungkinan kebutuhan. Ini adalah 'untuk semua waktu' pasar dan komunitas. Uang memperkenalkan omnitemporalitas (berlaku di semua waktu), baik dalam siklus ekonomi dan pemikiran sejauh keduanya diterima sebagai sesuatu yang berarti. Nol uang adalah wilayah pembatalan, potensi, selalu mungkin: saya lapar, saya beli, saya makan; di mana ada eksterioritas kebutuhan dan barang, tidak ada yang tersisa (kebutuhan dipuaskan, barang dikonsumsi) tetapi nol dari uang yang dibayarkan, diteruskan ke tangan penjual. Pengalaman terakhir tidak perlu, nol di tangannya ini meyakinkan saya, meyakinkan kita semua (yang ada di lingkaran ini) bahwa dia akan mengembalikannya ke sirkulasi terhadap beberapa barang kita. Nol masa lalu pertukaran ini yang membuat kita berhenti, pada saat yang sama merupakan nol dari simpanan terhadap penyelesaian di masa depan. Antara kebutuhan, bentuk politik-ekonomi dari hasrat, yang karakteristik dasarnya adalah kedapatselesaian, yaitu kemungkinan resolusi atau penindasan melalui uang, antara kebutuhan dan penindasan ini sendiri, nol uang membuka durasi dan yang dapat tahan lama, kebertetapan. Kebutuhan yang dapat selesai, dengan sendirinya, sama-sama dapat diprediksi. Dan segala sesuatu yang ada di pinggiran lingkaran politik perdagangan menemukan dirinya kemudian diterima pada kemungkinan.Tetapi tidak ada yang lebih tidak diketahui dari denyut nadi yang dikaitkan ke segmen kecil film dua dimensinya, selain kemungkinannya. (Lyotard, 1993, p. 162) Ekonomi Libido sebagai Ekonomi Politik
  • 13. MemahamiLogikaMasyarakatKonsumsi Yang benar bukanlah bahwa “adalah buah dari produksi,” tetapi bahwa sistem kebutuhan adalah produk dari sistem produksi, yang merupakan hal yang sangat berbeda.Yang kami maksud dengan sistem kebutuhan adalah bahwa kebutuhan tidak diproduksi satu per satu, dalam kaitannya dengan objeknya masing-masing. Kebutuhan diproduksi sebagai daya konsumsi, dan sebagai cadangan potensial global (disponibilité globale) dalam kerangka daya produktif yang lebih besar. Dalam pengertian inilah kita dapat mengatakan bahwa teknostruktur sedang memperluas kerajaannya. Sistem produksi tidak “membelenggu” sistem kesenangan (jouissance) pada tujuannya sendiri (secara tegas, ini tidak ada artinya). Hipotesis ini menyangkal otonomi untuk sistem kesenangan dan menggantikan dirinya sendiri dengan mengatur ulang segala sesuatu menjadi sistem daya produktif. (Baudrillard, 2001, p. 42)
  • 14. MemahamiLogikaMasyarakatKonsumsi Kita dapat menelusuri genealogi konsumsi ini dalam perjalanan sejarah sistem industri: 1. Urutan produksi menghasilkan mesin/tenaga produktif, sistem teknis yang sangat berbeda dari alat tradisional. 2. Ia menghasilkan kapital/kekuatan produktif yang dirasionalisasi, sebuah sistem investasi dan sirkulasi rasional yang secara radikal berbeda dari bentuk-bentuk “kekayaan” dan cara- cara pertukaran sebelumnya. 3. Ini menghasilkan angkatan kerja-upahan, sebuah tenaga produktif yang abstrak dan sistematis yang secara radikal berbeda dari kerja konkret dan “keterampilpengerjaan" tradisional. 4. Dengan cara ini, ia menghasilkan kebutuhan, sistem kebutuhan, permintaan/ kekuatan produktif sebagai satu kesatuan yang dirasionalkan, dikendalikan dan terintegrasi, melengkapi tiga lainnya dalam suatu proses kendali total atas tenaga-tenaga produktif dan proses-proses produksi. Sebagai suatu sistem, kebutuhan juga sangat berbeda dari kesenangan dan kepuasan. Mereka diproduksi sebagai elemen dari suatu sistem dan bukan sebagai hubungan antara individu dan objek. Dalam pengertian yang sama bahwa tenaga kerja tidak lagi terhubung, dan bahkan menyangkal, hubungan pekerja dengan produk kerjanya, sehingga nilai tukar tidak lagi terkait dengan pertukaran konkret dan pribadi, maupun bentuk komoditas dengan barang aktual, dll.) (Baudrillard, 2001, p. 42)
  • 15. LogikadariPolitikEkonomiTanda Nilai Guna (UseValue - UV): 1 UV — EcEV; 2 UV — SgEV; 3 UV — SbE NilaiTukar Ekonomi (Economic ExchangeValue - EcEV): 1 EcEV — UV; 2 EcEV — SgEV; 3 EcEV — SbE NilaiTukarTanda (Sign ExchangeValue - SgEV): 1 SgEV — UV; 2 SgKV — EcEV; 3 SgEV — SbE Pertukaran Simbolik (Symbolic Exchange - SbE): 1 SbE — UV; 2 SbE — EcEV; 3 SbE — SgEV Di sini tidak ada upaya artikulasi teoretis dari berbagai logika ini. Hanya ada upaya untuk menandai bidang masing- masing dan transit dari satu bidang ke bidang lainnya. 1. UV — EcEV: Bidang proses produksi nilai tukar, bentuk komoditas (forme-marchandise), dll., dijelaskan oleh ekonomi politik. Konsumsi produktif.
  • 16. LogikadariPolitikEkonomiTanda 2 UV — SgEV: Bidang produksi tanda-tanda yang berasal dari penghancuran utilitas ("konsumsi yang mencolok;" nilai tempat berlindung). Konsumsi yang "tidak produktif" (waktu juga, dalam kemalasan dan waktu luang yang mencolok), sebenarnya menghasilkan perbedaan: ini adalah perbedaan fungsional yang bermain sebagai perbedaan menurut undang-undang (mesin cuci semi-otomatis vs mesin cuci sepenuhnya otomatis). Di sini, proses periklanan pemberian nilai mengubah penggunaan barang (biens d'usage) menjadi nilai-nilai tanda. Di sini teknik dan pengetahuan dipisahkan dari praktik objektif mereka dan dipulihkan oleh sistem diferensiasi "budaya." Dengan demikian, ini adalah bidang konsumsi yang diperluas, dalam arti yang telah kita berikan pada produksi, sistem, dan interaksi tanda-tanda. Tentu saja, bidang ini juga mencakup produksi tanda-tanda yang berasal dari pertukaran ekonomi (lihat 5 di bawah). 3 UV-SbE: Bidang konsumsi (consumation sebagai lawan dari bahasa Prancis biasa, consommation), yaitu, penghancuran nilai guna (atau nilai tukar ekonomi, lih. 6); Namun, tidak lagi untuk menghasilkan nilai-nilai tanda, tetapi dalam modus transgresi ekonomi, memulihkan pertukaran simbolik. Presentasi, hadiah, festival (fête). 4 EcEV — UV: Ini adalah proses "konsumsi" dalam pengertian ekonomi tradisional dari istilah tersebut, yaitu, pengubahan nilai tukar menjadi nilai guna (oleh individu swasta dalam tindakan pembelian atau produksi dalam konsumsi produktif) . Bidang 4 dan 1 adalah dua momen siklus ekonomi politik klasik (dan Marxis), yang tidak memperhitungkan ekonomi politik tanda. Ini juga merupakan bidang konsekrasi nilai tukar dengan nilai guna, dari transfigurasi bentuk komoditas ke dalam bentuk objek.
  • 17. LogikadariPolitikEkonomiTanda 5 EcEV — SgEV: Proses konsumsi menurut definisi ulangnya dalam ekonomi politik tanda.Termasuk didalamnya tindakan pengeluaran sebagai produksi nilai tanda dan, bersama dengan 2, termasuk bidang nilai tempat tinggal.Tetapi di sini, lebih tepatnya, kita melihat kenaikan bentuk komoditas menjadi bentuk tanda, transfigurasi ekonomi menjadi sistem tanda dan transmutasi kekuatan ekonomi menjadi dominasi dan hak istimewa kasta sosial. 6 EcEV — SbE: Sementara 2 dan 5 menggambarkan transfigurasi nilai guna dan nilai tukar menjadi nilai tanda (atau lagi: dari bentuk objek dan bentuk komoditas menjadi bentuk tanda), 3 dan 6 menandai transgresi kedua bentuk ini (yaitu, dari ekonomi) dalam pertukaran simbolik. Menurut reformulasi kita, yang berimplikasi pada bentuk tanda di bidang ekonomi politik umum, 9 melengkapi 3 dan 6 sebagai transgresi bentuk tanda menuju pertukaran simbolik.Tidak ada artikulasi antara ketiga bentuk ini (yang menggambarkan ekonomi politik umum) dan pertukaran simbolik. Sebaliknya, ada pemisahan dan pelanggaran radikal, akhirnya dekonstruksi bentuk-bentuk ini, yang merupakan kode-kode nilai. Tepatnya, tidak ada "nilai" simbolis, yang ada hanya "pertukaran" simbolis, yang mendefinisikan dirinya secara tepat sebagai sesuatu yang berbeda dari, dan di luar nilai dan kode. Semua bentuk nilai (objek, komoditas atau tanda) harus dinegasikan untuk memulai pertukaran simbolik. Ini adalah pemecahan radikal dari bidang nilai. 7 SgEV — UV:Tanda, seperti komoditas, sekaligus merupakan nilai guna dan nilai tukar. Hierarki sosial, perbedaan yang tidak jelas, hak istimewa kasta dan budaya yang mereka dukung, diperhitungkan sebagai keuntungan, sebagai kepuasan pribadi, dan dihidupi sebagai "kebutuhan" (kebutuhan akan penciptaan nilai sosial yang sesuai dengan "kegunaan" dari tanda-tanda diferensial dan "konsumsi" mereka).
  • 18. LogikadariPolitikEkonomiTanda 8 SgEV — EcEV: Ini melibatkan perubahan hak istimewa budaya, monopoli tanda, dll., menjadi hak istimewa ekonomi. Ditambah dengan 5, rekonversi ini menggambarkan siklus total ekonomi politik di mana eksploitasi ekonomi yang didasarkan pada monopoli kapital dan dominasi "budaya" yang didasarkan pada monopoli kode tersebut saling melahirkan satu sama lain tanpa henti. 9 SgEV — SbE: Dekonstruksi dan pelanggaran bentuk tanda menuju pertukaran simbolik (lih. 3 dan 6). 10, 11 & 12 SbE — UV, EcEV, SgEV: Ketiganya menggambarkan satu proses, kebalikan dari pelanggaran yang dijelaskan dalam 3, 6, dan 9: proses memutus dan mengurangi pertukaran simbolik, dan pelantikan ekonomi. Secara keseluruhan, mereka menjadi semacam "analisis biaya" dari pertukaran simbolik di bawah yurisdiksi abstrak dan rasional dari berbagai kode nilai (nilai guna, nilai tukar, nilai tanda). Misalnya: objek-objek yang terlibat dalam pertukaran timbal balik, yang sirkulasinya yang tidak terputus membentuk hubungan sosial, yaitu makna sosial, memusnahkan diri mereka sendiri dalam pertukaran yang terus-menerus ini tanpa mengambil nilai apa pun dari miliknya (yaitu, nilai apa pun yang pantas). Setelah pertukaran simbolis dipatahkan, materi yang sama ini diabstraksi menjadi nilai utilitas, nilai komersial, nilai undang-undang. Simbolik diubah menjadi instrumental, baik komoditas maupun tanda. Salah satu dari berbagai kode tersebut mungkin secara khusus terlibat, tetapi semuanya tergabung dalam satu bentuk ekonomi politik yang secara keseluruhan menentang pertukaran simbolik.
  • 19. CitradanSimulakra Fase Pergantian Citra: 1. Itu adalah cerminan dari realitas dasar (penampilan yang baik). 2. Itu menutupi dan memutarbalikkan realitas dasar (penampilan jahat). 3. Ini menutupi tidak adanya realitas dasar (bermain sebagai penampilan). 4. Ia tidak ada hubungannya dengan, realitas apapun: ia adalah simulacrum murni (simulasi) sendiri. Tatanan Simulakra: 1. Pemalsuan adalah skema dominan dari periode "klasik", dari Renaisans hingga revolusi industri; 2. Produksi adalah skema dominan di era industri; 3. Simulasi adalah skema yang mengatur fase saat ini yang dikendalikan oleh kode. (Baudrillard, 1983, pp. 11-12 & 83)
  • 20.
  • 24. SkemaRekayasaberbasis InformasidiMasaDepan Dalam skema rekayasa berbasis informasi ini, empat bidang tekno-ilmu menjadi fondasi bagi pelaksanaannya, yaitu Nanoteknologi, Bioteknologi,Teknologi Informasi dan Komunikasi, serta Ilmu Kognisi.Gabungan keempat bidang ini disebut dengan NBIC atau Nanokonvergensi dan menjadi tumpuan dari pengembangan Industri 4.0, yang merupakan tahap dasar dari terapan keempatnya, sebelum masuk pada tahap berikutnya. (Badry, 2014)
  • 26. FondasiKomunikasidalamDuniaSiber  Cyberspace: Komunikasi manusia dengan mesin. Contoh: Pemprograman komputer.  Cybersphere: Komunikasi manusia dengan manusia via mesin. Contoh: SMS/Telepon/Chat/VoIP/Video Streaming.  Cyberhook: Komunikasi mesin dengan mesin. Contoh: AI Facebook. (Badry, 2018) Manusia Manusia Mesin Mesin
  • 27. DataPribadidalamGenggamanKapitalisme Dalam kehidupan kontemporer sekarang ini, kehidupan manusia sangat bergantung sekali pada gawai. Budaya kita menjadi budaya berbasis gawai (gadget culture). Apalagi, dengan munculnya Kecerdasan Buatan (Artificial Intelligence, AI) dan Internet of Things (IoT) membuat kita menjadi semakin bergantung pada kedua teknologi dalam melakukan banyak hal. Dengan cara demikian, cyberculture bergerak menuju komodifikasi realitas dalam pola kode sebagaimana diperkirakan oleh Baudrillard. Sumber Gambar: https://www.visualcapitalist.com/personal-data-ecosystem/
  • 28. Referensi Barsky, R. (2001). “Postmodernism.” DalamV. E.Taylor & C. E. Winquist (Eds.). Encyclopedia of Postmodernism. London & NewYork: Routledge. Baudrillard, J. (1983). Simulations. NewYork: Semiotext(e). ___________. (2001). SelectedWritings (2nd Ed.). Stanford, CA: Stanford University Press. Hassan, I. (1982). The Dismemberment of Orpheus:Toward a Postmodern Literature. London:The University of Wisconsin Press. Lyotard, J-F. (1984). The Postmodern Condition: A Report on Knowledge. Manchester: Manchester University Press. __________. (1988). The Differend: Phrases in Dispute. Manchester: Manchester University Press. __________. (1993). Libidinal Economy. Indiana & Bloomington: Indiana University Press. Sumber Gambar danVideo: en.wikipedia.org www.pexels.com www.videvo.net
  • 30. BiografiSingkat Februari 2017–Sekarang Dosen Luar Biasa • Sekolah Kajian Strategik dan Global, Universitas Indonesia, Jakarta. Agustus 2003–Agustus 2020 DosenTetap • SekolahTinggi Hukum Galunggung,Tasikmalaya. November 2017–Agustus 2019 Direktur Pendidikan Keunggulan Digital • Sakola,Tangerang. Agustus 2018–November 2018 Koordinator Penyusun Masterplan Perpustakaan Umum DKI Jakarta 2018 • Dinas Perpustakaan dan Kearsipan DKI Jakarta, Jakarta. Januari 2016–Desember 2016 Tenaga Ahli pada Program Usaha Bersama Komunitas • Kementerian Desa, IDT, danTransmigrasi, Jakarta. Juni 2013–Desember 2013 Konsultan Manajemen Organisasi & Koordinator Program Pelatihan Riset • Desantara Foundation, Depok. April 2009–Juni 2013 Konsultan Junior UMKM • Pusat Pengembangan dan Pendampingan Usaha Kecil Menengah (P3UKM) Bank Indonesia,Tasikmalaya. Catatan: Di Sakola, saya juga merangkap jabatan sebagai Duta Kecerdasan DigitaI (Digital Intelligence Quotient Ambassador) dari DQ Institute di Singapore.